Thursday, February 26, 2009

Elena

Kira-kira sebulan sesudah pesta di kaki gunung Salak, selesai meeting di kantor, aku menerima message di voice mailku. Yang mengirim message seorang cewek, dia cuma memintaku supaya menelepon dia di 0816 xxyyzz.

Selesai meeting, aku langsung mendial nomer itu.., ternyata cewek itu Elena, dia yang jadi tuan rumah waktu pesta di kaki Gunung Salak itu, what a surprise!, Dia mengajakku untuk makan malam dan akhirnya kita janjian ketemu di Gondola Restaurant jam 8 malam.

Malam itu, Elena datang dengan gaun yang aduhai, dia benar-benar membuatku berdebar-debar. Dengan potongan dada yang rendah, aku bisa melihat belahan dadanya yang putih dan di kanan kirinya menyembul buah dada yang cukup menantang, dia memakai BH yang tipis sehingga samar-samar putingnya terlihat menonjol di balik gaunnya. Rambutnya di sanggul, sehingga lehernya yang putih jenjang terlihat jelas. Gaun mininya yang ketat memperlihatkan pinggulnya yang padat dan aku tidak melihat garis celana dalamnya. Betisnya putih dan berbentuk seperti cerutu makin membuat darah laki-lakiku makin bergolak.
Selesai makan, kuantar dia pulang ke apartemennya di Cipete. Di lift, begitu pintu tertutup, tiba-tiba saja dia memelukku dan berbisik.
“Ndra, aku pingin merasakan kejantanan lu.., Vinda bilang lu hebat”. Aku merasakan buah dadanya yang tertekan di antara tubuhku, dan kontan saja penisku berdiri. Elena ternyata merasakan juga penisku yang menegang, dia langsung meremas penisku sambil menyodorkan bibirnya yang merekah, langsung saja kusambar bibirnya dengan ciuman yang penuh nafsu dan tanganku mulai menjelajah buah dadanya. Aku remas buah dadanya dengan lembut dan aku merasakan desahan nafas Elena yang makin keras. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka, dan kita berdua dengan terburu-buru langsung menuju kamar apartemen karena kita merasakan nafsu birahi yang rasanya sudah tidak tertahankan lagi.

Setelah kita berdua masuk dan mengunci pintu, Elena langsung menciumiku dengan bertubi-tubi, tangannya langsung melepaskan sabuk dan celanaku. Sementara itu, aku juga berusaha melepaskan gaunnya dengan menurunkan ritsluiting di punggungnya. Setelah gaunnya lepas, aku melihat tubuh yang putih mulus, Elena ternyata tidak memakai celana dalam sehingga aku sekarang bisa melihat bibir vagina yang menggembung dan ditutupi oleh bulu-bulu yang tipis dan buah dadanya yang menonjol indah itu masih ditutupi oleh BH yang tipis. Tidak lama kemudian, aku merasakan jari-jarinya di penisku dan setelah itu Elena berjongkok dan memulai babak pemanasan dengan mengecup dan menghisap penisku dengan bibirnya yang mungil itu. Beberapa saat kemudian, kita berdua sudah telanjang total tanpa sebuah benangpun menutupi tubuh. Aku merasakan hisapannya di penisku makin menggairahkan.

Pelan-pelan kuangkat dia supaya berdiri dan kurapetin dia ke tembok, kuhujani dia dengan kecupan di leher dan bibirnya. Sementara itu tanganku mulai bekerja di buah dada dan vaginanya. Tidak lama kemudian, Elena menggelinjang dan setengah berteriak “Ndra, setubuhin aku sekarang.., aku udah tidak tahan!”. Kusuruh dia mengangkat kakinya, pada saat itu vaginanya terbuka, aku masukin penisku ke vaginanya yang sudah dipenuhi dengan lendir. Setelah itu aku suruh dia melingkarkan kedua kakinya di pinggangku dan kedua tangannya di leherku, kedua tanganku berada di pantatnya untuk mengangkatnya. Posisi kita persis seperti orang yang menggendong temannya, hanya saja penisku sudah tertancap ke vaginanya. Dengan tanganku yang ada di pantatnya, aku angkat dia naik turun sehingga kemaluan kita saling bergesek. Aku merasakan lubang vaginanya mulai basah lembab.

