Sunday, October 24, 2010

Kisah Valerie 8 (Terakhir)

Malam Yang Tak Kan terlupakan (3)
-----------------------------------------------
Val akhirnya berbaring dalam posisi terlentang pasrah. Wanita ini benar-benar telah menyerahkan tubuhnya ke dua pasangan bercintanya. Segala perasaan kuatir yang tadinya memenuhi kepala Val kini sirna sudah. Ia kini ingin sekali menikmati permainan cinta bertiga dengan seorang pria gagah dan seorang gadis mungil molek.
Rajesh berbaring di sebelah kanan, sudah dalam keadaan telanjang. Entah kapan ia melepas baju-bajunya, Val tak pernah tahu karena sepanjang percumbuan ia lebih banyak memejamkan mata. Kini Rajesh kembali menciumi leher, bahu dan payudaranya. Val mengerang-merintih merasakan geli-nikmat menyebar ke seluruh tubuh. Apalagi tangan lelaki itu meremas-remas pangkal payudaranya, menimbulkan sedikit perih bercampur nikmat. Oh..., pandai sekali ia bercumbu.
Sementara itu, Val juga tak peduli apa yang dilakukan Annisa dengan kewanitaannya di bawah sana. Gadis itu juga tampak "profesional" sekali bercumbu bertiga seperti ini. Bagi Val, ini adalah pengalamannya yang pertama, karena itu sesungguhnya ia tak tahu harus berbuat apa selain membiarkan saja kedua pasangannya berbuat sekehendak hati. Lagipula, ia sendiri memang ingin menikmati saja permainan ini. Itu lah yang terbaik baginya saat ini!
Sudah tentu, bagi Val, permainan cinta kali ini lebih nikmat dari biasanya. Kali ini, kenikmatan datang dari segala penjuru. Kalau bercinta dengan seorang pria, biasanya kenikmatan terkonsentrasi di salah satu bagian tubuh. Kalau pria itu sedang mengulum putingnya, dari sanalah datang kenikmatan utama, walau tangannya juga bermain di bawah. Kalau pria itu sedang menjilati kewanitaannya, dari sanalah datang kenikmatan, walau tangannya menggerayangi dada. Kini, kedua tempat itu mendapat perlakukan erotis yang sama kuatnya. Mendatangkan dua kenikmatan sekaligus, berlipat-lipat ganda rasanya.
Annisa tahu betul apa yang harus dilakukannya di bawah sana. Tentu saja! Sebagai wanita, ia tahu persis bagian-bagian mana yang harus mendapat perlakuan halus-lembut, mana yang harus agak keras. Lidahnya yang kecil dan basah kini bermain-main di atas si Kecil Merah yang sudah sangat memerah itu. Ohh..., Val merasa seperti dikelitiki oleh sejuta kupu-kupu yang terbang berkeliling-keliling di atas kewanitaannya. Lalu dua jari gadis itu sudah pula menyeruak ke dalam liang cintanya. Satu jari terasa mengurut-urut dinding bagian atas, tempat adanya sebuah tonjolan yang mengeras, yang menjadi pusat saraf kenikmatan di bagian dalam. Ohh..., Val rasanya seperti berayun-ayun di awan sensasi.
Annisa juga tak henti-hentinya mengeluarkan suara mendesah; dan nafasnya yang hangat menambah kenikmatan bagi Val. Kewanitaannya serasa terbakar oleh birahi yang semakin lama semakin menggelegak. Apalagi ketika jari-jari Annisa menguak bibir kewanitaan itu, Val merasa semakin lebar terpampang. Bagian dalam kewanitaannya terasa bergerak-bergelora ketika kini lidah Annisa mulai menelusup-nelusup. Mula-mula hanya di pinggir-pinggiran, di pembukaan liang basah yang berdenyut itu. Lalu agak masuk ke dalam, menyentuh-nyentuh dinding yang memerah, menimbulkan rasa geli sekaligus nikmat luar biasa. Melayang-layang rasanya tubuh Val, di angkasa birahi yang luas tak berbatas.
"Ahhh...!" sebuah desah panjang lepas menghambur dari mulut Val ketika ia merasakan orgasmenya datang menyerbu. Pinggulnya meregang, terangkat tinggi-tinggi, hampir saja membuat Annisa terdorong keluar ranjang. Sementara itu Rajesh menyedot kuat salah satu putingnya, menimbulkan semacam ledakan kecil yang mengawali serangkaian ledakan-ledakan dahsyat di tubuh Val. Bagai terlanda gelombang yang tak kelihatan, tubuh Val terlontar-lontar di atas ranjang ketika klimaks menyerbu. Kalau saja Rajesh tak kuat menekan tubuh wanita itu, niscaya mereka bertiga sudah bergelimpangan ke luar ranjang.
"Ngggg...!" sebuah erangan keras menghambur pula dari mulut Val karena rasa geli dan nikmat yang sangat kuat melanda tubuhnya, karena kedua pasangan bercumbunya tak berhenti menjilat dan menyedot. Seluruh urat syaraf di tubuhnya terasa meletup-letup.
Lalu, tiba-tiba Rajesh menyelusup ke bawah tubuh Val, sehingga wanita itu kini terlentang di sepanjang tubuh pria yang kokoh itu. Entah bagaimana caranya Rajesh ber-"akrobat", laki-laki itu sungguh ahli dalam bercinta. Val membiarkan saja tubuhnya diatur sedemikian rupa sehingga kini ia terlentang mengangkang di atas tubuh Rajesh.
Samar-samar Val merasakan Annisa mengatur sesuatu di bawah sana, dan sebelum ia bisa berpikir lebih jauh, dirasakannya ujung kejantanan Rajesh mulai menyeruak di permukaan liang cintanya. Oh! .. rupanya tangan Annisa menuntun kejantanan itu ke tempat yang tepat, dan ketika Rajesh menyorongkan pinggulnya ke atas, kejantanan itu pun perlahan melesak. Oh!.. besar dan kenyal sekali kejantanan itu, menerobos perlahan, meregangkan lebih jauh lagi dinding-dinding kewanitaan Val, membuat wanita itu menjerit nikmat. Sungguh seperti dibelah dua rasanya di bawah sana. Seperti diterobos oleh kekenyalan yang keras-kokoh, memenuhi seluruh rongga yang sudah basah dan berdenyut-denyut itu.
Lalu Rajesh mendorong punggung Val perlahan-lahan, sehingga akhirnya Val berada dalam posisi duduk mengangkangi pangkuan Rajesh. Oh!... Val kini bagai sedang menunggang kuda tetapi menghadap ke belakang. Kejantanan Rajesh kini tertanam dalam-dalam, menyentuh dinding paling belakang dari kewanitaan Val. Belum apa-apa, Val sudah merasakan klimaksnya mulai terbentuk lagi. Padahal klimaks yang sebelumnya belum lagi reda!
Secara naluriah, Val mulai menggoyang-goyangkan pinggulnya. Maju-mundur, kekiri-kekanan, berputar-putar. Oh!.. seluruh liang kewanitaannya seperti disodok-sodok batang kenyal-panas yang menimbulkan gelora birahi berkepanjangan. Badan Val mulai bergetar keras merasakan serbuan-serbuan kenikmatan menyebar ke seluruh tubuh. Terlebih lagi, lidah Annisa kini kembali bermain di tonjolan kecil yang sudah sangat terangsang itu. Gila!.. Val rasanya seperti mengalami klimaks yang tak henti-hentinya, tak putus-putusnya.
Lalu Val mulai bergerak naik turun. Kejantanan Rajesh yang tegak-tegang kini keluar masuk, menimbulkan suara-suara sensual bagai lesung yang sedang disodok-sodokan ke palung becek. Akibat gerakan ini pula, si Kecil Merah terasa semakin geli tersentuh-sentuh lidah Annisa yang hangat dan lembut. Belum pernah Val mengalami kenikmatan begitu dahsyat seperti saat ini. Gerakan naik turunnya menjadi semakin cepat. Semakin cepat dan semakin liar.
Kedua tangan Val bertelektekan di lutunya sendiri. Wajahnya yang cantik terlihat semakin cantik dengan rona kemerahan. Matanya kini setengah terbuka, tetapi pandangannya menerawang. Mulutnya terbuka lebar, tetapi hanya dengusan nafas yang keluar menderu-deru. Seluruh tubuhnya menegang seperti orang mengejan. Seperti seorang lifter (atlit angkat besi) yang sedang berusaha mengangkat beban terberat.
Lalu Val menjerit keras sekali. Suaranya bagai sapi yang sedang disembelih. Kalau tidak dalam keadaan begini, pastilah Val ngeri sendiri mendengar suara itu. Tetapi dalam keadaan orgasme yang memuncak seperti ini, teriakan itu justru melegakan. Teriakan itu justru menandai tercapainya puncak kenikmatan yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari puncak-puncak yang selama ini didakinya. Jauh lebih dahsyat pula gemuruh lahar yang tumpah ruah dari gunung birahinya. Meledak-ledak seperti mercon raksasa yang mampu mengguncang-guncang ranjang kokoh yang terbuat dari besi.
Di tengah-tengah klimaks, Annisa melakukan sesuatu yang menakjubkan. Ia menggigit si Kecil Merah, tidak terlalu keras, tetapi mampu menimbulkan perasaan yang tak terkira dalam diri Val. Sambil terus mengerang, ia menengok ke bawah, melihat apa yang terjadi di kewanitaannya. Dilihatnya Annisa menyedot kuat-kuat, menjepit si Kecil Merah di antara bibirnya yang seksi. Oh!... pemandangan yang sensual itu, ditambah gigitan kecil itu ...ditambah sodokan-sodokan kejantanan Rajesh ... . Oh!.. Oh!.. Oh!... Val tak sanggup lagi berpikir. Dunia terasa meledak lagi, berkeping-keping. Setiap kepingannya adalah sebentuk kenikmatan tiada tara.

*******
Entah apa yang terjadi, dalam 10 detik Val kehilangan kesadarannya. Tubuhnya yang molek terhempas ke ranjang, ke sebelah Rajesh. Keringat membanjir, berleleran di mana-mana, mengalir seperti sungai kecil di antara bukit-bukit dadanya yang turun-naik dengan cepat. Val setengah semaput!
Sementara itu Rajesh juga sudah sangat terangsang. Gerakan-gerakan Val membuat kejantanannya terasa sangat-sangat tegang. Ia segera menarik tubuh Annisa ke atas tubuhnya. Gadis itu pun juga sudah sangat terpesona dan ingin segera melanjutkan permainan. Ia segera mengangkangi Rajesh, menuntun kejantanan pria itu tepat ke depan liang surgawinya. Lalu, dengan sekali gerakan ia mendudukkan dirinya di pangkuan Rajesh.
"Aaaah....!" Annisa mengerang panjang ketika merasakan otot kenyal-keras-panas menyeruak masuk ke dalam kewanitaannya yang sempit. Sebagai wanita Asia, tentu saja liang kewanitaannya setengah kali lebih sempit daripada milik Val. Bagi Rajesh, pergantian ini sungguh sebuah kejutan yang nikmat. Dari liang yang berdenyut-denyut liar, kini kejantanannya pindah ke sebuah gua daging yang kesat-liat.
Dengan kedua tangan mencengkram pinggul Annisa, pria itu pun mengendalikan permainan cinta yang bergelora ini. Annisa membiarkan Rajesh menaik-turunkan tubuhnya. Pria itu sangat perkasa. Tubuhnya terasa ringan dinaik-turunkan sepanjang kejantanan yang tegak-tegang itu. Annisa bergidik-bergetar merasakan klimaksnya sudah datang dengan cepatnya. Setiap kali tubuhnya bergerak naik-turun, setiap kali pula kenikmatan bertambah intens terasa. Ujung kejantanan Rajesh yang keras-kenyal membentur-bentur dinding terdalam kewanitaan Annisa, membuat gadis ini mengerang-erang keenakan.
"Yes.. yes.. yes!" jerit Annisa setiap kali tubuhnya menghujam ke bawah. Suaranya melengking manja. Matanya membelalak indah, menatap ke wajah Rajesh yang juga menatapnya dengan mata bersinar bergairah. Kedua payudaranya berguncang-guncang hebat setiap kali tubuh mungilnya bergerak naik-turun dengan cepat.
Rajesh merasakan kejantanannya seperti diremas-diurut oleh liang licin-basah yang kenyal. Wow!... tak kuasa ia menahan gemuruh di dalam tubuhnya, yang bagai air bah meminta jalan keluar. Sejak tadi ia berusaha mengendalikan diri untuk memberikan klimaks kepada Val. Tetapi kini ia tidak tahan lagi. Dengan erangan keras, ia tarik ke bawah tubuh Annisa sekuat tenaga.
"Aaaaaah!" gadis itu menjerit keras, bukan karena kesakitan, melainkan karena ia tak kuasa pula menahan ledakan klimaks ketika kewanitaannya berbenturan dengan pangkal kejantanan Rajesh. Gadis itu menghenyakkan pula tubuhnya ke bawah sekuat tenaga, lalu menekan dengan segala daya, memutar-mutar pinggulnya. Klimaks datang dengan cepat, membuat tubuhnya meregang-regang. Berguncang-guncang hebat. Menggelepar-gelepar. Bergelinjang-gelinjang.
Di sebelah pasangan yang sedang asyik itu, Val membuka matanya. Pemandangan yang ditemuinya sungguh menakjubkan. Annisa, yang tubuhnya sangat padat mempesona, tampak berkeringat dengan kedua buah dada yang tegak menantang, dan dua puting coklat-kehitaman yang mencuat. Rajesh yang badannya sebagian ditumbuhi bulu lebat juga tampak penuh keringat, sedang meregang sepanjang badan. Keduanya tampak tak terkendali. Keduanya mengerang-menggeram berkali-kali.
Lalu keduanya terhempas di ranjang, menimbulkan suara berderit yang ramai.

