Friday, May 19, 2017

Oh Mitra Bisnisku

Saya baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan melilitkan sehelai handuk seperti biasanya. Karena kamar mandi berada di dalam kamar utama, saya tidak terlalu menghiraukan penampilan saya dari kamar mandi, bahkan biasanya keluar dari kamar mandi tanpa memakai apa-apa. Dan saya langsung menuju meja rias untuk berias karena pagi ini saya harus menghadiri rapat perusahaan untuk mengadakan kontrak kerja dengan mitra bisnis saya.

Saya sebagai salah satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun yang menjabat sebagai Direktur Utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditandatangani oleh saya saja.

Ternyata dia sudah bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur sambil memainkan remote control TV untuk melihat berita hari ini. Seperti biasanya, di depan meja rias saya mulai berias. Saya melepas handuk yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan. Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.

Di bagian dada sedikit agak lama memberikan lotion-nya terutama di bagian payudara saya yang berukuran 36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu kenikmatan dan memang terlihat dengan mulai mengerasnya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari Inggris yang lucu dan seksi. BH yang hanya menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH-nya tapi tetap menjaga bentuk payudara. Saya mulai memakai stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha, dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya memanggilnya, “Mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini.” Suami yang tidur dengan mengenakan T-shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan menuju ke meja rias untuk membantu saya.”Mas bagus ini BH-nya, nikmat dipakai sepertinya, seksi lagi.” Sambil tersenyum dia membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya menanyakannya, “Pinter juga milihnya Mas, gimana pas tidak kelihatannya.”

Dari belakang saya, suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yang dia berikan itu. Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini. Saya sedikit mendesah, “Ah, Mas nakal nih tangannya”, sambil tetap meremas kedua payudara saya dia menjawab, “Kenapa memangnya tangan saya?” dia mulai menjepit ke dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit menariknya dengan perlahan.
“Enak ya rasanya, sudah lama kan tidak saya pijit.”
“Ah Mas menggoda saja orang mau kerja”. Kedua putingnya dengan cepat mengeras, terasa sakit bercampur nikmat.
“Ah… ah… nikmat sekali rasanya”, saya segera ingin berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai melilitkan ke tengkuknya dari depan dan mengelus rambutnya yang berombak. Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya betul-betul terangsang. Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana dalam. Dia mulai mengelus rambut bawah saya yang tidak banyak ini.”Aduh kamu sudah banjir sepertinya….” memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab, dan dia terus mengelus dengan lembutnya.Mendadak saya merintih agak keras “Ah… ah…!” ketika dia memainkan bibir bawah saya, tidak kuat lagi saya berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir meja rias untuk bertahan. Tangan kanannya bergerak lebih jauh lagi.

Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah. Seperti terpeleset, jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di dalam vagina saya, “Ah… ah… aduh Mas… ah… saya tidak tahan… nikmat sekali…”, Saya sudah tidak sabar lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana dalamnya, saya mulai memegang penisnya yang sudah membesar dan keras itu, dan dengan berirama saya gerakkan. “Ah… ah…” dia mulai merintih kecil.

Sementara itu dia menambah jari telunjuknya untuk dimasukkan ke milik saya,
“Gimana…. nikmat… rasanya”, katanya.
“Ah… Mas nikmat sekali… terus gerakkan Mas… jangan berhenti… satu lagi Mas… ah…!” saya minta jari manisnya juga. Saya mulai menarik celana dalamnya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celananya pun jatuh ke bawah. Saya membungkuk lebih dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas-remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap. Pinggulnya mulai dia gerakkan berirama. Saya hanya bisa lihat dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu. Membuat saya gregetan untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.
“Ayo Mas… saya sudah tidak tahan lagi… ah.. ah..!” saya memintanya.
“Mau apa kamu… bilang dong”, dengan nada menggoda.
Saya pegang ujung penisnya yang sedang menempel di mulut vagina, “Ini, mau ini cepat… ah.. ah.. jangan buat penasaran, ah..!” dan lebih membungkuk lagi saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.

Pelahan-lahan dia mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk ke dalam saya, “Ah… ah… ayo terus Mas… saya mau semuanya.. ah.” Dia hanya memasukkan setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke depan dan ke belakang dengan berirama. “Ah… terus.. terus Mas… saya mau semuanya… ah.. sampai mentok Mas.. ah.”
“Aah emm nikmat tidak, mau semuanya ya..” dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu yang nikmat sekali. Pinggulnya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat iramanya, tentu saja membuat saya tenggelam kenikmatan.