Sambil menggendong Elena, aku jalan ke sofa dan akhirnya aku duduk di sofa yang empuk itu. Sekarang posisi Elena berjongkok di atasku dengan penisku masih di dalam vaginanya yang menggairahkan itu. Elena mulai menggerakkan badannya naik turun, seperti orang sedang berkuda sementara itu kedua tanganku mulai bekerja di payudaranya yang makin menegang itu. Makin lama gerakan naik turunnya makin cepat, sehingga penisku dan vaginanya bergesek makin keras, karena vaginanya sudah mengeluarkan cairan “pelumas”, gesekan itu terasa nikmat dan membuat penisku makin keras. Kenikmatan gesekan ini ternyata membuat Elena menjerit-jerit kecil, “Ough.., ough.., ahh”. Beberapa saat kemudian, gerakan naik turunnya bertambah pelan, seolah-olah dia ingin merasakan gesekan yang menimbulkan kenikmatan itu, penisku sekarang bergesek lembut dengan vaginanya. Aku tahu dia sebentar lagi orgasme, langsung saja bibirku bekerja di payudaranya, sambil kuremas pelan-pelan bibirku mengecup dan menghisap puting payudaranya.
Kegiatanku ini ternyata membuat Elena makin tersenggal-senggal, “Ahh.., aauhhg.., terus ‘Ndra.., ohh”.
Tidak lama kemudian, Elena mengejang dan menjerit, “Ndra, aku tidak tahan lagi.., ohh.., uhff”, dan aku merasakan penisku dibasahi cairan dari vaginanya. Elena merebahkan badannya di atasku, aku terus mengecup dan menjilati kedua putingnya dan celah-celah payudaranya. Tangan kiriku mengelus dan meremas rambutnya dan tangan kananku meremas-remas pantatnya yang kencang itu.
Sesudah beberapa menit, aku bilang ke Elena, “Len, aku pingin nyetubuhin lu dari belakang, coba lu nungging di sofa”. Tanpa banyak bicara, dia melakukan perintahku. Dia berdiri mengangkang dengan satu kaki ada diatas sofa dan badannya membungkuk dengan kedua tangan berpegangan di sandaran sofa. Kumasukkan penisku ke vaginanya dari belakang, aku merasakan vaginanya masih cukup lembab buat main satu ronde lagi. Aku pegang pinggangnya yang ramping dan aku mulai menggerakkan badanku maju mundur. penisku keluar masuk vaginanya, mula-mula dengan perlahan-lahan, makin lama aku tambah temponya.
Badan Elena terguncang-guncang dan dia mulai mendesah-desah, “Ough.., Oohh.., Oughh.., lagi Ndra, lagi”. Setelah kugoyang dengan cepat dan bertenaga, aku pelankan ayunan pantatku dan aku raih payudaranya untuk diremas-remas, sesudah itu aku naikkan lagi tempo keluar-masuknya penisku dari vaginanya dan akibatnya Elena menjerit-jerit lagi, “Uughh.., ughh.., Oughh..”. Jeritannya ternyata makin membangkitkan nafsuku, sehingga kugoyang makin cepat dan makin bertenaga. Aku merasakan kenikmatan yang makin besar, tapi akibatnya Elena menjerit, “Ndra.., udah Ndra.., Ohh.., aku tidak tahan..”. Akhirnya kulepaskan penisku dari vaginanya.

