Tuesday, March 11, 2014

Vani - Ajakan Party Berbuah Threesome

Reff lagu The Club can't Handle Me tiba-tiba mengalun ketika ada panggilan masuk di BB Vani. Nama shasha tampil dilayarnya. "Hai Shasha" sambut Vani dengan suaranya yang agak serak-serak basah. Sexy, menurut gue. Di ujung lainnya Shasha dengan hebohnya mulai nyerocos tentang suatu party di suatu apartemen salah satu temannya. "Ayo Van, lo ikut ya. Revo bawa temannya yang ga ada pasangan. Lo temenin aja, biar gue bisa bebas sama Revo" rajuk Sasha. "Wait.. wait.. Sapa lagi nih Revo? Cowo baru lagi?" tanya Vani. Vani hampir bisa menebak bahwa diujung sana Shasha nyengir nakal sambil menjawab "Gitu deh.. Lo mau ya?". "Okay.. okay.. gue mau. Awas aja temennya ancur" ancam Vani. "It's a date! Gw BBM lo nanti tentang jam berapa lo bakal dijemput" tuntas Shasha lalu memutuskan sambungan teleponnya. Dan Vani pun beranjak pulang ke kostnya.

Vani sedang berusaha mengancingkan bra-nya ketika terdengar ketukan di pintu kamarnya disusul teriakan suara Shasha yang agak cempreng "Vann... ini gue, Shasha". Sambil membekap bra yang belum terkancing ke dadanya, Vani membuka kunci dan pintu kamarnya sebagian asal cukup buat Shasha untuk masuk. "Ahh.. untung lo udah beres dandan, hottie" ujar Shasha sambil mengecup ringan pipi Vani. "Bantu gue pake bra Sha, biar cepet nih" pinta Vani sambil memunggungi Shasha dan menghadap cermin. Shasha berdiri di belakang Vani dan kedua tangannya meraih kedua ujung kaitan bra Vani. Bukannya memasangkan, Shasha malah melepaskan bra tersebut dan kedua tangannya meraup kedua bongkahan daging yang menggunung di dada Vani. "Aihh...." jerit Vani kaget. "Ihhh... gede amat sih toket lo Van" ujar Shasha iri dari balik punggung Vani. Dengan jahilnya jari jemari Shasha meremas-remas gundukan toket 36C (yeap, they HUGE!). "Aahh.. Udah dong Sha.." rajuk Vani agak sebel sambil melepaskan kedua tangan Shasha. "Iya.. iya.. gue cuma iseng doang. Habiss, gue iri banget liat toket lo. Jadi pengen gue sumpel silicon punya gue" rajuk Shasha sambil memasang kaitan bra Vani. "Eh, lo ga nuduh toket gue palsu kan? Ini asli dari pabrik bo'" ujar Vani agak sewot sambil memakai pakaiannya. Baby doll hitam berenda yang memperlihatkan bahunya tapi menutup rapat dadanya yang massive, dipadankan dengan mini skirt ketat warna putih dan stilleto hitam, Vani sudah siap untuk party malam ini. Shasha bertubuh langsing, pinggang ramping tapi mempunyai pinggul yang lebar dan pantat bulat yang menonjol bikin banyak cowok nafsu untuk meremasnya, memakai mini dress warna hitam yang sedikit menunjukkan belahan dada 34B-nya yang sekal.

Shasha duduk di sebelah Revo, cowok cakep berumur sekitar 25an yang bertubuh tinggi ramping. Jelas kelihatan tajir dari mobil dan pakaiannya. "Pinter juga ni anak cari gebetan" batin Vani yang duduk di jok belakang mobil Revo. Di sebelah Vani adalah cowok yang katanya teman Revo yang butuh pasangan buat party malam ini. Begitu Vani menutup pintu, dengan ramahnya cowok ini mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Gue Ian" kata cowok itu. Vani menjabat tangan yang besar itu sambil meyebutkan namanya. "Gendut. Eh? Besar banget nih cowok" pikir Vani sambil menilai sekilas Ian yang duduk disebelahnya. Ian memang besar. Dengan tinggi 187 cm dan berat 90 kg, Ian terlihat seperti pegulat. Well, paling tidak itulah yang dipikirkan oleh Vani pertama kali. Dengan cepat suasana cair karena Ian ngocol juga anaknya.

Perjalanan ke lokasi party hanya macet sebentar (tumben). Ramai juga. Free flow bir. Snack berlimpah. Shasha dan Vani langsung turun. Beberapa saat kemudian Ian datang menghampiri sambil menyodorkan sebotol bir untuk Van, yang langsung ditenggak sepertiganya oleh Vani. "Haus neng.. Apa doyan?" teriak Ian di dekat kuping Vani untuk mengatasi suara musik hip hop yang berdentam-dentam. Vani hanya tersenyum sambil terus bergoyang. Ian berusaha mengimbangi goyangan Vani, yang mengakibatkan beberapa orang nyaris terpental karena kesenggol tubuh besarnya. Tapi semua lagi happy, jadi no problem.

Setelah beberapa botol bir dan 2 kali ke toilet, tiba Shasha menarik tangan Vani yang saat itu sedang dikerubungi 3 cowok yang berebut mengajaknya turun. "Eh, mau kemana Sha" tanya Vani agak bingung dan sebel karena sedang asyik memilih-milih cowok mana yang mau diajaknya turun dan bergoyang. "Kita pulang" kata Shasha. Tapi Vani tidak percaya begitu saja dengan kata "pulang" Shasha karena Vani melihat senyum nakal Shasha ketika mengatakannya. "Udah deh lo ikut aja" kata Shasha dengan tetap menyunggingkan senyum nakalnya.

"Shasha bilang mau lihat rumah gue" kata Revo di mobil ketika Vani menanyakan tujuan mereka. "Bagus juga. Kita bisa chill out dulu habis party barusan sebelum pulang" tambah Revo sambil membawa mobilnya berzig-zag menyalip beberapa mobil lainnya. "Ngeliat cara lo ngebut kaya gini, gue rasa lo ga pengen sekedar chill out sama Shasha deh" batin Vani nyinyir. Tapi Vani masih asyik saja. Karena Ian dengan serunya ngocol buat Vani & Shasha hahahihi sepanjang perjalanan.

Mobil Revo memasuki perumahan di kawasan Kelapa Gading. Ternyata rumahnya besar juga untuk ukuran ditinggali sendirian oleh Revo. "Toilet mana Hun?" tanya Shasha manja. Revo menunjukkannya. "Gue ikut Sha" sahut Vani. Di dalam toilet, Vani dengan gemasnya meremas pantat sekal Shasha. "Hu uh.. Lo pasti udah horny ya". "Aihh.. apaan sih lo Van" jerit Shasha sambil merengut manja. Sambil duduk di toilet, Shasha merajuk sama Vani "Bantu gue ya Van, temenin Ian ngobrol. Lo tau ndiri, hampir sebulan gue jomblo sebelum akhirnya jadian sama Revo tempo hari" ujar Shasha memelas. "Kering tau.." tambah Shasha dengan senyum nakalnya. "Ihh... slutty banget sih lo" balas Vani agak sebel tapi juga geli. "Setengaahh jam aja.. Lo temenin Ian. Habis itu kita pulang. Janji" kata Shasha sambil menaikkan kembali mini underwear-nya. "Ok deh" sahut Vani. "Ato lo pengen juga digenjot sama Ian" kerling Shasha jahil."Ihh.. jangan sampe deh. Bisa gepeng gue" sahut Vani sewot.

Ketika kedua cewek sintal ini keluar dari toilet, ternyata Revo dan Ian sedang main billiard di tempat yang seharusnya ruangan keluarga. "Gue ikutt.." pinta Vani centil. Dengan agak cemberut, terpaksalah Shasha ikut juga. Dalam sekejap permainan tersebut menjadi berantakan karena Vani dan Shasha memang tidak bisa main billiard. Ketika sodokan Vani yang ketiga membuat bola putihnya terbang ke ujung ruangan, Shasha menimpalinya dengan nyinyir "Gimana ga kaco, lo kan biasanya disodok Van, bukan nyodok". "Uu-uhh.. Apaan sih lo Sha" timpal Vani agak tersipu sambil beranjak mengambil bola putih dari tangan Ian. "Lo berdua terusin aja mainnya ya. Gue mo ngobrol bentar sama Shasha" kata Revo tiba-tiba sambil menarik tangan Shasha untuk ikut naik ke lantai dua dan mengerdip penuh arti ke Ian dan Vani. "Kan belum kelar maennya Hun" rajuk Shasha manja pura-pura keberatan ditarik pergi, padahal Vani yakin memek Shasha sudah menjerit-jerit minta disodok-sodok.