*****
Sejenak suasana mereda. Rajesh tergeletak dengan senyum kepuasan tipis menghias wajahnya. Pria itu terlentang di antara dua wanita yang juga tergeletak dengan wajah penuh kepuasan. Ketiganya berkeringat seperti para pelari marathon yang baru saja mencapai garis finis.
Val merasakan tubuhnya mulai pulih kembali setelah tadi terasa pecah berkeping-keping. Bersamaan dengan itu, ia merasakan birahinya telah pula datang kembali. Masih ada rasa geli-gatal di sekitar kewanitaannya. Masih ingin rasanya ia dijilat dan digigit di bagian itu. Maka tanpa sungkan ia berbisik, "Let's do it again ..."
Dan Annisa juga belum kehabisan energi. Gairahnya masih menggebu-gebu. Mendengar desah setengah memohon dari Val, gadis ini bergulingan melewati tubuh Rajesh. Sekejap ia sudah kembali berada di bawah, dan langsung menjilati kewanitaan Val.
"Aahh... !" jerit Val antara kaget dan senang. Ia sebetulnya tak mengarahkan permintaannya ke gadis itu, tetapi seketika lidah kecil yang hangat itu bermain di bawah sana, seketika itu pula segala pertimbangan rasionya hilang. Seketika itu pula Val membiarkan tubuhnya menerima cumbuan yang menggairahkan dari Annisa, dan pikirannya pun bagai tertutup rapat. Yang ada cuma gairah dan birahi.
Rajesh terpesona memandang adegan di sebelahnya. Dua wanita yang sangat seksi terlibat dalam percumbuan yang bergelora! Bukan main...., ia tadinya ragu bahwa Val akan menyukai permainan yang telah lama ditunggunya ini. Ia tadinya setengah berjudi ketika mengajak Annisa ke pesta Val malam ini. Namun kini Rajesh bersukur tidak membatalkan rencananya di tengah jalan. Ternyata segala sesuatunya berjalan lancar!
Gairah Rajesh dengan cepat bangkit kembali. Diraihnya selembar tisu yang tadi ia lihat tergeletak di meja di dekat ranjang. Dengan tisu itu, ia membersihkan sisa-sisa cairan cinta yang masih melekat di kejantanannya. Kini otot kenyal itu bersih sudah, dan mulai menegang pula!
Di tengah-tengah gelombang kenikmatan yang datang dari lidah Annisa, Val melihat Rajesh telah bergairah kembali. Oh..., pria itu memerlukan cumbuan ku, pikir Val. Maka ia berbisik, "Come here..", sambil menarik tangan Rajesh.
Rajesh memposisikan dirinya dekat kepala Val. Dalam hati ia berharap agar Val memanggilnya untuk melakukan sesuatu yang memang ia inginkan pula. Harapan itu ternyata tak sia-sia! Mulut Val yang seksi dan basah itu dengan cepat telah mengulum kejantanan Rajesh. Wow!... Rajesh tersentak ketika merasakan kelembutan-kehangatan menyelimuti oto-kenyalnya.
Percumbuan pun berlanjut dengan saling hisap dan saling mengulum. Secara otomatis, ketiganya membentuk segitiga dengan masing-masing kepala berada di selangkangan pasangannya. Annisa mendesah-desah menjilati kewanitaan Val, sementara wanita itu sendiri sibuk mengulum-ulum kejantanan Rajesh, dan pria satu-satunya dalam permainan ini asyik pula menjilati kewanitaan Annisa. Suara-suara desah dan decap memenuhi kamar, seksi sekali!
Bagi Val, inilah permainan yang sangat mengasyikkan. Kalau tadi ia kuatir tidak akan bisa melakukannya, kini ia sudah merasa menjadi ahlinya! Ia biarkan saja kekuatiran itu sirna oleh datangnya birahi yang menggebu-gebu. Dengan bersemangat ia mengemut-menyedot kejantanan Rajesh. Apalagi ketika kemudian ia merasakan klimaks datang kembali dari lidah dan jari-jari Annisa yang aktif. Sambil mengerang-erang, Val membiarkan tubuhnya didera gelombang orgasme yang melenakan itu. Oh!... betapa nikmat rasanya seluruh tubuh diterpa orgasme.
Ketika orgasme mencapai puncak, Val tak sanggup lagi mengulum-menyedot. Ia menjerit keras, lalu mengerang-erang karena Annisa tak berhenti menyedot sambil menggigit-gigit kecil. Akibatnya, kejantanan Rajesh terlepas dari emutan Val, dan pria itu segera bangkit memposisikan dirinya di belakang Annisa.
Kini giliran Annisa yang menjerit manja ketika merasakan kejantanan Rajesh menyeruak masuk tanpa permisi. Terpaksalah gadis itu melepaskan mulutnya dari kewanitaan Val yang sedang menggeliat-geliat menikmati orgasmenya. Kini konsentrasi Annisa kembali ke dirinya sendiri. Ia pun kini berada dalam posisi merangkak, bertelektekan dengan kedua kaki dan kedua tangan, bersiap-siap menyambut datangnya orgasme. Rajesh telah tegak di kedua lututnya, menghujam-hujamkan kejantanannya dari belakang.
Entah kenapa, Val perlahan-lahan menyelinap ke bawah tubuh Annisa yang sedang berguncang-guncang diterjang hujaman Rajesh. Posisinya sedemikian rupa sehingga kini Val terlentang dengan kepala tepat berada di selangkangan Annisa, di antara kedua pahanya. Dari posisi ini, Val bisa melihat dengan jelas bagaimana kejantanan Rajesh menerobos keluar-masuk kewanitaan Annisa. Sebuah pemandangan yang sangat erotis dari jarak sangat dekat!
Karena posisi itu pula, kepala Annisa kembali berada di antara selangkangan Val. Segera gadis ini membenamkan kembali mukanya di kewanitaan Val, menjilat dan menyedot lagi dengan sangat bersemangat. Orgasmenya mulai datang dalam gelombang-gelombang panjang, dan setiap hujaman Rajesh ditimpalinya dengan menyedot-nyedot si Kecil Merah milik Val.
Val pun tak ingin tinggal diam. Dijulurkannya lidahnya, menyentuh tonjolan milik Annisa yang agak tersembunyi. Digerak-gerakannya lidahnya ketika ia mendengar gadis itu mengerang. Dirinya sendiri sudah sangat kegelian. Setiap kali Annisa menjilat dirinya, Val membalas dengan menjilati pula gadis itu. Oh!... ini memang kerjasama yang menakjubkan.
Annisa tidak tahan lagi. Ia terpaksa mengangkat muka dari selangkanan Val karena ia harus menjerit mengeluarkan segala perasaannya. Klimaks kali ini sangat kuat terasa, datang tidak saja dari liang kewanitaannya yang dihujam-hujam oleh otot kenyal-panas, tetapi juga dari tonjolan kecil yang dijlati dan sesekali dikulum oleh Val. Dengan sepenuh hati, gadis ini menjeritkan, "Ah!" yang panjang, disambung rintihan kecil ketika puncak klimaks sudah terlewati.
Rajesh merasakan liang kenyal milik Annisa berdenyut-denyut. Oh!.. ia pun merasa bagai diremas-remas di bawah sana. Segera saja rasa nikmat menyelimuti tubuhnya. Ah!.. orgasmenya sudah pula datang dengan cepat dan kuat, menderu-deru hendak menyerbu keluar.
Cepat-cepat ia menarik keluar kejantanannya. Setelah tadi menumpahkan cairan cinta di liang surgawi milik Annisa, kini Rajesh merasa tak adil jika kembali berejakulasi di tempat yang sama. Segera ia merubah posisi, menarik tubuh Val dari bawah tubuh Annisa yang langsung terjerembab-tertelungkup. Lalu, dengan sekali dorong, Rajesh menghujamkan kejantanannya ke liang surgawi Val.
"Yessss!", Val mendesis merasakan kejantanan Rajesh menyeruak masuk. Sudah sangat tegang dan keras kejantanan itu. Hebat sekali pria ini, dalam waktu cepat bisa mencapai orgasme dua kali!
Val merasakan betapa dinding-dinding kewanitaannya digosok-gosok oleh kejantanan yang kokoh itu. Val juga merasakan dengan jelas betapa kejantanan itu sesaat seperti menggembung besar sekali, lalu ........ srrrrt!... Val merasakan semprotan panas memenuhi rongga kewanitaanya. Semprotan itu bagai sebuah picu yang menyebabkan meledaknya sebuah dinamit di dalam tubuh Val.
Tubuh keduanya meregang-mengejang. Berguncang-guncang hebat. Val mencengkram punggung Rajesh, tak sengaja meremas terlalu keras sehingga kulit pria itu agak terkelupas. Kedua pahanya yang mulus menjepit pinggang pria itu, menarik tubuh pria itu rapat-rapat ke tubuhnya. Rajesh pun mengerang, antara memprotes karena sakit di punggungnya dan menyampaikan terimakasih atas kenikmatan luar biasa yang diterimanya.
Lalu dunia seperti berputar-putar di mata Val. Warna-warni pelangi memenuhi pandangannya, sejalan dengan menyebarnya rasa nikmat dari pinggul ke seluruh tubuh. Dari ujung jempol kaki sampai ujung rambut. Nikmat luar biasa!
Dan karena itu, Val tak kan pernah melupakan malam yang sangat sensual ini!

