Reff lagu The Club can't Handle Me tiba-tiba mengalun ketika ada
panggilan masuk di BB Vani. Nama shasha tampil dilayarnya. "Hai Shasha"
sambut Vani dengan suaranya yang agak serak-serak basah. Sexy, menurut
gue. Di ujung lainnya Shasha dengan hebohnya mulai nyerocos tentang
suatu party di suatu apartemen salah satu temannya. "Ayo Van, lo ikut
ya. Revo bawa temannya yang ga ada pasangan. Lo temenin aja, biar gue
bisa bebas sama Revo" rajuk Sasha. "Wait.. wait.. Sapa lagi nih Revo?
Cowo baru lagi?" tanya Vani. Vani hampir bisa menebak bahwa diujung sana
Shasha nyengir nakal sambil menjawab "Gitu deh.. Lo mau ya?". "Okay..
okay.. gue mau. Awas aja temennya ancur" ancam Vani. "It's a date! Gw
BBM lo nanti tentang jam berapa lo bakal dijemput" tuntas Shasha lalu
memutuskan sambungan teleponnya. Dan Vani pun beranjak pulang ke
kostnya.
Vani sedang berusaha mengancingkan bra-nya ketika terdengar ketukan di
pintu kamarnya disusul teriakan suara Shasha yang agak cempreng "Vann...
ini gue, Shasha". Sambil membekap bra yang belum terkancing ke dadanya,
Vani membuka kunci dan pintu kamarnya sebagian asal cukup buat Shasha
untuk masuk. "Ahh.. untung lo udah beres dandan, hottie" ujar Shasha
sambil mengecup ringan pipi Vani. "Bantu gue pake bra Sha, biar cepet
nih" pinta Vani sambil memunggungi Shasha dan menghadap cermin. Shasha
berdiri di belakang Vani dan kedua tangannya meraih kedua ujung kaitan
bra Vani. Bukannya memasangkan, Shasha malah melepaskan bra tersebut dan
kedua tangannya meraup kedua bongkahan daging yang menggunung di dada
Vani. "Aihh...." jerit Vani kaget. "Ihhh... gede amat sih toket lo Van"
ujar Shasha iri dari balik punggung Vani. Dengan jahilnya jari jemari
Shasha meremas-remas gundukan toket 36C (yeap, they HUGE!). "Aahh.. Udah
dong Sha.." rajuk Vani agak sebel sambil melepaskan kedua tangan
Shasha. "Iya.. iya.. gue cuma iseng doang. Habiss, gue iri banget liat
toket lo. Jadi pengen gue sumpel silicon punya gue" rajuk Shasha sambil
memasang kaitan bra Vani. "Eh, lo ga nuduh toket gue palsu kan? Ini asli
dari pabrik bo'" ujar Vani agak sewot sambil memakai pakaiannya. Baby
doll hitam berenda yang memperlihatkan bahunya tapi menutup rapat
dadanya yang massive, dipadankan dengan mini skirt ketat warna putih dan
stilleto hitam, Vani sudah siap untuk party malam ini. Shasha bertubuh
langsing, pinggang ramping tapi mempunyai pinggul yang lebar dan pantat
bulat yang menonjol bikin banyak cowok nafsu untuk meremasnya, memakai
mini dress warna hitam yang sedikit menunjukkan belahan dada 34B-nya
yang sekal.
Shasha duduk di sebelah Revo, cowok cakep berumur sekitar 25an yang
bertubuh tinggi ramping. Jelas kelihatan tajir dari mobil dan
pakaiannya. "Pinter juga ni anak cari gebetan" batin Vani yang
duduk di jok belakang mobil Revo. Di sebelah Vani adalah cowok yang
katanya teman Revo yang butuh pasangan buat party malam ini. Begitu Vani
menutup pintu, dengan ramahnya cowok ini mengulurkan tangannya untuk
berkenalan. "Gue Ian" kata cowok itu. Vani menjabat tangan yang besar
itu sambil meyebutkan namanya. "Gendut. Eh? Besar banget nih cowok"
pikir Vani sambil menilai sekilas Ian yang duduk disebelahnya. Ian
memang besar. Dengan tinggi 187 cm dan berat 90 kg, Ian terlihat seperti
pegulat. Well, paling tidak itulah yang dipikirkan oleh Vani pertama
kali. Dengan cepat suasana cair karena Ian ngocol juga anaknya.
Perjalanan ke lokasi party hanya macet sebentar (tumben). Ramai juga.
Free flow bir. Snack berlimpah. Shasha dan Vani langsung turun. Beberapa
saat kemudian Ian datang menghampiri sambil menyodorkan sebotol bir
untuk Van, yang langsung ditenggak sepertiganya oleh Vani. "Haus neng..
Apa doyan?" teriak Ian di dekat kuping Vani untuk mengatasi suara musik
hip hop yang berdentam-dentam. Vani hanya tersenyum sambil terus
bergoyang. Ian berusaha mengimbangi goyangan Vani, yang mengakibatkan
beberapa orang nyaris terpental karena kesenggol tubuh besarnya. Tapi
semua lagi happy, jadi no problem.
Setelah beberapa botol bir dan 2 kali ke toilet, tiba Shasha menarik
tangan Vani yang saat itu sedang dikerubungi 3 cowok yang berebut
mengajaknya turun. "Eh, mau kemana Sha" tanya Vani agak bingung dan
sebel karena sedang asyik memilih-milih cowok mana yang mau diajaknya
turun dan bergoyang. "Kita pulang" kata Shasha. Tapi Vani tidak percaya
begitu saja dengan kata "pulang" Shasha karena Vani melihat senyum nakal
Shasha ketika mengatakannya. "Udah deh lo ikut aja" kata Shasha dengan
tetap menyunggingkan senyum nakalnya.
"Shasha bilang mau lihat rumah gue" kata Revo di mobil ketika Vani
menanyakan tujuan mereka. "Bagus juga. Kita bisa chill out dulu habis
party barusan sebelum pulang" tambah Revo sambil membawa mobilnya
berzig-zag menyalip beberapa mobil lainnya. "Ngeliat cara lo ngebut kaya gini, gue rasa lo ga pengen sekedar chill out sama Shasha deh"
batin Vani nyinyir. Tapi Vani masih asyik saja. Karena Ian dengan
serunya ngocol buat Vani & Shasha hahahihi sepanjang perjalanan.
Mobil Revo memasuki perumahan di kawasan Kelapa Gading. Ternyata
rumahnya besar juga untuk ukuran ditinggali sendirian oleh Revo. "Toilet
mana Hun?" tanya Shasha manja. Revo menunjukkannya. "Gue ikut Sha"
sahut Vani. Di dalam toilet, Vani dengan gemasnya meremas pantat sekal
Shasha. "Hu uh.. Lo pasti udah horny ya". "Aihh.. apaan sih lo Van"
jerit Shasha sambil merengut manja. Sambil duduk di toilet, Shasha
merajuk sama Vani "Bantu gue ya Van, temenin Ian ngobrol. Lo tau ndiri,
hampir sebulan gue jomblo sebelum akhirnya jadian sama Revo tempo hari"
ujar Shasha memelas. "Kering tau.." tambah Shasha dengan senyum
nakalnya. "Ihh... slutty banget sih lo" balas Vani agak sebel tapi juga
geli. "Setengaahh jam aja.. Lo temenin Ian. Habis itu kita pulang.
Janji" kata Shasha sambil menaikkan kembali mini underwear-nya. "Ok deh"
sahut Vani. "Ato lo pengen juga digenjot sama Ian" kerling Shasha
jahil."Ihh.. jangan sampe deh. Bisa gepeng gue" sahut Vani sewot.
Ketika kedua cewek sintal ini keluar dari toilet, ternyata Revo dan Ian
sedang main billiard di tempat yang seharusnya ruangan keluarga. "Gue
ikutt.." pinta Vani centil. Dengan agak cemberut, terpaksalah Shasha
ikut juga. Dalam sekejap permainan tersebut menjadi berantakan karena
Vani dan Shasha memang tidak bisa main billiard. Ketika sodokan Vani
yang ketiga membuat bola putihnya terbang ke ujung ruangan, Shasha
menimpalinya dengan nyinyir "Gimana ga kaco, lo kan biasanya disodok
Van, bukan nyodok". "Uu-uhh.. Apaan sih lo Sha" timpal Vani agak tersipu
sambil beranjak mengambil bola putih dari tangan Ian. "Lo berdua
terusin aja mainnya ya. Gue mo ngobrol bentar sama Shasha" kata Revo
tiba-tiba sambil menarik tangan Shasha untuk ikut naik ke lantai dua dan
mengerdip penuh arti ke Ian dan Vani. "Kan belum kelar maennya Hun"
rajuk Shasha manja pura-pura keberatan ditarik pergi, padahal Vani yakin
memek Shasha sudah menjerit-jerit minta disodok-sodok.
Sepeninggal mereka berdua, Ian menatap Vani sambil cengar-cengir dan
berkata "Baiknya lo gue ajarin dulu deh cara nyodoknya sebelum ada yang
terluka". "Emang gue seberbahaya itu?! Sebel" tukas Vani sambil menyubit
pinggang Ian yang tebal. Tapi Vani tidak keberatan ketika Ian
mengarahkan tangannya untuk memegang stick billiard dengan cara yang
benar. "Biar lo bisa lihat arah bola putih dengan baik, lo harus nunduk
Vani, paling bagus punggung lo jadi sejajar dengan tongkat. Kaki lebarin
dikit biar seimbang" jelas Ian. Vani pun membungkuk, dan membungkuk
lebih dalam lagi karena Ian menekan punggungnya sehingga dada Vani lebih
mendekati meja lagi. "Gini bener An?" tanya Vani. Dua detik kemudian
dengan agak kaget Ian baru menjawab "Eh iya, bener. Nah sekarang coba
hit bola putihnya perlahan saja. Rasakan ujung stick lo hit ditempat ya
lo mau. Hit tengah aja dulu." jelas Ian panjang lebar. Vani tidak tau
bahwa perhatian Ian sempat teralih sejenak tadi karena begitu Vani
membungkuk, mini skirt-nya ikut terangkat dan Ian sekilas melihat dua
bongkah pantat putih Vani dan segaris tipis linen merah ditengahnya. "Anjrit! Ni cewek pake tong. Buseet tadi sekilas gue liat pantatnya mulus dan montok banget" batin Ian gembira.