Sepeninggal mereka berdua, Ian menatap Vani sambil cengar-cengir dan berkata "Baiknya lo gue ajarin dulu deh cara nyodoknya sebelum ada yang terluka". "Emang gue seberbahaya itu?! Sebel" tukas Vani sambil menyubit pinggang Ian yang tebal. Tapi Vani tidak keberatan ketika Ian mengarahkan tangannya untuk memegang stick billiard dengan cara yang benar. "Biar lo bisa lihat arah bola putih dengan baik, lo harus nunduk Vani, paling bagus punggung lo jadi sejajar dengan tongkat. Kaki lebarin dikit biar seimbang" jelas Ian. Vani pun membungkuk, dan membungkuk lebih dalam lagi karena Ian menekan punggungnya sehingga dada Vani lebih mendekati meja lagi. "Gini bener An?" tanya Vani. Dua detik kemudian dengan agak kaget Ian baru menjawab "Eh iya, bener. Nah sekarang coba hit bola putihnya perlahan saja. Rasakan ujung stick lo hit ditempat ya lo mau. Hit tengah aja dulu." jelas Ian panjang lebar. Vani tidak tau bahwa perhatian Ian sempat teralih sejenak tadi karena begitu Vani membungkuk, mini skirt-nya ikut terangkat dan Ian sekilas melihat dua bongkah pantat putih Vani dan segaris tipis linen merah ditengahnya. "Anjrit! Ni cewek pake tong. Buseet tadi sekilas gue liat pantatnya mulus dan montok banget" batin Ian gembira.

"Yess.. bolanya lurus larinya" jerit Vani gembira. "Tapi pelan An" kata Vani sambil berbalik ke Ian yang otaknya masih dipenuhi pemandangan sekejap pantat Vani. "Oh iya, jelas pelan. Posisi tangan lo masih ga nyaman pas megang tongkatnya. Dan kaki lo kurang lebar, jadi posisi lo kurang kokoh" balas Ian yang otaknya bekerja keras untuk cari cara agak bisa melihat pemandangan indah itu lagi. Yang sebenaranya sangat gampang terjadi lagi karena rok Vani mini banget memperlihatkan sebagian besar paha putih mulusnya.

"Ayo gue bimbing lo" kata Ian sambil memegang kedua tangan Vani dan meletakkan di posisi stick billiard yang tepat. Vani membungkukkan badannya sejajar dengan meja, membuka kakinya lebih lebar. "Gini bener?" tanya Vani. "Bentar.." kata Ian sambil melangkah dari samping Vani ke belakangnya sehingga kali ini bisa melihat dengan jelas bagaimana setengah bongkah pantat Vani dan tong merah yang membelahnya dengan indah. "Uhh.. itu pasti gundukan memek Vani" batin Ian dengan penuh mesum sambil sedikit membungkukkan badannya. "Kaki lo lebarin dikit lagi Van. Pokoknya sampe lo ngerasa kokoh posisi lo" tambah Ian agak bergetar suaranya karena nafsu birahi mulai naik.

"Gue bantu arahi tangan lo" kata Ian. Tanpa minta persetujuan Vani, Ian ikut membungkuk di atas tubuh Vani dan memegang stick di belakang tangan Vani, sedang satunya berlagak memperbaiki posisi tangan jari kiri Vani. "Awas gue ketindih badan lo ya. Gepeng nanti gue" kata Vani manja. Mendengar suara manja Vani yang agak serak-serak basah, Ian semakin mupeng saja. Apalagi selangkangannya hampir menempel di pantat Vani. Tapi, Ian jago juga "Tenang.. little brother.. tenang. Pelan-pelang aja majunya" ujar Ian dalam hati menenangkan nafsunya yang makin bergejolak dan menahan dirinya untuk tidak langsung menempelkan selangkangannya di pantat Vani (brother, ini sangat susah. Believe me). Dengan dipandu tangan Ian, Vani menyodok bola putihnya lagi. Kali ini karena dibantu power dan arahan Ian, bola putih melaju dengan lurus & cukup kencang untuk hit bola sasarannya. Bunyi benturan bola membuat Vani tertawa puas.. "Yeahh... gue berhasill" jerit Vani senang sambil mengangkat kedua tangannya. Ian ikut terkekeh puas. "Ayo kita coba lagi An, pokoknya sampe gue bisa" ajak Vani yang disambut gembira oleh Ian.

Vani mencoba lagi dan lagi untuk menyodok sementara Ian berlagak membantu Vani memperbaiki poster shootingnya sambil mengambil kesempatan untuk membelai dan meremas pelan tubuh Vani. Yang Ian tidak sadari adalah, remasan Ian di pantat Vani untuk memintanya merendahkan sedikit, dan sentuhan agak lama di paha dalam Vani untuk memintanya melebarkan sedikit pahanya, mulai membuat memek cewek binal ini berkedut-kedut gatal. Jantung Vani mulai berdebar lebih keras dan nafasnya sedikit tersengal. Vani mulai horny. "Sialan, kok gue jadi horny gini sih" umpat Vani dalam hati. Vani melirik jam dan berkata dalam hati "Masih 20 menit lagi sampe si Shasha tuntas dientot Revo". Bayangan bagaimana pantat sekal Shasha dipompa oleh Revo malah membuat memek Vani menjadi agak basah.

"Nah, kita coba lagi ya" suara Ian yang tiba-tiba menyentak Vani dari lamunan mesumnya. "Eh, iya. Ayo kita coba lagi" agak tergagap Vani menyahut. Kembali Vani mengambil posisi membungkuk. Dan Ian kembali Ian terkesiap melihat pemandangan tersebut. Ian sudah nyaris tidak tahan untuk menerjang pantat yang menonjol itu. "Lebarin kaki lo dikit lagi Van" kata Ian sambil memegang dan meremas kedua paha dalam Vani. Vani nyaris mendesah karena sentuhan tiba-tiba di bagian tubuhnya yang sensitif itu. Vani harus menggigit bibirnya ketika tangan Ian yang besar menekan dan meremas pantatnya untuk sedikit diturunkan. Kali ini Ian agak memanjakan tangan kanannya dan meremas-remas pantat Vani lebih lama dari seharusnya. "Sampe kapan tangan lo mo disitu?" damprat Vani pelan belagak galak. "Eh sorry Van. Salah pantat lo sih, manggil-manggil tangan gue" ngeles Ian. "Ih.. kok jadi salah pantat gue" balas Vani dengan senyum dikulum. "Ayo, arahin lagi tangan gue Ian" pinta Vani. Dengan bersemangat Ian menerima permintaan ini.

Ian kembali menempatkan tubuhnya diatas tubuh Vani, dan kedua tangannya memperbaiki posisi kedua tangan Vani. Bedanya kali ini Ian sudah tidak tahan lagi. Ian menempelkan selangkangannya ke gundukan pantat Vani. Vani agak terhenyak kaget ketika merasakan tonjolan kejantanan Ian yang menekan pantatnya. Vani sedikit bingung mau menyentak Ian agar menyingkirkan batangnya dari pantatnya, tapi tuntutan birahi di sekujur tubuhnya menginginkan agar Ian menekankan batangnya lebih dalam lagi. "Shit, gue ga tau ni cowok mau ngentotin gue apa ga" batin Vani gundah, karena saat Ian menekankan selangkangannya, Ian masih ngomong tentang posisi tangan Vani yang kurang tepat dalam megang stick billiardnya. Vani jelas tengsin kalau memulai duluan.

Sedang Ian sendiri yang merasa tidak ada penolakan dari Vani ketika selangkangannya ditempelkan, dan Ian juga yakin Vani pasti merasakan tonjolan kontolnya menekan pantatnya, merasa mendapat lampu hijau. Sambil terus menyeracau tentang posisi tangan yang tepat untuk pegang stick, Ian mulai menggoyangkan pantatnya dan menekankan selangkangannya lebih keras lagi di pantat Vani. Beberapa saat digoyang seperti itu Vani hampir lepas kendali. Tapi akhirnya gengsinya menang. "Hei... enak lo ya goyangin pantat gue" damprat Vani. Agak tersipu Ian bangkit dari atas tubuh Vani "Sorry Van, kebablasan". "Mau ngajarin beneran ga sih lo" tambah Vani digalak-galakin sambil berkacak pinggang menatap Ian. "Iya.. iya Van. Gue ajarin bener. Dimulai lagi ya" pinta Ian. "Huu.. yang bener ya kali ini" sungut Vani sambil kembali mengambil posisi membungkuk siap menyodok.

Tapi kali ini Ian sudah tidak bisa menahan birahinya lebih lama lagi. "Sebodolah, udah ga tahan lagi gue" batin Ian penuh nafsu mesum. "Rendahin dikit lagi badan lo Van" kata Ian agak bergetar sambil tangan kirinya menekan punggung Vani agar lebih rendah. "Bener, segini?" tanya Vani tanpa prasangka. Sambil tetap menahan punggung Vani dengan tangan kiri, tangan kanan Ian menyasar pantat Vani lagi. "Rendahin sedikit lagi pantat lo Van" pinta Ian. Vani menuruti tekanan tangan Ian pada pantatnya untuk sedikit direndahkan. Tapi, beberapa detik kemudian Vani sadar bahwa tangan kanan Ian tidak berpindah dari pantatnya, bahkan mulai meremas-remasnya.

"Ehhhh... ngapain tuh tangan lo??" pekik Vani protes. Vani mau berdiri dari memarahi Ian lagi, tapi tangan besar Ian menahan punggunggnya semakin menempel pada meja billiard. "Ian.. jangan macam-macam lo yah!" ancam Vani tidak meyakinkan. "Bentar aja Van.. Gue nafsu banget liat bokong lo. Semok banget" ujar Ian dengan suaranya yang mulai serak karena birahi. "Gue mau lihat pantat lo ya Van" ujar Ian sambil langsung mengangkat mini skirt Vani sampai naik ke pinggang. "Aihh.... sialan lo" pekik Vani. Kaget, dan merasakan hembusan dingin AC menerpa kulit pantatnya yang nyaris tidak tertutupi karena menggungkan tong. Dengan gemas jemari Ian yang besar meremas bergiliran kedua bongkahan putih kenyal pantat Vani yang sedang menungging tak berdaya itu.