Kisah Valerie 7

Malam Yang Tak Terlupakan (2)
--------------------------------------------
Valerie sebenarnya sudah sangat "siap" melayani Rajesh, karena pria ganteng ini sepanjang pesta tak henti membujuk-merayu. Dalam setiap kesempatan, ia memperlihatkan dan menyatakan keinginannya untuk bercumbu. Terkadang Val agak malu, takut dipergoki tamu lain dan takut disangka terlalu mengistimewakan Rajesh. Tetapi tamu lain tampaknya masing-masing sibuk dengan urusan mereka. Cuma satu tamu yang tak hentinya memperhatikan mereka, kadang dari kejauhan, kadang dari dekat. Dia lah Annisa, gadis molek bermata erotis itu!
Ketika Valerie kembali ke ruang tamu setelah mengantar para tamunya pulang, Rajesh tampak duduk santai menonton siaran berita CNN di televisi. Tadi ia bilang tak ingin pulang dulu, dan Val tak bisa mengusirnya karena setengah dari hatinya ingin pria ini tetap tinggal. Annisa juga tetap tinggal, tetapi ia tidak kelihatan di ruang tamu. Oh,.. ya! gadis itu tadi minta ijin kepada Val untuk menggunakan kamar mandi. Kata gadis itu, badannya berkeringat setelah berdisko tak kurang dari 2 jam. Val tentu tidak dapat menolak. Ia mengantar Annisa ke kamarnya, meminjamkan handuk dan piyama mandi. Waktu itulah, Val sempat melihat gadis itu menanggalkan bajunya di kamar mandi yang pintunya tidak ditutup (apakah ia sengaja?). Harus diakui oleh Val, tubuh gadis itu sangat mulus sempurna, penuh lika-liku yang menjanjikan. Sangat-sangat seksi!
Di ruang tamu, Val menghempaskan tubuhnya di samping Rajesh. Kakinya agak penat setelah sepanjang malam berdiri. Dengan santai, ditumpangkannya kedua kaki ke atas meja. Rajesh mengalihkan pandangan dari televisi, menoleh ke arah Val sambil tersenyum. Ah! Val suka sekali senyum itu: manis dan juga terasa hangat-bergairah. Dagunya tampak membiru karena habis bercukur. Minyak wanginya yang semerbak menambah kesan ganteng pria ini. Matanya, ya,... matanya itu juga pandai membakar sesuatu yang memang mudah terbakar di dalam tubuh Val!
"Mau aku pijat?" ucap Rajesh setengah berbisik sambil menggeser duduknya lebih dekat. Val mengangguk sambil tersenyum tak kalah manis. Televisi menyiarkan berita peperangan di Kamboja. Suara shower samar-samar datang dari kamar utama.
Rajesh segera memijat kedua kaki Val setelah menyingkap gaunnya sampai ke lutut. Betis Val yang mulus tampak semakin mulus dalam suasana ruang tamu yang tidak terlalu terang. Tangan Rajesh ternyata cukup ahli dalam memijat, menimbulkan rasa nyaman yang perlahan-lahan merayap ke seluruh penjuru tubuh Val.
Val menyenderkan kepalanya ke sandaran sofa, memejamkan matanya, membiarkan perasaan rileks menggantikan kegalauan yang sejak tadi membuatnya gelisah. Kini, tangan Rajesh bagai menaburkan air sejuk, mengurangi kegelisahannya. Namun, setelah kegelisahan itu hilang, muncul perasaan baru yang tak mengurangi debur jantungnya. Itu lah birahi yang tadi ditahan-tahan; kini mulai bergejolak seirama pijatan Rajesh.
Perlahan-lahan Val lupa sekelinglingnya, lupa pada pertanyaan-pertanyaan yang tadi memenuhi kepalanya. Perlahan-lahan pula pijatan Rajesh semakin naik, dari pergelangan kaki ke betis. Dari betis ke pangkal lutut. Dari pangkal lutut ke paha. Gaun panjang Val semakin tersingkap, sehingga kini sudah menampakkan seluruh paha dan sedikit celana dalamnya. Rajesh berkali-kali menelan ludah memandang kedua kaki Val yang sangat sensual itu. Telapak tangannya terasa nikmat menyentuh kulit mulus yang di sana-sini ditumbuhi bulu pirang halus itu.
Val mengerang pelan ketika tangan Rajesh mengusap-usap permukaan kedua pahanya. Oh... sebersit rasa geli menyelinap ke pangkal pahanya, ke lepitan-lepitan di sana. Apalagi kemudian salah satu tangan itu naik semakin tinggi, mengusap-usap bagian depan kewanitaan Val yang agak menonjol itu.
Val menggeliat ketika merasakan nafas Rajesh yang hangat menerpa lehernya. Bibir pria itu kini dengan leluasa menjalari tengkuk dan bagian bawah telinganya. Itulah bagian-bagian sensitif wanita yang selalu akan membangkitkan bara api birahi. Rajesh tampaknya sangat ahli dalam hal ini. Sebentar saja, Val sudah merasakan tubuhnya terbakar api asmara.
Harum sekali wanita ini, pikir Rajesh sambil terus menciumi leher Val yang jenjang. Harumnya tak semerbak seperti kebanyakan wanita, melainkan lembut nyaris tak tercium hidung. Harum yang mendatangkan perasaan rindu, selain juga gairah sensual. Rajesh senang sekali membenamkan hidungnya di kulit putih mulus agak sedikit di bawah telinga Val.
Lalu Val tersentak kaget ketika salah satu jari Rajesh tahu-tahu sudah menyelinap ke bawah celana dalamnya, menyentuh si Kecil Merah yang sudah sejak tadi menegang. Sentuhan itu sangat tiba-tiba dan tak terduga. Menimbulkan sergapan birahi yang memenuhi seluruh tubuh dalam sekejap. Tak terkendali, kedua paha Val juga langsung membuka dengan cepat.
Rajesh pun kini leluasa mengelus-elus permukaan kewanitaan Val, menyelipkan jarinya di antara dua bibir yang membasah di bawah sana. Ujung jarinya segera diselimuti cairan tipis yang hangat. Wanita ini sudah sangat terangsang, pikirnya girang. Ia menginginkan percumbuan walau pura-pura menolak!
Val kini sungguh tak ingat apa-apa lagi. Terutama, ia tak ingat bahwa Annisa masih bersama mereka walaupun kini sedang mandi di dalam. Sentuhan dan ciuman Rajesh membuatnya sangat bergairah, dan kini dirinya cuma punya satu keinginan: segera disetubuhi oleh pria yang mengagumkan hatinya itu. Tubuhnya telah terbuka-terpampang lebar. Kewanitaannya sudah terkuak-tersedia, siap dihujam-ditikam oleh kejantanan Rajesh yang pasti kekar dan kokoh itu. (Val sering memandang ke arah tubuh bawah Rajesh setiap kali pria itu memakai jeans ketat).
Mulut Rajesh kini merayap turun, dan dengan dagunya pria itu mendorong gaun Val di bagian atas hingga terkuak lebar. Kedua payudara wanita yang menggairahkan ini segera tersembul keluar dari persembunyiannya. Wow,.. Rajesh menelan ludah kembali,.. memandang dua bukit menantang-menggairahkan di hadapannya. Tak sabar, ia sergap salah satu puting yang memerah-menonjol itu. Aaaaah...! .. Val mengerang keras, menggeliat merasakan panas mulut Rajesh mencengkram puncak dadanya. Rasanya nikmat sekali diperlakukan serba penuh kejutan seperti ini!
Lalu segalanya berlangsung cepat. Val tak pernah tahu, kapan celana dalamnya lolos melewati kedua kakinya. Tahu-tahu ia sudah setengah telanjang, dan gaun panjangnya sudah tak berfungsi lagi. Ia tersandar dengan kedua kaki mengangkang, duduk di pinggir sofa, nyaris merosot jatuh. Kewanitaannya yang kini sudah basah, tampak terkuak lebar, ditelusupi oleh jari-jari Rajesh yang sangat cekatan. Si Kecil Merah di lepitan di bagian atas, kini sudah tampak jelas, berkilat diselaputi lendir tipis. Berkali-kali ujung jari tengah Rajesh bermain di sana, membuat Val menggeliat kekiri-kekanan. Berkali-kali pula salah satu jari yang lain masuk menelusup ke liang cinta Val yang sudah sangat basah itu.
Kedua tangan Val erat merengkuh leher Rajeh, membuat pria ini semakin erat menindih tubuhnya. Salah satu kaki Val terangkat sedikit ke atas, tersangkut di tangan sofa, membuat kewanitaannya semakin terkuak lebar, terpampang bebas. Tangan Rajesh semakin leluasa bermain di sana. Gairah Val pun semakin membara.
Tahu-tahu Val merasa tubuhnya melayang. Rajesh membopong wanita molek ini dengan sekali rengkuh. Kuat sekali pria itu. Dengan santai ia membawa Val ke ruang tidur utama sambil menciumi bibirnya. Val tetap memejamkan mata, membiarkan sang pangeran membawanya ke peraduan cinta. Membiarkan pula bibirnya dilumat dan digigit mesra. Membiarkan segalanya terjadi begitu saja.
Membiarkan pula Annisa bergabung di ruang tidur!
*****
Di kamar tidur, Rajesh menurunkan tubuh Val dan mulai menelanjanginya. Val berdiri saja diam seperti manequin yang sedang didandani. Sekejap tubuhnya sudah telanjang bulat, mulus menantang menakjubkan siapa pun yang melihatnya.
Rajesh kmudian menciumi seluruh permukaan dada Val dengan bergairah, membuat wanita ini menggelinjang kegelian. Val pun merasakan dirinya melayang-layang di awan birahi di langit cinta yang luas. Ia terus memejamkan mata, seakan-akan takut terbangun dari mimpi yang menggairahkan ini. Rasa geli-nikmat memenuhi seluruh permukaan dadanya, membuatnya menggelinjang-gelinjang liar.
Lalu, samar-sama dirasakannya seseorang meraba-raba bagian belakang tubuhnya. Siapa itu? Annisa!!.. sejenak Val panik memikirkan kemungkinan seorang wanita mencumbu dirinya. Sejenak tubuhnya menegang antara ingin menghentikan apa pun yang terjadi dan ingin melanjutkan. Di belakang, Annisa menggigiti pinggul dan bukit-kenyal pantatnya. Oh, Val terperangkap di antara dua serbuan-serbuan kenikmatan yang memenuhi seluruh tubuhnya. Berdirinya sudah limbung, untung tangan-tangan Rajesh kokoh menopang tubuhnya. Val mengerang-erang saja, merintih-rintih nikmat, merasakan dua mulut panas membakar badannya. Segala kepanikan tiba-tiba saja sirna, berganti kenikmatan belaka.
Lalu, satu tangan Annisa bermain di kewanitaannya, mengusap-membelai bibir-bibirnya. Jelas sekali, sebagai wanita, Annisa tahu di mana harus meraba. Ahhh,... Val kegelian, membuka kedua pahanya semakin lebar. Mulut Rajesh telah pula sampai di salah satu putingnya. Oohh,... Val mengerang mendorong dadanya semakin kedepan, mengundang Rajesh untuk lebih kuat mengenyot-menyedot.
Jari-jari Annisa menguak bibir kewanitaan Val, lalu menggosok-gosok bagian dalamnya. Satu tangan Rajesh merayap ke bawah, menemukan si Kecil Merah tak terjamah. Dengan jari tengah, Rajesh mengurut-menelusur tonjolan itu. Aaah..., Val menjerit tertahan merasakan kenikmatan datang dari mana-mana.
"Oooh..., yess!" erang Val ketika merasakan lidah Annisa menjilati celah-celah bagian belakangnya, turun perlahan menuju kewanitaannya yang telah mulai basah. Tanpa sadar ia menunggingkan tubuhnya, memberikan semakin banyak keleluasaan kepada gadis itu. Kini, sama sekali tidak ada panik di kepala Val. Cuma ada kenikmatan dan keinginan untuk segera melanjutkan permainan cinta ini ke tingkat yang lebih liar lagi, lebih bergairah lagi.
"Nggg...!" rintih Val ketika ternyata Rajesh juga turun, menciumi perutnya, lalu mulai menjilati si Kecil Merah.
Tubuh Val terasa melayang-layang, dijilati dari depan dan belakang di bagian-bagian yang sangat sensitif. Satu tangannya mencengkram rambut Rajesh di depan, satu tangan lagi mencengkram rambut Annisa di belakang. Oh...., kedua kakinya semakin terentang, dan ia semakin tak kuat menahan tubuhnya yang bergetar. Oh...., ia bagai sedang menunggang dua kuda sekaligus. Seorang satria wanita yang menuju perang bergelora. Tubuhnya berguncang-guncang merasakan serbuan-serbuan kenikmatan yang semakin lama semakin intensif.
Apalagi kemudian ia merasakan lidah Annisa yang kecil dan panas itu menelusup masuk, menjilati dinding-dinding permukaan kewanitaannya dari arah belakang. Val mengerang keras ... setengah berteriak, bahkan.... merasakan geli-nikmat menyerbu masuk ke tubuhnya, datang dari lidah yang bergerak-gerak cepat, keluar-masuk, berkeliling-keliling. Sementara di depan, mulut Rajesh telah pula menghisap-hisap tonjolan kenikmatan yang memerah itu. Tak terkira rasanya! Nikmat sekali rasanya! ... Val segera merasakan klimaks menyerbu, datang menderu. Sebuah sedotan kuat dari mulut Rajesh dan hujaman lidah Annisa dari belakang menjebol tanggul orgasmenya. Bergulung-gulung kenikmatan tiada tara menyerbu seluruh tubuh Val, membuat wanita ini berguncang-menggeliat-gelisah. Sebuah teriakan, bagai orang yang sedang melepaskan seluruh perasaannya, keluar dari mulut Val.
Kalau tidak ada Rajesh, pastilah Val sudah bergelimpangan di lantai. Dengan kedua tangannya yang kukuh, pria itu menahan pinggul Val. Ia segera menghentikan ciumannya, lalu dengan sekali rengkuh mengangkat tubuh Val ke tempat tidur king size yang masih ditutupi bed cover itu. Annisa segera ikut naik ke ranjang, kembali memposisikan dirinya di belakang Val.

bersambung......