"Yess.. bolanya lurus larinya" jerit Vani gembira. "Tapi pelan An" kata
Vani sambil berbalik ke Ian yang otaknya masih dipenuhi pemandangan
sekejap pantat Vani. "Oh iya, jelas pelan. Posisi tangan lo masih ga
nyaman pas megang tongkatnya. Dan kaki lo kurang lebar, jadi posisi lo
kurang kokoh" balas Ian yang otaknya bekerja keras untuk cari cara agak
bisa melihat pemandangan indah itu lagi. Yang sebenaranya sangat gampang
terjadi lagi karena rok Vani mini banget memperlihatkan sebagian besar
paha putih mulusnya.
"Ayo gue bimbing lo" kata Ian sambil memegang kedua tangan Vani dan
meletakkan di posisi stick billiard yang tepat. Vani membungkukkan
badannya sejajar dengan meja, membuka kakinya lebih lebar. "Gini bener?"
tanya Vani. "Bentar.." kata Ian sambil melangkah dari samping Vani ke
belakangnya sehingga kali ini bisa melihat dengan jelas bagaimana
setengah bongkah pantat Vani dan tong merah yang membelahnya dengan
indah. "Uhh.. itu pasti gundukan memek Vani" batin Ian dengan
penuh mesum sambil sedikit membungkukkan badannya. "Kaki lo lebarin
dikit lagi Van. Pokoknya sampe lo ngerasa kokoh posisi lo" tambah Ian
agak bergetar suaranya karena nafsu birahi mulai naik.
"Gue bantu arahi tangan lo" kata Ian. Tanpa minta persetujuan Vani, Ian
ikut membungkuk di atas tubuh Vani dan memegang stick di belakang tangan
Vani, sedang satunya berlagak memperbaiki posisi tangan jari kiri Vani.
"Awas gue ketindih badan lo ya. Gepeng nanti gue" kata Vani manja.
Mendengar suara manja Vani yang agak serak-serak basah, Ian semakin
mupeng saja. Apalagi selangkangannya hampir menempel di pantat Vani.
Tapi, Ian jago juga "Tenang.. little brother.. tenang. Pelan-pelang aja majunya"
ujar Ian dalam hati menenangkan nafsunya yang makin bergejolak dan
menahan dirinya untuk tidak langsung menempelkan selangkangannya di
pantat Vani (brother, ini sangat susah. Believe me). Dengan dipandu
tangan Ian, Vani menyodok bola putihnya lagi. Kali ini karena dibantu
power dan arahan Ian, bola putih melaju dengan lurus & cukup kencang
untuk hit bola sasarannya. Bunyi benturan bola membuat Vani tertawa
puas.. "Yeahh... gue berhasill" jerit Vani senang sambil mengangkat
kedua tangannya. Ian ikut terkekeh puas. "Ayo kita coba lagi An,
pokoknya sampe gue bisa" ajak Vani yang disambut gembira oleh Ian.
Vani mencoba lagi dan lagi untuk menyodok sementara Ian berlagak
membantu Vani memperbaiki poster shootingnya sambil mengambil kesempatan
untuk membelai dan meremas pelan tubuh Vani. Yang Ian tidak sadari
adalah, remasan Ian di pantat Vani untuk memintanya merendahkan sedikit,
dan sentuhan agak lama di paha dalam Vani untuk memintanya melebarkan
sedikit pahanya, mulai membuat memek cewek binal ini berkedut-kedut
gatal. Jantung Vani mulai berdebar lebih keras dan nafasnya sedikit
tersengal. Vani mulai horny. "Sialan, kok gue jadi horny gini sih" umpat Vani dalam hati. Vani melirik jam dan berkata dalam hati "Masih 20 menit lagi sampe si Shasha tuntas dientot Revo". Bayangan bagaimana pantat sekal Shasha dipompa oleh Revo malah membuat memek Vani menjadi agak basah.
"Nah, kita coba lagi ya" suara Ian yang tiba-tiba menyentak Vani dari
lamunan mesumnya. "Eh, iya. Ayo kita coba lagi" agak tergagap Vani
menyahut. Kembali Vani mengambil posisi membungkuk. Dan Ian kembali Ian
terkesiap melihat pemandangan tersebut. Ian sudah nyaris tidak tahan
untuk menerjang pantat yang menonjol itu. "Lebarin kaki lo dikit lagi
Van" kata Ian sambil memegang dan meremas kedua paha dalam Vani. Vani
nyaris mendesah karena sentuhan tiba-tiba di bagian tubuhnya yang
sensitif itu. Vani harus menggigit bibirnya ketika tangan Ian yang besar
menekan dan meremas pantatnya untuk sedikit diturunkan. Kali ini Ian
agak memanjakan tangan kanannya dan meremas-remas pantat Vani lebih lama
dari seharusnya. "Sampe kapan tangan lo mo disitu?" damprat Vani pelan
belagak galak. "Eh sorry Van. Salah pantat lo sih, manggil-manggil
tangan gue" ngeles Ian. "Ih.. kok jadi salah pantat gue" balas Vani
dengan senyum dikulum. "Ayo, arahin lagi tangan gue Ian" pinta Vani.
Dengan bersemangat Ian menerima permintaan ini.
Ian kembali menempatkan tubuhnya diatas tubuh Vani, dan kedua tangannya
memperbaiki posisi kedua tangan Vani. Bedanya kali ini Ian sudah tidak
tahan lagi. Ian menempelkan selangkangannya ke gundukan pantat Vani.
Vani agak terhenyak kaget ketika merasakan tonjolan kejantanan Ian yang
menekan pantatnya. Vani sedikit bingung mau menyentak Ian agar
menyingkirkan batangnya dari pantatnya, tapi tuntutan birahi di sekujur
tubuhnya menginginkan agar Ian menekankan batangnya lebih dalam lagi. "Shit, gue ga tau ni cowok mau ngentotin gue apa ga"
batin Vani gundah, karena saat Ian menekankan selangkangannya, Ian
masih ngomong tentang posisi tangan Vani yang kurang tepat dalam megang
stick billiardnya. Vani jelas tengsin kalau memulai duluan.
Sedang Ian sendiri yang merasa tidak ada penolakan dari Vani ketika
selangkangannya ditempelkan, dan Ian juga yakin Vani pasti merasakan
tonjolan kontolnya menekan pantatnya, merasa mendapat lampu hijau.
Sambil terus menyeracau tentang posisi tangan yang tepat untuk pegang
stick, Ian mulai menggoyangkan pantatnya dan menekankan selangkangannya
lebih keras lagi di pantat Vani. Beberapa saat digoyang seperti itu Vani
hampir lepas kendali. Tapi akhirnya gengsinya menang. "Hei... enak lo
ya goyangin pantat gue" damprat Vani. Agak tersipu Ian bangkit dari atas
tubuh Vani "Sorry Van, kebablasan". "Mau ngajarin beneran ga sih lo"
tambah Vani digalak-galakin sambil berkacak pinggang menatap Ian. "Iya..
iya Van. Gue ajarin bener. Dimulai lagi ya" pinta Ian. "Huu.. yang
bener ya kali ini" sungut Vani sambil kembali mengambil posisi
membungkuk siap menyodok.
Tapi kali ini Ian sudah tidak bisa menahan birahinya lebih lama lagi. "Sebodolah, udah ga tahan lagi gue"
batin Ian penuh nafsu mesum. "Rendahin dikit lagi badan lo Van" kata
Ian agak bergetar sambil tangan kirinya menekan punggung Vani agar lebih
rendah. "Bener, segini?" tanya Vani tanpa prasangka. Sambil tetap
menahan punggung Vani dengan tangan kiri, tangan kanan Ian menyasar
pantat Vani lagi. "Rendahin sedikit lagi pantat lo Van" pinta Ian. Vani
menuruti tekanan tangan Ian pada pantatnya untuk sedikit direndahkan.
Tapi, beberapa detik kemudian Vani sadar bahwa tangan kanan Ian tidak
berpindah dari pantatnya, bahkan mulai meremas-remasnya.
"Ehhhh... ngapain tuh tangan lo??" pekik Vani protes. Vani mau berdiri
dari memarahi Ian lagi, tapi tangan besar Ian menahan punggunggnya
semakin menempel pada meja billiard. "Ian.. jangan macam-macam lo yah!"
ancam Vani tidak meyakinkan. "Bentar aja Van.. Gue nafsu banget liat
bokong lo. Semok banget" ujar Ian dengan suaranya yang mulai serak
karena birahi. "Gue mau lihat pantat lo ya Van" ujar Ian sambil langsung
mengangkat mini skirt Vani sampai naik ke pinggang. "Aihh.... sialan
lo" pekik Vani. Kaget, dan merasakan hembusan dingin AC menerpa kulit
pantatnya yang nyaris tidak tertutupi karena menggungkan tong. Dengan
gemas jemari Ian yang besar meremas bergiliran kedua bongkahan putih
kenyal pantat Vani yang sedang menungging tak berdaya itu.