Aku Rentangkan dia diatas karpet dan kubisiki, “Sorry Len.., aku belum orgasme juga nih, kita main sebentar lagi yaa!”. Terus kutindih dia dan aku masukkan penisku lagi di vaginanya dan sekarang kita main dengan posisi konvensional.
Elena cuma berbisik, “Pelan-pelan ya Ndra..”. Sekarang aku merasakan kedua payudaranya yang menegang di dadaku, kedua tangan Elena memeluk punggungku dan aku mulai beraksi dengan menggerakkan pinggulku naik turun. Sementara itu mulut kita saling berciuman, dan lidah kita saling beradu mencoba saling membelit. Pantat Elena ikut bergerak seirama dengan gerakan pinggulku, sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang akan membuatku orgasme. Beberapa saat kemudian, aku mendengar desah nafasnya yang mulai tidak teratur dan aku menaikkan tempo goyangan pinggulku. Aku juga merasakan vaginanya yang makin basah, badannya juga menggelinjang-gelinjang di bawah tekanan badanku dan tangannya mulai meremas rambutku. Makin lama desahannya makin keras, “Ahh.., emmhh.., Ndra, lagi.., oughh”.

Beberapa saat kemudian, Elena menjerit, “Ndra, aku tidak tahan lagi.., oughh”, dan badannya mulai mengejang.
Terus aku berkata, “Tahan dulu Len.., sebentar saja..”, dan aku merasakan cairan maniku mulai mengalir di batang penisku, mendesak keluar dan aku pelanin goyangan pinggulku. Sesudah itu kutekan penisku dalam-dalam ke vagina Elena, dia mengejang dan menjerit, “Ouhh..”, demikian juga aku. Elena mengejang dan memelukku kuat-kuat, air maniku menyemprot di dalam vaginanya dan kita berdua merasakan sensasi orgasme yang luar biasa.

Beberapa detik kemudian, kita berdua terkulai lemas tapi aku masih menciumi bibir dan lehernya dengan lembut. Tanganku mengelus-elus kedua payudaranya karena aku tahu setelah orgasme, wanita tidak ingin ditinggal begitu saja.
Akhirnya Elena berbisik, “Pantes si Vinda lengket sama lu Ndra, lu ternyata memang hebat di ranjang”. Sesudah itu kita berdua pergi ke kamar tidur buat beristirahat, mengumpulkan tenaga karena masih ada beberapa seks session lagi sebelum pagi tiba.

Wednesday, February 25, 2009

Pesta Anak Muda

Malam tahun baru 1998 yang lalu, gue diundang ke suatu pesta anak-anak muda kalangan the have. Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki gunung Salak, jalan masuknya cuma buat satu mobil. Kebetulan gue dan temen gue Ferry dateng yang paling belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat mobil- mobil yang parkir di situ Opel Blazer DOHC gue ternyata yang paling murah !!

Kita berdua langsung masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada beberapa orang tamu cowok cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang keren. Ferry langsung ngenalin gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang aduhai umurnya kurang lebih 26 tahun, namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah anak seorang bankir di Jakarta.

Nggak lama kemudian, Elena ngebuka acara hura-hura ini . Sambil makan Ferry bilangin gue kalau nanti jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, " Ndra, coba elo itung jumlah cowok sama ceweknya sama nggak ?". Selintas gue hitung dan ternyata jumlahnya nggak jauh beda, gue langsung nanya, " Emangnya kenapa Fer ?". Temen gue ini nyahutin dengan tenang, "Tenang aja Ndra, pokoknya elo puas lah !". Sehabis makan, gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang cewek yang menarik perhatian gue.

Nama cewek ini, Vinda tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Dia memakai kaos yang ketat dengan belahan di dada yang cukup menantang kejantanan gue, buah dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus. Yang paling bikin gue penasaran adalah pandangan matanya yang memperlihatkan hasrat bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua ngobrol kesana kemari dan akhirnya gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih kuliah di suatu perguruan tinggi di daerah Kalibata.