Tiba-tiba dia melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias, kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan memasukkan kembali penisnya ke dalam saya, “Ah… ah…” saya pun merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi. Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.Dia mulai mencium saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya. Kedua lidah saling bercengkrama dan membuat lebih nikmat. Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimas.
“Tunggu Mas, saya mau sama-sama Mas, ah..!” saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih konsentrasi lagi sambil menjepit penisnya.
“Ah… Mas ayo Mas.. saya sudah mau keluar Mas… ah.. sama-sama… Mas!” Dan seperti pistol meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.

Irama gerakan pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan, dan saya memeluk kepalanya dan saya ciumi kuping kirinya sambil berbisik “Ah… nikmat sekali Mas, sudah lama kita tidak begini”, dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. “Aah…” dia merintih sedikit karena penisnya yang masih di dalam saya jepit. Dia mulai mengeluarkan penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.
“Mitra kita akan tertarik dengan kecantikan kamu nanti”, katanya dengan penuh arti.

Di luar mobil sudah menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.Saya memakai onepice merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya. Supir saya membukakan pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu ditutup saya menarik bagian rok saya yang masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya yang ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah bergerak dan sedikit terlihat seksi dengan belahan di depan. Supir sepertinya sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus menutup pintu.”Jon tolong mampir ke Hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor.”
Di lobby hotel tamu saya sudah menunggu, dia bersama wakilnya.
“Wah maaf Pak Robert agak telat sedikit, tadi jalanan sedikit macet.”
Saya berbohong, padahal jalan tidak macet, tentu saya tidak bisa bilang bahwa saya telat karena menikmati seks di pagi hari. Bapak Robert ini sepertinya masih muda dan tampan, badannya tegap dan tinggi. Masih muda sudah menjadi president suatu perusahaan yang lumayan besar.

Di mobil saya duduk di sebelah kanan, kemudian Pak Robert di tengah dan wakilnya di kanan. Sambil sedikit memiringkan badan masing-masing kami berbincang-bincang tentang kota Jakarta. Sambil berbincang-bincang, sesekali-kali dia mencuri pemandangan dengan melirik ke bagian dada saya yang belahan bajunya sedikit rendah ini. Saya tahu itu, tapi saya berpura-pura seperti tidak sadar dan juga saya tahu bahwa yang dia lihat adalah bagian yang menonjol dari balik baju saya di sekitar buah dada saya.”Pak Robert sudah umur berapa putranya?” saya sengaja menanyakanya untuk memastikan sudah berkeluarga atau belum. Dia tersenyum dan, “Saya belum berkeluarga bu”, sambil tersenyum. “Kalau begitu bisa lebih santai dulu dong di Jakarta setelah kerjaan selesai”, dengan nada memancing saya bertanya.

Tidak lama kemudian kami sudah sampai di kantor. Mobil berhenti dan supir membukakan pintu sebelah kiri. Wakil Pak Robert turun dahulu dan kemudian dia, sambil bergeser saya juga menunggu untuk keluar, dan ketika saya memutarkan badan untuk mengambil tas saya yang ada di belakang kursi, belahan rok saya terbuka sampai pangkal belahan, tapi saya tidak sempat membenarkannya dan langsung ke luar. Di depan pintu Pak Robert sudah menunggu saya untuk turun, dan dia pasti telah melihat pangkal paha saya dan bahkan mungkin telah lihat celana dalam saya yang hitam dan agak transparant itu. Pintu lift di loby terbuka dan saya persilakan Tamu saya masuk dahulu dan kemudian saya. Kantor saya ada di tingkat 30, di dalam lift tidak terlalu penuh, tapi di tingkat 3 banyak yang masuk sehingga kami mundur ke belakang. Karena penuhnya, saya terdorong sampai menyentuh pak Robert, “Maaf Pak Robert”, saya minta maaf kepadanya.

Dalam lift saya merasakan tangan Pak Robert yang menempel ke pantat saya, merasa tidak sopan, dia menggeser tangannya agar tidak menyentuh, tapi rupanya justru membuat posisinya semakin tidak enak. Bagian depannya langsung menempel ke bagian belakang saya. Saya merasa ada sesuatu yang keras menyentuh bagian belakang saya, penisnya mengeras rupanya. Belum sampai lebih jauh merasakannya lift terbuka dan kami harus keluar. Ruang rapat sudah siap dan saya persilakan masuk, dan beberapa menit kemudian rapat dimulai. Ada dua hal kontrak yang kami bicarakan dan pada awal rencana kami akan menanda tangani kedua kontrak kerja, tapi setelah satu jam rapat berjalan ada satu hal yang harus di konfirmasikan dan Pak Robert minta ditunda sehari, akhirnya kami menandatangani satu kontrak kerja saja.Untuk menjamu tamu, saya membuat appoitment untuk dinner malam ini di hotel Pak Robert jam 20 malam. Pak Robert dengan diantar oleh mobil saya kembali ke hotel.