Vani yang semula menjerit-jerit marah, kini sadar dia tidak bisa
bergerak karena kalah kuat dengan tekanan tangan Ian, mulai memelas.
"Pleasee.. Ian.. Jangan lakuin ini ke gue dong. Pleasee" rengek Vani.
Tapi Ian sudah dikuasai nafsu birahi, malah semakin semangat
meremas-remas pantat Vani. Bahkan kini jemarinya sesekali menyerempet
gundukan di bawahnya. "Ian.. udah dong.." Vani masih merengek. Tiba-tiba
Vani melenguh tanpa bisa ditahan "Houuhhh..." ketika dengan tiba-tiba
jemari Ian meremas gundukan memeknya. "Ian.. ian.. ian... please stop
it" agak tersengal dan kaget akibat rangsangan tiba-tiba pada bibir
memeknya walau masih dari balik kain tongnya. "Hehehe.. gila, desahan lo
betul-betul bikin gue tambah nafsu Van" kekeh mesum Ian yang semakin
semangat meremas-remas gundukan bakpao Vani. Vani blingsatan mencoba
melepaskan diri namun tiada hasil.
Vani masih berusaha mengangkat tubuhnya ketika tiba-tiba Vani merasakan
ada benda asing memasuki tubuhnya. "Aihh.. Iann... ngapain loo" pekik
Vani tak berdaya. Jemari Ian dengan mudahnya menyingkirkan secarik tipis
tong yang memisahkan jari-jarinya dengan lubang kenikmatan Vani. Dengan
sedikit memaksa, jari tengah Ian yang besar menyelusup ke jepitan bibir
memek Vani yang montok sampai langsung 2 ruas. "Ohh.. lo belagak ga
sudi, ternyata memek lo udah basah Van" kata Ian penuh kemenangan. "Ga..
ga.. gue ga mau Ian... jangan.. Ahhhh... ouuhhhh..." kata-kata Vani
terpotong dengan desahannya yang tidak tertahankan karena jari tengah
Ian digerakkan keluar masuk mengocok memek Vani yang sudah mulai basah.
Vani berusaha menahan desahannya dengan menggigit bibir bawahnya, tapi
tetap saja suara tersengalnya keluar dari tenggorakan karena Ian juga
sudah membenamkan jari tulunjuknya ke dalam memek Vani dan
berputar-putar, mengobel-ngobel memek lonte satu ini. "Hmmppfffh...
hmpfffh... Haaahhhh.... Iannnn" desah Vani yang matanya merem melek
karena kenikmatan dilanda nafsu birahi yang akhirnya mulai mendapat
pemuasnya. Dengan gemasnya Ian menggigit-gigit bongkahan pantat Vani
sambil terus mengerjai lubang memek Vani dengan kedua jarinya, sampai
pantat Vani mengejang-ngejang menahan ectassy kenikmatan yang
melandanya. "Kalo lo mo keluar, lo harus bilang Vani keluar" perintah
Ian, ketika melihat Vani mulai mengejang-ngejang. Dan benar, setengah
menit kemudian jemari Ian merasa diremas-remas oleh dinding memek Vani,
dan lenguhan Vani terdengar "Vhaannii kkheluuarrr....hhhaahhhh...".
Mengejang-ngejang sedikit Vani, lalu Vani mulai membuka matanya dan
menatap Ian "Sialan lo" maki Vani pelan.
Kedua jari Ian masih di dalam memek Vani, ketika Ian bertanya "Lalu
bagaimana sekarang?". Dengan masih tertelungkup di atas meja billiar,
agak malu-malu dan memerah mukanya, Vani berkata pelan dan agak mendesah
"Please sekali lagi". Dengan senang hati Ian memenuhi request ini.
Kedua jarinya dihujamkan dalam-dalam ke memek Vani, yang membuat Vani
memekik kaget "Aiiihhh...". Tapi kocokan dan diselingi gesekan intens di
g-spot Vani membuat gelombang birahi kembali melanda Vani. Rasa gatal
disekeliling memeknya menggila lagi dan menuntut untuk digaruk, digesek,
dan dikocok dengan cepat. Bunyi kecipakan memek Vani yang banjir,
ditingkahi oleh desahan dan lenguhan Vani yang keras membuat nafsu Ian
semakin diubun-ubun. "Busetttt nih cewek hot banget... " batin
Ian gembira. Tangan kiri Ian tidak lagi perlu menahan punggung Vani.
Kini tangan kirinya sibuk meremas-remas toket Vani. "Hahhh... hahhhh...
shhhhhhh... ya.. ya... kaya gitu.. kaya gitu... ouuhhh.." ceracau Vani
tidak karuan.
Ian sudah tidak tahan lagi. Sambil terus tangan kanannya mengocok memek
Vani yang banjir habis sampai tetesan cairan pelumasnya membasahi paha
Vani dan jemari Ian, tangan kirinya sibuk melepaskan gesper dan
risluiting celananya. Tidak sampai 3 menit dari orgasme pertamanya, Vani
merasakan gatal di memeknya semakin memuncak, mengumpul di ujung
klitorisnya. Semakin dikocok, rasa gatal tersebut semakin terasa
menyiksa, menuntut untuk digesek lebih cepat lagi. Akhirnya rasa gatal
itu meledak dan menyemburkan arus kenikmatan dari selangkangannya ke
seluruh kujur tubuhnya. "Ooaaahhhhh......hhhaahhhh hhh kellluarrrr....
Vani kheeluuuarrr..." pekik Vani dengan mata yang membeliak dan tubuh
bergetar-getar mengejang penuh kenikmatan.
"hah.. hah.. hah.." Vani memejamkan mata sambil berusaha mengatur
nafasnya yang memburu setelah terpaan orgasme yang kedua. Tubuhnya
tertelungkup lemas di atas meja billiard dan kakinya mangangkang menapak
tidak kokoh di lantai. Ian sudah berhasil mengeluarkan kontolnya yang
sepanjang 16 cm tapi gemuk kokoh dari balik risluitingnya. Ian tidak
menurunkan celananya, hanya mengeluarkan kontolnya dari dalam celah
risluitingnya. Pelan-pelan Ian memelorotkan tong Vani. Vani yang masih
di awang-awang sensasi kenikmatan, tanpa sadar menurut saja ketika kaki
kirinya diangkat untuk meloloskan tongnya. Tong merah Vani kini hanya
tergulung tidak rapi di pergelangan kaki kanannya. Memek tembem Vani
yang halus tanpa jembi, terkespos jelas. Bibir memeknya yang merah basah
sudah agak terbuka akibat serangan pertama dari Ian, seperti siap
menyambut serbuan berikutnya.
Ian sedikit menarik pinggul Vani agar lebih menungging dan memposisikan
memek Vani tepat di depan kontolnya yang sudah ereksi penuh. Vani baru
sadar bahwa Ian siap memprenetasinya ketika merasakan ada desakan benda
tumpul besar yang menyibak bibir memeknya. Vani berusaha membalik, tapi
lagi-lagi tangan besar Ian mencegah hal itu. Sambil berusaha melirik ke
belakang, Vani bertanya agak panik "Eh.. lo mo ngapain Ian? Kita sudahan
kan?" Tanpa memperdulikan keberatan Vani, Ian semakin menekan
pinggulnya dan berusaha membenamkan kontol tebalnya ke belahan memek
Vani. Karena dinding-dinding memek Vani sudah basah kuyup, kepala kontol
Ian relatif mudah menerobos masuk. "Iaaaannn... Jangan masukin.. jangan
masukin.... " teriak Vani makin panik. Vani berusaha bangkit dengan
menggoyangkan tubuhnya. Tapi efeknya malah sebaliknya. Akibat goyangan
tubuh dan pinggulnya, batang kontol Ian mendapat momentum untuk melesak
makin dalam. Diiringi gerungan, Ian menekan dalam-dalam pinggulnya
"Hhrrrrrhmmm....". Dengan indahnya memek temben Vani menelah utuh-utuh
kontol Ian.
Mata Vani mendelik kaget dan tanpa sadar lenguhan keluar dari bibir
sexynya ketika dinding-dinding memeknya merasakan benda asing yang tebal
menyesaki liang senggamanya. "Hoouuuhhhhh...." lenguh Vani diiringi
getar tubuhnya. "Hah.. hah.. please jangan entot gue Ian" suara Vani
agak bergetar ketika memohon Ian. Bergetar karena bingung memutuskan
apakah harus mempertahankan gengsinya tidak mau disetubuhi oleh cowok
yang baru dikenalnya 2 jam yang lalu, ataukan menuruti desakan birahi
dari selangkangannya yang bergetar keenakan karena disesaki batang tebal
kontol yang berurat. "Hoh.. hoh.. sorry Van.. Memek lo memohon kontol
gue biar dientot sampe puas hehe" kekeh Ian disela nafasnya yang
memburu.
Sambil tetap menahan punggung Vani, Ian mulai menggerakkan pinggulnya
maju mundur. Ditarik perlahan, kemudian dilesakkan lagi dalam-dalam.
Tarik perlahan-lahan lagi, lalau dibenamkan lagi sampai mentok. Vani
merasakan setiap inci dinding-dinding memeknya gesekan perlahan dari
kontol Ian yang keluar masuk. Ini membuatnya gila. "Hiaan...hiaann... lo
ngentotin gue... hah..hah.. gue kok dientot...hmmpppfffffhhh.." ceracau
Vani yang makin kebingungan dan blingsatan karena nafsu birahinya naik
lagi tanpa bisa ditahan. Ian semakin bernafsu begitu sadar Vani ikut
menikmati persetubuhan ini. Memeknya makin banjir, membuat suara
berkecipakan ketika dikocok. Ian mempercepat tempo genjotannya.