Nggak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat mike, " Dancing time, guys !!". Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue nggak tahan juga akhirnya gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia seorang pe-disco yang hot, gerakan-gerakan tubuhnya bener-bener membangkitkan kejantanan gue. Beberapa kali buah dadanya di tempel dan digoyang- goyangkan di dada gue dengan sengaja, seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam kita berjoget, akhirnya kita mutusin untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia nyahut dengan nakal, "Gimana kalau whisky cola aja ?". Wah, gile juga nih cewek abis kita minum-minum, ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan Vinda langsung narik gue balik melantai. Dia langsung meluk gue buah dadanya langsung terhimpit diantara kita berdua, dan membuat kemaluan gue menegang. Gue pikir si Vinda pasti ngerasa juga nih . Akhirnya gue beraniin nyium belakang telinganya dan gue terusin ke lehernya, udah itu tangan kanan gue meremas dengan pelan pantatnya yang berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat. Gerakan itu gue ulang beberapa kali, dan terasa desah nafasnya makin keras akhirnya Vinda nggak tahan, bibir gue langsung di kulumnya gue ngerasain lidah kita beradu. Buat makin ngerangsang, gue gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.

Lagi enak-enaknya kita ciuman, tahu- tahu musik di balikin lagi jadi disco bubar deh, rangsangan- rangsangan yang gue buat tadi. Sementara gue sama Vinda nge-slow dance, rupanya makin banyak minuman keras yang beredar. Nggak lama ada seorang cewek naik ke atas meja dan ngejoget dengan gerakan-gerakan yang hot, dan lagi-lagi Elena berteriak lewat mikenya DJ, "It's free time hey, Finny show your naked body !". Dan cewek yang lagi joget diatas meja tadi langsung ngelepasin blusnya dan disusul dengan BHnya, cowok-cowok langsung bertepuk- tangan dan bersuit- suit, sementara cewek-ceweknya berteriak histeris. Beberapa diantara mereka langsung mengadakan gerakan- gerakan sex foreplay. Dalam hati gue berteriak, " Damn, ini yang dimaksud sama Ferry tadi !".

Akhirnya perhatian gue balik ke Vinda lagi, yang sebelumnya gue peluk dari belakang gue cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus dan tangan gue mulai masuk ke balik kaosnya mencari buah dadanya. Waktu gue mulai meremas buah dadanya, Vinda cuma menggeliat senang di pelukan gue, dan dia berusaha masukin tangannya ke celana gue. Sesaat kemudian, dia berbisik, "Ndra, fuck me please gue udah nggak tahan nih !", udah itu si Vinda narik gue ke salah satu kamar di lantai dua.

Begitu pintu ketutup, Vinda langsung meluk dan bibirnya langsung melumat bibir gue dan tangannya langsung ngelepasin ikat pinggang dan celana gue, setelah itu dengan nggak sabar dia melorotin celana dalam gue. Akhirnya kontol gue yang udah berdiri dari tadi nongol keluar dan Vinda dengan sigap menggenggam kontol gue dan diarahin ke mulutnya. Dalam sekejap kontol gue setengahnya udah masuk mulutnya, sementara itu gue ngelepasin kemeja dan gue ngerasain nikmatnya kontol dihisap dan diemut. Sambil ngebungkuk, gue ngebukain kaos sama BHnya Vinda, ternyata badannya bener bener putih mulus, teteknya bulat penuh dengan puting yang berwarna merah tua dan si Vinda masih ngemut dan ngisep kontol gue dengan bernafsu.

Setelah gue pikir dia cukup ngisepin kontol gue, si Vinda gue bimbing dan gue celentangkan di ranjang. Sesudah itu gue bukain rok dan celana dalamnya, gue ngeliat bibir kemaluannya tidak ditutupi jembut sama sekali. Ketika jari gue mulai masuk ke vaginanya, gue ngerasa vaginanya mulai basah. Sementara itu, mulut dan lidah gue mulai bermain-main di teteknya, putingnya adalah sasaran yang menggairahkan dan tangan gue yang satu nggak ketinggalan mulai ngeremas-remas teteknya yang mulai mengeras. Si Vinda cuma mendesah-desah dan menggeliat merasakan nikmatnya jari dan kecupan gue, tangannya cuma bisa menarik-narik rambut gue.