Kisah Valerie 6

Malam Yang Tak Kan Terlupakan (1)
---------------------------------------------
Valerie tidak akan pernah bisa melupakan malam percumbuan yang satu ini!
Segala variasi seksual yang dialaminya bersama Arya, David, maupun Kent seakan-akan seekor semut dibandingkan dengan gajah. Malam liar yang dialaminya kali ini benar-benar menakjubkan, dan mewujudkan fantasi seksualnya yang tergila! Benar-benar tak pernah sebelumnya ia bisa menduga bahwa akhirnya ia akan merasakan kenikmatan badani yang seperti ini.
Awalnya adalah sebuah pesta perpisahan dengan salah seorang konsultan di kantor yang ia pimpin. Namanya Rajesh, seorang keturunan India yang lahir dan besar di AS, lalu menjadi seorang ahli hukum dan perdagangan internasional lulusan Yale. Valerie menyewanya untuk membantu perusahaan mengembangkan sayap ke wilayah Australia dan Pasifik. Val tidak salah pilih, karena Rajesh sangat cerdas. Dalam masa 6 bulan kontraknya, kantor Valerie benar-benar telah mendapatkan bimbingan yang maksimal, dan kini siap me-launch proyek-proyek baru bernilai milyaran dollar.
Tidak seperti kebanyakan konsultan hukum, Rajesh tidak berperilaku formal, dan bahkan lebih menyerupai seniman katimbang ahli international law. Selama membimbing para direktur, Rajesh bersikap ramah dan pandai menarik perhatian. Seringkali ia datang dengan jeans dan baju lengan pendek, selalu riang setiap pagi, menyapa semua orang mulai dari direktur utama sampai tukang sapu. Namanya segera populer di seantero kantor.
Ia juga ganteng, selayaknya bintang-bintang film India dengan hidung mancung dan alis mata tegas. Tubuhnya tegap dan bicaranya selalu jelas. Bibirnya sangat menarik perhatian Val, dan diam-diam wanita ini sering memperhatikan bibir itu di rapat-rapat kantor. Diam-diam pula ia menduga, Rajesh menaruh perhatian yang sama terhadapnya. Tetapi, karena suasana kantor yang sibuk, dan karena Valerie tidak ingin urusan bisnis dibawa ke tempat tidur, mereka berdua saling menjaga jarak.
Sesekali, jarak itu seperti memendek. Misalnya, kalau mereka kebetulan satu lift, tak sengaja tubuh mereka saling bergesekan. Biasanya, Valerie maupun Rajesh cepat-cepat membuka ruang pemisah. Namun, kadang-kadang mereka membiarkan kedua tubuh mereka agak merapat beberapa saat. Membiarkan percik-percik romantik bertebaran di tubuh mereka, sebelum akhirnya mereka padamkan sambil keluar dari lift. Pernah juga Val menawarkan mengantar Rajesh pulang -tetapi secepat ia menawarkan, secepat itu pula ia meralat.
Begitulah. Keduanya seperti saling mengincar, mencari peluang yang tepat. Seperti dua gladiator di gelanggang, saling melingkari mencari kesempatan. Seperti dua singa yang sama-sama enggan melakukan serangan pendahuluan, saling mengintai dari jauh maupun dari dekat.
Tetapi, ketika akhirnya kontrak Rajesh habis, maka terbuka lah peluang untuk menyerang bersama-sama. Pesta perpisahan akan diadakan di apartemen Valerie. Sebagai boss ia berhak membelanjakan uang kantor untuk menjamu konsultan. Apalagi konsultan yang satu ini terbukti canggih. Apalagi pula, secara pribadi Val pun menyukainya. Ia segera mengantisipasi peluang ini dengan berdandan "habis-habisan". Semua keseksian tubuhnya ia tonjolkan. Minyak wangi termahal ia balurkan ke seluruh tubuh. Tekadnya bulat: malam ini, atau dua malam ini .... (atau tiga malam!)... ia akan "mengurung" Rajesh di kamar tidurnya, sebelum pria gagah itu kembali ke New York.
Hanya saja, Val kali ini terlalu yakin bahwa segalanya akan berjalan sesuai rencananya. Ia lupa, Rajesh juga punya rencana. Ketika malam pesta tiba, Val hampir saja membatalkan semuanya!
******
Segala persiapan pesta telah sempurna. Apartemen Valerie yang luas telah ditata secara profesional. Makanan dan minuman terbaik dari restoran terbaik di Jakarta telah tersedia. Seorang DJ (disk jockey) kenamaan telah pula disewa untuk memeriahkan suasana. Pokoknya, Valerie bertekad menjadikan perpisahan ini the best ever party in town!
Tamu-tamu mulai berdatangan sejak pukul 7 malam. Val tampil sempurna dan anggun dengan gaun merah tua yang menegaskan keputihan tubuhnya. Gaun itu panjang menyentuh matakaki, tetapi terbelah di pinggir sampai jauh ke pangkal paha. Kalau Valerie berjalan (dengan gayanya yang mengalahkan peragawati di cat walk itu) maka para tamu bisa menikmati pemandangan kaki yang indah-mulus tak tercela. Selain itu, belahan di dadanya cukup rendah untuk menampakkan hampir seluruh payudara Val yang ranum menantang itu. Decak kagum segera memenuhi ruangan setiap kali Val berkeliling menyapa para tamunya.
Lalu, pada pukul 7.45, Rajesh muncul. Gagah sekali dengan jas pesta biru tua, jeans Levis, dan kaos T-shirt berwarna kuning cerah. Val tak sabar, menyambutnya di beranda apartemen. Siap memberikan ciuman selamat datang, yang rencananya akan ia berikan secara lebih istimewa.
Tetapi Val segera tertegun. Rajesh datang menggandeng seorang dara cantik gemulai dengan rambut terurai sebahu! Setelah rasa kaget, di dalam diri Val muncul perasaan kecewa yang amat sangat, lalu disusul rasa kesal yang menggumpal. Kurang ajar, umpatnya dalam hati. Pria ini pura-pura tidak tahu bahwa aku sedang menyiapkan pesta untuknya sendirian. Val tahu persis, Rajesh belum menikah dan belum punya pasangan tetap. Kenapa dia bawa perempuan itu ke sini? Sungguh tidak sopan!
Tetapi berhubung ini adalah pesta kantor, Val tidak ingin merusak suasana. Cepat-cepat ia menguasai diri dan menyambut hangat pasangan yang sebetulnya ingin ia usir itu. Hanya saja, sambutan itu jauh lebih dingin dari rencananya semula. Val cuma menempelkan pipinya ke pipi Rajesh; sebuah salam biasa-biasa saja. Tidak istimewa sama sekali. Ia bahkan melakukannya dalam hitungan 2 detik. Sekilas sekali.
Lalu, Val segera mengumpulkan tamunya di halaman belakang yang sudah bertenda. Acara dimulai dengan setengah formal, setelah mengucapkan selamat datang dan menjelaskan maksud pesta, Val mempersilakan Rajesh mengucapkan kata perpisahan. Pria itu segera menyita perhatian orang banyak karena pidatonya yang jenaka. Para tamu tertawa berderai-derai, dan Val pun sejenak lupa pada kesal yang menggumpal di dadanya. Ia bahkan berdiri dekat Annisa, gadis indo-jepang yang datang bersama Rajesh.
Sambil menikmati lelucon Rajesh, diam-diam Val melirik gadis di sebelahnya. Hmmm.., sungguh cantik walau agak sedikit "mungil" untuk ukuran Rajesh. Di balik kaos terusan yang ketat melingkari tubuhnya, Val bisa membayangkan tubuh gadis ini pasti mulus belaka. Sial, umpatnya dalam hati, ... gadis ini bisa jadi saingan yang terlalu tangguh!
Setelah acara pidato, Val memimpin tamunya menuju ruang makan. Ia mempersilakan mereka mengambil makanan dan membawanya kembali ke taman di belakang. Lalu, mereka yang ingin minum bisa datang ke bar di ruang tengah. Setelah itu, silakan berdisko di sebuah arena khusus dekat kolam renang.
Dengan segera, pesta berubah meriah-cerita. Musik berdentam riang. Orang-orang berceloteh ramai. Tawa berderai-derai, ditingkahi jeritan manja pada wanita di sana-sini. Val merasa sangat puas, karena segalanya berjalan sempurna.
Sayang sekali, malam ini Rajesh tidak akan pernah bisa menyentuh tubuhku, gumam Val dalam hati. Salah dia sendiri!
******
Berkali-kali ada kesempatan untuk Rajesh dan Val memisahkan diri dari kerumunan, tetapi berkali-kali pula Val menghindar. Ia ingin memberi pelajaran dan ingin mempertahankan kewibawaannya. Kalau pria itu memang tidak mau, yaa.. sudah. Aku tak rugi apa-apa! sergahnya dalam hati. Dia bukan pria paling istimewa, walaupun memang menarik. Cuma Val agak heran, mengapa Rajesh masih tetap berusaha dekat dengannya. Apakah cuma karena sopan-santun sebagai tamu? Atau ia ingin "menyiksa" ku dengan memamerkan pasangannya? gerutu Val dalam hati.
Pada suatu saat, ketika pesta tengah ramai-ramainya dengan orang yang berdisko, Val tidak bisa menghindari pertemuan dengan Rajesh. Ia baru kembali dari toilet, dan bertemu pria itu di gang menuju ruang tengah. Agak kikuk, Val mencoba memberi jalan, merapat ke tembok. Tetapi Rajesh juga ikut minggir, memblokir langkahnya. Val tak bisa menghindar.
"You look marvelous tonight ..," ucap Rajesh dengan senyumnya yang "mematikan". Sorot matanya tajam bagai elang. Val mencibir dan berkata dalam hati, aku tak tertarik.
"Kenapa kamu seperti menghindar?" tanya pria itu, salah satu tangannya sudah menyentuh lembut pundak Val.
"You know why," jawab Val ketus sambil menyingkirkan tangan pria yang sebenarnya ia ingin remas dengan gemas itu.
"Aku punya penjelasan, kalau kamu mau mendengar," ucap Rajesh, semakin merapatkan tubuhnya. Val terpepet di tembok. Harum minyak wangi pria itu memenuhi rongga hidungnya.
Val mengangkat mukanya, "Okay. Tulislah penjelasan itu, masukkan sebagai laporan tambahan di laporan akhirmu." jawabnya dengan dingin.
Rajesh tertawa kecil, "Kamu makin cantik kalau sedang marah," katanya sambil menyentuh lagi bahu Val, dan Val kembali menghindar walau dengan kesulitan.
"Aku tidak marah. Biarkan aku lewat, tamu-tamu lain pasti juga ingin bicara denganku," ucap Val seformal mungkin. Hanya saja, ia sendiri tidak yakin apakah ucapan itu cukup kuat menampakkan kekesalannya. Ia sebenarnya ingin sekali tetap dipepet di tembok seperti ini oleh tubuh tegap yang harum semerbak itu.
"Kalau memang tidak marah, biarkan aku menciummu," ucap Rajesh.
Val terperangah. Apa-apaan ini? pikirnya dalam hati, apakah ia pikir aku mau dicium begitu saja. Apakah ....
Pikiran Val tak bisa berlanjut. Tiba-tiba saja bibir Rajesh sudah mengulum bibirnya. Val tersentak, mencoba menghindar dan mendorong tubuh pria itu. Tetapi tentu saja Rajesh terlalu kokoh untuk Val, dan tembok di belakangnya sama sekali tidak memberi peluang untuk menghindar. Rajesh dengan leluasa bisa melumat bibir Val yang selalu tampak basah itu.
