Monday, October 5, 2015

Gara-gara Mabuk

“Tok..tok..tok..!!” Terdengar ketukan di pintu depan. Istriku yang duduk di sofa segera bangkit dan berjalan untuk membukanya.

”Eh, kamu!” sapa istriku ketika tahu siapa yang datang.“Pap, ini Rian, istriku memberitahu.

“Ohh.. suruh masuk!” jawabku dari dalam.

Tidak berapa lama kemudian, Rian masuk dan menyalamiku, sementara istriku memanggil ketiga anak kami dan memberitahukan kepada mereka tentang kedatangan RianDua anakku langsung berhamburan memeluknya, hanya anakku yang pertama yang kelihatan tidak begitu antusias. Keluarga kami memang sangat akrab dengan Rian, dia merupakan salah seorang mantan stafku saat aku bekerja di kota C. Sekarang kami sudah pindah ke kota B yang jaraknya 6 jam perjalanan dari kota C, dan baru kali ini kami berjumpa lagi sejak terakhir kali Rian mengunjungi sekitar 8 bulan yang lalu.

Saat malam mulai tiba, aku dan istriku mengajaknya makan di luar. Ketiga anakku kami tinggal di rumah bersama kedua pembantu. Kami berangkat menuju sebuah restoran seafood yang paling terkenal di kota B dengan suasana pinggir pantainya yang nyaman. Selesai makan, kami bertiga ngobrol-ngobrol tentang masa lalu. Terkadang kami bercerita tentang kejadian-kejadian konyol yang kami alami saat masih satu kantor. Perbedaan antara pimpinan dan bawahan tidak terlihat di antara kami, yang ada malah kami seperti sahabat lama yang baru saja berjumpa.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam ketika aku dan istriku mengajak Rianminum di LCC, sebuah tempat hiburan malam yang letaknya di lantai dasar Hotel BS. Tempatnya tidak terlalu ramainamun suasananya cukup nyaman untuk menjadi pilihan bersantai dan mencari hiburan. Aku dan istriku memang sering ke LCC, selain suasananya nyaman, lampu yang redup membuat kami merasa aman karena tidak mudah orang mengenali kami saat berada disitu.

Suara music dari Band yang membawakan lagu-lagu TOP Country menggema di setiap sudut ruangan. Jack Daniels dan Coca-cola  menemani kami menikmati suasana Pub yang cukup gelap dan udara yang terasa dingin. Waiters menuangkan Jack Daniels campur Cola ke  gelas yang telah disiapkan, lalu mempersilahkan kami untuk minum. Sekali tenggak, semua minuman di gelaslangsung habis.. sehingga istriku berinisiatif untuk menuangkan kembali minuman ke dalam gelas.

Demikianlah kami menikmati suasana malam Sabtu sehingga tanpa kami sadari sudah dua botol Jack Daniels kami habiskan bertiga dan kami jadi benar-benar mabuk

Jam sebelas malam, Band digantikan oleh DJ. Suara house music mengiringi liukan Sexy Dancer di atas panggung. Para pengunjung mulai turun ke Dance Floor. Istriku berbisik, “Turun yuk?!” katanya sambil menarik tanganku.

“Boleh… Rian kita ajak juga ya?!” jawabku, dan kami pun turun ke dance floor.

Pengaruh alkohol membuat istriku agak kehilangan kontrol, dia mulai melakukan tarian erotis mengikuti dancer di atas panggung dengan menjadikan badan Rian sebagai sandaran. Sementara Rian tampak canggung mengimbangi tarian istriku. Hal ini memang biasa dilakukan oleh istriku saat mabuk berat. Sedangkanaku berjoget ringan, sama sekali tak peduli dengan tingkahnya.

Sekitar jam dua belas, muncul keinginanku untuk menunaikan hajat yang tidak bisa kutunda. Aku pun berpamitan kepada istriku dengan berbisik,       “Aku ketoilet sebentar,” kataku.

Ok.” jawab istriku singkat.

Aku pergi ke toilet dan cukup lama aku berada di sana. Memang sudah menjadi kebiasaanku, sambil membuang hajat, kadang aku memainkan games di HPsehingga tak kurang dari setengah jam aku menghilang. Baru setelah itu akukembali ke Pub.

Di dance floor, Rian dan istriku tidak kutemukan. Aku pun menuju ke table yang tadi kupesan, tetapi disana pun kosong sehingga aku menyapukan pandangan ke segala arah. Suasana yang cukup gelap menyulitkanku untuk menemukan mereka berdua. Maka aku memutuskan untuk berkeliling. Kuputari seputaran pub sampai akhirnya mataku tertuju kepada seorang wanita yang dipeluk dari belakang oleh seorang pria di pojok yang lebih gelap dari area lainnya. Daripakaian putih yang dikenakan oleh perempuan itu dan pantulan bodinya yangbercahaya ketika terkena sorot lampu Disco, aku bisa memastikan kalau ituadalah istriku, dan sang pria tiada lain adalah Rian.