"huhh..huuhhh..huhhh.. rasain nih.. rasainn... enakk kan.." gerung Ian
penuh nafsu menggenjot memek Vani sambil meremas-remas pantat putihnya.
Vani yang sudah kepalang tanggung melenguh-lenguh kenikmatan sambil
menggoyang-goyang pinggulnya berusaha mengimbangi Ian "Ouhh..ouhhh..
Hhahhhh... hahhh... iya.. iya... entot terus gue.. entott gueeee..."
lenguh Vani binal.
"Woaa... lagi pada asyik rupanya" tiba-tiba ada suara cowok lain di
ruangan tersebut. Kedua insan lain jenis itu reflek menghentikannya
kegiatannya dan menoleh ke arah asal suara. Di pintu, Boris berdiri
sambil menyengir penuh maksud (yang ga tau Boris, please baca
petualangan Vani di cerita "Peju Siapa Iniiiii..."). Baru saja Vani mau
bersuara, suara Ian terdengar lebih dulu "Woe, Bor, tau aja kita lagi
disini" sapa Ian kasual. "Eh, lo kenal Boris" tanya Vani kaget dari
posisi tertelungkupnya. "Yoi. Dia temen gue SMA" sahut Ian sambil mulai
menggenjot Vani lagi. Vani yang masih panik karena ke-gap lagi ngentot,
jadi blingsatan. "Eh.. eh.. stop.. stop dulu Ian" pinta Vani panik.
Jelas panik, karena Boris sohib kental Albert pacar Vani. Kalau Boris
ngember ke Albert, hilanglah cowok ganteng bin tajir itu dari tangan
Vani.
"Iann... gue bilang stop dulu" pekik Vani. Tapi Ian tidak peduli dan
tetap menggenjot memek Vani semakin semangat. "Tenang Van, Boris ga akan
ikutan sekarang. Gue jamin" kata Ian meyakinkan. "Bor, lo duduk manis
aja ya disitu. Nonton aja. Jangan macem2" kata Ian ke Boris. "Iya..
iya.. tenang aja.." balas Boris nyengir sambil menarik kursi untuk bisa
melihat lebih jelas live bokep Ian vs Vani. "Tapi.. tapi..." ucapan Vani
langsung dipotong Ian "Kalau lo masih protes aja, Boris gue ajak join
loh" ancam Ian. Vani langsung bungkam.
Tapi bungkam Vani tidak berlangsung lama. Gocekan kontol Ian membuat
birahinya melambung lagi. "Sebodo ah sama Boris nonton. Habis ini gue
langsung cabut sama Shasha. Ouhhhhh... tebel banget kontolnya. Enaknya
makk.." batin Vani. "Gaahhh... ngahhh.. hahhhhh... shhhhhh...." desahan
Vani memenuhi ruangan lagi. Boris nyengir bahagia melihat cewek
idamannya kelonjotan penuh kenikmatan di depan matanya. Tangannya reflek
membelai-belai selangkangannya.
Tidak sampai 5 menit digenjot, Vani mulai merasakan bahwa desakan
orgasme mulai menyodok-nyodok. Lenguhan dan teriakan Vani mulai semakin
tidak terkendali seperti halnya goyangan pinggulnya. "Ouhh.. ouhh.. Ya..
Ya.. Cepetin.. cepetin... Kocok makin cepat.. Ayoo.. hahh.. hahhhh..."
ceracau Vani yang sudah diambang klimaksnya. Ian menanggapi request Vani
dengan semakin cepat memompa lubang kawin Vani. Akhirnya,
"Hiaaahhhhh.... Ouughhhhhh.... Shhhhhhhhh..." lenguh orgasme Vani
membahana lagi. "Lo ga bilang keluar Van" perintah Ian. "Hiya... hiyaa..
Vhan... Vhani klluarrr.. hah.. hah.." desah Vani.
Ian yang belum orgasme, mengangkat tubuh Vani yang masih lemas karena
orgasme yang terakhir. Membopongnya dan merebahkannya ke sofa besar.
Vani pasrah saja melihat Ian melucuti kemeja dan celananya, dan berdiri
telanjang bulat dengan kontol gemuk masih tegak mengacung, berkilatan
basah karena cairan cinta memek Vani. "Buka baju lo Van" perintah Ian.
Vani langsung menyanggupinya. Ketika Vani mengangkat baby dollnya keluar
dari kepalanya, toket Vani yang disangga bra merah langsung menyedot
perhatian Ian. Dengan mata membeliak, Ian memandang dua bongkah melon
putih dalam kemasan bra merah yang menggemaskan. "Buka BeHa lo. Cepet!"
perintah Ian penuh nafsu. Tanpa diperintah dua kali, tangan Vani
langsung bergerak ke belakang pungggungnya melepas kait bra-nya. Belum
lagi Vani meloloskan branya dari tangannya, kedua tangan Ian yang besar
sudah menyergap kedua bongkah daging kenyal itu. "Ahhhhhh...!!!" Vani
menjerit kaget karena tidak menduga Ian akan menyergapnya seperti itu.
Ian tidak ambil peduli, kedua tangannya yang besar masih tidak cukup
untuk menutupi gunungan toket 36C milik Vani. Dengan penuh nafsu jemari
Ian meremas, menekan, memilin kedua toket Vani. Lalu dengan rakusnya
mulut Ian menelan dan melumat puting Vani. "UUhhhhhh.....
hhhhmmpfffff..." Vani mendesah kesakitan sekaligus keenakan. Toketnya,
terutama putingnya, adalah salah satu titik tersensitif tubuhnya.
Reaksinya nyaris instan. Bibir memeknya mulai berkedut-kedut gatal lagi
meminta dipuaskan. "Ajrit! Besar banget toket lo Van" puji Ian penuh
nafsu.
Tangan Vani dituntun oleh nafsu primitif birahinya mencari batang
kenikmatan diselangkangan Ian. Ketika jemarinya menemukan benda tumpul
yang dicarinya, langsung dituntunnya kejantanan Ian tersebut ke bibir
memeknya yang sudah merekah. Ian yang merasakan genggaman hangat tangan
Vani, langsung paham maksud Vani dan menggerakkan pinggulnya maju
sehingga kontolnya menempel di bibir memek Vani. Dengan satu sentakan
keras, batang daging yang gemuk itu langsung amblas dan menyipratkan
cairan pelumas Vani keluar. "AAGHHHH.." jerit Vani tanpa sadar karena
desakan tiba-tiba pada lubang kawinnya. Tanpa buang waktu lagi Ian
langsung menggenjot Vani dalam torsi tinggi. Slepp... sleppp.. sleppp...
kecipakan bunyi kocokan terdengar lagi. Mata Vani membeliak dan putih
matanya lebih dominan, karena berbagai rangsangan yang diterima
tubuhnya. G-spot dan dinding-dinding memeknya tergesek-gesek dengan
instan oleh kontol Ian yang berurat. Toketnya diremas-remas,
diunyel-unyel penuh nafsu. Ditambah lagi sedotan-sedotan di puting dan
jilatan-jilatan lidah kasar Ian di sepanjang leher Vani. "HHaaaahhh...
Hahhhh... Ouugggghhh....Gillaaa....Enakk kk.." lenguh Vani penuh birahi.
"Hoohh.. hohh.. rasain nih bitch.. rasainnn..." tanggap Ian tak kalah
nafsunya.
Vani merangkulkan kedua kakinya dibalik punggung Ian dan tangannya
memeluk Ian kuat-kuat, ketika ia merasa bahwa rasa gatal yang memabukkan
semakin merajalela di selangkangannya. Ian juga sudah tidak kuat lagi
menahan ledakan laharnya. Pada saat Ian merasa aliran pejunya sudah
mulai mengaliri batang kontolnya dan kepala kontolnya semakin gatal
minta digaruk makin cepat, Vani juga merasakan batang kontol Ian
mengembang dalam memeknya. "Ohhh.. dia mau keluar.. dia mau keluarr...
ga boleh di dalam.. ga boleh di dalam.." batin Vani panik. Tapi apa kata
otak berbanding terbalik dengan reaksi tubuh yang sedang dimabuk
birahi. Kaki-kaki Vani malah semakin erat merangkul Ian yang sudah tidak
dapat menahan orgasmenya. Diiringi lenguhan keras Ian yang menjambak
rambut Vani dan membenamkan kontolnya dalam-dalam, kontol Ian
menyemprotkan pejunya kuat-kuat ke dalam liang senggama Vani sampai
berlelehan keluar. "HUAAHHHHHH.... Hahhhh... Hahhhhh..." gerung Ian
penuh kepuasan sampai tubuhnya mengejang-ngejang.
Selama beberapa saat Ian masih menindih Vani menikmati sisa terpaan
gelombang orgasmenya. "Thanks ya Van" bisik Ian sambil melumat bibir
sensual Vani. Pelan-pelan Ian mencabut kontolnya yang mulai mengecil.
Membawa banjir peju keluar membasahi bibir memek Vani dan mengalir
turun. Lalu Ian beranjak mengambil tissue dan membersihkan kontolnya.
Ditawarkannya tissue tersebut ke Vani yang masih tergeletak mengangkang
di sofa dengan lelehan sperma di sekujur selangkangannya. Vani
menerimanya tanpa banyak bicara. Pelan-pelang dibasuhnya sperma Ian dari
selangkangannya. "Sialan, gue kentang banget. Belum keluar, dia sudah nyemprot duluan" runtuk Vani dalam hati. Hei, ternyata lonte satu ini tadi belum klimaks, makanya jadi BeTe.