Pelan-pelan jari gue bergerak makin dalam dan akhirnya tersentuhlah clitorisnya, langsung aja si Vinda mendesah, "Uhghh, Ndra lagii, emmhh" dan bibir gue ngerasain teteknya makin tegang. Kecupan dan jilatan lidah gue akhirnya menjelajahi kedua teteknya dan lembah diantaranya, dan jari-jari gue tetap ngemainin clitorisnya yang membuat Vinda makin menggelinjang- gelinjang dan desahannya makin keras, "Ohhh, Ndra . Ufhh, oohhh". Memeknya terasa makin basah dan bibir vaginanya makin menggembung, tanda nafsu birahinya makin menggelora.

Akhirnya, gue ngambil posisi 69, kontol gue jatuh diatas mulutnya dan mulut gue mulai bekerja dengan mengecup bibir vaginanya. Makin lama gue tambah kekuatan kecupan gue, makin lama dan makin kuat, sekali-kali lidah gue mendesak masuk kesisi dalam dari vaginanya. Si Vinda hanya bisa menggelinjang dan mengangkat pinggulnya, karena mulutnya lagi sibuk ngisep kontol gue. Nggak lama dia ngelepasin kontol gue dan ngejerit, "Ndra, fuck me .. please, gue nggak tahan lagi, please !". Gue putar badan dan Vinda langsung ngebuka selangkangannya, dengan dua jari gue buka memeknya yang sudah menggembung itu dan gue gesek- gesekan kepala kontol gue ke bibir vaginanya bagian dalam. Si Vinda makin menggelinjang dan mendesah-desah, setelah itu gue masukin setengah kontol gue ke memeknya dan gue goyang maju mundur tapi gue jaga cuma setengah kontol gue yang masuk. Nggak lama Vinda ngejerit lagi, " Ndra ayo masukin kontol elo semuanya yang dalem Ndra ". Tapi gue cuekin aja permintaannya itu, karena gue pingin ngebuat dia makin terangsang. Cuma kepala kontol gue yang bersenggolan sama selaput dara dan kadang-kadang gue ngerasain clitorisnya di ujung kontol gue, sementara itu goyangan gue makin cepat dan membuat Vinda makin terangsang. Si Vinda makin nggak tahan untuk dientot, "Indra ayo dong entot gue emmhh, masukin yang dalem Ndra " bujuknya manja. "Ok, kalau elo mau ngerasain panjangnya kontol gue, kita ganti posisi aja".

Udah itu, gue ngambil posisi duduk selonjor dan si Vinda gue suruh berjongkok menghadap ke gue. Langsung aja kontol gue digenggamnya dan diarahin ke memeknya, udah itu dia ngedudukin pinggul gue dan kontol gue langsung terbenam di memeknya yang basah lembab itu. "Ok, Vin sekarang elo goyang pelan pelan naik turun, gimana ?" dan dia nyahut, "Ndra, kontol elo bener-bener fit di memek gue emmm, ufhhh ". Terusnya Vinda bergerak naik turun seperti orang naik kuda, gesekan kontol gue dan memeknya memberikan kenikmatan yang luar biasa, makin lama gerakannya makin cepat dan desahannya juga makin keras, "Oghhh . Ohhhh, emmm .. ufghh". Dan gue juga ngerasain kontol gue dialirin cairan vagina yang makin banyak. Sementara itu, tangan gue mengelus- elus punggungnya dan meremas teteknya, gerakan teteknya yang seirama dengan naik turun badannya benar benar sensual. Kurang lebih setengah jam si Vinda berkuda diatas kontol gue, dia ngejerit kecil, "Ndra ughhhh. gue orgasme . Ohhh, ohhh" dan tiba tiba aja badannya menegang dan dijatuhkannya ke badan gue, dan gue juga ngerasain kontol gue bener bener basah sama cairan vagina.