Sebuah siraman kenikmatan bagai diguyurkan keseluruh tubuh Val. Ciuman pria yang bergairah itu dengan cepat meluluhkan pertahanan Val. Walaupun hatinya kesal dan pikirannya berontak, tetapi tubuhnya terkulai lemas. Bahkan kedua tangannya tidak lagi mendorong dada Rajesh, melainkan malah melingkari pundak pria itu. Secepat datangnya rasa kesal, secepat itu pula birahinya terpicu. Val benar-benar sial malam ini. Maksud hati ingin berwibawa, apa daya tubuhnya merindukan pria itu. Benar-benar sial!
Lebih sial lagi ketika Val mendengar langkah-langkah kaki di belakang tubuh Rajesh. Cepat-cepat ia membuka matanya, dan ...... Annisa berdiri terpaku memandang keduanya. Tetapi gadis itu cuma terpaku sejenak, lalu tersenyum manis kepada Val yang memandangnya dengan kedua mata terbelalak, dan segera melanjutkan langkah menuju toilet. Rajesh tentu saja tidak melihat kedatangan gadis itu, dan agaknya juga tak peduli siapa yang datang, karena pria itu terus melumat bibir Val dengan penuh nafsu.
Dengan sekuat tenaga Val mendorong tubuh Rajesh. "Stop it..,please" sergahnya. Rajesh pun mengendorkan pelukannya, membiarkan Val melepaskan diri dari pagutannya. Nafas wanita ini tersengal-sengal, selain karena kehabisan nafas juga karena perasaan galau: antara birahi, rasa kesal, dan terkejut. Bercampur baur.
Rajesh tersenyum memandangnya dengan wajah sangat dekat. Oh, Val betul-betul terpikat oleh pria ini. Ia jadi bingung sendiri. Kenapa Rajesh begitu bergairah menciumnya, dan seperti tak peduli kalau-kalau Annisa memergokinya? Bahkan, gadis itu benar-benar sudah memergoki mereka. Rajesh tampak tidak peduli.
Begitu ada peluang, Val segera cepat-cepat melangkah menuju ruang tengah, meninggalkan Rajesh yang masih berdiri di gang, memandangnya sambil tetap tersenyum tipis. Val tidak begitu suka senyum itu: menyembunyikan sesuatu yang penuh kejutan. Apakah gerangan yang ada di benak pria itu?
******
Tamu mulai pulang menjelang tengah malam. Valerie merasa puas karena tamu-tamunya tampak menyukai pesta yang diselenggarakannya. Beberapa tamu terpaksa dibujuk untuk pulang, karena Val hanya memperoleh ijin pesta sampai pukul 1 pagi dari pihak keamanan apartemen. Sampai menjelang usai, masih ada beberapa tamu yang tinggal. Lalu tepat pukul 1, musik disko dihentikan dan semua tamu pulang. Kecuali dua!
Val tidak tahu harus berkata apa. Sepanjang pesta, berkali-kali Rajesh datang kepadanya, mengajaknya mengobrol intim terlepas dari tamu-tamu lain. Entah kenapa, sulit sekali bagi Val untuk menolak ajakannya. Bahkan suatu saat, ketika Val perlu mengambil sesuatu dari kamar tidur, Rajesh menawarkan diri untuk mengantarnya.
"Don't be silly... masak aku perlu diantar ke kamarku sendiri," ucap Val sambil melepaskan tangannya dari gandengan Rajesh. Tetapi Rajesh tidak menyerah begitu saja. Dia bilang, tidak bolehkah ia melihat kamar tidurnya sejenak saja. Matanya yang indah dan tajam menembus kalbu Val, membuat wanita ini tak berdaya. Apalagi, bukan kah pada awalnya ia memang hendak mengajak pria ganteng ini tidur bersama?
Akhirnya Rajesh ikut ke kamar tidur. Baru saja lewat dari pintu, pria ini sudah merengkuhnya, mendesak Val ke tembok dan menciuminya. Val hanya bisa terperangah sebentar, lalu malah balik melayani cumbuan Rajesh. Cepat sekali ia terangsang oleh pria yang sangat bergairah ini. Ia biarkan Rajesh mengulum-melumat bibirnya. Ia biarkan tangan pria itu merayap ke bawah, menyingkap belahan rok yang memang sangat tinggi itu. Ia biarkan kedua bukit di bagian belakang tubuhnya diremas-remas.
Dalam sekejap, Val kehilangan kendali atas dirinya. Rajesh semakin berani, menciumi leher dan tengkuk wanita ini sambil meremas kedua payudaranya. Untung saja gaun Val terbuat dari bahan kualitas tinggi yang tidak mudah lecek. Untung pula bagi Rajesh, gaun itu berleher sangat rendah di muka. Salah satu tangan pria ini dengan mudah masuk menelusup, menemukan bola kenyal yang tak ber-beha. Val mengerang perlahan merasakan putingnya diraba-raba oleh jari Rajesh yang bagai mengandung setrum.
Sejenak Val hampir lupa tujuannya datang ke kamar, yaitu mengambil uang untuk membayar seorang petugas catering yang harus segera pulang. Ia cepat sekali terhanyut oleh alunan birahi yang dibangkitkan dengan sempurna oleh Rajesh. Tubuhnya menggeliat-geliat tak terkendali. Matanya terpejam nikmat. Seluruh ujung-ujung syaraf di badannya menimbulkan rasa geli yang melenakan.
Ketika tengah melayang-layang di alunan birahi itu lah tiba-tiba Val mendengar langkah kaki lagi. Cepat-cepat ia memperbaiki letak berdirinya, mendorong Rajesh agar menjauh. Tetapi pria itu sangat kuat, dan sangat bernafsu mencium serta menggerayanginya. Val juga tak sepenuh hati ingin melepaskan diri, karena tubuhnya terus minta digerayangi, minta diremas. Tenaganya sama sekali tak ada. Ia hanya bisa mengerang dan mengeluh dengan suara keras.
Ternyata yang datang adalah Annisa lagi. Gadis itu sudah ada di depan pintu yang hanya tertutup setengah. Di wajahnya tak ada rasa kaget ketika ia melihat Rajesh dan Val sedang berciuman di kamar. Rajesh membelakanginya, sehingga tidak tahu sama sekali Annisa telah masuk. Val terbelalak melihat gadis itu masuk tenang-tenang saja. Gadis itu sangat pendiam, pikir Val sambil berusaha lebih kuat untuk lepas dari pelukan Rajesh. Gadis itu juga sangat misterius, karena matanya bersinar erotis setiap kali memergoki Rajesh mencumbunya.
Rajesh akhirnya sadar bahwa ada orang lain di kamar. Ia melepaskan pelukannya dan berbalik. Val bersiap-siap memberi penjelasan. Tetapi ia jadi terpana sendiri, ketika Rajesh justru cuma berkata, "Hai.. sudah lama berdiri di sana?"
Annisa bersender di bingkai pintu, memainkan kancing bajunya, memandang dengan senyum kecil tersungging di bibirnya yang merah-basah. Pandangannya sama sekali tak mengesankan kaget atau marah melihat pasangan pestanya bercumbu dengan wanita lain.
Saat itulah, setelah beberapa detik berpikir dengan cepat, Val menyadari siapa sebenarnya gadis molek yang seksi itu. Oh-my oh-my, sergahnya dalam hati, gadis ini rupanya bukan kekasih Rajesh dan tampaknya ia datang dengan harapan yang sama: untuk bermain cinta. Persoalannya: dengan siapa gadis ini ingin bercinta? Kalau dengan aku, pikir Val, .... no way!
Rajesh berdiri di tengah, di antara kedua wanita. Senyumnya masih mengembang lebar, matanya masih bersinar bergairah. Ia dengan tenang berucap kepada Val, tetapi dengan muka memandang Annisa, "Val ,... isn't she beautiful ?"
Lalu ketika Val tidak menjawab, Rajesh melanjutkan, "Ia menyukaiku, dan aku menyukainya. Kami pasangan serasi, bukan?"
"Aku tidak bisa mengatakan lain, selain setuju..," jawab Val agak ketus sambil melangkah menuju laci dan mengambil dompetnya. Permainan teka-teki apa ini? pikir Val sambil meraih lima lembar uang sepuluh ribuan.
"And we both like you...," tiba-tiba terdengar Annisa berucap dengan suaranya yang manja. Walau ucapan itu perlahan saja, Val bagai tersentak listrik 1.000 volt.
Rajesh tertawa melihat Val berdiri tegak dan memandang ke arah mereka dengan mulut ternganga.
"Oh, please Val..., don't worry. Kalau kamu tidak suka, kami akan segera pulang. Aku cuma ingin mengatakan padamu terus terang, ... aku ingin tidur dengan mu malam ini," katanya. Segera disambung dengan, "...Kalau kamu bersedia."
Val tentu saja tidak bisa menjawab. Selain ia kini teringat harus segera kembali ke ruang depan untuk membayar petugas catering, ia juga masih terkesima oleh tingkah kedua tamunya itu. Bergegas ia tinggalkan kamar, tidak menoleh lagi kepada kedua tamunya, dan tidak tahu bahwa keduanya kemudian berciuman dan saling meremas dengan bergairah. Val juga tidak tahu bahwa Annisa tidak bercelana dalam, dan jari-jari Rajesh terus menerus menelusup-mengelus di bawah sana, menyebabkan gadis itu menggeliat ke kiri ke kanan seperti seorang penari erotik.
******
Sepanjang sisa pesta, pikiran Val penuh galau. Sebagai seorang yang lahir dan besar di Inggris, ia tidak heran pada tingkah seksual Rajesh dan Annisa. Tetapi biar bagaimana pun, Val bukanlah pecinta yang terlalu bebas. Ia tentu saja tak asing dengan fantasi seksual yang melibatkan lebih dari sepasang kekasih, tetapi ia belum pernah melakukannya. Ia bahkan belum pernah mempunyai kesempatan langsung untuk melakukannya. Seluruh petualangan seksualnya berlangsung straight.
Yang jelas, Val tak merasa dirinya berkategori lesbian. Ia tidak pernah berfantasi bercinta dengan sesama wanita, walau banyak sekali temannya yang lesbian ketika masih kuliah. Tidak hanya lesbian, tetapi juga biseksual. Beberapa kali Val pernah diajak bercumbu, misalnya oleh Lindsay sahabatnya. Tetapi Val selalu menolak dengan halus, karena sampai kini pun ia merasa bahwa bercumbu dengan sesama mu memerlukan jiwa dan perasaan yang berbeda. Ia tidak memiliki jiwa dan perasaan itu.
Tetapi bagaimana jika Rajesh ingin bercinta dengannya DAN dengan Annisa? Bagaimana jika Rajesh menawarkan petualangan baru itu? Val merasa darahnya berdesir lebih cepat ketika mempertimbangkan ide ini. Ah...., bercumbu dengan pria itu saja sebetulnya sudah cukup. Kalau ditambah dengan bercumbu sambil melihatnya bercumbu?
"Pesta yang menakjubkan, Val! " sebuah suara membuyarkan lamunan Val, "Sayang aku harus segera pulang. Aku sudah terlalu tua untuk pesta ini." . Direktur Pemasaran telah berdiri di sampingnya, mengulurkan tangan untuk bersalaman. Val menyambut uluran tangannya, berbasa-basi mengajak pria gaek ini untuk tetap tinggal. Tetapi tentu saja itu cuma basa-basi. Val tidak mencegah ketika akhirnya pria tersebut melambaikan tangan.
Lalu tamu-tamu pun berpulangan. Sehingga akhirnya tinggal Rajesh dan Annisa yang belum pulang. Val berdiri di depan beranda, mengantar setiap tamunya pulang. Ketika ia harus kembali masuk ke kamar tamu, jantung Val berdegup kencang.!