Sore jam 16 saya bersiap-siap untuk pulang ke rumah karena nanti malam ada dinner dengan Pak Robert. Ketika sampai di rumah ternyata ada pesan dari suami bahwa dia harus keluar kota dan baru kembali besok pagi. Saya langsung menuju meja rias dan membuka baju untuk mandi. Setelah buka baju, saya duduk dahulu di kursi meja rias sambil membuka BH saya, dan sedikit istirahat dulu. Saya merasakan kelembaban di celana dalam saya, dan merabanya dari atas celana, ternyata basah, naluri seks saya sedang tinggi. Dari selangkangan kaki, celana dalam saya geser sehingga tangan saya dapat menyentuh bibir bawah yang sudah basah ini, dengan halus saya mengelus-ngelusnya sambil membayangkan tadi pagi, tapi tiba-tiba imajinasi saya berubah seakan-akan pak Robert yang muda dan ganteng itu sedang mencium dan menjilat vagina saya. Cairan yang hangat dan licin semangkin membasahi, dengan tidak sadar jari telunjuk saya sudah masuk ke dalam vagina dan terus saya gerakkan keluar masuk dari vagina saya, “Ah.. ah.. ah..” saya mulai merintih dengan nikmatnya. Seperti kurang puas dengan jari, saya membuka laci meja rias dan mengeluarkan mainan saya.

Mainan ini berbentuk penis ukuran orang Eropa dan bisa bergerak-gerak dengan memakai baterai. Mula-mula ujungnya saya tempel di ujung mulut vagina saya, “Ah.. ah!” denyut jantung mulai cepat dan saya mulai memasukkannya perlahan-lahan sambil berimajinasi yang masuk itu penis Pak Robert. Saya masukkan sampai habis, bukan main rasanya, seperti benar-benar melakukan seks, mainan ini bergerak terus di dalam badan saya. Saya mulai menggerakkan mainan perlahan dengan mengeluar-masukan ke vagina dengan berirama, seperti orang laki-laki sedang memasukan punyanya ke vagina wanita.
“Ah… ah… ah ah ah..” irama gerakkan mulai cepat dan cepat, saya pun mulai tidak sadarkan diri, sementara tangan kanan menggerakkan mainan, tangan kiri saya mulai meremas payudara kanan saya dan sambil memainkan puting yang sudah dari tadi mengeras.

Selama lima menit, terus saya mainkan mainan ini dan irama tangan pun semangkin cepat, dan saya sudah mendekati kelimax. “Ah.. ah… keluar.. ah.. ah”, tanpa saya atur pinggul saya bergerak menyentak dan mainan yang di dalam saya jepit. Cairan kental bening keluar banyak dari celah vagina yang masih dimasuki oleh mainan ini. Kepala dan tangan, saya rebahkan di meja rias, sementara mainan penis ini masih bergerak di dalam vagina saya. Kurang lebih tiga menit kemudian saya mulai menarik mainan yang masih bergerak dalam vagina saya, mainan sudah jelas basah dan licin oleh cairan saya. Mainan saya bersihkan dengan tissue dan saya simpan kembali di laci, dan saya baru melepas celana dalam yang sudah basah ini dan melepas gartar, kedua stocking saya, dan menuju kamar mandi.
Saya pilih gaun biru gelap untuk dinner malam ini. Setelah memakai minyak wangi ke seluruh badan, saya mulai mengenakan stocking hitam dari kaki kiri dan terus saya tarik sampai setengah paha dan diteruskan dengan yang kanan. Saya lebih senang stocking model seperti ini dari pada panty socking, lebih praktis apabila ingin ke kamar kecil. Gartar pun saya pilih yang hitam, dan saya jepit tali gartar ke ujung stocking yang ada di pertengahan paha. Saya pilih celana dalam hitam yang berbentuk sangat minim yang hanya pas-pasan menutupi bagian depannya, sedangkan bagian belakang hampir seperti tidak memakai celana dalam, hanya berupa garis yang menutupi belahan bagian belakang, sehingga dari luar baju tidak akan terlihat garis celana dalam. Gaun malam saya bagian bawahnya panjang sampai ke mata kaki dengan dua belahan di samping sampai dua puluh centimeter dari atas lutut. Bagian punggung terbuka, dan bagian depan gaun dari dada terus ke atas dan bersimpul di kuduk kepala, tentu tidak berlengan dan belahan dadanya sampai setinggi bawah payudara, gaun hanya pas menutupi bagian payudara saja.

Gaun seperti ini tidak bisa memakai BH yang umumnya, biasanya hanya berupa cup saja. Tapi saya kurang nikmat memakai BH yang hanya cup saja. Malam ini payudara saya langsung ditutup oleh gaun saja, tidak memakai BH. Setelah merapihkan gaun dengan melihat dari kaca setinggi badan kemudian saya memilih sepatu untuk malam ini. Saya pilih warna hitam bludru dan dengan hak yang tinggi. Supaya tidak kelihatan sepi bagian atasnya, saya pakai anting berbentuk bulat seperti gelang yang tipis dan bross bentuk daun di dada kiri. Lipstik saya pilih warna merah rose dan ditambah dengan lips gloss agar lebih kelihatan mengkilat dan tidak kering.