Vani yang semula menjerit-jerit marah, kini sadar dia tidak bisa bergerak karena kalah kuat dengan tekanan tangan Ian, mulai memelas. "Pleasee.. Ian.. Jangan lakuin ini ke gue dong. Pleasee" rengek Vani. Tapi Ian sudah dikuasai nafsu birahi, malah semakin semangat meremas-remas pantat Vani. Bahkan kini jemarinya sesekali menyerempet gundukan di bawahnya. "Ian.. udah dong.." Vani masih merengek. Tiba-tiba Vani melenguh tanpa bisa ditahan "Houuhhh..." ketika dengan tiba-tiba jemari Ian meremas gundukan memeknya. "Ian.. ian.. ian... please stop it" agak tersengal dan kaget akibat rangsangan tiba-tiba pada bibir memeknya walau masih dari balik kain tongnya. "Hehehe.. gila, desahan lo betul-betul bikin gue tambah nafsu Van" kekeh mesum Ian yang semakin semangat meremas-remas gundukan bakpao Vani. Vani blingsatan mencoba melepaskan diri namun tiada hasil.

Vani masih berusaha mengangkat tubuhnya ketika tiba-tiba Vani merasakan ada benda asing memasuki tubuhnya. "Aihh.. Iann... ngapain loo" pekik Vani tak berdaya. Jemari Ian dengan mudahnya menyingkirkan secarik tipis tong yang memisahkan jari-jarinya dengan lubang kenikmatan Vani. Dengan sedikit memaksa, jari tengah Ian yang besar menyelusup ke jepitan bibir memek Vani yang montok sampai langsung 2 ruas. "Ohh.. lo belagak ga sudi, ternyata memek lo udah basah Van" kata Ian penuh kemenangan. "Ga.. ga.. gue ga mau Ian... jangan.. Ahhhh... ouuhhhh..." kata-kata Vani terpotong dengan desahannya yang tidak tertahankan karena jari tengah Ian digerakkan keluar masuk mengocok memek Vani yang sudah mulai basah. Vani berusaha menahan desahannya dengan menggigit bibir bawahnya, tapi tetap saja suara tersengalnya keluar dari tenggorakan karena Ian juga sudah membenamkan jari tulunjuknya ke dalam memek Vani dan berputar-putar, mengobel-ngobel memek lonte satu ini. "Hmmppfffh... hmpfffh... Haaahhhh.... Iannnn" desah Vani yang matanya merem melek karena kenikmatan dilanda nafsu birahi yang akhirnya mulai mendapat pemuasnya. Dengan gemasnya Ian menggigit-gigit bongkahan pantat Vani sambil terus mengerjai lubang memek Vani dengan kedua jarinya, sampai pantat Vani mengejang-ngejang menahan ectassy kenikmatan yang melandanya. "Kalo lo mo keluar, lo harus bilang Vani keluar" perintah Ian, ketika melihat Vani mulai mengejang-ngejang. Dan benar, setengah menit kemudian jemari Ian merasa diremas-remas oleh dinding memek Vani, dan lenguhan Vani terdengar "Vhaannii kkheluuarrr....hhhaahhhh...". Mengejang-ngejang sedikit Vani, lalu Vani mulai membuka matanya dan menatap Ian "Sialan lo" maki Vani pelan.

Kedua jari Ian masih di dalam memek Vani, ketika Ian bertanya "Lalu bagaimana sekarang?". Dengan masih tertelungkup di atas meja billiar, agak malu-malu dan memerah mukanya, Vani berkata pelan dan agak mendesah "Please sekali lagi". Dengan senang hati Ian memenuhi request ini. Kedua jarinya dihujamkan dalam-dalam ke memek Vani, yang membuat Vani memekik kaget "Aiiihhh...". Tapi kocokan dan diselingi gesekan intens di g-spot Vani membuat gelombang birahi kembali melanda Vani. Rasa gatal disekeliling memeknya menggila lagi dan menuntut untuk digaruk, digesek, dan dikocok dengan cepat. Bunyi kecipakan memek Vani yang banjir, ditingkahi oleh desahan dan lenguhan Vani yang keras membuat nafsu Ian semakin diubun-ubun. "Busetttt nih cewek hot banget... " batin Ian gembira. Tangan kiri Ian tidak lagi perlu menahan punggung Vani. Kini tangan kirinya sibuk meremas-remas toket Vani. "Hahhh... hahhhh... shhhhhhh... ya.. ya... kaya gitu.. kaya gitu... ouuhhh.." ceracau Vani tidak karuan.

Ian sudah tidak tahan lagi. Sambil terus tangan kanannya mengocok memek Vani yang banjir habis sampai tetesan cairan pelumasnya membasahi paha Vani dan jemari Ian, tangan kirinya sibuk melepaskan gesper dan risluiting celananya. Tidak sampai 3 menit dari orgasme pertamanya, Vani merasakan gatal di memeknya semakin memuncak, mengumpul di ujung klitorisnya. Semakin dikocok, rasa gatal tersebut semakin terasa menyiksa, menuntut untuk digesek lebih cepat lagi. Akhirnya rasa gatal itu meledak dan menyemburkan arus kenikmatan dari selangkangannya ke seluruh kujur tubuhnya. "Ooaaahhhhh......hhhaahhhh hhh kellluarrrr.... Vani kheeluuuarrr..." pekik Vani dengan mata yang membeliak dan tubuh bergetar-getar mengejang penuh kenikmatan.

"hah.. hah.. hah.." Vani memejamkan mata sambil berusaha mengatur nafasnya yang memburu setelah terpaan orgasme yang kedua. Tubuhnya tertelungkup lemas di atas meja billiard dan kakinya mangangkang menapak tidak kokoh di lantai. Ian sudah berhasil mengeluarkan kontolnya yang sepanjang 16 cm tapi gemuk kokoh dari balik risluitingnya. Ian tidak menurunkan celananya, hanya mengeluarkan kontolnya dari dalam celah risluitingnya. Pelan-pelan Ian memelorotkan tong Vani. Vani yang masih di awang-awang sensasi kenikmatan, tanpa sadar menurut saja ketika kaki kirinya diangkat untuk meloloskan tongnya. Tong merah Vani kini hanya tergulung tidak rapi di pergelangan kaki kanannya. Memek tembem Vani yang halus tanpa jembi, terkespos jelas. Bibir memeknya yang merah basah sudah agak terbuka akibat serangan pertama dari Ian, seperti siap menyambut serbuan berikutnya.

Ian sedikit menarik pinggul Vani agar lebih menungging dan memposisikan memek Vani tepat di depan kontolnya yang sudah ereksi penuh. Vani baru sadar bahwa Ian siap memprenetasinya ketika merasakan ada desakan benda tumpul besar yang menyibak bibir memeknya. Vani berusaha membalik, tapi lagi-lagi tangan besar Ian mencegah hal itu. Sambil berusaha melirik ke belakang, Vani bertanya agak panik "Eh.. lo mo ngapain Ian? Kita sudahan kan?" Tanpa memperdulikan keberatan Vani, Ian semakin menekan pinggulnya dan berusaha membenamkan kontol tebalnya ke belahan memek Vani. Karena dinding-dinding memek Vani sudah basah kuyup, kepala kontol Ian relatif mudah menerobos masuk. "Iaaaannn... Jangan masukin.. jangan masukin.... " teriak Vani makin panik. Vani berusaha bangkit dengan menggoyangkan tubuhnya. Tapi efeknya malah sebaliknya. Akibat goyangan tubuh dan pinggulnya, batang kontol Ian mendapat momentum untuk melesak makin dalam. Diiringi gerungan, Ian menekan dalam-dalam pinggulnya "Hhrrrrrhmmm....". Dengan indahnya memek temben Vani menelah utuh-utuh kontol Ian.

Mata Vani mendelik kaget dan tanpa sadar lenguhan keluar dari bibir sexynya ketika dinding-dinding memeknya merasakan benda asing yang tebal menyesaki liang senggamanya. "Hoouuuhhhhh...." lenguh Vani diiringi getar tubuhnya. "Hah.. hah.. please jangan entot gue Ian" suara Vani agak bergetar ketika memohon Ian. Bergetar karena bingung memutuskan apakah harus mempertahankan gengsinya tidak mau disetubuhi oleh cowok yang baru dikenalnya 2 jam yang lalu, ataukan menuruti desakan birahi dari selangkangannya yang bergetar keenakan karena disesaki batang tebal kontol yang berurat. "Hoh.. hoh.. sorry Van.. Memek lo memohon kontol gue biar dientot sampe puas hehe" kekeh Ian disela nafasnya yang memburu.