Kisah Valerie 4

Makan Malam Yang Tertunda
-------------------------------
Val menyukai spontanitas dalam hubungan seksual. Baginya, spontanitas di ranjang adalah kontras dari kehidupan kantornya yang serba formal-terencana. Sebagai seorang eksekutif yang bertanggungjawab terhadap operasi-operasi global, Val selalu bertindak berdasarkan nalar dan logika yang didukung data akurat. Serba terencana, memandang jauh ke depan, dan memakai taktik jangka menengah mapun pendek yang tepat sasaran. Jika kantor sudah ditinggalkannya, maka Val selalu mendambakan spontanitas. Dan inilah yang Val sukai pada diri David, lelaki yang selalu spontan jika berurusan dengan seks. Seperti kejadian malam itu.
Val mengundang David makan malam di apartemennya Sabtu itu. Val juga bilang di telepon, dengan suara manjanya, bahwa David bukan hanya diundang makan malam. Ia juga dipersilakan menginap dan tidur bersamanya. David terbahak mendengar ucapan Val yang terus terang itu.
Ketika David tiba, Val sedang menyiapkan salad di dapur. Wanita itu menawarkan minuman, dan David memilih bir. Sambil mengobrol kiri-kanan, Val meminta maaf kepada tamunya, karena ia harus kembali ke dapur menyiapkan makanan. David bilang, "no problem" lalu ikut ke dapur di sisi timur apartemen yang modern itu.
David berdiri di pintu dapur dengan sekaleng bir dingin di tangannya, melihat Val sibuk mencampur sayuran di pinggan keramik bermotif burung-burung nuri. Dapur Val sangat bersih, dan di tengah-tengah ada sebuah meja, tempat Val saat ini menyiapkan salad itu. Tubuhnya membelakangi David, hanya dibungkus span pendek dari kain tipis dan kaos tanpa tangan. Sambil berbicara kesana-kemari, David diam-diam memandangi tubuh itu. Jelas sekali, wanita yang menggairahkan itu tidak memakai sepotong pakaian dalam pun. Tidak ada celana dalam, tidak ada beha. Kain tipis yang dipakai sebagai rok itu, tak mampu melindungi cahaya menerawang, memperlihatkan bayangan dua paha yang mulus. Kaosnya juga terlalu sempit, tidak bisa menyembunyikan payudara yang padat membusung itu.
Pemandangan seperti itu adalah magnit yang amat kuat, menarik David untuk segera mendekat. Diam-diam ia meletakkan kaleng bir, lalu berjalan tanpa suara. Sekejap ia sudah sampai di belakang Val, dekat sekali sehingga seluruh harum tubuhnya tercium dengan jelas. Lalu David mencium tengkuknya.
"Hei!" Val menjerit kaget, "You'll ruin my salad!"
David tidak peduli. Ia terus menciumi tengkuk yang dipenuhi rambut-rambut pirang halus itu. Harum sekali tengkuk itu. Val menggeliat, mencoba menghindar. Tetapi wanita ini tidak sungguh-sungguh menghindar. Cuma bergerak-gerak sedikit saja. Apalagi David kini mendesak ke depan, menyebabkan Val terjepit di antara tubuh lelaki itu dan meja dapurnya. Tangan David mengusap-usap bukit indah di belakang Val, sesekali meremasnya. Tangan yang lain telah merayap ke depan, menjamah sebuah payudara Val yang bergoyang-goyang seksi setiap kali wanita ini menggelinjang.
"Oh, David... not now....," Val mendesah, menggerak-gerakan bahunya mencoba menhindari ciuman David di sepanjang pangkal lehernya. Tetapi dalam hatinya berkata lain, dan berharap David tidak segera berhenti.
David memang tidak berhenti. Tangannya merayap ke bawah, menyingkap rok yang dikenakan Val. Memang betul, wanita ini tak bercelana dalam, dan pemandangan indah segera terpampang. Val memiliki bagian belakang yang mempesona, kenyal-padat dan menonjol mengundang selera. Dengan gemas David meremas-remas, membuat Val menjerit kecil sambil menahan geli. Kedua tangan Val kini tak bisa meneruskan pembuatan saladnya, dan berpegangan di bibir meja, antara bertahan dan menyerah. Dengan jari tengahnya, David menelusuri celah sempit di antara dua bukit kenyal di bokong yang seksi itu. Val menggelinjang merasakan kenikmatan mulai terbangun di bawah sana. Apalagi lalu jari itu semakin lama semakin ke bawah, lalu agak ke depan, menyelinap ke gerbang kewanitaannya dari belakang. Wow! Val merenggangkan kedua pahanya, tak tahan mendapat perlakuan seperti itu.
Sementara tangan yang lain kini masuk menelusup ke kaos Val, menjalar menuju bukit payudaranya yang membusung. Oh, hangat sekali telapak tangan David merayapi perutnya, naik ke bagian bawah dadanya, lalu menyelinap di antara kedua payudaranya, sebelum akhirnya naik ke salah satu puncaknya. Val menggeliat dan mengerang pelan ketika telapak tangan itu berputar-putar ringan di atas puting susunya. Oh, geli sekali rasanya puncak-puncak payudara Val, membuat tubuhnya bergetar pelan. Kepala Val berputar-putar seperti seorang olahragawan sedang warming up, karena bibir David menjalari lehernya, mengendus-endus tengkuknya lagi, membuat Val kegelian.
Tiba-tiba David membalikkan tubuh Val, membuat wanita ini menjerit kaget. Kuat sekali pria ini, sanggup memutar tubuhnya dengan cepat. Tidak itu saja, David bahkan sudah mengangkat Val dan mendudukkan wanita ini di meja dapur yang di sana-sini dipenuhi sayuran dan mayones. Lalu, pria itu berjongkok, dan Val tahu apa yang akan dilakukannya. Dengan gerak cepat, David menyingkap rok wanita itu, membuat kewanitaannya terpampang bebas dalam terang lampu dapur yang bagai siang hari. Jelas sekali terlihat kewanitaan Val yang tetap halus-licin karena baru dicukur, harum karena baru dibasuh sabun wangi. Bentuknya menyerupai buah ranum dengan belahan di tengah, menggiurkan sekali. Belahan itu lah yang segera diciumi oleh David, ditelusuri dengan lidahnya, membuat Val merintih nikmat dan memperlebar kangkangannya. David pun membantu dengan tangannya, mendorong kedua paha Val agar lebih jauh terbuka. Kewanitaan Val seperti direntang, kedua bibir-bibirnya yang tebal itu terkuak, menampakkan lembah merah-muda yang halus seperti sutra dan licin seperti diminyaki. David menjilati bagian yang terkuak itu, mendesak-desakkan lidahnya yang panjang ke dinding-dinding kewanitaan Val, menimbulkan perasaan yang tak terperi dalam diri pemiliknya.
"Ohhhh......, ahhhhhh......., ngggggg.....," cuma itu yang bisa keluar dari mulut Val. Ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan kenikmatan yang sedang dirasakannya.Val tak kuasa menahan tubuhnya rebah di meja dapur. Untunglah meja itu cukup lebar menampung seluruh badannya, walau kedua kakinya tetap bergelantungan, disangga oleh bahu David. Rasa geli dan nikmat menjalar ke seluruh tubuh Val, meletup-letup seperti air mendidih. Apalagi ketika lidah David bermain-main di daging kecil yang menonjol dalam lempitan bagian atas kewanitaannya. David menggunakan jari-jarinya untuk menguak persembunyian "Si Kecil Merah" itu, menarik ke atas kulit tebal yang menyembunyikannya, sehingga tonjolan kecil yang berdenyut-denyut lemah itu kini bebas terbuka. Dengan ujung jarinya, David menjilati si kecil, mengirimkan sejuta kenikmatan yang menjalar cepat ke seluruh tubuh Val, membuat wanita itu merintih-rintih dan mengerang keras. Salah satu tangan Val tak sengaja menyentuh botol saus tomat, menyebabkan isinya tumpah di atas meja. Terkejut, Val bangkit dan meminta David berhenti sebentar. Bukan saja ia ingin menghentikan tumpahan saos tomat, tetapi ia juga punya ide cemerlang!
David menghentikan ciumannya, sambil tetap menyenderkan kepalanya di paha Val yang putih mulus itu. Lalu didengarnya Val berkata, "Care for some tomato sauce, David?"
Belum lagi David menjawab, Val telah menuangkan saos tomat ke kewanitaannya. Tersentak, David mengangkat wajahnya dan memandang takjub, melihat saos tomat berleleran keluar dari botol dan memenuhi celah kewanitaan Val. Ah,... sebuah permainan baru!
"Help yourself...," desah Val nyaris tak terdengar. Botol tomat telah diletakkan kembali.
Tanpa banyak bicara, David langsung menjilati saos tomat itu. Val mendesah, memandangi kewanitaannya dilahap oleh pria itu. Oh, menggiurkan sekali pemandangan itu. Nikmat sekali rasanya "dimakan" seperti itu, dibumbui saos tomat. Val mengerang, merasakan orgasme pertamanya akan segera tiba. Ia merebahkan kembali tubuhnya ketika David tidak lagi hanya menjilat, tetapi juga mengulum-ngulum "Si Merah Kecil" yang dipenuhi saos tomat, menyedot-nyedotnya seperti hendak membuatnya licin bersih. Seketika, Val merasakan klimaks yang bergelora menyergap seluruh tubuhnya, dimulai dari selangkangannya dan menyebar cepat ke atas, membuatnya menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. David terus menyedot, mengulum, mengunyah-ngunyah. Val berteriak-teriak kecil, tak tahan menerima kenikmatan yang bertubi-tubi itu.
Lalu permainan mereka semakin menggila. Semakin spontan. David menemukan sebuah sosis matang tergeletak di dekatnya. Diambilnya sosis sebesar ibu jari itu, dan sebelum Val tahu apa yang terjadi, sosis itu telah melesak ke dalam kewanitaannya. Tadinya, Val mengira itu salah satu jari David, dan ia mengerang merasakan kenikmatan diterobos daging licin. Tetapi dengan takjub ia kemudian sadar bahwa "jari" itu perlahan-lahan dimakan, ditarik keluar sedikit-demi-sedikit. Val bangkit lagi, memandangi David dengan lahap memakan sosis yang agak basah berlumuran cairan cintanya. Ah, menggairahkan sekali pemandangan itu. Dengan segara Val mengambil lagi sebuah sosis. Ketika sosis pertama selesai dimakan David, dengan segera Val memasukkan sosis yang baru. Dengan cepat ini dimakan pula. Lalu yang ketika. Keempat. .... Val meregang merasakan kenikmatan yang unik menyerbu tubuhnya. Orgasme datang lagi bertubi-tubi, sementara David merasa nafsunya meningkat setelah menikmati sosis yang fresh from the oven itu!
David bangkit, mengeluarkan kejantanan dari celananya. Besar dan tegang sekali kejantanan itu. Val melirik ke bawah dari posisi berbaringnya ..... Oh, pemandangan kejantanan David saja sudah cukup memberinya semangat baru. Val sangat menyukai milik David yang satu itu, sangat kenyal dan kuat, mampu bertahan dalam percumbuan yang panjang menggairahkan. Sambil mengerang, Val membuka kedua pahanya lebih lebar lagi, meletakkan tumit-tumitnya di pinggir meja. Dengan posisi seperti ini, Val bagai hewan kurban yang siap disembelih, di atas altar kenikmatan yang dipenuhi sayur!
Pelan-pelan David menuntun kejantanannya memasuki gerbang kewanitaan Val. Kenyal sekali liang yang basah oleh aneka cairan itu, termasuk saos tomat dan kuah sosis. David mula-mula menggosok-gosokan bagian kepala dari kejantanannya yang telah membesar itu. Oh, Val merasakan kegelian yang amat-sangat, membuatnya bergidik-bergeletar. Lalu, perlahan-lahan David mendorong kejantanannya masuk.
Perlahan sekali, mili demi mili batang-otot yang panas-berdenyut itu melesak ke dalam. "Ah .... ahhhh .... ahhhhh... ahhhhhhhhh..." Val mengerang setiap kali kejantanan David menerobos masuk. Setiap mili gerakannya menimbulkan percikan nikmat, sehingga ketika akhirnya seluruh kejantanan itu tenggelam di dalam kewanitaannya, Val langsung mencapai orgasme ketiganya. Cepat sekali puncak birahi itu datang bergantian. Padahal David belum lagi bergerak maju-mundur.
David lalu menaburkan sayuran yang tadinya dipersiapkan untuk salad di atas dada Val yang sedang berguncang-guncang. Warna hijau, kuning dan merah segera menghiasi tubuh putih mulus itu. Val kegelian merasakan daun-daun yang basah dan dingin melekat di tubuhnya yang panas terbakar birahi. Rasa yang amat kontras ini -panas dan dingin- menambah rangsang baru di diri Val. Betul-betul unik permainan cintanya kali ini. Betul-betul spontan dan tanpa tedeng aling-aling. Inilah yang selama ini diimpikan Val jika bercinta. Beruntung sekali ia mendapatkan pasangan bercinta seperti David.
Sambil mulai menggerak-gerakan pinggulnya, menghujam-hujamkan kejantanannya, David pun menunduk mulai memakani sayur-sayuran. Val telah pula manaburkan mayones di atasnya, sehingga benar-benar menjadi salad. Sedap sekali dan segar sekali rasanya makan salad di atas tubuh wanita yang menggairahkan ini. Sambil menikmati pula cengkraman otot kenyal di bawah sana yang mengurut-urut kejantanannya. Wow! David bagai berada di langit ke tujuh. Fantasi seksualnya tersulut dengan cepat, membakar badannya, menyediakan energi berlipat ganda untuk terus bercumbu dan bercumbu lagi.
Val merintih-mengerang merasakan bagian-bagian dari tubuhnya ikut tergigit ketika David menyantap "salad" di atas dirinya. Hal ini menambah nikmat permainan cinta mereka, dan sekali lagi, tanpa dapat dicegah, orgasme keempat datang menderu memenuhi tubuh Val yang memang sudah sangat sensitif ini. Sedikit saja gerakan David mampu menimbulkan kobaran birahi yang membahana. Sedikit saja David memaju-mundurkan kelaki-lakiannya, Val sudah menjerit-jerit kecil merasakan kenikmatan yang berlipat ganda. Pada saat Val mencapai klimaks, David menggigit seiris tomat di puting Val, dan secara tak sengaja menggigit pula puting itu. Val menjerit karena ada rasa perih, tetapi jeritannya segera berubah menjadi erangan karena David pun segera menyadari "kecelakaan" itu, dan mengubah gigitannya menjadi kuluman. Rasa perih segera bercampur dengan geli, cepat sekali membuat Val menggeliat kuat dan menyerah pada gelombang-gelombang besar puncak birahinya.
Ketika semua sayuran telah habis, David tidak lagi memiliki kegiatan lain selain menggenjot menghujam-hujamkan kejantanannya. Setelah sekian lama menahan diri dan memberikan empat orgasme kepada Val, kini David membiarkan klimaksnya sendiri datang menyerbu. Dia mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya, tidak mempedulikan Val yang sebenarnya belum lagi selesai dengan klimaks terakhirnya.
Val masih menggelepar-gelepar merasakan akhir dari klimaks itu, tetapi David telah pula memberikannya kenikmatan baru. Tubuh Val berguncang, menggeliat, meluncur hampir terjatuh dari meja yang kini penuh keringat bercampur air bekas sayuran, saos tomat, dan sebagainya. David cepat-cepat menahan tubuh itu, mencengkram bahunya dengan kuat. Val cepat-cepat pula berpegangan pada pinggir meja.
Dengan erangan yang menyerupai banteng terluka, David akhirnya melepaskan salvo-salvo birahinya, menumpahkan banyak sekali lahar putih pekat yang muncrat sangat kuat dari ujung kejantanannya. Val entah sedang berada di langit yang keberapa, tidak bisa merasakan semprotan-semprotan hangat di dalam kewanitaannya, karena ia sendiri sedang meregang menikmati klimaks kelimanya yang datang menyambung akhir klimaks sebelumnya. Kedua kakinya erat menjepit pinggang David. Matanya terpejam. Mulutnya menganga dengan suara-suara tertahan seperti orang tercekik. Payudaranya berguncang-guncang hebat.
Sebuah "Oh!" yang panjang akhirnya keluar dari mulut Val, setelah segalanya mereda. David terkulai menindih tubuh Val. Meja dapur berantakan. Botol saos tomat akhirnya terguling tanpa dapat dicegah. Untung botol itu kuat sehingga tidak jatuh berkeping. Tetapi isinya bermuncratan ke mana-mana, bercampur potongan-potongan sayur, dan beberapa apel yang bergelindingan. Kacau sekali!
"Oh, David... untung kamu bisa membantu saya membersihkan dapur!" begitu kata Val setelah mereka mampu berbicara lagi. Berdua mereka tertawa terbahak-bahak mengenang kegilaan-keedanan yang barusan mereka lalui.
Makan malam kali ini terpaksa ditunda. Setelah membersihkan dapur, Val dan David kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, setengah jam kemudian mereka telah terlihat bergumul di kamar tidur. Percumbuan dilanjutkan, tetapi dengan tempo yang jauh lebih lambat, dan dalam rentang waktu yang jauh lebih lama.
Tak usahlah mereka khawatir, ..... di seberang apartemen Val ada restoran yang buka 24 jam. 