Si Vinda gue rebahin di pinggir ranjang dan gue berdiri di atas lutut gue, setelah itu gue buka kedua pahanya yang putih itu dan gue masukin lagi kontol gue ke memeknya. Gue senderin kedua kaki Vinda ke badan gue dan sambil meganin kedua kakinya, gue mulai ngegoyangin pinggul gue maju mundur. Gue bilang ke Vinda, "Sekarang giliran gue ". Awalnya gue goyang dengan lambat dan makin lama makin cepat, gue ngerasain kenikmatan yang diberikan memeknya si Vinda. Sementara itu, si Vinda cuma bisa melenguh, " Uhhhg ohhhh lagi Ndra uufhh" dan meremas-remas teteknya sendiri sambil menggelinjang- gelinjang. Nggak lama, gue turunin frekuensi goyangan gue jadi gue bisa sambil nyiumin betisnya Vinda. "Ndra ohhg, masukin yang dalem uuhhhpp" dan gue sahutin, " OK, sekarang lingkarin kaki elo di pinggang gue, gue akan tancepin dalem- dalem kontol gue". Si Vinda nurut dan gue tarik kontol gue pelan-pelan setelah itu gue masukin lagi secepat mungkin dengan tenaga penuh, jadi gue masukin kontol gue dengan sentakan-sentakan bertenaga. Vinda cuma bisa menjerit setiap kali kontol gue memasuki memeknya, " Oohhh uuhhhpp .. uuhhhpp Ndra lagiii ohhh gilaa ouchh ". Kedua tangannya merenggut seprei keras-keras, karena dia merasakan sedikit rasa sakit yang bercampur kenikmatan yang luar biasa, dan Vinda memejamkan matanya, suatu tanda dia bener-bener menikmati kontol gue. Nggak lama kemudian gue ngerasain kedua pahanya menegang dan menjepit pinggang gue dengan keras, demikian juga dengan badannya yang menegang dan punggungnya terangkat dari tempat tidur, membuat teteknya makin menonjol. Akhirnya dia menjerit lagi, " Ouchhh Ndra . Gue orgasm lagi . Ouchh" dan gue rebahin badan gue di atas badannya sambil gue ciumin leher, telinga dan teteknya yang menggelembung keras. Kemudian gue suruh dia untuk terlentang di tengah ranjang.

Sambil gue remas teteknya, gue bisikin dia, " Satu session lagi yaa " dan dia menyahut, "Elo bener-bener ngebuat gue gila Ndra". Dengan lutut gue, gue buka lagi kedua pahanya dan untuk ke sekian kalinya kontol gue masuk lagi di memeknya. Gue rebahin badan gue menimpa badannya Vinda dan gue ngerasain kedua teteknya di dada gue, sementara itu kedua tangan Vinda memeluk tubuh gue dengan erat. Gue cium bibirnya, sehingga kita kembali merasakan lidah-lidah yang beradu dan gue mulai menggoyangkan pinggul gue naik turun. Dua puluh menit kemudian, Vinda mulai menggelinjang dengan liar di bawah badan gue dan gue merasakan kenikmatan yang lain yaitu tetek-teteknya makin bergesekan dengan dada gue. Setelah itu gue makin mempercepat goyangan dan Vinda mulai mendesah-desah lagi, "Ohhg . Ufhhp", nggak lama kemudian dia menjerit, "Ndra, gue mau orgasm lagi ouchhh". Terus gue bilang, "Tahan bentar Vin, gue juga mau keluar nih" dan makin gue percepat goyangan gue. Akhirnya Vinda menjerit kecil, "Ndra . Gue orgasme ohhh" dan guepun nggak tahan lagi. Badan kita berdua menegang dan untuk meredam jeritan Vinda, gue bungkam bibirnya dengan ciuman. Setelah itu gue merasakan gerakan air mani di dalam kontol gue yang berarti sebentar lagi air mani gue menyembur keluar dan dengan sigap gue keluarin kontol gue dari memeknya Vinda.

Akhirnya air mani gue muncrat keluar tepat di atas dada Vinda dan dia membantu ngurutin kontol gue, supaya tidak ada mani yang ketinggalan. Kemudian Vinda mulai menjilati kontol gue dan akhirnya diemut untuk dibersihkan. Setelah itu kita berdua tidur berpelukan kelelahan dengan rasa puas yang tak segera hilang.   

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...