Sunday, October 24, 2010

Kisah Valerie 7

Malam Yang Tak Terlupakan (2)
--------------------------------------------
Valerie sebenarnya sudah sangat "siap" melayani Rajesh, karena pria ganteng ini sepanjang pesta tak henti membujuk-merayu. Dalam setiap kesempatan, ia memperlihatkan dan menyatakan keinginannya untuk bercumbu. Terkadang Val agak malu, takut dipergoki tamu lain dan takut disangka terlalu mengistimewakan Rajesh. Tetapi tamu lain tampaknya masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Cuma satu tamu yang tak hentinya memperhatikan mereka, kadang dari kejauhan, kadang dari dekat. Dia lah Annisa, gadis molek bermata erotis itu!
Ketika Valerie kembali ke ruang tamu setelah mengantar para tamunya pulang, Rajesh tampak duduk santai menonton siaran berita CNN di televisi. Tadi ia bilang tak ingin pulang dulu, dan Val tak bisa mengusirnya karena setengah dari hatinya ingin pria ini tetap tinggal. Annisa juga tetap tinggal, tetapi ia tidak kelihatan di ruang tamu. Oh,.. ya! gadis itu tadi minta ijin kepada Val untuk menggunakan kamar mandi. Kata gadis itu, badannya berkeringat setelah berdisko tak kurang dari 2 jam. Val tentu tidak dapat menolak. Ia mengantar Annisa ke kamarnya, meminjamkan handuk dan piyama mandi. Waktu itulah, Val sempat melihat gadis itu menanggalkan bajunya di kamar mandi yang pintunya tidak ditutup (apakah ia sengaja?). Harus diakui oleh Val, tubuh gadis itu sangat mulus sempurna, penuh lika-liku yang menjanjikan. Sangat-sangat seksi!
Di ruang tamu, Val menghempaskan tubuhnya di samping Rajesh. Kakinya agak penat setelah sepanjang malam berdiri. Dengan santai, ditumpangkannya kedua kaki ke atas meja. Rajesh mengalihkan pandangan dari televisi, menoleh ke arah Val sambil tersenyum. Ah! Val suka sekali senyum itu: manis dan juga terasa hangat-bergairah. Dagunya tampak membiru karena habis bercukur. Minyak wanginya yang semerbak menambah kesan ganteng pria ini. Matanya, ya,... matanya itu juga pandai membakar sesuatu yang memang mudah terbakar di dalam tubuh Val!
"Mau aku pijat?" ucap Rajesh setengah berbisik sambil menggeser duduknya lebih dekat. Val mengangguk sambil tersenyum tak kalah manis. Televisi menyiarkan berita peperangan di Kamboja. Suara shower samar-samar datang dari kamar utama.
Rajesh segera memijat kedua kaki Val setelah menyingkap gaunnya sampai ke lutut. Betis Val yang mulus tampak semakin mulus dalam suasana ruang tamu yang tidak terlalu terang. Tangan Rajesh ternyata cukup ahli dalam memijat, menimbulkan rasa nyaman yang perlahan-lahan merayap ke seluruh penjuru tubuh Val.
Val menyenderkan kepalanya ke sandaran sofa, memejamkan matanya, membiarkan perasaan rileks menggantikan kegalauan yang sejak tadi membuatnya gelisah. Kini, tangan Rajesh bagai menaburkan air sejuk, mengurangi kegelisahannya. Namun, setelah kegelisahan itu hilang, muncul perasaan baru yang tak mengurangi debur jantungnya. Itu lah birahi yang tadi ditahan-tahan; kini mulai bergejolak seirama pijatan Rajesh.
Perlahan-lahan Val lupa sekelinglingnya, lupa pada pertanyaan-pertanyaan yang tadi memenuhi kepalanya. Perlahan-lahan pula pijatan Rajesh semakin naik, dari pergelangan kaki ke betis. Dari betis ke pangkal lutut. Dari pangkal lutut ke paha. Gaun panjang Val semakin tersingkap, sehingga kini sudah menampakkan seluruh paha dan sedikit celana dalamnya. Rajesh berkali-kali menelan ludah memandang kedua kaki Val yang sangat sensual itu. Telapak tangannya terasa nikmat menyentuh kulit mulus yang di sana-sini ditumbuhi bulu pirang halus itu.
Val mengerang pelan ketika tangan Rajesh mengusap-usap permukaan kedua pahanya. Oh... sebersit rasa geli menyelinap ke pangkal pahanya, ke lepitan-lepitan di sana. Apalagi kemudian salah satu tangan itu naik semakin tinggi, mengusap-usap bagian depan kewanitaan Val yang agak menonjol itu.
Val menggeliat ketika merasakan nafas Rajesh yang hangat menerpa lehernya. Bibir pria itu kini dengan leluasa menjalari tengkuk dan bagian bawah telinganya. Itulah bagian-bagian sensitif wanita yang selalu akan membangkitkan bara api birahi. Rajesh tampaknya sangat ahli dalam hal ini. Sebentar saja, Val sudah merasakan tubuhnya terbakar api asmara.