Tiba-tiba ada seseorang duduk di sebelah Vani dan berkata "Sini gue
bantu bersihin pake tissue basah". Vani sontak kaget dengan Boris yang
sudah bugil tiba-tiba sudah duduk menempel di sebelahnya dan berusahan
menjulurkan tangannya ke arah selangkangannya. "Ehhh... mau ngapain lo"
bentak Vani sewot menyingkirkan tangan Boris sambil berusaha bangkit.
Tapi, tangan Boris dengan cepat merangkul Vani lagi untuk terhenyak di
sofa, sambil berbisik "Apa lo mau gue laporin Albert lo ngentot sama
orang lain? Gue rekam di HaPe gue aksi lo barusan". Vani terpaku sesaat
dan menoleh memandang Boris "Bangsat lo Bor. Berani-beraninya lo..
hmmppff.." makian Vani terpotong karena Boris menyapukan tissue basah ke
bibir memeknya. Tangan Vani reflek berusaha menyingkirkan tangan Boris
dari selangkangannya, tapi langsung terhenti hanya sampai memegangnya
karena langsung sadar posisinya. Vani masih tidak mau kehilangan Albert.
Paham Vani sudah ditangannya, Boris semakin berani dengan memasukkan
kedua jarinya dengan kasar ke memek Vani. Vani melenguh tertahan ketika
memeknya merasakan benda asing lagi menerobosnya. Jemari Boris dengan
ahlinya mengocok dan mengobel-ngobel memek Vani. Bibir tebal Boris
langsung melumat dengan rakus bibir Vani, membuat Vani terengah-engah
karena serangan mendadak ini. Tidak perlu lama untuk membuat Vani ON
lagi, karena statusnya memang sedang dipuncak birahi tanggung yang tidak
terpuaskan.
Puas melumat bibir Vani, Boris menjelajahi pipi, leher dan menuju toket
Vani dengan bibirnya. Jemari Boris menghentikan aktivitasnya di area
selangkangan Vani, dan mulai menjamah bongkahan melon putih yang kenyal
milik Vani. Boris mengambil posisi di atas Vani dengan kedua tangan
meremas-remas tidak beraturan toket Vani. Matanya membelalak tidak
percaya bahwa akhirnya dia bisa menjamah toket biadab Vani. "Toket lo
memang perfect Van. Dosa kalo lo cuma ijinkan Albert yang menjamahnya"
puji Boris. Ketika jemari Boris mulai memilin-milih dan menjepit puting
Vani, bibir sensual Vani mulai mengeluarkan desahan erotis. "Sshhhh...
ahhhhh.. pleaseee.. jangan keras-keras Bor... ahhhhh.." rintih Vani yang
mulai dilanda birahi lagi.
Boris sudah tidak tahan lagi, maka diangkatnya pantat Vani dan diarahkan
ke kontolnya yang memang tidak sebesar milik Ian, tapi standarlah.
Ketika kontol hitam berurat Boris terbenam ke dalam memek Vani,
lagi-lagi pekikan Vani terdengar "Aiiihhhhh....". Tapi langsung disusul
lenguhan kenikmatannya "Nggahhhh.. ngahhhhh... ouuuuhhh... iya.. that's
right... ayo truuss...". Sambil menahan pinggul Vani yang menggelinjang
dengan binalnya, Boris memaju-mundurkan pantatnya dengan penuh semangat.
Menghajar memek Vani dari posisi atas, membuat Boris dengan bebas
melihat bagaimana toket besar Vani bergerak-gerak liar karena goncangan.
Kedua tangan Boris mencengkram kuat-kuat kedua bongkah daging tersebut
dan semakin mempercepat kocokannya.
Tidak sampai 5 menit orgasme Vani meledak dan membanjiri memeknya dengan
cairan cintanya. "NGAhhhHhhhhhh.... Houuuuuhhhhh... Vanniii
kluarrrr..." pekik Vani melampiaskan kenikmatan yang melandanya seluruh
organ tubuhnya. Pinggul Vani mengelinjang-gelinjang selama beberapa saat
sampai terpaan gelombang klimaksnya mengendur. "Hahh.. hahh..
hah...enak banget.. enak banget.. akhirnya sampe juga" desah Vani sambil
menyapu keringat dari wajahnya.
"Van, nungging" tiba-tiba suara Boris terdengar. Dan Vani pun baru sadar
bahwa masih ada benda keras yang mengganjal dalam memeknya. "Eh, kok dia masih kuat? Kata Renny biasanya ga sampe 5 menit si Boris udah keluar"
batin Vani keheranan. Yang Vani tidak tau adalah, ketika Boris sampai
di rumah Revo, dia sudah nelen 1 butir Viagra sebelumnya. Karena Revo
bilang ada party sama cewek-cewek di rumahnya. Tidak disangka rejeki
nomplok, ceweknya adalah Vani. Jadi, sekarang dengan perkasanya kontol
Boris masih tegak berdiri dan menghajar Vani lagi.
Vani digenjot Boris dengan doggie style. Melenguh-lenguh kenikmatan.
Kedua bongkah toketnya mengayun-ayun bebas akibat goncangan dan benturan
paha Boris pada pantat Vani. Dan Vanipun semakin blingsatan ketika
tangan Boris meraih toketnya dan meremas-remasnya kuat-kuat. Ian duduk
diseberang ruangan, minum bir sambil menikmati persenggamaan mereka
berdua. Doggie style membuat g-spot Vani dihajar kontol Boris secara
intens. Tanpa ampun, gelombang gatal yang nikmat itu menyeruak lagi.
Menggila dan menggetarkan semua kelenjar di area memek dan selangkangan
Vani. Meluas ke perut, ke toketnya, ke ujung-ujung putingnya dan sampai
ke ujung jemari kakinya. Ledakan orgasme yang ke-empat ini betul-betul
dahsyat sampai membuat Vani mencengkram jok sofa kuat-kuat dan
menggerung puas "OUUUUUGGHHHHHHHH.... Gahhhhhhhh......
Gillllllaaaaaaaaa.... Gue kluaarrrrrrr...". "HAhhh.. hahhhh... hhhahh...
stoppp.. stopp bentar borr.... gue ga kuatt..." rengek Vani minta si
Boris menghentikan genjotannya. Si Boris sebenarnya sudah mau keluar,
tapi dituruti juga mau si Vani. Boris mengecup-kecup pundak dan punggung
Vani. Kontolnya masih di dalam memek vani, tapi tidak dikocoknya.
Ditunggunya Vani sampai tenang sedikit dari nafas yang tersengal-sengal
karena terpaan orgasme.
Sementara itu, menyaksikan orgasme Vani yang dahsyat, Ian horny lagi.
Kontolnya ngaceng lagi. "Bor, bawa Vani ke kamar aja. Kita garap bareng"
ujar Ian sambil membopong tubuh Vani. Boris sebenarnya ingin menikmati
tubuh Vani sendirian, tapi dia takut sama Ian. Ketika dibopong Vani
berbisik "Gue haus nih". "Bor, ambilin minum gih buat vani" perintah
Ian. Boris kembali dengan sebotol kecil bir dingin yang langsung
ditenggak habis oleh Vani. Bir dingin yang mengaliri tenggorakannya
menyegarkan Vani, dan membuatnya sadar bahwa dia sekarang bugil di atas
ranjang dan dikelilingi oleh dua cowok besar bugil dengan kontol yang
sudah mengacung tegak siap dihujamkan ke tubuhnya. Vani jadi agak jiper.
Bagaimanapun dia sudah agak lemas dihajar 5 orgasme berturut-turut.
"Guys.. please. Gue ga akan sanggup handle lo bedua langsung" pinta Vani
tidak berdaya sambil berusaha menutupi toket massive-nya dengan kedua
tangannya dan merapatkan pahanya. "Sorry Van, gue jelas-jelas belum
klimaks maen sama elo" ujar Boris mulai menaiki tempat tidur. "Dan
lenguhan dan gaya ngentot lo udah bikin gue horny lagi. Jadi lo harus
tanggung jawab" timpal Ian sambil mengocok pelan-pelan kontolnya dan
mendekati Vani dari arah satunya. Vani beringsut mundur sampai menempel
di tembok dan sadar dia tidak ada tempat buat lari. "Kalau lo melawan,
malah lo akan kesakitan. Mending lo nikmatin aja kaya tadi Van" seringai
Ian sambil meraih tangan Vani dan menyingkirkannya agar tidak menutupi
toketnya lagi. Tangan Vani satunya masih berusaha menghalangi jemari Ian
yang ingin meremas toketnya, tapi dengan mudah disingkirkan. Jari-jari
Ian kembali dengan buasnya meremas-remas dan menguyel-nguyel melon putih
Vani yang kenyal. Desahan lirih terdengar dari sela-sela bibir Vani
yang sedikit terbuka. "Yah, gitu dong Van" puji Ian mesum sambil
memilin-milin puting Vani yang tegang.
Sambil tetap meremas-remas toket Vani, Ian menundukkan kepalanya dan
melumat bibir Vani. Vani yang akhirnya pasrah meraih kepala Ian agar
lebih dekat lagi dan memudahkan aksi lumat-melumat bibir mereka. Tanpa
disadari Vani, Boris sudah membuka paha Vani lebar-lebar dan mengarahkan
rudalnya ke bibir memek Vani. Boris sedikit mengangkat pantat Vani,
kemudian menghujamkan kontolnya dalam-dalam ke memek yang basah dan
memerah itu. "Hmpph.." Vani agak tersedak karena sedikit kaget atas
melesaknya kontol Boris. Tapi bibir Ian menahannya untuk mengerang.