Kisah Valerie 3

David Yang Menggairahkan (2 - selesai)
---------------------------------------
David memaksa Val mampir di apartemennya, tidak langsung pulang. Val sebetulnya hendak membantah, karena besok pagi ia harus kembali ke kantor.
"Apakah ada agenda penting besok?" tanya David sambil menancap gas meninggalkan pelataran parkir, masuk ke jalan Thamrin yang sudah padat oleh kendaraan.
"No ... hanya ada satu pertemuan sehabis makan siang. Itu pun tidak terlalu penting, just a routine discussion," jawab Val.
"So, c'mon ... kamu bisa mampir ke tempatku. Ada pizza istimewa di lemari es, dan kita bisa makan malam ala Italia. Di dekat apartemenku ada restoran Italia," desak David. Val akhirnya menyerah. Sambil mencubit pipi David dengan gemas, ia akhirnya setuju mampir ke apartemennya.
**********
Apartemen David lebih luas dari apartemen Val, terletak agak ke luar Jakarta ke arah Bogor. Ruang tamunya didominasi warna coklat tua dan ornamen merah maroon serta warna-warna emas. Sebuah jendela besar menghadap ke selatan, menampakkan hamparan ladang golf yang luas. Indah sekali.
Val menghenyakkan tubuhnya di sofa. David datang membawa dua botol minuman kaleng yang dingin. Sejenak mereka mengobrol tak tentu arah, sebelum akhirnya Val bangkit dan merasa tubuhnya perlu kesegaran.
"Aku mau mandi," ucapnya, "Kamu punya piyama ekstra, kan?"
"Mungkin terlalu besar untuk kamu," jawab David, "Tetapi,... apa betul kamu perlu piyama?" godanya sambil mengedipkan sebelah mata.
"Nakal!" sergah Val.
David menuntun Val ke kamarnya, menyuruhnya memilih sendiri piyama yang akan dipakainya. Val memilih yang berwarna biru tua, dari handuk dan berukuran besar. Lalu, di depan David yang berdiri kagum, ia melepaskan pakaian kantornya, meletakkan dengan rapi di atas ranjang David. Molek dan mulus sekali tubuh itu, membuat David menelan ludah berkali-kali. Val memang seperti patung marmer buatan Itali yang hidup!
"Kamu juga perlu mandi, kan?" ucap Val sambil memandang David dengan matanya yang biru penuh godaan. Bagaimana David bisa menolak ajakan seperti itu?
Tergesa-gesa David membuka seluruh pakaiannya, lalu menyusul Val yang sudah berlari ke kamar mandi.
**********
Di kamar mandi, Val bertanya di mana pisau cukur David. Dengan agak heran, David balik bertanya, "Untuk apa?"
Val hanya tersenyum, dan David menyerahkan sebuah pisau cukur non-elektronik sambil tetap keheranan. Tetapi keheranannya segera berubah menjadi ketakjuban, ketika tahu apa yang hendak dikerjakan oleh bidadari mulus itu. Val hendak mencukur bulu-bulu di sekitar kewanitaannya! Oh, it's gonna be fun! pikirnya gembira.
Val duduk di pinggir bak mandi jacuzzi, dan dengan cekatan melakukan pencukuran. Tampak jelas bahwa ia sudah terbiasa melakukannya. David terdiam memandang wanita molek ini mengangkangkan kakinya dengan santai, seakan-akan tidak ada orang lain di depannya. Dengan takjub dilihatnya kewanitaan Val semakin lama semakin bersih, dan akhirnya licin tak berbulu sama sekali!
Kemudian Val bangkit, dan tanpa banyak bicara menuju ruang shower yang dipagari kaca buram. Piyama mandi ditanggalkannya sambil berjalan, dilempar seenaknya ke penggantungan baju yang terbuat dari nikel, di pojok kamar mandi. David kembali tergesa-gesa mengikuti tingkah Val dan menyusul masuk ke ruang shower.
Di dalam, Val sudah membasahi tubuhnya dengan air. Wow! David tak berhenti mengagumi tubuh mulus itu. Dengan air di sekujur badannya, tubuh itu tampak lebih menggairahkan lagi. Teringat David akan patung-patung bidadari telanjang di pinggir kolam di Roma. Seperti itulah tubuh Val, cuma tentu saja lebih indah lagi karena 'patung' itu hidup!
"Jangan cuma berdiri di sana, David, nanti kamu masuk angin," goda Val sambil menyerahkan sebotol sabun cair, "Bantu aku menyabuni tubuhku, alright?"
"Dengan senang hati!" sahut David sambil tersenyum manis. Dituangkannya sabun banyak-banyak ke telapak tangan, lalu diusapkannya ke tubuh Val. Wow! Kembali David terkagum merasakan tubuh yang tidak saja tampak halus, tetapi memang halus. Bersemangat sekali David menyabuni Val yang tertawa-tawa kecil seperti seorang anak dimandikan bapaknya. Tak berapa lama kemudian, tawa-tawa kecil itu berhenti, diganti dengan gumam. Lalu diganti lagi dengan desahan. Val mematikan air shower, memejamkan mata menikmati pelayanan khusus pria menawan di hadapannya.
David pun menyabuni tubuh Val makin seksama. Tangannya cekatan mengusapkan busa lembut dan wangi ke seluruh tubuh Val. Ketika menyabuni payudaranya, David berlama-lama mengusap-usap kedua puting susu Val, membuat wanita Irlandia yang molek ini bergelinjang-gelinjang kegelian. Kedua tangannya terangkat, mencekal erat tangkai shower, seakan bergantungan di situ. Posisi ini menyebabkan dua bukit kenyal yang membusung itu bertambah tampil menggairahkan. Gemas sekali David meremas-remasnya, bermain-main dengan busa sabun yang berleleran. Seakan-akan ia adalah seorang peternak yang sedang memerah susu-susu sapinya. Kadang-kadang ditarik-tariknya kedua ujung payudara yang semakin menggembung itu, seakan-akan benar ingin mengeluarkan susu.
"Don't be too long there, darling...," bisik Val tak sabar, "Touch me down there, honey...," desahnya.
David tersenyum dan segera menurunkan salah satu tangannya, menyabuni perut Val yang rata dan tambah licin oleh busa sabun. Dengan cepat, tangan itu tiba di selangkangan Val yang sudah pula terbuka karena ia berdiri dengan dua kaki agak terpisah. David mengusap-usapkan sabun ke seluruh kewanitaan Val yang telah bersih licin tak berbulu. Val menggeliat dan memejamkan mata, mendesah. David semakin giat menyabuni bagian yang putih bersih itu, mengusap-usap dengan telapak tangannya. Sementara tangan yang satu turun ke bawah, ke bagian belakang. David meremas pantat Val yang padat berisi itu, membuat wanita itu menjerit kecil, antara senang dan terkejut.
Kini seluruh kegiatan David terkonsentrasi di bagian bawah. Tangan kirinya menggerayangi bagian depan kewanitaan Val, sementara tangan kanan bermain-main di belakang. Dengan jari-tengah tangan kirinya, David perlahan-lahan menelusuri bibir kewanitaan Val . Kedua bibir itu seakan-akan merekah terpisah menerima jari David yang meluncur lancar ke bawah, lalu perlahan naik lagi ke atas. Ke bawah, ke atas, dengan perlahan tapi penuh kepastian. "Oooow....," Val mengerang dan menyorongkan pinggulnya ke depan, merapatkan kedua pahanya menjepit tangan David. Terasa sekali kenikmatan menjalari pangkal pahanya, membuat Val ingin segera ditelusupi oleh jari yang nakal itu.
Tangan kanan David bergiat di belakang, juga dengan jari tengah yang nakal menelusuri celah di antara dua bukit belakang Val yang seksi. Busa sabun membuat aktivitas David semakin lancar, dan kini ujung jari tengahnya menyentuh bagian luar lubang belakang Val. Pelan-pelan, David memutar-mutar ujung jarinya di sana, dan Val merasakan geli yang nikmat seperti geli yang terasa di liang kewanitaannya. Ah, kini ada dua kegelian di bawah sana, di depan dan di belakang. Val menggeliat-geliat seakan-akan kebingungan, apakah akan menyorongkan pinggungnya agar kewanitaannya bertambah geli, atau mendorong ke belakang agar belakangnya yang dirangsang. Akhirnya ia melakukan keduanya: menyorong ke depan dan mendorong ke belakang. "Oooow, that's nice honey..., do it some more," desahnya.
David menurunkan tubuhnya, berlutut di depan Val. Ia lalu mulai menciumi bagian depan kewanitaan Val yang licin dan kini penuh keharuman sabun wangi itu. Val segera mengucurkan sedikit air untuk mengusir busa di sana, sehingga kini kewanitaannya yang mulus itu terpampang jelas di mata David. Oh, indah sekali tampaknya bagian yang sangat sensitif itu. Putih bersih, tidak berbulu, seperti seorang gadis yang belum lagi remaja. Kedua bibir kewanitaan itu tampak menebal, merekah memperlihatkan daerah yang memerah dan basah oleh air maupun oleh lendir bening. Agak ke atas, dan agak tersembunyi, terlihat tonjolan kecil berwarna kemerahan yang agak berdenyut-denyut. Tonjolan itulah yang pertama dituju oleh David, diciuminya dengan lembut, lalu dijilatnya dengan ujung lidah. "Geez....,"
Val terlonjak seperti disengat setrum, dan otomatis pula kakinya membuka lebih lebar, dan pinggulnya tersorong ke depan.
Pada saat Val mengangkangkan kakinya, tangan David beraksi lagi. Jari telunjuknya masuk dengan leluasa ke dalam kewanitaan Val, disusul jari tengahnya. Dua jari nakal itu bermain-main di dalam sana, berputar dan menggosok-gosok dinding yang licin dan berdenyut dan memerah itu. Val semakin gelisah menggeliat-geliatkan badannya. Apalagi kemudian David juga menggelitiki bagian belakangnya. Val bagi terperangkap dalam dua sumber kenikmatan birahi yang membuatnya bergetar sekujur tubuh. Liang kewanitaannya terasa semakin menguak, dan David kini memasukkan satu jari lagi, sehingga tiga jari ada di dalam sana, keluar-masuk, berputar-putar, mengurut-menggosok. "Oh, God ...... I can't stand it anymore....," erang Val sambil memegangi bahu David dan melebarkan kangkangannya sehingga ia nyaris terjongkok.
David lalu duduk di lantai shower, dan membiarkan Val mengangkangi kepalanya. Dengan posisi ini, ia bisa leluasa menjilati kewanitaan Val dan bermain-main dengan lubang belakangnya. Ia kini memasukkan lidahnya ke dalam liang kewanitaan Val yang sudah dibanjiri cairan cintanya. Kini tiga jari dan satu lidah ada di dalam sana, membuat Val merasa kedua lutunya hilang, lemas sekali. Apalagi David kemudian menyedot dan seakan-akan mengunyah-ngunyah seluruh kewanitaan Val, membuat wanita itu tak tertahankan lagi, melorot ke bawah, jatuh di pangkuan David sambil mendesah-desah dengan mata terpejam.
Dengan sedikit gerakan, Val berhasil menangkap kejantanan David yang sudah pula menegang di antara jepitan dua bibir kewanitaannya. Lalu Val mendorong ke bawah, dan liang kewanitaannya seperti sebuah mulut kecil yang kelaparan hendak menelan kejantanan David yang kenyal dan besar dan panjang dan hangat itu. Tetapi, walaupun Val sudah mengangkang selebar-lebarnya, tetap saja diperlukan upaya ekstra untuk memasukkan seluruh kejantanan David. Dan Val pun merasakan nikmat luar biasa ketika dinding-dinding kewanitaannya perlahan-lahan menguak dan menerima daging kenyal yang padat dan hangat itu, menggosok keras dan mantap, mengirimkan berjuta-juta kenikmatan ke seluruh tubuhnya.
Baru saja seluruh kejantanan itu melesak, Val sudah merasakan orgasmenya datang menyerbu. Ia terduduk dengan seluruh kejantanan David berada di dalam dirinya, begitu besar dan panjang sehingga seakan-akan ujungnya sampai ke leher Val!
"Oh, besar sekali kamu, David.....," Val mengerang dan merasakan orgasmenya menggemuruh di bawah sana. Ia lalu memutar-mutar pinggulnya, menambah intensitas kenikmatan, sehingga akhirnya ia tak kuasa lagi menahan jerit kecil keluar dari kerongkongannya. Kaki dan pahanya mengejang, menggelepar dan terkapar di lantai shower. David mencekal erat pinggang Val, menjaga agar wanita yang sedang kasmaran ini tidak terjerembab di lantai.
Setelah Val agak mereda, David meraih keran shower dengan tangan kirinya, sehingga sejenak kemudian mereka berdua dihujani air segar dari atas. Val tertawa senang, mengangkat mukanya sehingga air membasahi seluruh rambutnya yang keemasan. Bagai bercinta di bawah hujan, pikir Val, sambil mulai menggerak-gerakkan pinggulnya lagi. Mula-mula, ia bergerak maju-mundur, sehingga kejantanan David yang masih terbenam di dalam tubuh Val kini membentur-bentur dinding depan dan belakang kewanitaanya. David merasakan kejantanannya seperti sedang diurut-urut oleh segumpal daging kenyal yang lembut, basah dan hangat. Kontras sekali dengan tubuhnya yang diguyur air dingin. Apalagi kemudian Val memutar-mutar pinggulnya sambil terus menekan ke bawah, membuat David merasa sedang diperas-peras, dipilin-pilin.
Val kini menaik turunkan tubuhnya sambil bertelektekan di bahu David. Matanya kembali terpejam, dan wajahnya tetap mendongak menerima curahan air shower. Bibirnya terkadang merekah, mendesahkan nafas panas yang mulai memburu lagi. Sungguh cantik wajah Val dalam keadaan basah dan penuh birahi seperti ini. David bernafsu sekali menciumi lehernya yang jenjang dan halus dan licin oleh air itu. Sementara kedua tangannya kini kembali meremas-remas payudara Val yang berguncang-guncang seirama gerakan tubuhnya. Permainan cinta mereka kini memasuki tahap final, ketika keduanya mulai merasakan gemuruh birahi meminta jalan untuk menerobos keluar.
Dengan bersemangat, Val terus menaik-turunkan tubuhnya. Ia adalah seorang penunggang wanita, di atas kuda jantan putih perkasa. Nafasnya mendesah-desah seperti seorang joki sedang memacu kudanya menuju garis finis. Nafas David tak kalah memburunya, juga seperti kuda yang sedang mengerahkan seluruh tenaganya untuk menang di pacuan. Berdua mereka berderap menuju puncak birahi, ditingkahi suara air yang mengucur deras dan kecipak bertemunya kejantanan dengan kewanitaan di bawah sana. Ramai sekali, seru sekali, bergelora sekali.
Akhirnya Val tiba di puncak birahi terlebih dahulu. Ia menjerit keras, mengerang panjang, dan menggeliat-geliatkan tubuhnya yang basah oleh air bercampur sedikit keringat. Gerakan turun-naiknya telah berubah menjadi gerakan serampangan; terkadang kekiri-kekanan, terkadang maju-mundur, terkadang turun-naik, terkadang semua gerakan itu sekaligus dilakukannya. Val tak lagi memiliki kendali atas tubuhnya yang sedang dilanda kenikmatan puncak. Betapa kuatnya birahi menguasai tubuh manusia!
David segera menyusul, ikut mengerang panjang ketika merasakan air bah di dalam tubuhnya menghambur ke luar, membuat kejantanannya bagai membesar lima kali lipat, sebelum memancarkan cairan kental panas ke dalam tubuh Val. Seluruh tubuh David yang kekar itu berguncang-guncang, membuat Val ikut terlonjak-lonjak, sementara kejantanannya seperti mengamuk di bawah sana, seperti melompat-lompat menerjang dinding-dinding kewanitaan Val yang sedang meregang.
Mereka baru berhenti setelah sekitar 10 menit menggelepar-gelepar seperti itu. Val terkulai letih memeluk tubuh David yang sudah tersandar ke dinding ruang shower dengan nafas terengah-engah. Tubuh mereka masih terus dibasahi oleh curah air shower yang sejuk. Val mencium David, mengucapkan terimakasihnya. Kini ia harus berpikir keras, bagaimana caranya bangun tanpa terpeleset!

Kisah Valerie 1

Valerie -atau di sini dipanggil Val- adalah seorang manajer sebuah perusahaan Inggris di Indonesia. Berusia 27 tahun dan masih lajang, Val adalah seorang yang cantik memukau, selayaknya wanita-wanita Irish, dengan hidungnya yang mancung tetapi tidak terlalu panjang. Mulutnya seksi, dengan bibir yang selalu seperti merekah-basah. Val juga bertubuh sangat indah, walau ia tidak terlalu tinggi untuk ukuran orang Barat. Kedua payudaranya adalah bagian paling menarik di tubuhnya, karena agak besar dan padat, membusung seperti menantang. Perutnya datar terjaga oleh aktifitas aerobik, yang juga membuat pantatnya keras berisi. Kisah erotik yang akan Anda temui di sini menggambarkan percumbuan-percumbuan Val dengan tiga pria. Harap diingat, Val datang dari masyarakat yang mengijinkan seks bebas, dan halaman-halaman di sini tidak bermaksud mengajak Anda berdebat tentang baik-buruknya kebudayaan itu. Sekalig lagi, nama dan tempat dalam cerita ini -tentu saja- adalah hayal belaka. Tetapi jika ada kesamaan dengan apa yang Anda temui dalam hidup nyata, penulis hanya bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah kebetulan. Sambil mengucap terimakasih, karena kisah ini bisa mengungkap kenyataan. Selebihnya, inilah kisah erotik yang melulu menguraikan kenikmatan, sehingga tak sempat mengingatkan bahwa dunia ini tidak hanya berisi hal itu. Dan mengejar kenikmatan semata, bukanlah hal yang ingin ditegaskan.
Selamat membaca!