Sambil tetap menahan punggung Vani, Ian mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur. Ditarik perlahan, kemudian dilesakkan lagi dalam-dalam. Tarik perlahan-lahan lagi, lalau dibenamkan lagi sampai mentok. Vani merasakan setiap inci dinding-dinding memeknya gesekan perlahan dari kontol Ian yang keluar masuk. Ini membuatnya gila. "Hiaan...hiaann... lo ngentotin gue... hah..hah.. gue kok dientot...hmmpppfffffhhh.." ceracau Vani yang makin kebingungan dan blingsatan karena nafsu birahinya naik lagi tanpa bisa ditahan. Ian semakin bernafsu begitu sadar Vani ikut menikmati persetubuhan ini. Memeknya makin banjir, membuat suara berkecipakan ketika dikocok. Ian mempercepat tempo genjotannya. "huhh..huuhhh..huhhh.. rasain nih.. rasainn... enakk kan.." gerung Ian penuh nafsu menggenjot memek Vani sambil meremas-remas pantat putihnya. Vani yang sudah kepalang tanggung melenguh-lenguh kenikmatan sambil menggoyang-goyang pinggulnya berusaha mengimbangi Ian "Ouhh..ouhhh.. Hhahhhh... hahhh... iya.. iya... entot terus gue.. entott gueeee..." lenguh Vani binal.

"Woaa... lagi pada asyik rupanya" tiba-tiba ada suara cowok lain di ruangan tersebut. Kedua insan lain jenis itu reflek menghentikannya kegiatannya dan menoleh ke arah asal suara. Di pintu, Boris berdiri sambil menyengir penuh maksud (yang ga tau Boris, please baca petualangan Vani di cerita "Peju Siapa Iniiiii..."). Baru saja Vani mau bersuara, suara Ian terdengar lebih dulu "Woe, Bor, tau aja kita lagi disini" sapa Ian kasual. "Eh, lo kenal Boris" tanya Vani kaget dari posisi tertelungkupnya. "Yoi. Dia temen gue SMA" sahut Ian sambil mulai menggenjot Vani lagi. Vani yang masih panik karena ke-gap lagi ngentot, jadi blingsatan. "Eh.. eh.. stop.. stop dulu Ian" pinta Vani panik. Jelas panik, karena Boris sohib kental Albert pacar Vani. Kalau Boris ngember ke Albert, hilanglah cowok ganteng bin tajir itu dari tangan Vani.

"Iann... gue bilang stop dulu" pekik Vani. Tapi Ian tidak peduli dan tetap menggenjot memek Vani semakin semangat. "Tenang Van, Boris ga akan ikutan sekarang. Gue jamin" kata Ian meyakinkan. "Bor, lo duduk manis aja ya disitu. Nonton aja. Jangan macem2" kata Ian ke Boris. "Iya.. iya.. tenang aja.." balas Boris nyengir sambil menarik kursi untuk bisa melihat lebih jelas live bokep Ian vs Vani. "Tapi.. tapi..." ucapan Vani langsung dipotong Ian "Kalau lo masih protes aja, Boris gue ajak join loh" ancam Ian. Vani langsung bungkam.

Tapi bungkam Vani tidak berlangsung lama. Gocekan kontol Ian membuat birahinya melambung lagi. "Sebodo ah sama Boris nonton. Habis ini gue langsung cabut sama Shasha. Ouhhhhh... tebel banget kontolnya. Enaknya makk.." batin Vani. "Gaahhh... ngahhh.. hahhhhh... shhhhhh...." desahan Vani memenuhi ruangan lagi. Boris nyengir bahagia melihat cewek idamannya kelonjotan penuh kenikmatan di depan matanya. Tangannya reflek membelai-belai selangkangannya.

Tidak sampai 5 menit digenjot, Vani mulai merasakan bahwa desakan orgasme mulai menyodok-nyodok. Lenguhan dan teriakan Vani mulai semakin tidak terkendali seperti halnya goyangan pinggulnya. "Ouhh.. ouhh.. Ya.. Ya.. Cepetin.. cepetin... Kocok makin cepat.. Ayoo.. hahh.. hahhhh..." ceracau Vani yang sudah diambang klimaksnya. Ian menanggapi request Vani dengan semakin cepat memompa lubang kawin Vani. Akhirnya, "Hiaaahhhhh.... Ouughhhhhh.... Shhhhhhhhh..." lenguh orgasme Vani membahana lagi. "Lo ga bilang keluar Van" perintah Ian. "Hiya... hiyaa.. Vhan... Vhani klluarrr.. hah.. hah.." desah Vani.

Ian yang belum orgasme, mengangkat tubuh Vani yang masih lemas karena orgasme yang terakhir. Membopongnya dan merebahkannya ke sofa besar. Vani pasrah saja melihat Ian melucuti kemeja dan celananya, dan berdiri telanjang bulat dengan kontol gemuk masih tegak mengacung, berkilatan basah karena cairan cinta memek Vani. "Buka baju lo Van" perintah Ian. Vani langsung menyanggupinya. Ketika Vani mengangkat baby dollnya keluar dari kepalanya, toket Vani yang disangga bra merah langsung menyedot perhatian Ian. Dengan mata membeliak, Ian memandang dua bongkah melon putih dalam kemasan bra merah yang menggemaskan. "Buka BeHa lo. Cepet!" perintah Ian penuh nafsu. Tanpa diperintah dua kali, tangan Vani langsung bergerak ke belakang pungggungnya melepas kait bra-nya. Belum lagi Vani meloloskan branya dari tangannya, kedua tangan Ian yang besar sudah menyergap kedua bongkah daging kenyal itu. "Ahhhhhh...!!!" Vani menjerit kaget karena tidak menduga Ian akan menyergapnya seperti itu. Ian tidak ambil peduli, kedua tangannya yang besar masih tidak cukup untuk menutupi gunungan toket 36C milik Vani. Dengan penuh nafsu jemari Ian meremas, menekan, memilin kedua toket Vani. Lalu dengan rakusnya mulut Ian menelan dan melumat puting Vani. "UUhhhhhh..... hhhhmmpfffff..." Vani mendesah kesakitan sekaligus keenakan. Toketnya, terutama putingnya, adalah salah satu titik tersensitif tubuhnya. Reaksinya nyaris instan. Bibir memeknya mulai berkedut-kedut gatal lagi meminta dipuaskan. "Ajrit! Besar banget toket lo Van" puji Ian penuh nafsu.

Tangan Vani dituntun oleh nafsu primitif birahinya mencari batang kenikmatan diselangkangan Ian. Ketika jemarinya menemukan benda tumpul yang dicarinya, langsung dituntunnya kejantanan Ian tersebut ke bibir memeknya yang sudah merekah. Ian yang merasakan genggaman hangat tangan Vani, langsung paham maksud Vani dan menggerakkan pinggulnya maju sehingga kontolnya menempel di bibir memek Vani. Dengan satu sentakan keras, batang daging yang gemuk itu langsung amblas dan menyipratkan cairan pelumas Vani keluar. "AAGHHHH.." jerit Vani tanpa sadar karena desakan tiba-tiba pada lubang kawinnya. Tanpa buang waktu lagi Ian langsung menggenjot Vani dalam torsi tinggi. Slepp... sleppp.. sleppp... kecipakan bunyi kocokan terdengar lagi. Mata Vani membeliak dan putih matanya lebih dominan, karena berbagai rangsangan yang diterima tubuhnya. G-spot dan dinding-dinding memeknya tergesek-gesek dengan instan oleh kontol Ian yang berurat. Toketnya diremas-remas, diunyel-unyel penuh nafsu. Ditambah lagi sedotan-sedotan di puting dan jilatan-jilatan lidah kasar Ian di sepanjang leher Vani. "HHaaaahhh... Hahhhh... Ouugggghhh....Gillaaa....Enakk kk.." lenguh Vani penuh birahi. "Hoohh.. hohh.. rasain nih bitch.. rasainnn..." tanggap Ian tak kalah nafsunya.

Vani merangkulkan kedua kakinya dibalik punggung Ian dan tangannya memeluk Ian kuat-kuat, ketika ia merasa bahwa rasa gatal yang memabukkan semakin merajalela di selangkangannya. Ian juga sudah tidak kuat lagi menahan ledakan laharnya. Pada saat Ian merasa aliran pejunya sudah mulai mengaliri batang kontolnya dan kepala kontolnya semakin gatal minta digaruk makin cepat, Vani juga merasakan batang kontol Ian mengembang dalam memeknya. "Ohhh.. dia mau keluar.. dia mau keluarr... ga boleh di dalam.. ga boleh di dalam.." batin Vani panik. Tapi apa kata otak berbanding terbalik dengan reaksi tubuh yang sedang dimabuk birahi. Kaki-kaki Vani malah semakin erat merangkul Ian yang sudah tidak dapat menahan orgasmenya. Diiringi lenguhan keras Ian yang menjambak rambut Vani dan membenamkan kontolnya dalam-dalam, kontol Ian menyemprotkan pejunya kuat-kuat ke dalam liang senggama Vani sampai berlelehan keluar. "HUAAHHHHHH.... Hahhhh... Hahhhhh..." gerung Ian penuh kepuasan sampai tubuhnya mengejang-ngejang.

Selama beberapa saat Ian masih menindih Vani menikmati sisa terpaan gelombang orgasmenya. "Thanks ya Van" bisik Ian sambil melumat bibir sensual Vani. Pelan-pelan Ian mencabut kontolnya yang mulai mengecil. Membawa banjir peju keluar membasahi bibir memek Vani dan mengalir turun. Lalu Ian beranjak mengambil tissue dan membersihkan kontolnya. Ditawarkannya tissue tersebut ke Vani yang masih tergeletak mengangkang di sofa dengan lelehan sperma di sekujur selangkangannya. Vani menerimanya tanpa banyak bicara. Pelan-pelang dibasuhnya sperma Ian dari selangkangannya. "Sialan, gue kentang banget. Belum keluar, dia sudah nyemprot duluan" runtuk Vani dalam hati. Hei, ternyata lonte satu ini tadi belum klimaks, makanya jadi BeTe.