Jam sudah menunjukkan pukul 19:00, saya harus berangkat sekarang.Malam ini saya bawa mobil sendiri, supir sudah saya suruh pulang karena besok pagi dia harus jemput suami pulang. Mobil sudah disiapkan dari dalam garasi, mobil ini hadiah dari suami yang bisa di hitung oleh jari di Jakarta ini. Mobil sport warna merah buatan Italy, jarang saya pakai kalau siang karena mencolok. Jalanan tidak terlalu padat, dan sekitar setengah jam sudah sampai di hotel. Dari lobi hotel saya menelepon ke kamar Pak Robert, “Pak Robert saya tunggu di lobi ya.” Pak Robert minta waktu sebentar untuk turun, kira-kira sepuluh menit kemudian dia turun dan menemui saya. “Wah maaf bu menunggu agak lama”, sambil memandang saya dengan mata seorang laki-laki muda yang penuh arti. “Maaf Pak Robert, bapak tidak bisa hadir malam ini karena dia ada urusan penting ke luar kota, salam saja darinya semoga bisnis kita bisa jalan dengan lancar”.
“Oh tidak apa, tapi kasihan juga ya ibu sering di tinggal suami, apa tidak kesepian?”

Saya balas dengan senyuman. Kami pilih restoran Jepang Teppanyaki. Dengan kursi yang mengelilingi meja penggorengan yang lebar, kami duduk di bagian tengah, dan memang hanya kami berdua di situ karena sudah di-reserve. Tidak lama koki yang akan meladeni kita datang dan kami memilih menunya. Sementara kami menunggu makanan sampai jadi dan melihat atraksi si koki yang sangat khas ini, kami berbincang-bincang, dari cerita ringan sampai mulai cerita soal bisnis. Tidak lama kemudian masakan siap dan kita mulai makan sambil meneruskan perbincangan kami. “Wah saya kurang mahir memakai sumpit”, dan memang Pak Robert kelihatannya kurang mahir untuk mengambil makanannya. “Cara memegangnya begini pak, jadinya tidak jatuh dan tidak capai tangannya”, sambil membetulkan jarinya memegang sumpit. Sepertinya agak lumayan sekarang tapi dia senang rupanya sekarang, tapi di bagian akhir dia berusaha mau mengambil udang yang sudah matang itu, dan berkali-kali jatuh karena licin. Karena kasihan, saya bantu ambilkan dengan sumpit saya dan suapkan ke mulutnya, mukanya sedikit merah karena malu sepertinya, saya tersenyum.

Setelah selesai makan, Pak Robert saya ajak ke pub yang ada di hotel ini, “Bagaimana kalau kita pindah tempat ke pub di atas untuk berbincang-bincang.”
“Boleh bu”, dia menurut saja. Hari ini sepertinya agak ramai, dan banyak tamu orang barat, sehingga kami tidak dapat meja, terpaksa kami duduk di bar-nya.
“Ibu mau minum apa?” sambil menunjukkan menu ke saya. “Terserah Pak Robert deh, kan anda lebih tahu yang nikmat”, dan akhirnya dia pesan cocktail dengan campuran dasar gin. Agak keras, tapi nikmat rasanya. Sementara kami berbincang-bincang, suasana semangkin ramai, musik berirama cepat terus mengalir dan yang turun untuk berdansa di dance floor semakin ramai, begitu asyiknya berbincang-bincang saya tidak ingat sudah berapa gelas saya tambah minum, yang jelas lumayan banyak, soalnya mulai terasa alkohol naik ke kepala. Mendadak musik berhenti dan disusul dengan alunan musik yang slow, yang berdansa pun sedikit berkurang, pembicaraan kami pun terputus sejenak.”Pak Robert mau turun?” sebelum dia sempat menjawab, saya sudah tarik tangannya. Awalnya kami berdansa dengan sedikit mengambil jarak, tangan kanan saya memegang tangan kirinya, dan tangan kiri saya melilitkan ke pinggang dia, begitu juga dia. Sambil iringan musik yang slow terus mengumandang, kami meneruskan pembicaraan.