Vani betul-betul sibuk dan kewalahan. Di bagian atas Ian dengan buas
melahap bibirnya dan memainkan lidahnya dalam mulut Vani. Kedua bongkah
toketnya tanpa henti digarap dan dirangsang habis oleh kedua tangan Ian.
Tangan Vani yang mulus diminta mengocok kontol Ian. Di bagian bawah,
memeknya basah kuyup dan gatal habis karena disodok-sodok oleh kontol
Boris dengan RPM tinggi. Kali ini hanya butuh 3 menit untuk buat Vani
meledak dalam orgasme lagi. Belum sempat mengatur nafas akibat
orgasmenya yang terakhir, Ian sudah mengangkat dan membalikkan tubuh
Vani. Vani menungging dan menghadap tepat ke kontol Ian yang duduk di
depannya. Ian langsung memegang dan mengarahkan kepala Vani agar mulai
menyepong kontolnya. "Aduh.. tebel banget. Muat ga ya mulu gue"
batin Vani khawatir. Tapi, Vani tidak bisa berpikir panjang karena Ian
sudah menekan kepala Vani sehingga mulut Vani langsung penuh oleh kontol
Ian. Vani hampir tersedak, tapi Ian tetap menaik turunkan kepala Vani
agar mulutnya mengocok kontol Ian. "Shhh..shhh.. enak mulut lo Van"
desis Ian keenakan.
Boris kembali membenamkan kontolnya kedalam memek Vani dan mengentotnya
dalam doggy style lagi. Kali ini Vani betul-betul susah dalam
konsentrasi mengemut kontol Ian karena gempuran kontol Boris dari
belakang betul-betul membuatnya mengawang-ngawang kenikmatan. Tapi Vani
berusaha terus untuk bisa mengemut-ngemut, menyedot-nyedot kepala kontol
Ian, dan sekali-sekali lidahnya memainkan lubang kontol Ian. Ian jadi
belingsatan keenakan dan mendesah-desah keenakan "Ahhhh... shhhhhhhh..
mmmhhh... Gila jago banget lo Van.. ashhhhhhhh" ceracau Ian sambil
menjambaki rambut pendek Vani.
Vani hampir keluar untuk kesekian kalinya ketika Ian meminta ganti
posisi lagi. Vani berharap mereka cepat orgasme, karena dia tidak yakin
bila dapat klimaks lagi dia masih bisa bertahan sadar. Kali ini Ian
minta Vani WOT. Walau sudah lemas, Vani masih berusaha membuka pahanya
lebar-lebar dan menduduki kontol Ian yang mengacung tegak.
"Ouhhhhhhh...." Vani mengerang kenikmatan ketika kontol gemuk Ian
menerobos celah lubang kawinnya. Rasanya betul-betul beda dari kontol
Boris. Vani hampir saja keluar hanya dari tusukan pertama ini. Perlu
beberapa detik agar Vani terbiasa lagi dengan perasaan mengganjal yang
sangat penuh ini dan mulai bergerak naik turun mengocok kontol Ian.
"Yeah.. that's the way baby" ujar Ian menyemangati goyangan Vani di
atasnya sambil meremas-remas toket Vani. Karena di atas, Vani dengan
bebas menggerak-gerakkan pinggulnya agar kontol Ian menggesek
bagian-bagian dinding memeknya yang paling nikmat. "Ahhhhh...
ngahhhhh..ahhhh..." desah Vani sambil menggoyang maju mundur pantatnya.
Dengan nakalnya jempol Ian menggesek-gesek klitoris Vani yang menonjol,
membuat Vani semakin blingsatan. Tiba-tiba Boris memeluk Vani dari
belakang dari langsung meremas toketnya. Leher Vani dicium, dan digigiti
oleh Boris. Tangan Boris juga mulai meremas-remas pantat Vani. Dan
sesekali membelai sun hole Vani. Membuat Vani menggelinjang karena
perasaan nikmat yang aneh.
Tiba-tiba Vani merasa ada yang menerobos lubang pantatnya. "Auuuuhhh...
Boris! Nakal banget sih lo" hardik Vani dangan nada birahi. Boris hanya
nyengir sambil memasukkan lebih dalam jari tengahnya ke dalam pantat
Vani dan mulai mengocoknya. Vani mengerang lebih heboh lagi dan
menjatuhkan dirinya ke dada Ian. "Ahhh... ahhh... gillaa... Lo apain gue
Borrr..." rengek Vani kebingungan. Cairan pelumas memek Vani yang
membanjir sampai ke lubang pantatnya dan posisi nungging Vani memudahkan
Boris mengocok pantat Vani.
Tiba-tiba Boris menghentikan kocokannya dan mengeluarkan jarinya dari
lubang pantat Vani. Tapi beberapa saat kemudian Vani merasa ada cairan
yang dituangkan ke pantatnya dan mengalir masuk ke lubang pantatnya.
Vani langsung sadar apa niat Boris. "Borisss.. Gue ga mau dianal" rengek
Vani berusaha membalik tubuhnya, tapi tertahan oleh pelukan Ian yang
memaksa kontolnya masuk makin dalam ke memek Vani. "Ayolah Van, gue tahu
lo sudah pernah dianal sama Albert" bujuk Boris sambil memegarkan
pantat Vani lebar-lebar agar lubangnya menganga. Vani masih berusaha
berontak ketika merasakan kepala kontol Boris mulai mendesak lubang
pantatnya. "Ahhh.. Borisss.. please dongg" rengek Vani hampir menangis.
Tapi Boris tidak peduli lagi. Sudah sejak lama dia pengen menganal
pantat semok Vani. "Pasrah aja Van. Apa lo mau kontol gue yang nganal
lo?" timpal Ian yang langsung membuat Vani diam. "Hmpphhh huuhh" gerung
Boris sambil berusaha menghujamkan kontolnya di pantat Vani.
"Aaaahhhhhhhhh..... Pelan-pelannnnn...." pekik Vani agak kesakitan.
Sudah agak lama sejak terakhir Vani dianal oleh Albert cowoknya. Untung
saja kontol Boris lebih kecil daripada kontol Albert. Dengan tekanan
kuat sekali lagi, kontol Boris langsung amblas ke dalam lubang pantat
Vani. Blessshh! "Aiihhhhh... ahh.. ahhh.. " erang Vani lagi. Sambil
merengkuh toket Vani lagi, Boris langsung menggenjot pantat Vani tanpa
ampun. Erangan kesakitan Vani hanya bertahan sebentar saja. Begitu
pantatnya terbiasa dengan kontol Boris, dan ditambah genjotan Boris
membuat memeknya tergesek-gesek kontol gemuk Ian, Vani mulai merasakan
kenikmatan yang luar biasa. Rangsangan di pantatnya melipatgandakan rasa
gatal birahi di memeknya. Vani mulai melenguh-lenguh dengan liarnya.
Vani dijepit ditengah dan digenjot seperti sandwich. Blingsatan Vani
menggoyang-goyang pinggulanya merengkuh setiap kenikmatan yang
dihasilkan setiap gesekan di lobang kawin dan lobang pantatnya.
Betul-betul luar biasa. "Ouuuuhhh... ouhhhh.. ngahhhh... shhhhhhhhhhh..
lebih cepet.. lebih cepet..." lenguh Vani yang menuju klikmaksnya. Boris
yang merasa gatal di kepala kontolnya makin menggila, memompa pantat
Vani gila-gilaan. Tapi ternyata Ian yang duluan meledak orgasmenya.
Sambil meremas pinggul Vani kuat-kuat, punggung Ian melengkung dan
menghujamkan kontolnya dalam-dalam dan spermanya menyembur di dalam
memek Vani. "GAAAHHHHHHH..... AAHHhhhh.... hahhh.. hahhhh.." lenguh Ian
penuh kepuasan.
Disusul Vani beberapa saat kemudian. Vani merasakan gelombang orgasme
yang pecah dari bibir-bibir memeknya dan ujung lubang pantatnya, membuat
getaran ectassy kenikmatan menyebar keseluruh tubuhnya lagi. Membuat
Vani kelonjotan dan tangannya blingsatan menarik-narik kain sprei.
"OOoouuuuuughhhhh... Houuuhhhhhh... Yaahhhhh.. Yessssss...." teriak Vani
penuh kebahagiaan birahi. Tapi ternyata Boris masih punya sedikit
tenaga lagi dan terus menggenjot Vani yang sedang dilanda badai orgasme.
Genjotan Boris yang tidak berhenti ketika Vani sedang klimaks, membuat
Vani kembali dilanda orgasme berturut-turut. "Ahhhhhh.. kok... kok...
gue kheluarrr lagiii... hahhhhh.." erang Vani. Kelonjotan beberapa saat,
lalu Vani terjatuh lemas di dada Ian. Boris yang sudah nanggung, tetap
memompa pantat Vani sampai dia merasa ada aliaran kenikmatan yang
menjalar menuju kepala kontolnya. Ketika dia sudah tidak tahan lagi,
Boris menekan dalam-dalam kontolnya ke pantat Vani dan meledakkan
orgasmenya seperti orang histeris. "HOOAHHHHHHH....
HHAAAHhHHH....GIllllaaaaa" lenguh Boris penuh kepuasan.
Boris mencabut kontolnya dari pantat Vani, menyebabkan leleran spermanya
mengalir keluar. Lalu Boris menghempaskan badannya di sebelahnya. Tidur
dengan senyum menghiasi wajahnya. Vani dan Ian sudah jatuh tertidur
lebih dahulu dengan badan lemas tapi puas.