Tiba-tiba ada seseorang duduk di sebelah Vani dan berkata "Sini gue bantu bersihin pake tissue basah". Vani sontak kaget dengan Boris yang sudah bugil tiba-tiba sudah duduk menempel di sebelahnya dan berusahan menjulurkan tangannya ke arah selangkangannya. "Ehhh... mau ngapain lo" bentak Vani sewot menyingkirkan tangan Boris sambil berusaha bangkit. Tapi, tangan Boris dengan cepat merangkul Vani lagi untuk terhenyak di sofa, sambil berbisik "Apa lo mau gue laporin Albert lo ngentot sama orang lain? Gue rekam di HaPe gue aksi lo barusan". Vani terpaku sesaat dan menoleh memandang Boris "Bangsat lo Bor. Berani-beraninya lo.. hmmppff.." makian Vani terpotong karena Boris menyapukan tissue basah ke bibir memeknya. Tangan Vani reflek berusaha menyingkirkan tangan Boris dari selangkangannya, tapi langsung terhenti hanya sampai memegangnya karena langsung sadar posisinya. Vani masih tidak mau kehilangan Albert.

Paham Vani sudah ditangannya, Boris semakin berani dengan memasukkan kedua jarinya dengan kasar ke memek Vani. Vani melenguh tertahan ketika memeknya merasakan benda asing lagi menerobosnya. Jemari Boris dengan ahlinya mengocok dan mengobel-ngobel memek Vani. Bibir tebal Boris langsung melumat dengan rakus bibir Vani, membuat Vani terengah-engah karena serangan mendadak ini. Tidak perlu lama untuk membuat Vani ON lagi, karena statusnya memang sedang dipuncak birahi tanggung yang tidak terpuaskan.

Puas melumat bibir Vani, Boris menjelajahi pipi, leher dan menuju toket Vani dengan bibirnya. Jemari Boris menghentikan aktivitasnya di area selangkangan Vani, dan mulai menjamah bongkahan melon putih yang kenyal milik Vani. Boris mengambil posisi di atas Vani dengan kedua tangan meremas-remas tidak beraturan toket Vani. Matanya membelalak tidak percaya bahwa akhirnya dia bisa menjamah toket biadab Vani. "Toket lo memang perfect Van. Dosa kalo lo cuma ijinkan Albert yang menjamahnya" puji Boris. Ketika jemari Boris mulai memilin-milih dan menjepit puting Vani, bibir sensual Vani mulai mengeluarkan desahan erotis. "Sshhhh... ahhhhh.. pleaseee.. jangan keras-keras Bor... ahhhhh.." rintih Vani yang mulai dilanda birahi lagi.

Boris sudah tidak tahan lagi, maka diangkatnya pantat Vani dan diarahkan ke kontolnya yang memang tidak sebesar milik Ian, tapi standarlah. Ketika kontol hitam berurat Boris terbenam ke dalam memek Vani, lagi-lagi pekikan Vani terdengar "Aiiihhhhh....". Tapi langsung disusul lenguhan kenikmatannya "Nggahhhh.. ngahhhhh... ouuuuhhh... iya.. that's right... ayo truuss...". Sambil menahan pinggul Vani yang menggelinjang dengan binalnya, Boris memaju-mundurkan pantatnya dengan penuh semangat. Menghajar memek Vani dari posisi atas, membuat Boris dengan bebas melihat bagaimana toket besar Vani bergerak-gerak liar karena goncangan. Kedua tangan Boris mencengkram kuat-kuat kedua bongkah daging tersebut dan semakin mempercepat kocokannya.

Tidak sampai 5 menit orgasme Vani meledak dan membanjiri memeknya dengan cairan cintanya. "NGAhhhHhhhhhh.... Houuuuuhhhhh... Vanniii kluarrrr..." pekik Vani melampiaskan kenikmatan yang melandanya seluruh organ tubuhnya. Pinggul Vani mengelinjang-gelinjang selama beberapa saat sampai terpaan gelombang klimaksnya mengendur. "Hahh.. hahh.. hah...enak banget.. enak banget.. akhirnya sampe juga" desah Vani sambil menyapu keringat dari wajahnya.

"Van, nungging" tiba-tiba suara Boris terdengar. Dan Vani pun baru sadar bahwa masih ada benda keras yang mengganjal dalam memeknya. "Eh, kok dia masih kuat? Kata Renny biasanya ga sampe 5 menit si Boris udah keluar" batin Vani keheranan. Yang Vani tidak tau adalah, ketika Boris sampai di rumah Revo, dia sudah nelen 1 butir Viagra sebelumnya. Karena Revo bilang ada party sama cewek-cewek di rumahnya. Tidak disangka rejeki nomplok, ceweknya adalah Vani. Jadi, sekarang dengan perkasanya kontol Boris masih tegak berdiri dan menghajar Vani lagi.

Vani digenjot Boris dengan doggie style. Melenguh-lenguh kenikmatan. Kedua bongkah toketnya mengayun-ayun bebas akibat goncangan dan benturan paha Boris pada pantat Vani. Dan Vanipun semakin blingsatan ketika tangan Boris meraih toketnya dan meremas-remasnya kuat-kuat. Ian duduk diseberang ruangan, minum bir sambil menikmati persenggamaan mereka berdua. Doggie style membuat g-spot Vani dihajar kontol Boris secara intens. Tanpa ampun, gelombang gatal yang nikmat itu menyeruak lagi. Menggila dan menggetarkan semua kelenjar di area memek dan selangkangan Vani. Meluas ke perut, ke toketnya, ke ujung-ujung putingnya dan sampai ke ujung jemari kakinya. Ledakan orgasme yang ke-empat ini betul-betul dahsyat sampai membuat Vani mencengkram jok sofa kuat-kuat dan menggerung puas "OUUUUUGGHHHHHHHH.... Gahhhhhhhh...... Gillllllaaaaaaaaa.... Gue kluaarrrrrrr...". "HAhhh.. hahhhh... hhhahh... stoppp.. stopp bentar borr.... gue ga kuatt..." rengek Vani minta si Boris menghentikan genjotannya. Si Boris sebenarnya sudah mau keluar, tapi dituruti juga mau si Vani. Boris mengecup-kecup pundak dan punggung Vani. Kontolnya masih di dalam memek vani, tapi tidak dikocoknya. Ditunggunya Vani sampai tenang sedikit dari nafas yang tersengal-sengal karena terpaan orgasme.

Sementara itu, menyaksikan orgasme Vani yang dahsyat, Ian horny lagi. Kontolnya ngaceng lagi. "Bor, bawa Vani ke kamar aja. Kita garap bareng" ujar Ian sambil membopong tubuh Vani. Boris sebenarnya ingin menikmati tubuh Vani sendirian, tapi dia takut sama Ian. Ketika dibopong Vani berbisik "Gue haus nih". "Bor, ambilin minum gih buat vani" perintah Ian. Boris kembali dengan sebotol kecil bir dingin yang langsung ditenggak habis oleh Vani. Bir dingin yang mengaliri tenggorakannya menyegarkan Vani, dan membuatnya sadar bahwa dia sekarang bugil di atas ranjang dan dikelilingi oleh dua cowok besar bugil dengan kontol yang sudah mengacung tegak siap dihujamkan ke tubuhnya. Vani jadi agak jiper. Bagaimanapun dia sudah agak lemas dihajar 5 orgasme berturut-turut.

"Guys.. please. Gue ga akan sanggup handle lo bedua langsung" pinta Vani tidak berdaya sambil berusaha menutupi toket massive-nya dengan kedua tangannya dan merapatkan pahanya. "Sorry Van, gue jelas-jelas belum klimaks maen sama elo" ujar Boris mulai menaiki tempat tidur. "Dan lenguhan dan gaya ngentot lo udah bikin gue horny lagi. Jadi lo harus tanggung jawab" timpal Ian sambil mengocok pelan-pelan kontolnya dan mendekati Vani dari arah satunya. Vani beringsut mundur sampai menempel di tembok dan sadar dia tidak ada tempat buat lari. "Kalau lo melawan, malah lo akan kesakitan. Mending lo nikmatin aja kaya tadi Van" seringai Ian sambil meraih tangan Vani dan menyingkirkannya agar tidak menutupi toketnya lagi. Tangan Vani satunya masih berusaha menghalangi jemari Ian yang ingin meremas toketnya, tapi dengan mudah disingkirkan. Jari-jari Ian kembali dengan buasnya meremas-remas dan menguyel-nguyel melon putih Vani yang kenyal. Desahan lirih terdengar dari sela-sela bibir Vani yang sedikit terbuka. "Yah, gitu dong Van" puji Ian mesum sambil memilin-milin puting Vani yang tegang.

Sambil tetap meremas-remas toket Vani, Ian menundukkan kepalanya dan melumat bibir Vani. Vani yang akhirnya pasrah meraih kepala Ian agar lebih dekat lagi dan memudahkan aksi lumat-melumat bibir mereka. Tanpa disadari Vani, Boris sudah membuka paha Vani lebar-lebar dan mengarahkan rudalnya ke bibir memek Vani. Boris sedikit mengangkat pantat Vani, kemudian menghujamkan kontolnya dalam-dalam ke memek yang basah dan memerah itu. "Hmpph.." Vani agak tersedak karena sedikit kaget atas melesaknya kontol Boris. Tapi bibir Ian menahannya untuk mengerang.