Mencumbu Arya

Dalam kehidupan Val ada beberapa pria, tetapi hanya tiga yang membuatnya berkesan. Di antara yang tiga ini, adalah Arya, seorang pria Indonesia dengan sedikit darah Belanda di tubuhnya (ayahnya Ambon-Belanda, dan ibunya seorang Jawa). Mereka bertemu ketika masih sama-sama kuliah di Bedford, Inggris. Pada awalnya mereka cuma berteman, dan Val menyukai Arya yang jauh lebih easy going dibanding teman-teman Asia lainnya. Selain itu, Arya bisa bermain piano, sesuatu yang selalu menjadi kekaguman Val.
Selama kuliah, hubungan mereka tidak pernah lebih dari teman. Baru setelah keduanya lulus, hubungan itu agak berubah. Kebetulan Val mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Inggris yang memiliki kantor cabang di Indonesia, dan Arya pernah pula bekerja paruh waktu di kantor yang sama. Mereka sering bepergian berdua, dan akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu apartemen. Sejak itulah, hubungan seksual menjadi bagian dari persahabatan mereka. Hanya saja, persahabatan itu tak pernah berkembang lebih jauh. Keduanya tidak pernah saling mengucap cinta, dan keduanya tahu bahwa masing-masing punya orang-orang lain yang dicintai.
Arya adalah pria Asia satu-satunya yang bercinta dengan Val, dan bagi Val ia adalah sesuatu yang istimewa. Tetapi Val juga tahu, perbedaan budaya keluarga mereka berdua sangatlah besar untuk dijembatani dengan sesuatu yang lebih jauh dari persahabatan. Maka jadilah hubungan keduanya sebagai hubungan persahabatan dan seksual belaka. Beberapa kali mereka pernah mencoba melihat peluang untuk meningkatkan hubungan, teapi sekian kali pula mereka merasa tidak menemukan persamaan.
Tidak berapa lama setelah Val mendapat kedudukan manajer dan dikirim ke Indonesia untuk mewakili perusahaannya, Arya mendapat pekerjaan di Amerika Serikat. Perasaan duka menyelimuti keduanya ketika kenyataan itu tiba. Setelah hampir dua tahun hidup bersama, sulit juga rasanya berpisah. Walaupun tidak menangis, Val merasa sebuah kekosongan terjadi dalam hidupnya ketika mereka berpisah di Heathrow Airport di London. Mereka berjanji akan terus berhubungan, karena toh Arya masih memiliki orang tua di Jakarta dan sesekali akan datang menjenguk Val.
Ketika pesawat British Airways yang membawanya ke Indonesia sudah berada 10.000 kaki di atas permukaan bumi, Val menghela nafas panjang, dan tiba-tiba menyadari bahwa kedua matanya ternyata agak basah oleh air mata.
**********
Begitulah akhirnya Val dan Arya dipisahkan oleh Lautan Pasifik. Kantor Arya ada di Boston, dan Val di Jakarta. Tetapi untunglah ada e-mail yang bisa menjadi media bertukar berita di antara mereka. Dan setelah dua bulan, keduanya menjadi sama-sama sibuk dan perlahan-lahan semakin jarang bertukar berita. Pada bulan keenam di Indonesia, Val sudah hampir tak pernah mengirim dan menerima e-mail dari Arya, dan kesibukan membuatnya tidak terlalu merasa kehilangan.
Sampai suatu hari, di bulan September, sembilan bulan setelah mereka berpisah, Val mendapat sepotong berita pendek dari Arya ... will visit my old folks in this Thursday, see you there ...
Val terpana memandang layar PC-nya, seperti tak percaya bahwa ternyata ia akan segera bertemu Arya lagi. Dari tak percaya, perasaannya segera berubah gembira, dan ia mengangkat kedua tangan sambil berteriak, "Yess!!!", membuat sekretarisnya terkejut.
"I'm okay, Evi...," ucap Val sambil tertawa kecil melihat sekretarisnya melongo, "I'm more than okay, actually..."
"Shall I write it down?" jawab Evi menggoda, karena ia memang sedang bersiap menerima dikte dari bos wanitanya ini. Val pun tambah keras terbahak.
**********
Arya tiba malam hari dan langsung menuju rumah orang tuanya. Dari sana ia menelpon Val, dan membuat janji untuk bertemu Sabtu siang ini. Dengan kaos t-shirt merah tua yang ketat dan rok jean Levi's, Val datang ke rumah orang tua Arya untuk menjemputnya. Kedua orang tua Arya telah mengenal Val dengan baik, dan keduanya memaksa Val untuk makan siang, yang tentunya tak bisa ditolak.
Sebetulnya, makan siang itu enak sekali: ayam panggang bumbu rujak, gado-gado, dan udang goreng kering. Tetapi Val dan Arya merasa tidak lapar. Sejak bertemu, yang ada di dalam diri mereka cuma gejolak rindu bercampur birahi. Bagi Val, inilah pertama kali di Indonesia ia merasakan gejolak seperti itu. Ia begitu ingin segera memeluk Arya yang kini tampak lebih putih dengan rambut dicukur rapi. Ia ingin segera bercumbu dengan pria yang ia tahu sangat hangat di ranjang ini. Tetapi, di depan kedua orang tuanya dan dua adik perempuannya, Val menjaga diri sekuat hati. Untunglah Arya membantunya dengan juga bersikap menahan diri.Kalau tidak ada keluarga Arya, mereka pasti sudah bergumul dan bercumbu saat itu juga.
Setelah tiga jam yang sangat menyiksa Val dan Arya, setelah minum kopi yang disediakan ibu, barulah mereka berdua bisa keluar rumah. Mereka bilang ingin jalan-jalan berdua, dan kedua orang tua Arya mengangguk mahfum, tanpa banyak tanya lagi. Maka setelah berbasa-basi mengucapkan permisi, keduanya pun melesat menuju apartemen Val di bilangan Kebayoran Baru. Arya yang memegang setir, dan Val duduk rapat-rapat. Sepanjang jalan, Val meremas-remas paha Arya, menggeser-geserkan payudaranya yang sintal ke lengan Arya, membuat Arya was-was takut menabrak mobil di depannya. Val sudah sangat bergairah ingin bercumbu, dan badannya terasa hangat seperti bara yang siap berkobar menjadi api. Untunglah jalan-jalan tidak terlalu ramai di Sabtu sore ini, sehingga akhirnya mereka tiba di apartemen Val sebelum matahari terbuka. Cepat-cepat mereka keluar dari mobil dan bagai dua remaja berlarian menuju lobby.
Sesampai di kamar apartemennya, Val terburu-buru ke kamar mandi. Cepat-cepat diloloskannya celana dalam yang sudah agak basah di bagian bawahnya. Lalu ia masuk ke bath-tub dan mengambil sabun wangi. Diusapnya seluruh kewanitaanya dengan busa-busa sabun, lalu dibasuhnya dengan air hangat. Ia ingin agar kewanitaannya harum menggairahkan malam ini, karena ia tahu Arya akan memberikan sesuatu yang selama ini menjadi favorit Val: lidahnya yang panas dan cekatan!
Keluar dari kamar mandi, Val melihat Arya sudah ada di kamar tidur, membuka kaos dan jeans-nya, sehingga hanya bercelana dalam. Dengan mata bergairah, dipandangnya tubuh yang kokoh dan atletis itu. Val sangat mengagumi tubuh Arya yang coklat kehitaman, tidak seperti tubuhnya yang baginya terlalu putih. Sebuah denyut birahi terasa di kewanitaannya setiap kali Val memandang tubuh lelaki itu. Cepat-cepat dibukanya t-shirt , beha dan roknya, lalu ia segera menyusul Arya ke kamar tidur.
Sejak dari rumah Arya tadi, Val sudah dilanda birahi. Ia ingin segera bermain cinta dengan lelaki menggairahkan ini. Terakhir kalinya ia bertemu Arya hampir setahun lalu, itu pun dalam sebuah permainan cinta yang terburu-buru, karena mereka sedang sama-sama sibuk. Kejadiannya juga di sebuah motel kecil di Bedford, sesaat sebelum Val berangkat ke Indonesia dan Arya bertugas ke Amerika Serikat.
Tanpa basa-basi, Arya mendorong tubuh Val ke kasur, menyebabkan gadis pirang yang seksi ini terjerembab di kasur empuk. Keduanya sudah seperti diburu-buru oleh nafsu yang bergejolak tak tertahankan. Arya menerkam tubuh putih mulus yang sintal dan padat itu dengan penuh gairah. Val menjerit manja menyambutnya. Mereka berguling-gulingan saling berciuman, saling meremas, saling menindih. Seprai dan bantal segera berantakan dibuatnya.
Arya segera mengambil inisiatif kala tubuh mereka sudah terasa panas bergejolak. Didorongnya Val dengan lembut agar tidur menelentang. Setengah dari badannya terletak di luar ranjang, sehingga kedua kakinya yang indah menggantung di pinggir ranjang. Lalu Arya berjongkok di antara kedua kaki Val, dan Val dengan tegang menunggu layanan istimewa kekasihnya. Inilah permainan pembukaan yang selalu dinantinya dengan penuh antisipasi. Belum apa-apa, Val sudah bergidik menahan geli yang akan segera datang. Arya pun menciumi paha yang mulus ditumbuhi bulu-bulu halus itu, membuat Val mengerang pelan. Apalagi kemudian Arya mulai menjilati pahanya, menelusuri bagian bawah lututnya. Val menggelinjang kegelian.
Val merasa pahanya bergetar lembut ketika lidah Arya mulai menjalar mendekati selangkangnya. Panas dan basah rasanya lidah itu, meninggalkan jejak sensasi sepanjang perjalanannya. Val menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah itu sampai di pinggir bibir kewanitaannya yang telah terasa menebal. Ujung lidah Arya menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah basah segalanya yang memang telah basah itu. Terengah-engah, Val mencengkeram rambut Arya dengan satu tangan, perlahan menekan -memaksa- pria itu segera menjilatnya di daerah yang paling sensitif. Dengan satu tangan lainnya, Val menguak lebar bibir-bibir basah di bawah itu, memperlihatkan liang kemerahan yang berdenyut-denyut, dan sebuah tonjolan kecil di bagian atas yang telah mengeras. Lidah Arya menuju ke sana, perlahan sekali. Val mengerang, "Come on .... come on..," bisiknya gelisah. Rasanya lama sekali, membuat Val bagai layang-layang yang sedang diulur pada
saat seharusnya ditarik. Val mati angin. Tak berdaya, tetapi sekaligus menikmati ketak-berdayaan itu.
Arya akhirnya menjilat bagian kecil yang menonjol itu, menekan-nekan dengan ujung lidahnya, memutar-mutar sambil menggelincirkannya. Val menjerit tertahan, kedua tangannya melayang lalu jatuh mencengkram seprai. Geli sekali rasanya, ia sampai menggeliat mengangkat pantatnya, menyorongkan lebih banyak lagi kewanitaannya ke mulut Arya. Serasa seluruh tubuhnya berubah menjadi cair, menggelegak bagai lahar panas. Arya kini menghisap-hisap tonjolan yang seperti sedang lari bersembunyi di balik bungkus kulit kenyal yang membasah itu. Tubuh Val berguncang di setiap hisapan, sementara mulutnya tak berhenti mengerang. Terlebih-lebih ketika satu jari Arya menerobos liang kewanitaannya, lalu mengurut-urut dinding atasnya, mengirimkan jutaan rasa geli bercampur nikmat ke seluruh tubuh Val. Kedua kakinya yang indah terbuka lebar, terkuak sejauh-jauh mungkin, karena Val ingin Arya menjelajahi semua bagian kewanitaannya. Semuanya!
Maka Arya pun melakukannya. Ia tidak hanya menjilat dan menghisap, tapi juga menggigit pelan, memutar-mutarkan lidahnya di dalam liang yang panas membara itu, mendenguskan nafas hangat ke dalamnya, membuat Val berguncang-guncang merasakan nikmat yang sangat. Dua jari Arya kini bermain-main di sana, keluar-masuk dengan bergairah, menggelitik dan menggosok-gosok, menekan-nekan dan mengurut. Cairan-cairan hangat memenuhi seluruh kewanitaan Val, mulai membasahi bibir dan dagu Arya. Jari-jari yang keluar-masuk itu pun telah basah, menimbulkan suara berkecipak yang seksi. Val menggelinjang tak tahan lagi, merasakan puncak birahi melanda dirinya. Matanya terpejam menikmati sensasi yang meletup-letup di sela-sela pahanya, di pinggulnya, di perutnya, di dadanya, di kepalanya, di mana-mana!
Arya merasakan kewanitaan Val berdenyut liar, bagai memiliki kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah-basah, kontras sekali dengan rambu-rambut pirang di sekitarnya, dan dengan tubuhnya yang putih seperti pualam. Dari jarak yang sangat dekat, Arya dapat melihat betapa liang kewanitaan Val membuka-menutup dan dinding-dindingnya berdegup-berdenyut, sepertinya jantung Val telah pindah ke bawah. Arya juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Val menegang seperti sedang menahan sakit. Kedua kakinya terentang dan sejenak kaku sebelum akhirnya melonjak-lonjak tak terkendali. Arya terpaksa harus memakai seluruh bahu bagian atasnya untuk menekan tubuh Val agar tak tergelincir jatuh. Begitu hebat puncak birahi melanda Val, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda ayan. Ia menjerit, lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya terengah-engah.
Arya bangkit setelah Val terlihat agak tenang. Berdiri, ia melepas celana dalamnya. Kelaki-lakiannya segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantunya yang berdegup keras. Val masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan pemandangan sangat seksi di atas hamparan seprai satin mewah berwarna biru muda. Tangan Val mencengkram seprai bagai menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya mendongak menampakkan leher yang mulus menggairahkan, rambut pirangnya terurai bagai membingkai wajahnya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Arya menempatkan dirinya di antara kaki Val, lalu mengangkat kedua paha Val, membuat kewanitaannya semakin terbuka. Val tersadar dari buaian orgasmenya, dengan segera menuntun kejantanan Arya memasuki gerbang kewanitaannya. Tak sabar, ia menjepit pinggang Arya dengan kedua kakinya, membuat pria itu terhuyung ke depan, dan dengan cepat kelaki-lakiannya yang tegang segera melesak ke dalam tubuh Val. Bagi Arya, rasanya seperti memasuki cengkraman licin yang panas berdenyut. Bagi Val, rasanya seperti diterjang batang membara yang membawa geli-gatal ke seluruh dinding ke wanitaannya. Belum apa-apa, Val sudah terlanda gelombang puncak birahinya yang kedua. Begitu cepat!
Arya pun segera melakukan tugasnya dengan baik, mendorong-menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya ganas, seperti hendak meluluh-lantakkan tubuh putih Val yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu. Tak kenal ampun, kejantanan Arya menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi menyambut orgasme. Val menjerit-jerit nikmat, menyuruh Arya lebih keras lagi bergerak, mengangkat seluruh tubuh bagian bawahnya, sehingga hanya bahu dan kepalanya yang ada di atas kasur. Arya mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenuhi permintaan Val. Otot-otot bahu dan lengannya kelihatan menegang dan berkilat-kilat karena keringat. Pinggangnya bergerak cepat dan kuat bagai piston mesin-mesin di pabrik. Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya membentur tubuh Val, ramai sekali di sela-sela derit ranjang yang bergoyang sangat keras.
Val tak lagi sadar sedang berada di mana. Ia berteriak bagai kesetanan merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh tubuhnya terasa dilanda kegelian-kegatalan yang membuat otot-otot menegang-meregang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan. Setiap kali kejantangan Arya menerobos masuk, ia merasa bagai tersiram berliter-liter air hangat yang memijati seluruh tubuhnya. Setiap kali Arya menariknya keluar, Val merasa bagai terhisap pusaran air yang membawanya ke sebuah alam penuh kenikmatan belaka. Dengan mata terus terpejam, Val menjeritkan penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi.
Arya merasakan kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya. Ia pun tak tertahankan lagi, memuncratkan seluruh penantian panjangnya, memuntahkan seluruh rasa terpendamnya, bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan Val yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Val mengerang merasakan siraman birahi panas yang seperti hendak menerobos setiap pori-pori di tubuhnya. Val mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan tubuh bagai lumat di atas kasur. Arya menyusul rubuh menimpa tubuh putih yang licin oleh keringat itu. Nafas mereka berdua tersengal-sengal bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang.
"Oh, kamu ganas sekali, Arya. Betul-betul ganas...," kata Val akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu. Arya cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Val yang besar dan lembut itu.
Setelah beberapa saat, Val bertanya, "Berapa lama kamu di sini, Arya?"
"Aku harus berangkat kembali Senin pagi," jawab Arya diwarnai keengganan. Val terdiam. Singkat sekali pertemuan ini, pikirnya. Sambil memeluk Arya, ia menggumam, "Kalau begitu kamu harus menginap di sini."
"Bagaimana kalau aku tidak mau...," jawab Arya menggoda.
"Kalau begitu, aku yang menginap di rumah orang tuamu ..," sahut Val cepat-cepat. Arya tertawa.
"Kalau begitu, sebaiknya aku menginap di sini!"
Dengan gemas Val berguling menindih tubuh Arya, menggigit bahunya cukup keras sehingga Arya tersentak dan membalasnya dengan menggulingkan kembali tubuh Val. Mereka berdua tertawa-tawa seperti anak-anak bermain gulat. Cairan-cairan cinta mereka berjatuhan menimpa seprai, melekat di tubuh mereka berdua: sebuah perpaduan tubuh putih mulus dan tubuh coklat.
Malam itu mereka bercumbu tak henti-hentinya sampai pagi. Bagi Val, inilah percumbuan terpanjangnya dengan Arya, dan justru terjadi saat mereka tak lagi tinggal bersama!
bersambung..... 

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...