Ketika kami mulai berhenti berbicara, saya mencoba mendekatkan badan ke dia, dan rupanya dia menyesuaikan diri juga. Dengan perlahan tangan kanan saya lepaskan dari tangannya begitu juga tangan kiri saya lepas dari pinggangnya dan melingkarkan kedua tangan saya ke belakang pinggangnya, dan dia pun mengikutinya, tapi dia melingkarkan tangannya agak ke atas, sehingga terasa sentuhan tangannya yang hangat itu ke bagian punggung saya yang terbuka itu. Suasana semangkin romantis, dan kami makin merapat.Saya merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat, saya pun sama, apalagi payudara saya yang tanpa BH itu menempel dengan rapatnya ke dadanya, puting saya terasa mengeras yang hanya ditutupi sehelai kain sutra yang tipis, dia pun pasti merasakannya. Dia pun bereaksi, terutama ketika saya menekankan bagian bawah saya ke dia, penisnya mengeras dan terasa agak besar miliknya. Kepala saya rebahkan ke dadanya, dan kini sementara tangan kanannya tetap diam pada posisi semula, di punggung bawah sekitar pinggang, tangan kirinya mulai naik perlahan-lahan ke atas dan berhenti di pertengahan punggung, terus bergeser ke kanan hingga ujung salah satu jarinya menyentuh bagian payudara saya yang sedikit tidak tertutup dari celah samping belakang gaun saya.

Saya sedikit mendesah sambil menutup mata, tapi sepertinya dia tidak dengar. Sampai beberapa saat terus kami dalam posisi begini, dan tidak ada satu kata pun yang keluar dari kami. Musik berhenti, rupanya waktu istirahat untuk pemain band, dan kami pun kembali ke bar tempat semula kami duduk. Waktu telah menunjukkan pukul 23:30.
Saya kembali berbicara mengenai bisinis, “Saya rasa tidak ada yang kurang lagi dengan kontrak kerja kita yang kedua itu dan percayalah sama saya”, dengan nada meyakini nya.
“Coba kita lihat lagi sama-sama kontraknya, mungkin ada yang saya bisa bantu lebih jelas”, sekali lagi saya meyakinkannya.
“Kalau begitu saya ambil dulu surat kontraknya dan kita ketemu di loby”, ucapnya.
“Kalau Pak Robert tidak keberatan kita langsung saja ke kamar bapak dan kita bahas disana.”
“Boleh, kalau ibu mau silakan.”
Selama perjalanan kami tidak ada pembicaraan. Kamar dibuka dan kami masuk, di dalam keadaannya rapih dan luas dan memang ini sweet room.

Dia menuju tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidur sambil mengambil tas kerjanya untuk mengambil dokumen, sementara itu saya mengikutinya dari belakang, dan menyalakan radio yang ada di dekat tempat tidurnya, alunan musik yang lembut memenuhi ruangan, dan saya kemudian duduk di sampingnya. Karena tempat tidur agak rendah posisinya, belahan samping baju saya terbuka lebar, tapi saya biarkan saja. Sambil membuka buka dokumen, sebentar-sebentar dia mencuri pemandangan paha saya yang kelihatan dari belahan gaun. Saya berusaha menerangkan satu persatu pasal-pasal yang dia anggap ragu, tapi sepertinya dia sudah tidak terlalu konsentrasi lagi. Tidak lama setelah saya menjelaskan semuanya tiba-tiba dia mengambil ballpoint dari tasnya dan,
“Saya tandatangan malam ini saja deh”, sambil tersenyum.
“Pokoknya saya percaya deh dengan perusahaan ibu”, dan dia pun menandatanganinya. Saya balas dengan berjabat tangan.
“Ibu mau minum apa? wah hanya ada beer dan wisky saja tapi…” dengan nada kecewa.
“Kalau begitu saya minta scotch saja deh.” Dia mengangguk dan menyiapkan dua gelas dan mengeluarkan es dari kulkas. Sementara itu saya minta izin mau ke kamar kecil. Di dalam kamar kecil yang jadi satu dengan kamar mandi dan dengan kaca yang besar saya merapihkan baju dan merapihkan rambut dan menambah lipstik lagi yang mulai pudar.

Ketika selesai saya merasa tidak enak di celana dalam saya, dan ketika saya mau membenarkan, bagian depannya saya pegang, ternyata basah. Mungkin tadi waktu kami dansa dan saya terangsang sampai basah. Saya bingung, bagaimana ya, dipakai terus tidak enak rasanya. Akhirnya saya putuskan untuk melepaskannya dan saya masukkan ke dalam tas kecil saya. Begitu saya keluar, Pak Robert baru selesai membuatkan scotch untuk berdua. Saya ambil gelas yang satu dari tangan dia dan terus berjalan menuju jendela sambil melihat pemandangan di luar, sudah pukul 0:30, jalanan sudah tidak banyak mobil, sementara itu dia duduk di ujung tempat tidur sambil memandang saya dari belakang. Saya baru sadar di depan saya ada lampu dinding yang agak terang, rupanya dia lihat bayangan badan saya yang samar-samar kelihatan dari balik gaun. Tapi saya diam saja tanpa reaksi terus memperhatikan jendela.