Vani betul-betul sibuk dan kewalahan. Di bagian atas Ian dengan buas melahap bibirnya dan memainkan lidahnya dalam mulut Vani. Kedua bongkah toketnya tanpa henti digarap dan dirangsang habis oleh kedua tangan Ian. Tangan Vani yang mulus diminta mengocok kontol Ian. Di bagian bawah, memeknya basah kuyup dan gatal habis karena disodok-sodok oleh kontol Boris dengan RPM tinggi. Kali ini hanya butuh 3 menit untuk buat Vani meledak dalam orgasme lagi. Belum sempat mengatur nafas akibat orgasmenya yang terakhir, Ian sudah mengangkat dan membalikkan tubuh Vani. Vani menungging dan menghadap tepat ke kontol Ian yang duduk di depannya. Ian langsung memegang dan mengarahkan kepala Vani agar mulai menyepong kontolnya. "Aduh.. tebel banget. Muat ga ya mulu gue" batin Vani khawatir. Tapi, Vani tidak bisa berpikir panjang karena Ian sudah menekan kepala Vani sehingga mulut Vani langsung penuh oleh kontol Ian. Vani hampir tersedak, tapi Ian tetap menaik turunkan kepala Vani agar mulutnya mengocok kontol Ian. "Shhh..shhh.. enak mulut lo Van" desis Ian keenakan.

Boris kembali membenamkan kontolnya kedalam memek Vani dan mengentotnya dalam doggy style lagi. Kali ini Vani betul-betul susah dalam konsentrasi mengemut kontol Ian karena gempuran kontol Boris dari belakang betul-betul membuatnya mengawang-ngawang kenikmatan. Tapi Vani berusaha terus untuk bisa mengemut-ngemut, menyedot-nyedot kepala kontol Ian, dan sekali-sekali lidahnya memainkan lubang kontol Ian. Ian jadi belingsatan keenakan dan mendesah-desah keenakan "Ahhhh... shhhhhhhh.. mmmhhh... Gila jago banget lo Van.. ashhhhhhhh" ceracau Ian sambil menjambaki rambut pendek Vani.

Vani hampir keluar untuk kesekian kalinya ketika Ian meminta ganti posisi lagi. Vani berharap mereka cepat orgasme, karena dia tidak yakin bila dapat klimaks lagi dia masih bisa bertahan sadar. Kali ini Ian minta Vani WOT. Walau sudah lemas, Vani masih berusaha membuka pahanya lebar-lebar dan menduduki kontol Ian yang mengacung tegak. "Ouhhhhhhh...." Vani mengerang kenikmatan ketika kontol gemuk Ian menerobos celah lubang kawinnya. Rasanya betul-betul beda dari kontol Boris. Vani hampir saja keluar hanya dari tusukan pertama ini. Perlu beberapa detik agar Vani terbiasa lagi dengan perasaan mengganjal yang sangat penuh ini dan mulai bergerak naik turun mengocok kontol Ian.

"Yeah.. that's the way baby" ujar Ian menyemangati goyangan Vani di atasnya sambil meremas-remas toket Vani. Karena di atas, Vani dengan bebas menggerak-gerakkan pinggulnya agar kontol Ian menggesek bagian-bagian dinding memeknya yang paling nikmat. "Ahhhhh... ngahhhhh..ahhhh..." desah Vani sambil menggoyang maju mundur pantatnya. Dengan nakalnya jempol Ian menggesek-gesek klitoris Vani yang menonjol, membuat Vani semakin blingsatan. Tiba-tiba Boris memeluk Vani dari belakang dari langsung meremas toketnya. Leher Vani dicium, dan digigiti oleh Boris. Tangan Boris juga mulai meremas-remas pantat Vani. Dan sesekali membelai sun hole Vani. Membuat Vani menggelinjang karena perasaan nikmat yang aneh.

Tiba-tiba Vani merasa ada yang menerobos lubang pantatnya. "Auuuuhhh... Boris! Nakal banget sih lo" hardik Vani dangan nada birahi. Boris hanya nyengir sambil memasukkan lebih dalam jari tengahnya ke dalam pantat Vani dan mulai mengocoknya. Vani mengerang lebih heboh lagi dan menjatuhkan dirinya ke dada Ian. "Ahhh... ahhh... gillaa... Lo apain gue Borrr..." rengek Vani kebingungan. Cairan pelumas memek Vani yang membanjir sampai ke lubang pantatnya dan posisi nungging Vani memudahkan Boris mengocok pantat Vani.

Tiba-tiba Boris menghentikan kocokannya dan mengeluarkan jarinya dari lubang pantat Vani. Tapi beberapa saat kemudian Vani merasa ada cairan yang dituangkan ke pantatnya dan mengalir masuk ke lubang pantatnya. Vani langsung sadar apa niat Boris. "Borisss.. Gue ga mau dianal" rengek Vani berusaha membalik tubuhnya, tapi tertahan oleh pelukan Ian yang memaksa kontolnya masuk makin dalam ke memek Vani. "Ayolah Van, gue tahu lo sudah pernah dianal sama Albert" bujuk Boris sambil memegarkan pantat Vani lebar-lebar agar lubangnya menganga. Vani masih berusaha berontak ketika merasakan kepala kontol Boris mulai mendesak lubang pantatnya. "Ahhh.. Borisss.. please dongg" rengek Vani hampir menangis. Tapi Boris tidak peduli lagi. Sudah sejak lama dia pengen menganal pantat semok Vani. "Pasrah aja Van. Apa lo mau kontol gue yang nganal lo?" timpal Ian yang langsung membuat Vani diam. "Hmpphhh huuhh" gerung Boris sambil berusaha menghujamkan kontolnya di pantat Vani.

"Aaaahhhhhhhhh..... Pelan-pelannnnn...." pekik Vani agak kesakitan. Sudah agak lama sejak terakhir Vani dianal oleh Albert cowoknya. Untung saja kontol Boris lebih kecil daripada kontol Albert. Dengan tekanan kuat sekali lagi, kontol Boris langsung amblas ke dalam lubang pantat Vani. Blessshh! "Aiihhhhh... ahh.. ahhh.. " erang Vani lagi. Sambil merengkuh toket Vani lagi, Boris langsung menggenjot pantat Vani tanpa ampun. Erangan kesakitan Vani hanya bertahan sebentar saja. Begitu pantatnya terbiasa dengan kontol Boris, dan ditambah genjotan Boris membuat memeknya tergesek-gesek kontol gemuk Ian, Vani mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa. Rangsangan di pantatnya melipatgandakan rasa gatal birahi di memeknya. Vani mulai melenguh-lenguh dengan liarnya.

Vani dijepit ditengah dan digenjot seperti sandwich. Blingsatan Vani menggoyang-goyang pinggulanya merengkuh setiap kenikmatan yang dihasilkan setiap gesekan di lobang kawin dan lobang pantatnya. Betul-betul luar biasa. "Ouuuuhhh... ouhhhh.. ngahhhh... shhhhhhhhhhh.. lebih cepet.. lebih cepet..." lenguh Vani yang menuju klikmaksnya. Boris yang merasa gatal di kepala kontolnya makin menggila, memompa pantat Vani gila-gilaan. Tapi ternyata Ian yang duluan meledak orgasmenya. Sambil meremas pinggul Vani kuat-kuat, punggung Ian melengkung dan menghujamkan kontolnya dalam-dalam dan spermanya menyembur di dalam memek Vani. "GAAAHHHHHHH..... AAHHhhhh.... hahhh.. hahhhh.." lenguh Ian penuh kepuasan.

Disusul Vani beberapa saat kemudian. Vani merasakan gelombang orgasme yang pecah dari bibir-bibir memeknya dan ujung lubang pantatnya, membuat getaran ectassy kenikmatan menyebar keseluruh tubuhnya lagi. Membuat Vani kelonjotan dan tangannya blingsatan menarik-narik kain sprei. "OOoouuuuuughhhhh... Houuuhhhhhh... Yaahhhhh.. Yessssss...." teriak Vani penuh kebahagiaan birahi. Tapi ternyata Boris masih punya sedikit tenaga lagi dan terus menggenjot Vani yang sedang dilanda badai orgasme. Genjotan Boris yang tidak berhenti ketika Vani sedang klimaks, membuat Vani kembali dilanda orgasme berturut-turut. "Ahhhhhh.. kok... kok... gue kheluarrr lagiii... hahhhhh.." erang Vani. Kelonjotan beberapa saat, lalu Vani terjatuh lemas di dada Ian. Boris yang sudah nanggung, tetap memompa pantat Vani sampai dia merasa ada aliaran kenikmatan yang menjalar menuju kepala kontolnya. Ketika dia sudah tidak tahan lagi, Boris menekan dalam-dalam kontolnya ke pantat Vani dan meledakkan orgasmenya seperti orang histeris. "HOOAHHHHHHH.... HHAAAHhHHH....GIllllaaaaa" lenguh Boris penuh kepuasan.

Boris mencabut kontolnya dari pantat Vani, menyebabkan leleran spermanya mengalir keluar. Lalu Boris menghempaskan badannya di sebelahnya. Tidur dengan senyum menghiasi wajahnya. Vani dan Ian sudah jatuh tertidur lebih dahulu dengan badan lemas tapi puas.