Vani terbangun kaget. Melihat jam di dinding menunjukkan pukul 07.30. "Aduuhh.. paha gue kram rasanya ngangkang semaleman. Lobang pantat gue masih terasa agak aneh"
runtuk Vani. Badannya terasa lemas. Tapi, senyum malu-malu tersungging
di bibir Vani yang sensual mengingat pengalaman seks yang luar biasa
semalam. "Kalo ga sama Ethan, ternyata gue butuh 2 cowok biar terbantai
puas" batin Vani, yang kemudian disesalinya karena mengingat-ngingat
Ethan lagi. Vani bangkit perlahan, agar tidak membangunkan Ian dan Boris
yang masih mengorok dan keluar kamar menuju kamar mandi. Tapi,
sebelumnya Vani membongkar-bongkar pakaian Boris dan mengutak-atik HP
Boris sebentar.
Terpaan air dingin dari pancuran menyegarkan tubuh Vani. Vani juga
menyemprot selangkangannya mengeluarkan sisa-sisa sperma Ian dari dalam
memeknya. Ketika keluar dari kamar mandi, Vani sudah kembali segar dan
merasa lapar. Berbalut jubah mandi yang ditemuinya di dalam kamar mandi,
Vani melangkah ke dapur dan membongkar-bongkar isi kulkas mencari
sesuatu yang bisa dimakan. Akhirnya Vani membuat sandwich keju dengan
fillet dada ayam.
Ketika menelah potongan terakhir sandwichnya, Vani mendengar langkah
orang yang mendekat. Agak was-was berpikir Boris yang mendekat, tapi
ternyata Revo yang memasuki dapur dengan hanya menggunakan boxer dan
bertelanjang dada. "Hai Van. Lagi sarapan? Gue juga laper neh" sapa Revo
ramah sambil membuka lemari bagian atas dan mengeluarkan selai kacang.
Revo membuat sandwich selai kacang untuk dirinya sendiri. Lalu Revo
menawarkan segelas susu kepada Vani yang diterimanya dengan ramah.
Sambil menguyah sandwichnya, Revo melirik ke Vani dan berkata "Sorry ya
Van, sampe lo ikut nginep segala". "Gue ga nyangka Shasha liar banget di
ranjang. Jadi ketagihan deh gue" tambah Revo. "He-eh" senyum sal-ting
Vani mengembang, "Ga papa ko Rev. Itung-itung bikin hepy temen" tambah
Vani bingung mencari alasan. "Tapi, gue rasa lo juga punya kesibukan
sendiri sama Ian & Boris" kerling Revo nakal. Piass! Vani merasa
wajahnya bersemu merah. "Huuhh.. Abisss lo bedua lama banget sih" rajuk
Vani sambil mencubit lengan Revo menutupi malunya. Revo terkekeh lalu
menggeser kursinya agar bisa duduk di sebelah Vani.
"Gimana rasanya eMeL sama 2 cowo langsung?" bisik Revo di dekat telinga
Vani. Vani jadi tambah salah tingkah mendengar pertanyaan Revo. "Eh..
oh.. gimana ya" jawab Vani bingung. Revo bertanya lagi "Kalo si Ian
masukin penisnya ke vagina elo, punya si Boris masuk kemana dong?".
Pertanyaan Revo memicu ingatan Vani atas hubungan seks yang terjadi
semalam. Tubuh Vani juga ikut mengingat bagaimana memeknya disesaki oleh
kontol Ian. Dan bagaimana penetrasi kontol Boris di lubang pantatnya
mendatangkan sensasi birahi yang berbeda dan menenggelamkan Vani dalam
gelombang birahi yang luar biasa. "Shit... Gue jadi horny lagi" runtuk Vani dalam hati.
"BTW, gue denger teriakan Ian muji toket lo semalem" tambah Revo semakin
menempel ke tubuh Vani. "Oh ya?" sahut Vani tidak tau mau jawab apa.
"Boleh ga gue liat bentarrr aja toket lo?" pinta Revo yang mematanya
memandang gundukan dada Vani yang tertutup jubah mandi. Tidak menunggu
jawaban Vani, tangan kanan Revo sudah bergerak untuk menyingkap jubah
mandi Vani di bagian dadanya. "Eh, mau ngapain lo?" tanya Vani kaget
sambil menahan gerakan tangan Revo. "Ayolah Van, ga ada ruginya lo kasi
liat gue toket lo yang katanya indah banget itu" Revo sedikit memaksa
agar jemarinya bisa tepian jubah mandi Vani. "Iiihh.. lo nafsu banget
sih pengen liat" rengek Vani tapi tidak menahan lagi gerakan jari Revo
untuk menyingkap jubah mandi yang menutup toketnya. Vani penasaran juga
pengen tau tanggapan Revo tentang toketnya.
Agak bergetar jari Revo menyingkap jubah mandi Vani. Dari luar Revo
sudah bisa menebak bahwa dada Vani lebih besar dari Shasha. Makanya dia
betul-betul ngebet pengen ngelihat. Ga nyangka Vani tidak menolak
lama-lama request Revo ini. Revo hanya bisa menyingkap sebagian jubah
mandi, tapi itu sudah cukup untuk menunjukkan gunungan daging putih
toket Vani. "Indah sekali Van..." suara Revo agak bergetar demi melihat
pemandangan yang betul-betul menggugah birahi itu. Tanpa sadar jari
telunjuknya bergerak menyentuh bagian toket Vani yang tampak dan
menyusurinya ke belahannya. Vani sedikit kaget dan menggelinjang sambil
menepis tangan Revo "Aihhh... jahil lo ah. Katanya mo liat doang" kata
Vani sambil memajukan bibirnya berlagak cemberut. "Sorry.. sorry Van.
Bener-bener itu reflek. Habis indah banget" melas Revo tapi lengannya
tetap menempel tubuh samping Vani.
"Udah puas kan ngeliatnya?" tanya Vani sambil berusaha menutup lagi
bagian dadanya. "Eh? Tadi sih belum bisa dibilang ngelihat Van. Baru
juga atasnya" protes Revo. "Ayolah Van, buka lebih lebar lagi. Biar
penasaran gue atas apa yang dilihat dan dinikmati Ian dan Boris tadi
malam terpuaskan" mohon Revo lebih lanjut. Vani sebenarnya ingin sekali
menunjukkan toketnya dan melihat muka nafsu Revo ketika melihat
toketnya. Tapi, biasalah, si Vani ga pengen dipandang gampangan. Revo
yang menyadari bahwa tangan Vani yang menahannya tidak benar-benar kuat
menolaknya, jadi tambah semangat. Kali ini Revo tidak sekedar membuka
sedikit jubah mandi Vani, tapi langsung menyingkapnya lebar-lebar.
Bongkahan toket Vani yang sebelah kiri langsung muncul seolah meloncat
dan sedikit bergoyang karena tersenggol tangan Revo ketika menyingkap
kain penutupnya. "Heiiii... " jerit Vani kaget. Vani reflek berusaha
menutup lagi jubah mandinya. Tapi, ternyata Revo lebih cepat lagi untuk
merangkulnya dan menahan tangan kiri Vani dengan tangan kirinya. Tangan
kanan Vani pun tertahan himpitan tubuh Revo di sisi tubuh Vani.
"Aa..aaa.. Revooo.. Lo nakal amat sih" rengek Vani agak jengah karena
mata Revo membeliak lebar memandangi sebelah gunungan toket putihnya
dengan puting pink kecoklatan yang mengacung tegak. "Gila.. ga nyangka
gede banget toket lo Van. Bulat dan ranum banget" puji Revo sambil
memelototi toket Vani yang hanya berjarak kurang dr 30cm dari mukanya.
"He-eh..." senyum bangga sekaligus malu Vani merekah. Tanpa sadar,
tangan kanan Revo bergerak menyentuh dan membelai kulit toket Vani yang
mulus. "Aihhh... katanya cuma liat doang??!!" jerit Vani tersentak kaget
karena tidak menduga sentuhan kulit hangat tangan Revo membelai
toketnya. "Sorry Van.. gue cuma belai bentarr aja..." jawab Revo agak
tersengal karena nafsu birahinya mulai menguasai. Revo semakin kuat
memeluk Vani dan tangan kanannya kini tidak saja membelai toket Vani,
tapi juga meremas-remasnya dan bahkan memilin-milin puting Vani yang
sensitif. Tanpa bisa ditahan, bibir sensual Vani mengeluarkan rintihan
dan desahan kenikmatan. "Shhhhh.. mppphhhh.. nakal amat sih lo Rev...."
desah Vani lirih. "Kalo udah megang, udahan ya" pinta Vani sambil
menggigit bibir bawahnya.
Mendapat lampu hijau, Revo melepaskan pelukan dan pegangan tangan
kirinya. Dan menyingkap jubah mandi Vani lebar-lebar kedua sisi,
sehingga kedua bongkah susunya muncul kepermukaan. Jubah mandi itu kini
hanya disatukan oleh ikatan di perut Vani sehingga menutup bagian perut
kebawah. Dengan pasrah Vani bersadar di kursi dapur dan Revo dengan
buasnya menggarap toket montok Vani. Kedua tangan Revo dengan kasarnya
meremas-remas, menguyel-nguyel bongkahan daging kenyal itu. Mulut Revo
dengan rakusnya menyaplok puting dan 1/4 bongkahan daging toket Vani.
Seperti bayi Revo mengemut dan menyedot-nyedot kuat-kuat satu puting
Vani dan memilin-milin satunya. Bergiliran. Vani tidak bisa lagi menahan
erangan kenikmatannya. Vani sangat menyukai rangsangan kasar pada kedua
toketnya. Terutama putingnya.
"Ngahhhh.... mmmpphhhffffff... shhhhhh.." desah Vani tidak beraturan.