Perasaan curiga dan cemburu mulai hinggap di dada; bagiku tidak masuk akal mereka meninggalkan meja saat aku tidak ada. Namun rasa penasaran membuatku mendekati mereka secara perlahan, dan menyelinap ke table yang lebih dekat supaya dapat mendengar pembicaraan serta mengawasi gerak-gerik mereka berdua.

Saat kuawasitiba-tiba kulihat istriku berbalik dan mencium mulut Rian. Dia melakukannya dengan penuh nafsu; mulutnya mencari-cariseperti mengejar lidah Rian agar masuk ke dalam bibirnya. Darahku kontan terkesiapapalagi ketika tangan kanan istriku perlahan mulai turun ke selangkangan anak buahkuitu dan meremasnya dari luar celana tipis yang Rian kenakan.

Tonjolan di selangkangan Rian memang tidak kelihatan jelas, tetapi dari raut muka lelaki itu jelas memperlihatkan bahwa birahinya terpancing oleh tangannakal istriku yang memberikan remasan-remasan halus di batang penisnya.Maka Rian mencoba membalas dengan menyusupkan tangan kanannya ke balik baju istriku meski masih sedikit ada rasa ragu. Ketika dilihat tidak ada penolakan, barulah ia berusaha masuk lebih jauh melalui sela-sela bra yang istriku kenakan.

Napasku serasa berhenti manakala Rian mulai meremas-remas buah dada istriku. Walau dalam remang, tetapi jarak yang cukup dekatsanggup memberikanku penglihatan yangteramat jelas akan gerak-gerik mereka berdua. Di saat istriku akan memasukkan tangannya ke balik celana Rian, mendadak suara musik berhenti dan beberapa lampu menyala. Kaget, mereka segera melepaskan pelukan. Sementara aku dengan perlahan-lahanmelangkah meninggalkan tempat itu untukkembali ke tableku. 

Kutunggu beberapa menit, dan kulihat merekaberdua berjalan beriringan bergabung kembali denganku. “Dari mana, Mam?” tanyaku memancing.

Habis ngajak Rian Joget, nggak apa-apa kan?” kilah istriku tanpa merasa bersalah.

Ohh,” jawabku berpura-pura tidak tahu, dan akupun berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaan curiga.

”Kita semua mabuk. Daripada pulang berbahaya, bagaimana kalau kita nginap di sini saja?” usul istriku.

“Terus Rian, gimana?” tanyaku. 

Ya buka aja dua kamar,.tapi yang connect..biar kita bisa lanjutkan minum,” istriku meneruskan.

Akhirnya karena aku sendiri pun sudah mabuk berat, maka aku setuju sajadengan usulnya. Kejadian di Pub yang kulihat antara Rian dan istriku mulai terhapus oleh pengaruh alkohol di kepalaku, tanpa keberatan aku pun check in di dua kamar yang dihubungkan oleh connecting door.

Rian tidak segera ke kamarnya, melainkan bergabung denganku melanjutkan minum-minum di sofa yang ada di kamarku. Suasana sudah sangat berbeda dengan saat kedatangannya sore tadi, Rian sudah mulai berani mengucapkan bahasa-bahasa jorok, juga bercerita tentang hubungan seks antara dia dan pacarnya secara detail kepadaku, dan anehnya aku pun tidak merasa terganggu dengan perubahan ini. Aku malah tertawa dan ikut bercerita tentang permainan seks kami berdua, sementara istriku hanya menggigit bibirnya menahan birahi.

Entah  jam berapa saat aku tertidur, namun  jam di tanganku menunjukkan pukul 02:35 dini hari saat aku terbangun kembali di sofa tempat kami minum. Istriku tidak lagi ada di sebelahku. Kupejamkan mataku mencoba menguasai diri, pengaruh alkohol masih sangat kuat terasa. Aku berdiri dengan sempoyongan menuju ke tempat tidur hendak menyusul istriku. Tapi aku tersadar bahwa ternyata istriku tidak berada di situ. Aku sama sekali tidak bisa berpikir, yang ada di otakku mungkin istriku sedang mengobrol dengan Rian. Aku pun mendatangi kamar Rian lewat conecting door, tapi langkahku terhenti ketika sayup-sayup kudengar erangan seorang lelaki…

 “Ohh… enak… terus, sayang… ohh…”

Suara itu jelas suara Rian dari kamar sebelah. Aku semakin penasaran, kubuka pintu yang tak terkunci secara perlahan sampai aku bisa melihat dengan jelas… dan terpampanglan di depanku satu pemandangan yang sangat mengejutkan.