Tidak lama dia melepas jasnya dan berdiri menghampiri saya, tapi di tengah-tengah dia berhenti dan dengan suara agak ragu dia bertanya kepada saya,
“Maukah ibu dansa lagi dengan saya di sini?”
“Emm, nikmat juga ya mungkin, lagunya juga nikmat dan tenang lagi, ya boleh”, saya membalasnya sambil mendekatinya. Minuman saya letakkan dan langsung kami berdansa. Kali ini kami langsung merapat dan saling merangkul pinggang pasangan masing-masing. Semakin lama suasana semankin romantis, kepala saya sudah merebahkan ke dadanya, dan bagian bawah mulai saya tekan ke dia, reaksi sudah kelihatan, punyanya mengeras.

Puting saya sudah dahulu mengeras dan sangat kencang terasa. Seperti ingin lebih merasakannya, kedua tangannya mulai turun ke bawah dan memegang bagian pantat saya dan mendorongkannya ke badannya sehingga lebih terasa bentuk penisnya yang menekan bagian bawah saya. Tangannya mulai mengelus-ngelus pantat saya dari luar gaun saya sambil terkadang meremasnya, saya tidak menunjukkan reaksi apa-apa, berarti ada lampu hijau dari saya, dia terus melakukannya berkali-kali, dan saya tetap diam sambil merasakan kenikmatan. Tidak lama kemudian kedua tangannya bergeser ke bagian pangkal belahan gaun di pertengahan kedua paha saya, dan dengan cepatnya kedua tangannya menyelinap ke dalam belahan gaun dan mencoba memegang pantat saya dari dalam. Dia mulai meraba-raba pantat saya seakan mencari sesuatu. Sepertinya dia mencari celana dalam saya, padahal saya sudah tidak pakai lagi. Begitu dia sadar bahwa saya tidak memakai celana dalam, wajahnya sedikit kaget, tapi hanya sejenak, bahkan dia lebih berani lagi dengan menggerakkan tangan kanannya ke bagian depan saya, mengelus rambut bawah dan jari telunjuk dan tengahnya turun lebih bawah lagi tepat di bagian belahan depan. Dengan kedua jarinya dia membuaka bibir bawah dan menjepit kacang saya.

Dia tahu saya sudah banjir. Ketika dia sekali lagi memainkan bagian puting, mendadak kepala saya bangkit dari dadanya dan menghadap mukanya dengan jarak yang sangat dekat dan keluar suara rintihan saya sambil menutupkan mata, “aah…” Belum sempat saya menutup mulut, bibirnya langsung mendarat di bibir saya dan menciumnya. Saya sengaja membuka mulut saya agar dia lebih dalam mengecup saya. Lidahnya mulai memasuki bibir dan terus masuk ke mulut, Saya pun bereaksi dengan mengulurkan lidah saya, lidah saya dan lidahnya saling menyaut dan menghisap. Sampai beberapa saat kami saling bercumbu. Seakan sudah diberi lampu hijau dari saya, dia bertambah agresif. Tangan kananya kembali melingkar ke belakang saya dan bersama tangan kirinya kembali meremas-remas pantat saya sambil terkadang mendorongnya ke depan sehingga menekan bagian depannya, sementara kami tetap saling bercumbu. Tangan yang sejak tadi melingkar di pinggang Pak Robert mulai saya lepas dan tangan kiri saya gerakkan menuju depan celananya, dan meraba-raba seperti mencari sesuatu.

Sampai juga yang saya cari, ritsluiting celananya saya tarik ke bawah perlahan-lahan, kemudian tangan saya segera menyelinap ke dalam celananya, dan terus menuju ke dalam celana dalamnya. Penisnya sudah tegap dari tadi, ukurannya cukup besar, segera saya genggam dan tangan saya gerakan ke atas dan ke bawah perlahan-lahan secara berirama. Seperti ada reaksi dari tangan saya, dia sedikit menggigit bibir saya, dia mulai terangsang rupanya, sementara tangan kiri saya tetap bergerak berirama menggenggam penisnya. Tidak lama kemudian dari ujung penisnya membasah, terasa dari jari telunjuk saya yang mengusap ujung penisnya, terasa licin dan lengket. Bibirnya mulai bergeser dari bibir saya menuju pipi dan terus ke daun kuping saya. Seperti mengemut permen, daun kuping sekitar anting kanan saya dikulumnya dengan lembut dan suara nafasnya yang memuncak sangat jelas terdengar di kuping saya. Tidak lama kemudian bibirnya pindah mengecup leher sebelah samping di dekat kuduk saya dan terkadang mengecup sambil menyedotnya. “Aah.. ah..” saya berdesah lagi. Ketika asyik mengecup leher saya, dia melihat simpul baju yang persis di kuduk saya, segera kedua tangannya yang berada di pantat saya naik ke atas menuju simpul itu dan dia mulai membukanya, dengan mudah simpul terlepas dan gaun bagian depan dengan sendirinya lepas dan jatuh ke bawah. Buah dada yang sebelumnya tertutup gaun, sekarang terlihat jelas keduanya dan puting yang sudah mengeras dari tadi jelas terlihat.

