Sunday, October 24, 2010

Kisah Valerie 4

Makan Malam Yang Tertunda
-------------------------------
Val menyukai spontanitas dalam hubungan seksual. Baginya, spontanitas di ranjang adalah kontras dari kehidupan kantornya yang serba formal-terencana. Sebagai seorang eksekutif yang bertanggungjawab terhadap operasi-operasi global, Val selalu bertindak berdasarkan nalar dan logika yang didukung data akurat. Serba terencana, memandang jauh ke depan, dan memakai taktik jangka menengah mapun pendek yang tepat sasaran. Jika kantor sudah ditinggalkannya, maka Val selalu mendambakan spontanitas. Dan inilah yang Val sukai pada diri David, lelaki yang selalu spontan jika berurusan dengan seks. Seperti kejadian malam itu.
Val mengundang David makan malam di apartemennya Sabtu itu. Val juga bilang di telepon, dengan suara manjanya, bahwa David bukan hanya diundang makan malam. Ia juga dipersilakan menginap dan tidur bersamanya. David terbahak mendengar ucapan Val yang terus terang itu.
Ketika David tiba, Val sedang menyiapkan salad di dapur. Wanita itu menawarkan minuman, dan David memilih bir. Sambil mengobrol kiri-kanan, Val meminta maaf kepada tamunya, karena ia harus kembali ke dapur menyiapkan makanan. David bilang, "no problem" lalu ikut ke dapur di sisi timur apartemen yang modern itu.
David berdiri di pintu dapur dengan sekaleng bir dingin di tangannya, melihat Val sibuk mencampur sayuran di pinggan keramik bermotif burung-burung nuri. Dapur Val sangat bersih, dan di tengah-tengah ada sebuah meja, tempat Val saat ini menyiapkan salad itu. Tubuhnya membelakangi David, hanya dibungkus span pendek dari kain tipis dan kaos tanpa tangan. Sambil berbicara kesana-kemari, David diam-diam memandangi tubuh itu. Jelas sekali, wanita yang menggairahkan itu tidak memakai sepotong pakaian dalam pun. Tidak ada celana dalam, tidak ada beha. Kain tipis yang dipakai sebagai rok itu, tak mampu melindungi cahaya menerawang, memperlihatkan bayangan dua paha yang mulus. Kaosnya juga terlalu sempit, tidak bisa menyembunyikan payudara yang padat membusung itu.
Pemandangan seperti itu adalah magnit yang amat kuat, menarik David untuk segera mendekat. Diam-diam ia meletakkan kaleng bir, lalu berjalan tanpa suara. Sekejap ia sudah sampai di belakang Val, dekat sekali sehingga seluruh harum tubuhnya tercium dengan jelas. Lalu David mencium tengkuknya.
"Hei!" Val menjerit kaget, "You'll ruin my salad!"
David tidak peduli. Ia terus menciumi tengkuk yang dipenuhi rambut-rambut pirang halus itu. Harum sekali tengkuk itu. Val menggeliat, mencoba menghindar. Tetapi wanita ini tidak sungguh-sungguh menghindar. Cuma bergerak-gerak sedikit saja. Apalagi David kini mendesak ke depan, menyebabkan Val terjepit di antara tubuh lelaki itu dan meja dapurnya. Tangan David mengusap-usap bukit indah di belakang Val, sesekali meremasnya. Tangan yang lain telah merayap ke depan, menjamah sebuah payudara Val yang bergoyang-goyang seksi setiap kali wanita ini menggelinjang.
"Oh, David... not now....," Val mendesah, menggerak-gerakan bahunya mencoba menhindari ciuman David di sepanjang pangkal lehernya. Tetapi dalam hatinya berkata lain, dan berharap David tidak segera berhenti.