Disela-sela erangan Rian, tampak istriku tengah menggunakan kedua tangannya sebagai penopang tubuhnya yang sintal. Ia mengangkang di atas kepala Rian dalam posisi 69, dengan kepalanya bergerak naik-turun mengoral kontol Rian. Suara decak lidah yang beradu dengan kontol  bercampur  erangan Rian yang menikmati oral mulut istriku yang aku tahu sangat mahir melakukannya, terdengar memenuhi seluruh sudut kamar.

Mungkin  mereka telah menghabiskan seluruh minuman yang ada, karena kedua sejoli itu jelas mabuk parah. ini terbukti dari raut wajah keduanya serta ketidakpedulian mereka akan kehadiranku yang mengintip melalui pintu yang terbuka sejengkal. Pakaian mereka berserakan di lantaitinggal CD hitam yang masih dikenakan istriku. Sedangkan Rian sudah telanjang bulat dengan kontol besar dan panjang yang tampak mengacung tegang ke atas. Aku tertegun melihat pemandangan itu, diam-diam kuambil Handphone milikku dan mulai merekam adegan tersebut.

”Sedot, sayang… ohh,” Rian melenguh.

Istriku terus mengemut kontolnya sementara Rian menyingkapkan celana dalamyang masih dikenakan istriku ke samping dan memasukkan jari telunjuk serta jari tengahnya ke lobang vagina mungil yang nampak disana. Sambil mulai mengocok, terkadang tangan kiri Rian meraih tetek istriku yang bergelantungan indah dan meremas-remasnya dengan penuh nafsu. Sementara istriku sesekali melepaskan kontol Rian dari mulutnya dan merintih menikmati kocokan jari laki-laki itu di liang vaginanya dengan wajah merah menengadah serta mulut terbuka.

Ohhh... ayo, Rian! Puaskan aku!” guman istriku. Tampak keduanya sangat bernafsu.

Rian segera menarik celana dalam istriku dengan kedua tangannya dan memelorotkannya dalam satu kali sentuhan sehingga tidak ada lagi kain yang menutupi badan istriku. Melihatnya, birahiku pun mulai bangkit. Kubuka celana sehingga kontolku yang tak kalah besar dengan milik Rian langsung melonjak keluar dalam keadaan tegang. Perlahan tangan kiriku mengocok-ngocoknyadengan tetap merekam adegan panas yang tengah mereka berdua lakukan

Tak kuat menahan rangsangan, istriku melepaskan kontol Rian dari mulutnya dan berputar searah kepala laki-laki itu. Rian menyambut dengan menarik kedua tangan istriku serta memeluknya dalam posisi duduk di atas paha. Istriku mengangkat pantatnya dan meraih kontol Rian, pelan ia mengarahkan benda panjang itu ke lubang vaginanya yang telah sangat siap, sebelum selanjutnya menurunkan pantatnya secara perlahan sehingga kontol Rian amblas masukseluruhnya ke celah mungil yang nampak di sana.

“Auwh...” menjerit sebentar, sepertinya karena kaget sekaligus juga keenakan,istriku mulai bergerak naik-turun dan maju-mundur sehingga kontol Rian tampak keluar masuk di dalam memeknya. Sesekali istriku melakukan gerakan memutarhingga membuat Rian gelagapan menahan nikmat di batang kontolnya.

Sementara istriku pun merasakan kenikmatan yang tiada tara akibat sodokan kontol Rian yang besar dan panjang. Dia mulai mengerang tak karuanOhh…ohh… ohh… sodok terus! Hmhh… enaak… mmh… aduh memekku… mmh…gila! Oohh… yang dalem… mmh…”

Kulihat klitorisnya bergesekan dengan bulu-bulu halus yang tumbuh di atas pangkal kontol Rian sehingga menambah kenikmatan yang luar biasa. Rian menyambut gerakan pantat istriku dengan mengikuti goyangannya, sambil kedua tangannya meremas belahan pantat istriku, sedang mulutnya menghisap buah dada istriku bergantian.

Mmhhh… goyang, Sayang… rasakan keperkasaan kontolku! guman Rian di telinga istriku, membuat istriku semakin bernafsu dan menambah kecepatan goyangannya. Kadang sambil berbisik, Rian melumat telinga istriku yang membuatnya menggelinjang keenakan.