Harum sekali wanita ini, pikir Rajesh sambil terus menciumi leher Val yang jenjang. Harumnya tak semerbak seperti kebanyakan wanita, melainkan lembut nyaris tak tercium hidung. Harum yang mendatangkan perasaan rindu, selain juga gairah sensual. Rajesh senang sekali membenamkan hidungnya di kulit putih mulus agak sedikit di bawah telinga Val.
Lalu Val tersentak kaget ketika salah satu jari Rajesh tahu-tahu sudah menyelinap ke bawah celana dalamnya, menyentuh si Kecil Merah yang sudah sejak tadi menegang. Sentuhan itu sangat tiba-tiba dan tak terduga. Menimbulkan sergapan birahi yang memenuhi seluruh tubuh dalam sekejap. Tak terkendali, kedua paha Val juga langsung membuka dengan cepat.
Rajesh pun kini leluasa mengelus-elus permukaan kewanitaan Val, menyelipkan jarinya di antara dua bibir yang membasah di bawah sana. Ujung jarinya segera diselimuti cairan tipis yang hangat. Wanita ini sudah sangat terangsang, pikirnya girang. Ia menginginkan percumbuan walau pura-pura menolak!
Val kini sungguh tak ingat apa-apa lagi. Terutama, ia tak ingat bahwa Annisa masih bersama mereka walaupun kini sedang mandi di dalam. Sentuhan dan ciuman Rajesh membuatnya sangat bergairah, dan kini dirinya cuma punya satu keinginan: segera disetubuhi oleh pria yang mengagumkan hatinya itu. Tubuhnya telah terbuka-terpampang lebar. Kewanitaannya sudah terkuak-tersedia, siap dihujam-ditikam oleh kejantanan Rajesh yang pasti kekar dan kokoh itu. (Val sering memandang ke arah tubuh bawah Rajesh setiap kali pria itu memakai jeans ketat).
Mulut Rajesh kini merayap turun, dan dengan dagunya pria itu mendorong gaun Val di bagian atas hingga terkuak lebar. Kedua payudara wanita yang menggairahkan ini segera tersembul keluar dari persembunyiannya. Wow,.. Rajesh menelan ludah kembali,.. memandang dua bukit menantang-menggairahkan di hadapannya. Tak sabar, ia sergap salah satu puting yang memerah-menonjol itu. Aaaaah...! .. Val mengerang keras, menggeliat merasakan panas mulut Rajesh mencengkram puncak dadanya. Rasanya nikmat sekali diperlakukan serba penuh kejutan seperti ini!
Lalu segalanya berlangsung cepat. Val tak pernah tahu, kapan celana dalamnya lolos melewati kedua kakinya. Tahu-tahu ia sudah setengah telanjang, dan gaun panjangnya sudah tak berfungsi lagi. Ia tersandar dengan kedua kaki mengangkang, duduk di pinggir sofa, nyaris merosot jatuh. Kewanitaannya yang kini sudah basah, tampak terkuak lebar, ditelusupi oleh jari-jari Rajesh yang sangat cekatan. Si Kecil Merah di lepitan di bagian atas, kini sudah tampak jelas, berkilat diselaputi lendir tipis. Berkali-kali ujung jari tengah Rajesh bermain di sana, membuat Val menggeliat kekiri-kekanan. Berkali-kali pula salah satu jari yang lain masuk menelusup ke liang cinta Val yang sudah sangat basah itu.
Kedua tangan Val erat merengkuh leher Rajeh, membuat pria ini semakin erat menindih tubuhnya. Salah satu kaki Val terangkat sedikit ke atas, tersangkut di tangan sofa, membuat kewanitaannya semakin terkuak lebar, terpampang bebas. Tangan Rajesh semakin leluasa bermain di sana. Gairah Val pun semakin membara.
Tahu-tahu Val merasa tubuhnya melayang. Rajesh membopong wanita molek ini dengan sekali rengkuh. Kuat sekali pria itu. Dengan santai ia membawa Val ke ruang tidur utama sambil menciumi bibirnya. Val tetap memejamkan mata, membiarkan sang pangeran membawanya ke peraduan cinta. Membiarkan pula bibirnya dilumat dan digigit mesra. Membiarkan segalanya terjadi begitu saja.
Membiarkan pula Annisa bergabung di ruang tidur!
*****
Di kamar tidur, Rajesh menurunkan tubuh Val dan mulai menelanjanginya. Val berdiri saja diam seperti manequin yang sedang didandani. Sekejap tubuhnya sudah telanjang bulat, mulus menantang menakjubkan siapa pun yang melihatnya.