Sedikit membungkuk, bibirnya menuju buah dada saya yang kanan dan mengecup putingnya. “Ah… ah…” saya benar-benar terangsang. Tangan kirinya kembali meremas pantat saya dan yang kanan menuju buah dada yang kiri dan meremas dengan lembutnya. Dia memainkan puting kiri dengan bibirnya, menghisap, mengecup, mengkulum dan terkadang menggigit dengan ringan. Saya tidak bisa menjelaskan nikmatnya dengan kata-kata. Lidahnya pun terkadang keluar untuk menjilat puting dan sekitarnya yang berwarna kemerah-mudaan. Jari telunjuk dan tengah tangan kanannya memainkan puting kiri saya dengan menjepitnya. Seperti tidak ingin dihalangi apa-apa, tangan kanannya yang berada di pantat saya segera menarik ke bawah gaun saya yang sudah setengah terbuka itu, langsung saja seluruhnya jatuh ke lantai. Tinggal gartar dan stocking yang melekat pada badan saya. Saya berlutut di depannya dan memberi kesempatan untuk membuka dasi dan kemejanya.

Sementara itu saya mulai membukakan celananya, dengan segeranya jatuh ke bawah, dan terus menurunkan celana dalamnya. Sekarang saya dapat melihat jelas penisnya. Saya mendekat dan dengan telapak kanan, kantong di bawah penis saya elus dengan halus, “Oh.. oh..” dia terangsang rupanya. Ujung penisnya saya kecup beberapa kali dan dengan ujung lidah saya jilat belahan yang ada pada ujung penisnya. Memang benar, cairannya mulai keluar sedikit dari ujung penis, terasa asin. Pinggulnya saya pegang dengan kedua tangannya agar lebih mantap melakukan oral. Kepala penisnya saya masukkan ke mulut dan berkali-kali saya kulum dan dihisap. Setiap kali saya hisap dia merintih. Sudah dari tadi dia melepaskan kemejanya, dan sudah tidak ada satu kain pun yang melekat di badannya.

Setelah puas memainkan kepala penisnya di dalam mulut, saya mulai lebih memasukkan penisnya ke dalam mulut saya perlahan-lahan sampai ke pangkal penis, masuk semua ke dalam mulut saya. Saya berhenti sejenak untuk menikmatinya dan sementara itu kedua tangannya membelai-belai rambut saya.Saya mulai menggerakan mulut saya dengan mengeluarkan dan memasukan penisnya dari mulut saya dan sekali-kali saya hisap ujungnya. Seakan sedang makan es mambo dengan nikmatnya, terus saya gerakkan berirama. “Aah… ah.. nikmat sekali, ah…” dia merintih. Sekali-kali saya melirik ke atas melihat wajahnya yang sudah hanyut kenikmatan, saya pun sudah terangsang dan benar-benar lupa segalanya. Sepertinya sudah lama dia tidak melakukan seks, tapi saya tahu dia pengalaman. Cukup lama saya melakukan oral, dan dia bertahan rupanya, tapi tidak lama kemudian kakinya mulai gemetar, tidak kuat berdiri lagi rupanya. Dia menarik saya untuk berdiri, dan setelah itu dia mendorong saya sedikit ke belakang dan mendudukkan saya di tepi tempat tidur.

Sekarang dia gantian berlutut, saya sudah tahu apa yang akan dia lakukan, tanpa diminta saya membuka kaki lebar-lebar sehingga selangkangan saya terlihat jelas. Kepalanya mulai mendekati selangkangan saya dan terus memendamkan kepalanya tepat di daerah bibir bawah, lidahnya berusaha membuka belahan saya dan terus menjilat kacang saya berkali-kali, “Ah.. ah.. ah!” saya merintih agak keras. Dengan bibirnya, dia mengecup dan mengulum kacang saya beberapa saat. Dari situ dia mula menjilat mulut vagina saya dan mengecupnya. Dia menghisap cairan yang sudah dari tadi membasahi vagina saya dan menelannya seakan meminum air, cairan dari dalam vagina semakin banyak keluar, tanda sudah siap untuk tahap selanjutnya. Lidahnya menjulur memasuki mulut vagina dan terus ke dalam, “Ah.. ah..” saya merintih tidak tahan dan meremas-remas kepalanya. Seakan ada suatu makhluk hidup yang masuk ke dalam vagina dan bergerak-gerak. Dia memang sedang memainkan lidahnya di dalam vagina saya. Saya tidak kuat lagi bertahan untuk duduk, akhirnya saya merebahkan diri, sementara itu dia masih terus memainkan vagina saya dengan lidahnya, saya merintih berkali-kali.