Hal ini berlangsung beberapa lama sampai akhirnya tiba-tiba kulihat tubuh istriku mengejang, kedua tangannya menjambak rambut Rian dan kedua buah dadanya dibusungkan jauh ke depan. Dengan gigi hampir terkatup rapat, ia pun menjerit panjang, ”Ohhhh… a-aku… Ke-kelu...aaa…arrghh!!

Kemudian tubuh istriku rubuh seperti kain tertiup angin di sebelah Rian.Sebenarnya aku sudah sangat terangsang saat itu, tetapi sensasi yang kudapatkan ketika melihat istriku disetubuhi Rian, membuatku mengurungkan niat untuk menghampiri mereka. Mataku tak berkedip melihat adegan demi adegan dari keduanya yang masih terus berlangsung.

Rian tampak tak mau lama-lama membiarkan istriku beristirahat. Diraihnya kembali pinggang istriku dan dibaliknya, lalu diangkat sehingga posisi tubuh istriku menjadi menungging. Dengan kedua lutut bertumpu pada kasur, Rian mengarahkan kontolnya ke vagina istriku.

Aughh...!!” istriku menjerit pelan ketikakontol Rian yang perkasa kembali memasuki liang vaginanya.

Rian menyodok vagina istriku dari belakang dengan gerakan maju-mundurcepat, “Plok..plok… plok…!!” Suara beradunya paha dan pantat menambah panas suasana malam yang dingin itu.

Terkadang Rian membungkuk dan meraih buah dada istriku, lalu diremasnya sambil membenamkan kontol sedalam-dalamnya ke vagina istriku. Perbuatannya itu kontan membuat birahi istriku bangkit kembali dengan sangat cepat, tangan kirinya segera dijulurkan ke belakang untuk meremas buah pelir Rian. Aku yang melihat tentu semakin tak tahan, akhirnya kuputuskan untuk menghampiri mereka setelah sebelumnya meletakkan HP ke dalam gelas dan mengarahkan kameranya ke tempat adegan berlangsung.

Rian dan istriku terkesima melihat kehadiranku. Rian menghentikan gerakannyasejenak dalam keadaan kontol masih tertanam dalam vagina sempit istriku, sementara wajah istriku pucat pasi ketakutan. Tak ada sepatah kata pun keluardari keduanya. Di saat mereka masih terdiam kebingungan, kutegaskan kedatanganku sengan menjambak rambut istriku dan membenamkan kontolkudalam-dalam ke mulutnya.

Isep!” perintahku tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk membantah.

Terpaksa istriku mengoral kontolku dengan sesekali memandangku takut-takut. Rian masih nampak kebingungan, tetapi perlahan-lahan kembali melakukan gerakan maju-mundur menyodok vagina istriku. Namun gerakannya lebih pelan,tidak seberingas tadi saat aku belum bergabung.

Aku yakin dalam hati mereka berkecamuk berbagai pikiran. Istriku berkali-kali mengeluarkan kontolku dari mulutnya dan berkata lirih, “Maafin aku ya?”

Tapi aku langsung menyodorkan kembali kontolku ke mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun… sampai akhirnya Rian mengalami orgasme dengan melolong panjang, ”Ooohhhhh…!!” Tampak pantatnya menekan kuat sehingga kontolnya yang panjang amblas masuk ke dalam vagina istriku danmenyemprotkan sperma yang kental berkali-kali hingga habis tak bersisa.

Setelah Rian mendapatkan orgasmenya, istriku ganti mengambil alih posisi. Dianaik ke atasku dan mulai mengocok penisku dengan vaginanya dalam posisi duduk, tampaknya dia ingin memberikan kepuasan kepadaku. Gerakannya yang binal dan penuh nafsu membuatku merasakan kenikmatan yang belum pernahkudapatkan sebelumnya. Di sebelah, kulirik Rian yang termenung dengan wajah ketakutan. Kunikmati rasa penyesalannya sampai akhirnya istriku mendapatkan orgasme keduanya bersamaan dengan semprotan spermaku di liang vaginanya yang menjadi semprotan  kedua malam itu

***

Jam delapan pagi kami semua telah terbangun, Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Rian, tapi istriku berulang kali meminta maaf kepadaku, padahal aku sudah menjawab kalau aku memaafkannya. Suasana baru mencair setelah aku bicara kepada mereka berdua bahwa aku tidak mempermasalahkan kejadian semalam.

Para pembaca sekalian… kisah di atas benar-benar terjadi, tetapi dengan alasan privacy, saya sengaja memodifikasi nama pelaku dan nama kota. Aku dan istriku terkadang masih melakukan seks threesome dengan Rian, terkadang Rian jugamembawa teman wanitanya untuk bergabung bersama  kami, dan keadaan itu berlanjut sampai sekarang...

No comments:

Post a Comment

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...