Vani terbangun kaget. Melihat jam di dinding menunjukkan pukul 07.30. "Aduuhh.. paha gue kram rasanya ngangkang semaleman. Lobang pantat gue masih terasa agak aneh" runtuk Vani. Badannya terasa lemas. Tapi, senyum malu-malu tersungging di bibir Vani yang sensual mengingat pengalaman seks yang luar biasa semalam. "Kalo ga sama Ethan, ternyata gue butuh 2 cowok biar terbantai puas" batin Vani, yang kemudian disesalinya karena mengingat-ngingat Ethan lagi. Vani bangkit perlahan, agar tidak membangunkan Ian dan Boris yang masih mengorok dan keluar kamar menuju kamar mandi. Tapi, sebelumnya Vani membongkar-bongkar pakaian Boris dan mengutak-atik HP Boris sebentar.

Terpaan air dingin dari pancuran menyegarkan tubuh Vani. Vani juga menyemprot selangkangannya mengeluarkan sisa-sisa sperma Ian dari dalam memeknya. Ketika keluar dari kamar mandi, Vani sudah kembali segar dan merasa lapar. Berbalut jubah mandi yang ditemuinya di dalam kamar mandi, Vani melangkah ke dapur dan membongkar-bongkar isi kulkas mencari sesuatu yang bisa dimakan. Akhirnya Vani membuat sandwich keju dengan fillet dada ayam.

Ketika menelah potongan terakhir sandwichnya, Vani mendengar langkah orang yang mendekat. Agak was-was berpikir Boris yang mendekat, tapi ternyata Revo yang memasuki dapur dengan hanya menggunakan boxer dan bertelanjang dada. "Hai Van. Lagi sarapan? Gue juga laper neh" sapa Revo ramah sambil membuka lemari bagian atas dan mengeluarkan selai kacang. Revo membuat sandwich selai kacang untuk dirinya sendiri. Lalu Revo menawarkan segelas susu kepada Vani yang diterimanya dengan ramah.

Sambil menguyah sandwichnya, Revo melirik ke Vani dan berkata "Sorry ya Van, sampe lo ikut nginep segala". "Gue ga nyangka Shasha liar banget di ranjang. Jadi ketagihan deh gue" tambah Revo. "He-eh" senyum sal-ting Vani mengembang, "Ga papa ko Rev. Itung-itung bikin hepy temen" tambah Vani bingung mencari alasan. "Tapi, gue rasa lo juga punya kesibukan sendiri sama Ian & Boris" kerling Revo nakal. Piass! Vani merasa wajahnya bersemu merah. "Huuhh.. Abisss lo bedua lama banget sih" rajuk Vani sambil mencubit lengan Revo menutupi malunya. Revo terkekeh lalu menggeser kursinya agar bisa duduk di sebelah Vani.

"Gimana rasanya eMeL sama 2 cowo langsung?" bisik Revo di dekat telinga Vani. Vani jadi tambah salah tingkah mendengar pertanyaan Revo. "Eh.. oh.. gimana ya" jawab Vani bingung. Revo bertanya lagi "Kalo si Ian masukin penisnya ke vagina elo, punya si Boris masuk kemana dong?". Pertanyaan Revo memicu ingatan Vani atas hubungan seks yang terjadi semalam. Tubuh Vani juga ikut mengingat bagaimana memeknya disesaki oleh kontol Ian. Dan bagaimana penetrasi kontol Boris di lubang pantatnya mendatangkan sensasi birahi yang berbeda dan menenggelamkan Vani dalam gelombang birahi yang luar biasa. "Shit... Gue jadi horny lagi" runtuk Vani dalam hati.

"BTW, gue denger teriakan Ian muji toket lo semalem" tambah Revo semakin menempel ke tubuh Vani. "Oh ya?" sahut Vani tidak tau mau jawab apa. "Boleh ga gue liat bentarrr aja toket lo?" pinta Revo yang mematanya memandang gundukan dada Vani yang tertutup jubah mandi. Tidak menunggu jawaban Vani, tangan kanan Revo sudah bergerak untuk menyingkap jubah mandi Vani di bagian dadanya. "Eh, mau ngapain lo?" tanya Vani kaget sambil menahan gerakan tangan Revo. "Ayolah Van, ga ada ruginya lo kasi liat gue toket lo yang katanya indah banget itu" Revo sedikit memaksa agar jemarinya bisa tepian jubah mandi Vani. "Iiihh.. lo nafsu banget sih pengen liat" rengek Vani tapi tidak menahan lagi gerakan jari Revo untuk menyingkap jubah mandi yang menutup toketnya. Vani penasaran juga pengen tau tanggapan Revo tentang toketnya.

Agak bergetar jari Revo menyingkap jubah mandi Vani. Dari luar Revo sudah bisa menebak bahwa dada Vani lebih besar dari Shasha. Makanya dia betul-betul ngebet pengen ngelihat. Ga nyangka Vani tidak menolak lama-lama request Revo ini. Revo hanya bisa menyingkap sebagian jubah mandi, tapi itu sudah cukup untuk menunjukkan gunungan daging putih toket Vani. "Indah sekali Van..." suara Revo agak bergetar demi melihat pemandangan yang betul-betul menggugah birahi itu. Tanpa sadar jari telunjuknya bergerak menyentuh bagian toket Vani yang tampak dan menyusurinya ke belahannya. Vani sedikit kaget dan menggelinjang sambil menepis tangan Revo "Aihhh... jahil lo ah. Katanya mo liat doang" kata Vani sambil memajukan bibirnya berlagak cemberut. "Sorry.. sorry Van. Bener-bener itu reflek. Habis indah banget" melas Revo tapi lengannya tetap menempel tubuh samping Vani.

"Udah puas kan ngeliatnya?" tanya Vani sambil berusaha menutup lagi bagian dadanya. "Eh? Tadi sih belum bisa dibilang ngelihat Van. Baru juga atasnya" protes Revo. "Ayolah Van, buka lebih lebar lagi. Biar penasaran gue atas apa yang dilihat dan dinikmati Ian dan Boris tadi malam terpuaskan" mohon Revo lebih lanjut. Vani sebenarnya ingin sekali menunjukkan toketnya dan melihat muka nafsu Revo ketika melihat toketnya. Tapi, biasalah, si Vani ga pengen dipandang gampangan. Revo yang menyadari bahwa tangan Vani yang menahannya tidak benar-benar kuat menolaknya, jadi tambah semangat. Kali ini Revo tidak sekedar membuka sedikit jubah mandi Vani, tapi langsung menyingkapnya lebar-lebar. Bongkahan toket Vani yang sebelah kiri langsung muncul seolah meloncat dan sedikit bergoyang karena tersenggol tangan Revo ketika menyingkap kain penutupnya. "Heiiii... " jerit Vani kaget. Vani reflek berusaha menutup lagi jubah mandinya. Tapi, ternyata Revo lebih cepat lagi untuk merangkulnya dan menahan tangan kiri Vani dengan tangan kirinya. Tangan kanan Vani pun tertahan himpitan tubuh Revo di sisi tubuh Vani.

"Aa..aaa.. Revooo.. Lo nakal amat sih" rengek Vani agak jengah karena mata Revo membeliak lebar memandangi sebelah gunungan toket putihnya dengan puting pink kecoklatan yang mengacung tegak. "Gila.. ga nyangka gede banget toket lo Van. Bulat dan ranum banget" puji Revo sambil memelototi toket Vani yang hanya berjarak kurang dr 30cm dari mukanya. "He-eh..." senyum bangga sekaligus malu Vani merekah. Tanpa sadar, tangan kanan Revo bergerak menyentuh dan membelai kulit toket Vani yang mulus. "Aihhh... katanya cuma liat doang??!!" jerit Vani tersentak kaget karena tidak menduga sentuhan kulit hangat tangan Revo membelai toketnya. "Sorry Van.. gue cuma belai bentarr aja..." jawab Revo agak tersengal karena nafsu birahinya mulai menguasai. Revo semakin kuat memeluk Vani dan tangan kanannya kini tidak saja membelai toket Vani, tapi juga meremas-remasnya dan bahkan memilin-milin puting Vani yang sensitif. Tanpa bisa ditahan, bibir sensual Vani mengeluarkan rintihan dan desahan kenikmatan. "Shhhhh.. mppphhhh.. nakal amat sih lo Rev...." desah Vani lirih. "Kalo udah megang, udahan ya" pinta Vani sambil menggigit bibir bawahnya.

Mendapat lampu hijau, Revo melepaskan pelukan dan pegangan tangan kirinya. Dan menyingkap jubah mandi Vani lebar-lebar kedua sisi, sehingga kedua bongkah susunya muncul kepermukaan. Jubah mandi itu kini hanya disatukan oleh ikatan di perut Vani sehingga menutup bagian perut kebawah. Dengan pasrah Vani bersadar di kursi dapur dan Revo dengan buasnya menggarap toket montok Vani. Kedua tangan Revo dengan kasarnya meremas-remas, menguyel-nguyel bongkahan daging kenyal itu. Mulut Revo dengan rakusnya menyaplok puting dan 1/4 bongkahan daging toket Vani. Seperti bayi Revo mengemut dan menyedot-nyedot kuat-kuat satu puting Vani dan memilin-milin satunya. Bergiliran. Vani tidak bisa lagi menahan erangan kenikmatannya. Vani sangat menyukai rangsangan kasar pada kedua toketnya. Terutama putingnya.