Akhirnya kepalanya menjauh dari selangkangan, berdiri dan naik ke tempat tidur untuk bergerak lebih jauh lagi. Kami sudah berada di atas tempat tidur, dia mulai menghampiri saya yang sudah telentang dari tadi. Dia mengambil posisi di atas saya dan dengan halusnya mengecup dan kami saling bercumbu, mengkulum lidah saya di dalam mulutnya, saling bertukar air liur seakan menikmati suatu masakan. Bibirnya bergerak ke leher dan terus mengecup, saya merintih tidak henti-hentinya dan dia menikmati rintihan saya. Bibirnya terus mengecup ke bawah sampai ke pangkal belahan buah dada saya, dan kedua tangannya terus meremas dan memainkan buah dada saya, sesekali menjilat puting. Sementara sedang menciumi kedua buah dada saya, salah satu tangannya menyelinap ke bawah bantal dan seperti mengambil sesuatu. Saya tidak begitu sadar saking nikmatnya suasana. Bibirnya kembali bergeser ke atas dan menciumi belakang daun kuping saya.

Sementara itu salah satu tangannya yang sedang menggenggam sesuatu dia turunkan ke bawah, tidak lama kemudian saya ada kesempatan melihat ke bawah badan saya. Dia sedang menyobek plastik kecil, dia sedang membuka kondom, dan sedang menyiapkan diri untuk dipakai. Tangannya yang memegang kondom saya tangkap dengan tangan saya. Bibir saya segera menuju daun kupingnya dan saya kecup beberapa kali dan kemudian sambil sedikit merintih berbisik kedia, “Tidak usah pakai itu, tidak apa-apa masukkan saja, ah.. ah..” Dia membatalkan untuk memakai kondom. Penisnya sudah berada di ujung vagina, dan mulai memasukkan kepala penisnya, dan saya merintih keras. Kepala penisnya digerak-gerakkan, membuat saya kehilangan kontrol.
“Masukan semua, ah”, saya meminta.
“Keluarkan di dalam saja”, sekali lagi saya meminta. Saya ingin dia menyelesaikan klimaksnya di dalam, ingin merasakan cairan panas kental itu masuk ke dalam tubuh. Seperti sudah mendapat izin, dia terus menekan penisnya mendorong ke dalam vagina. Saya merasakan penisnya yang besar itu terus masuk lebih dalam. Dia masukkan semua sepertinya, saya merasa ujung penisnya mencapai bagian paling dalam vagina saya. Tentu saya merintih-rintih tanpa henti dan memeluk badannya untuk bertahan. Dia mulai menggerakkan pingulnya dan terasa penisnya bergerak keluar masuk vagina saya. Suara seperti orang jalan di tempat becek, terdengar bunyi dari gesekan penisnya dengan ujung vagina yang banjir. Sambil bercumbu, gerakkannya semakin cepat. Pinggul saya pun ikut menyesuaikan gerakannya. Terus menerus saya merintih. Sesekali dia menjilat dan menghisap puting saya yang berdiri menantang dan keras itu.

Mendadak dia memeluk badan saya agak kuat, dan kami merubah posisi dengan memutar badan kami. Dia telentang dan saya berada di atasnya. Seperti menunggang kuda, saya duduk di atasnya dan penisnya tetap berada di dalam saya. Sekarang saya yang mulai menggerakkan pinggul, dia kelihatan menikmatinya, terlihat dari wajahnya. Sementara pinggul saya bergerak semakin cepat. Saya pun merintih karena nikmatnya. Saya paling senang posisi begini. Terasa penisnya masuk lebih dalam dan memang saya merasakan ujung penisnya berada di bagian paling dalam vagina. Sesekali saya jepit penisnya yang sedang berada di dalam. Beberapa menit kemudian dia merintih agak keras, “Aah.. saya tidak tahan, ah.”
Saya pun sudah mendekat klimaks,
“Keluarkan di dalam, ah cepat sekarang!”
Cairan panas terasa keluar di dalam saya, dan saya pun sampai puncaknya.Kami benar-benar menikmatinya sampai akhir. Saya mulai merebahkan diri ke badannya, detak jantung kami terasa masih kencang, dan penisnya masih di dalam saya. Dia mencium bibir saya yang masih bernafas dengan kencang, saya pun menjawabnya dengan mengecup bibirnya.

Pukul empat pagi saya terbangun, saya masih bersama Pak Robert di tempat tidur tanpa sehelai baju. Dia masih tidur dengan lelapnya, saya berdiri dan menuju kamar mandi dan mandi. Saya juga membersihkan bagian dalam saya, terasa air maninya sedikit masih tersisa di dalam.

TAMAT

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...