Rajesh kmudian menciumi seluruh permukaan dada Val dengan bergairah, membuat wanita ini menggelinjang kegelian. Val pun merasakan dirinya melayang-layang di awan birahi di langit cinta yang luas. Ia terus memejamkan mata, seakan-akan takut terbangun dari mimpi yang menggairahkan ini. Rasa geli-nikmat memenuhi seluruh permukaan dadanya, membuatnya menggelinjang-gelinjang liar.
Lalu, samar-sama dirasakannya seseorang meraba-raba bagian belakang tubuhnya. Siapa itu? Annisa!!.. sejenak Val panik memikirkan kemungkinan seorang wanita mencumbu dirinya. Sejenak tubuhnya menegang antara ingin menghentikan apa pun yang terjadi dan ingin melanjutkan. Di belakang, Annisa menggigiti pinggul dan bukit-kenyal pantatnya. Oh, Val terperangkap di antara dua serbuan-serbuan kenikmatan yang memenuhi seluruh tubuhnya. Berdirinya sudah limbung, untung tangan-tangan Rajesh kokoh menopang tubuhnya. Val mengerang-erang saja, merintih-rintih nikmat, merasakan dua mulut panas membakar badannya. Segala kepanikan tiba-tiba saja sirna, berganti kenikmatan belaka.
Lalu, satu tangan Annisa bermain di kewanitaannya, mengusap-membelai bibir-bibirnya. Jelas sekali, sebagai wanita, Annisa tahu di mana harus meraba. Ahhh,... Val kegelian, membuka kedua pahanya semakin lebar. Mulut Rajesh telah pula sampai di salah satu putingnya. Oohh,... Val mengerang mendorong dadanya semakin kedepan, mengundang Rajesh untuk lebih kuat mengenyot-menyedot.
Jari-jari Annisa menguak bibir kewanitaan Val, lalu menggosok-gosok bagian dalamnya. Satu tangan Rajesh merayap ke bawah, menemukan si Kecil Merah tak terjamah. Dengan jari tengah, Rajesh mengurut-menelusur tonjolan itu. Aaah..., Val menjerit tertahan merasakan kenikmatan datang dari mana-mana.
"Oooh..., yess!" erang Val ketika merasakan lidah Annisa menjilati celah-celah bagian belakangnya, turun perlahan menuju kewanitaannya yang telah mulai basah. Tanpa sadar ia menunggingkan tubuhnya, memberikan semakin banyak keleluasaan kepada gadis itu. Kini, sama sekali tidak ada panik di kepala Val. Cuma ada kenikmatan dan keinginan untuk segera melanjutkan permainan cinta ini ke tingkat yang lebih liar lagi, lebih bergairah lagi.
"Nggg...!" rintih Val ketika ternyata Rajesh juga turun, menciumi perutnya, lalu mulai menjilati si Kecil Merah.
Tubuh Val terasa melayang-layang, dijilati dari depan dan belakang di bagian-bagian yang sangat sensitif. Satu tangannya mencengkram rambut Rajesh di depan, satu tangan lagi mencengkram rambut Annisa di belakang. Oh...., kedua kakinya semakin terentang, dan ia semakin tak kuat menahan tubuhnya yang bergetar. Oh...., ia bagai sedang menunggang dua kuda sekaligus. Seorang satria wanita yang menuju perang bergelora. Tubuhnya berguncang-guncang merasakan serbuan-serbuan kenikmatan yang semakin lama semakin intensif.
Apalagi kemudian ia merasakan lidah Annisa yang kecil dan panas itu menelusup masuk, menjilati dinding-dinding permukaan kewanitaannya dari arah belakang. Val mengerang keras ... setengah berteriak, bahkan.... merasakan geli-nikmat menyerbu masuk ke tubuhnya, datang dari lidah yang bergerak-gerak cepat, keluar-masuk, berkeliling-keliling. Sementara di depan, mulut Rajesh telah pula menghisap-hisap tonjolan kenikmatan yang memerah itu. Tak terkira rasanya! Nikmat sekali rasanya! ... Val segera merasakan klimaks menyerbu, datang menderu. Sebuah sedotan kuat dari mulut Rajesh dan hujaman lidah Annisa dari belakang menjebol tanggul orgasmenya. Bergulung-gulung kenikmatan tiada tara menyerbu seluruh tubuh Val, membuat wanita ini berguncang-menggeliat-gelisah. Sebuah teriakan, bagai orang yang sedang melepaskan seluruh perasaannya, keluar dari mulut Val.
Kalau tidak ada Rajesh, pastilah Val sudah bergelimpangan di lantai. Dengan kedua tangannya yang kukuh, pria itu menahan pinggul Val. Ia segera menghentikan ciumannya, lalu dengan sekali rengkuh mengangkat tubuh Val ke tempat tidur king size yang masih ditutupi bed cover itu. Annisa segera ikut naik ke ranjang, kembali memposisikan dirinya di belakang Val.

bersambung......

No comments:

Post a Comment

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...