"Ah.. ah.. jangan gigit keras-keras Voo... ngahhh.." rintih Vani yang
mulai menikmati permainan Revo. Karena desakan tubuh Revo yang sekarang
di depannya dan permainan kasarnya, Vani berusaha memperbaiki posisi
duduknya dengan menyeimbangkan kakinya. Yang tidak disadari Vani adalah
kini dia duduk mengangkang sehingga menyingkap jubah mandinya. Revo
nyaris tersedak bahagia ketika melihat penutup bawah Vani tersingkap dan
menyadari bahwa Vani tidak memakai underwear sehingga belahan memek
tembem Vani terlihat jelas.
Vani membuka matanya kaget dan memekik kecil ketika merasakan ada benda
asing yang menerobos masuk liang kawinnya. "Aiiihhh.... mau ngapain lo
Revvv...". Vani hanya bisa meremas bahu Revo ketika Revo tetap memaksa
untuk mengocok memek Vani dengan jari tengahnya. "Ahh.. ahh... bu..
bukan gini khan perjanjiannyaa...ahhh.." kata Vani terbata-bata karena
bingung dan tengsin. "Ayolah Van, ga usah muna lagi. Lo enjoy kan gue
kerjai toket dan memek lo" tukas Revo penuh nafsu sambil tetap mengocok
memek Vani yang sudah basah. Vani tidak bisa berkata-kata lagi karena
memang benar memeknya sudah gatal minta digaruk dan digesek. Menggigit
bibir bawahnya menahan desahan yang lebih keras lagi muncul, mata Vani
nanar menatap Revo dibawahnya yang asyik mengocok memeknya. Nalarnya
mulai susah diajak kerja sama.
Tiba-tiba Revo menghentikan kocokannya dan berdiri. Vani yang hampir
sampai di orgasme pertamanya pagi ini, jadi agak gelagapan "Eh.. oh..
kok berhenti?" tanya Vani, yang jelas disesalinya begitu kata-kata itu
keluar. "I wanna fuck you hard Van" kata Revo dengan nafas memburu. "Ayo
bungkuk, tunggingin pantat lo" perintah Revo sambil menarik tangan Vani
agar berdiri. Vani menurut dan menelekkan kedua tangannya di cabinet
dapur dan membungkukkan badannya. Siap untuk penetrasi dari belakang. Di
belakangnya, Revo dengan cepat melepaskan boxernya dan siap-siap untuk
mengarahkan kontolnya yang sudah menegang penuh ke memek Vani. Ketika
Revo menyingkap ke atas jubah mandi Vani, dan memperlihatkan bongkahan
pantat Vani yang sintal, Revo bersiul.." Suiitt.. mantap banget body lo
Van" kata Revo sambil meremas gemas pantat Vani.
Tiba-tiba satu kesadaran menyentak otak Vani. "Eh, kita ga bisa lakuin
ini Rev" kata Vani sambil berusaha berdiri dan berbalik tapi terhenti
karena Revo mendekapnya dari belakang. "Tentu saja bisa Van" bisik Revo
sambil menciumi leher Vani dan meremas-remas kedua belah toketnya.
Akibat berat badan Revo, Vani terpaksa bertelekan lagi ke cabinet dengan
kedua tangannya. "Lo pacar Shasha Rev" kata Vani mencoba meyakinkan
Revo yang masih meremas-remas toketnya dari belakang, dari sekarang
mulai menekan-nekankan pinggulnya ke pantat Vani. "Hubungan gue sama
Shasha bisa rusak gara-garr.. Ouhhhhh.." kalimat Vani terputus karena
kaget ada benda besar yang menerobos masuk tubuhnya. Setengah kontol
Revo berhasil menerobos masuk jepitan bibir memek Vani yang basah
merekah. Revo mulai memaju-mundurkan pinggulnya, mengocokkan kontolnya
yang tegang keras di dalam liang kawin Vani. "NGahhhh..ahh.. Rev..
brenti.. brenti dulu....aaahh.. kita ga bisa.. oohh.. Shasha..
hmmmppff.." kata-kata Vani berantakan oleh dengusan nafasnya yang diburu
oleh nafsu birahi.
Revo membenamkan dalam-dalam kontolnya, kemudian menghentikan
goyangannya. Lalu berbisik di telinga Vani "Kalo lo mau Shasha ga tau,
lo biarin gue ngentotin memek lo sekarang. Biar shasha ga keburu
bangun". "Tapi.. tapi.. " Vani masih mencoba beralasan agar Revo
membatalkana niatnya. Tapi, cowok mana sih yang bakal membatalkan acara
ngentotnya kalau kontol sudah di dalam memek. Apalagi jelas-jelas
memeknya sudah basah kuyup tanda birahi yang minta dipuaskan. Tidak
memperdulikan keberatan palsu Vani, Revo kembali menggempur memek Vani
dari belakang. "Damn.. damn.. hohh... memek lo basah banget tapi
peret...kontol gue kaya diremes-remes.. " maki Revo penuh nafsu sambil
menghentak-hentakan pinggulnya sampai membentur pantat Vani
berulang-ulang.
Vani yang tidak kuat lagi menahan gempuran birahi akhirnya menyerah pada
kenikmatan kontol Revo. "Haahhh... hhaaahhh... auuhhhhhh...
mhhhhhhhhh..." erang erotis Vani terdengar di penjuru dapur. Tak lama
kemudian, rasa gatal di sekujur memeknya tidak tertahankan lagi dan
meledak menjadi orgasme pertamanya pagi ini. "HOUUUHHHHH.... hooohhh...
hahhhhh... hahhhh.." lenguh Vani yang badannya mengejang menahan gejolak
orgasme yang memabukkan. "hah. hah... huuhhh.." Vani mencoba menata
nafasnya memburu sementara Revo masih mengocok kontolnya dari belakang.
"Rev.. rev.. stop.. stop.. kaki gue lemes" pinta Vani masih
tersengal-sengal.
Revo menarik lepas jubah mandi Vani dan menggelarnya di lantai dapur.
Vani langsung tidur terlentang. Revo mengangkat pantat Vani, menahannya
dengan pahanya, lalu membenamkan kontolnya ke memek Vani. Vani sampai
mendongak ketika memeknya dihujam dalam-dalam oleh kontol Revo.
"HOoohhhhh..." lenguh Vani. Dengan ahlinya Revo menghujam-hujam memek
Vani, diselingi oleh putaran-putaran pinggulnya membuat Vani jadi
belingsatan lagi. Keenakan. "Hiyaa.. hiyaa.. begitu.. bener begitu..
teruskann Revvv.... NGahhhh..." bibir sensual Vani menelorkan kata-kata
menyemangati kentotan Revo.
Revo sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi. Dia merasa bendungannya
sebentar lagi jebol. Apalagi Vani dengan erotisnya meremas-remas toket
bulatnya sendiri. "Ghuuee... mau keluar ya Vann.." dengus Revo
terputus-putus. "Dikit lagi.. Rev... dikit lagi.. ahhh.... kocok
cepatan.. kocok cepetan.. nggaahh.." rengek Vani. Tapi Revo sudah
dititik puncaknya. Akhirnya "HAHHHHHHH.... Huuuuhhhh... makan peju
gueee..." lenguh Revo sambil membenamkan dalam-dalam kontolnya. Vani
merasakan semprotan hangat dalam memeknya, jadi makin binal. Rasa gatal
di seluruh dinding memeknya sudah semakin memuncak. Hanya perlu sedikit
gesekan lagi untuk memuaskannya. Jadi Vani yang mengambil alih
menggoyangkan pinggulnya agar kontol Revo yang masih cukup besar di
dalam memeknya menggesek-gesek. Beberapa detik kemudian lenguhan orgasme
Vani yang terdengar. "AHHHHHHH..... uuugggghhhhh... Vani kheluarrr..."
erang Vani kelonjotan selama beberapa waktu.
Revo tertelungkup selama beberapa waktu di atas tubuh sintal Vani. Kedua
mata mereka terpejam menikmati momen menggairahkan yang baru saja
lewat. Semenit berlalu, ketika Revo akhirnya bangkit dan melumat bibir
Vani. "Gila.. lo memang binal. Gue betul-betul puas. Lain kali kita
harus ngentot lagi ya Van" kata Revo. "Lo boleh saja berharap" kata Vani
pendek sambil tersenyum. "Sekarang, antar gue dan Shasha pulang sebelum
kedua gorilla itu bangun ya" tambah Vani sambil mendorong Revo agar
bangkit dari atas tubuhnya.
Cepat-cepat Vani membersihkan diri di toilet dan bergegas menarik Shasha
untuk masuk ke mobil Revo yang sedang dipanasi. "Gue belum mandi Van..
Lengket banget rasanya badan gue" rengek Shasha males-malesan. "Memek lo
kan yang lengket" judes Vani. "Gue ga mau ketemu sama Ian & Boris
lagi. Gempor gue digauli sama mereka bedua" tambah Vani. "Tapi lo suka
kan hehehe" balas Shasha genit. Vani hanya memonyongkan bibirnya. "Kalo aja lo tau cowok lo juga ngentotin gue tadi pagi" batin Vani. Akhirnya, mobil itu meluncur membawa ketiga manusia muda ke jalanan ibu kota.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Musim Panas di Los Angeles - 3
Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...
-
Vani Gadis KU Semasa kuliah terjadi sebuah pengalaman serta cerita sex aku bersama temanku. Gimana sih cerita dewasa dan cerita sek...
-
Sudah setengah jam ini suara dengusan nafas yang memburu dan lenguhan penuh birahi terdengar sayup-sayup dari sebuah kamar kos di bilangan ...
-
Cerita Seks Vani Peju Siapa Ini Cerita Seks Vani Peju Siapa Ini, Sinar matahari sudah di ubun-ubun kepala. Suasana sebuah kos di satu...
No comments:
Post a Comment