"Ngahhhh.... mmmpphhhffffff... shhhhhh.." desah Vani tidak beraturan. "Ah.. ah.. jangan gigit keras-keras Voo... ngahhh.." rintih Vani yang mulai menikmati permainan Revo. Karena desakan tubuh Revo yang sekarang di depannya dan permainan kasarnya, Vani berusaha memperbaiki posisi duduknya dengan menyeimbangkan kakinya. Yang tidak disadari Vani adalah kini dia duduk mengangkang sehingga menyingkap jubah mandinya. Revo nyaris tersedak bahagia ketika melihat penutup bawah Vani tersingkap dan menyadari bahwa Vani tidak memakai underwear sehingga belahan memek tembem Vani terlihat jelas.

Vani membuka matanya kaget dan memekik kecil ketika merasakan ada benda asing yang menerobos masuk liang kawinnya. "Aiiihhh.... mau ngapain lo Revvv...". Vani hanya bisa meremas bahu Revo ketika Revo tetap memaksa untuk mengocok memek Vani dengan jari tengahnya. "Ahh.. ahh... bu.. bukan gini khan perjanjiannyaa...ahhh.." kata Vani terbata-bata karena bingung dan tengsin. "Ayolah Van, ga usah muna lagi. Lo enjoy kan gue kerjai toket dan memek lo" tukas Revo penuh nafsu sambil tetap mengocok memek Vani yang sudah basah. Vani tidak bisa berkata-kata lagi karena memang benar memeknya sudah gatal minta digaruk dan digesek. Menggigit bibir bawahnya menahan desahan yang lebih keras lagi muncul, mata Vani nanar menatap Revo dibawahnya yang asyik mengocok memeknya. Nalarnya mulai susah diajak kerja sama.

Tiba-tiba Revo menghentikan kocokannya dan berdiri. Vani yang hampir sampai di orgasme pertamanya pagi ini, jadi agak gelagapan "Eh.. oh.. kok berhenti?" tanya Vani, yang jelas disesalinya begitu kata-kata itu keluar. "I wanna fuck you hard Van" kata Revo dengan nafas memburu. "Ayo bungkuk, tunggingin pantat lo" perintah Revo sambil menarik tangan Vani agar berdiri. Vani menurut dan menelekkan kedua tangannya di cabinet dapur dan membungkukkan badannya. Siap untuk penetrasi dari belakang. Di belakangnya, Revo dengan cepat melepaskan boxernya dan siap-siap untuk mengarahkan kontolnya yang sudah menegang penuh ke memek Vani. Ketika Revo menyingkap ke atas jubah mandi Vani, dan memperlihatkan bongkahan pantat Vani yang sintal, Revo bersiul.." Suiitt.. mantap banget body lo Van" kata Revo sambil meremas gemas pantat Vani.

Tiba-tiba satu kesadaran menyentak otak Vani. "Eh, kita ga bisa lakuin ini Rev" kata Vani sambil berusaha berdiri dan berbalik tapi terhenti karena Revo mendekapnya dari belakang. "Tentu saja bisa Van" bisik Revo sambil menciumi leher Vani dan meremas-remas kedua belah toketnya. Akibat berat badan Revo, Vani terpaksa bertelekan lagi ke cabinet dengan kedua tangannya. "Lo pacar Shasha Rev" kata Vani mencoba meyakinkan Revo yang masih meremas-remas toketnya dari belakang, dari sekarang mulai menekan-nekankan pinggulnya ke pantat Vani. "Hubungan gue sama Shasha bisa rusak gara-garr.. Ouhhhhh.." kalimat Vani terputus karena kaget ada benda besar yang menerobos masuk tubuhnya. Setengah kontol Revo berhasil menerobos masuk jepitan bibir memek Vani yang basah merekah. Revo mulai memaju-mundurkan pinggulnya, mengocokkan kontolnya yang tegang keras di dalam liang kawin Vani. "NGahhhh..ahh.. Rev.. brenti.. brenti dulu....aaahh.. kita ga bisa.. oohh.. Shasha.. hmmmppff.." kata-kata Vani berantakan oleh dengusan nafasnya yang diburu oleh nafsu birahi.

Revo membenamkan dalam-dalam kontolnya, kemudian menghentikan goyangannya. Lalu berbisik di telinga Vani "Kalo lo mau Shasha ga tau, lo biarin gue ngentotin memek lo sekarang. Biar shasha ga keburu bangun". "Tapi.. tapi.. " Vani masih mencoba beralasan agar Revo membatalkana niatnya. Tapi, cowok mana sih yang bakal membatalkan acara ngentotnya kalau kontol sudah di dalam memek. Apalagi jelas-jelas memeknya sudah basah kuyup tanda birahi yang minta dipuaskan. Tidak memperdulikan keberatan palsu Vani, Revo kembali menggempur memek Vani dari belakang. "Damn.. damn.. hohh... memek lo basah banget tapi peret...kontol gue kaya diremes-remes.. " maki Revo penuh nafsu sambil menghentak-hentakan pinggulnya sampai membentur pantat Vani berulang-ulang.

Vani yang tidak kuat lagi menahan gempuran birahi akhirnya menyerah pada kenikmatan kontol Revo. "Haahhh... hhaaahhh... auuhhhhhh... mhhhhhhhhh..." erang erotis Vani terdengar di penjuru dapur. Tak lama kemudian, rasa gatal di sekujur memeknya tidak tertahankan lagi dan meledak menjadi orgasme pertamanya pagi ini. "HOUUUHHHHH.... hooohhh... hahhhhh... hahhhh.." lenguh Vani yang badannya mengejang menahan gejolak orgasme yang memabukkan. "hah. hah... huuhhh.." Vani mencoba menata nafasnya memburu sementara Revo masih mengocok kontolnya dari belakang. "Rev.. rev.. stop.. stop.. kaki gue lemes" pinta Vani masih tersengal-sengal.

Revo menarik lepas jubah mandi Vani dan menggelarnya di lantai dapur. Vani langsung tidur terlentang. Revo mengangkat pantat Vani, menahannya dengan pahanya, lalu membenamkan kontolnya ke memek Vani. Vani sampai mendongak ketika memeknya dihujam dalam-dalam oleh kontol Revo. "HOoohhhhh..." lenguh Vani. Dengan ahlinya Revo menghujam-hujam memek Vani, diselingi oleh putaran-putaran pinggulnya membuat Vani jadi belingsatan lagi. Keenakan. "Hiyaa.. hiyaa.. begitu.. bener begitu.. teruskann Revvv.... NGahhhh..." bibir sensual Vani menelorkan kata-kata menyemangati kentotan Revo.

Revo sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi. Dia merasa bendungannya sebentar lagi jebol. Apalagi Vani dengan erotisnya meremas-remas toket bulatnya sendiri. "Ghuuee... mau keluar ya Vann.." dengus Revo terputus-putus. "Dikit lagi.. Rev... dikit lagi.. ahhh.... kocok cepatan.. kocok cepetan.. nggaahh.." rengek Vani. Tapi Revo sudah dititik puncaknya. Akhirnya "HAHHHHHHH.... Huuuuhhhh... makan peju gueee..." lenguh Revo sambil membenamkan dalam-dalam kontolnya. Vani merasakan semprotan hangat dalam memeknya, jadi makin binal. Rasa gatal di seluruh dinding memeknya sudah semakin memuncak. Hanya perlu sedikit gesekan lagi untuk memuaskannya. Jadi Vani yang mengambil alih menggoyangkan pinggulnya agar kontol Revo yang masih cukup besar di dalam memeknya menggesek-gesek. Beberapa detik kemudian lenguhan orgasme Vani yang terdengar. "AHHHHHHH..... uuugggghhhhh... Vani kheluarrr..." erang Vani kelonjotan selama beberapa waktu.

Revo tertelungkup selama beberapa waktu di atas tubuh sintal Vani. Kedua mata mereka terpejam menikmati momen menggairahkan yang baru saja lewat. Semenit berlalu, ketika Revo akhirnya bangkit dan melumat bibir Vani. "Gila.. lo memang binal. Gue betul-betul puas. Lain kali kita harus ngentot lagi ya Van" kata Revo. "Lo boleh saja berharap" kata Vani pendek sambil tersenyum. "Sekarang, antar gue dan Shasha pulang sebelum kedua gorilla itu bangun ya" tambah Vani sambil mendorong Revo agar bangkit dari atas tubuhnya.

Cepat-cepat Vani membersihkan diri di toilet dan bergegas menarik Shasha untuk masuk ke mobil Revo yang sedang dipanasi. "Gue belum mandi Van.. Lengket banget rasanya badan gue" rengek Shasha males-malesan. "Memek lo kan yang lengket" judes Vani. "Gue ga mau ketemu sama Ian & Boris lagi. Gempor gue digauli sama mereka bedua" tambah Vani. "Tapi lo suka kan hehehe" balas Shasha genit. Vani hanya memonyongkan bibirnya. "Kalo aja lo tau cowok lo juga ngentotin gue tadi pagi" batin Vani. Akhirnya, mobil itu meluncur membawa ketiga manusia muda ke jalanan ibu kota.

No comments:

Post a Comment

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...