David memang tidak berhenti. Tangannya merayap ke bawah, menyingkap rok yang dikenakan Val. Memang betul, wanita ini tak bercelana dalam, dan pemandangan indah segera terpampang. Val memiliki bagian belakang yang mempesona, kenyal-padat dan menonjol mengundang selera. Dengan gemas David meremas-remas, membuat Val menjerit kecil sambil menahan geli. Kedua tangan Val kini tak bisa meneruskan pembuatan saladnya, dan berpegangan di bibir meja, antara bertahan dan menyerah. Dengan jari tengahnya, David menelusuri celah sempit di antara dua bukit kenyal di bokong yang seksi itu. Val menggelinjang merasakan kenikmatan mulai terbangun di bawah sana. Apalagi lalu jari itu semakin lama semakin ke bawah, lalu agak ke depan, menyelinap ke gerbang kewanitaannya dari belakang. Wow! Val merenggangkan kedua pahanya, tak tahan mendapat perlakuan seperti itu.
Sementara tangan yang lain kini masuk menelusup ke kaos Val, menjalar menuju bukit payudaranya yang membusung. Oh, hangat sekali telapak tangan David merayapi perutnya, naik ke bagian bawah dadanya, lalu menyelinap di antara kedua payudaranya, sebelum akhirnya naik ke salah satu puncaknya. Val menggeliat dan mengerang pelan ketika telapak tangan itu berputar-putar ringan di atas puting susunya. Oh, geli sekali rasanya puncak-puncak payudara Val, membuat tubuhnya bergetar pelan. Kepala Val berputar-putar seperti seorang olahragawan sedang warming up, karena bibir David menjalari lehernya, mengendus-endus tengkuknya lagi, membuat Val kegelian.
Tiba-tiba David membalikkan tubuh Val, membuat wanita ini menjerit kaget. Kuat sekali pria ini, sanggup memutar tubuhnya dengan cepat. Tidak itu saja, David bahkan sudah mengangkat Val dan mendudukkan wanita ini di meja dapur yang di sana-sini dipenuhi sayuran dan mayones. Lalu, pria itu berjongkok, dan Val tahu apa yang akan dilakukannya. Dengan gerak cepat, David menyingkap rok wanita itu, membuat kewanitaannya terpampang bebas dalam terang lampu dapur yang bagai siang hari. Jelas sekali terlihat kewanitaan Val yang tetap halus-licin karena baru dicukur, harum karena baru dibasuh sabun wangi. Bentuknya menyerupai buah ranum dengan belahan di tengah, menggiurkan sekali. Belahan itu lah yang segera diciumi oleh David, ditelusuri dengan lidahnya, membuat Val merintih nikmat dan memperlebar kangkangannya. David pun membantu dengan tangannya, mendorong kedua paha Val agar lebih jauh terbuka. Kewanitaan Val seperti direntang, kedua bibir-bibirnya yang tebal itu terkuak, menampakkan lembah merah-muda yang halus seperti sutra dan licin seperti diminyaki. David menjilati bagian yang terkuak itu, mendesak-desakkan lidahnya yang panjang ke dinding-dinding kewanitaan Val, menimbulkan perasaan yang tak terperi dalam diri pemiliknya.
"Ohhhh......, ahhhhhh......., ngggggg.....," cuma itu yang bisa keluar dari mulut Val. Ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan kenikmatan yang sedang dirasakannya.Val tak kuasa menahan tubuhnya rebah di meja dapur. Untunglah meja itu cukup lebar menampung seluruh badannya, walau kedua kakinya tetap bergelantungan, disangga oleh bahu David. Rasa geli dan nikmat menjalar ke seluruh tubuh Val, meletup-letup seperti air mendidih. Apalagi ketika lidah David bermain-main di daging kecil yang menonjol dalam lempitan bagian atas kewanitaannya. David menggunakan jari-jarinya untuk menguak persembunyian "Si Kecil Merah" itu, menarik ke atas kulit tebal yang menyembunyikannya, sehingga tonjolan kecil yang berdenyut-denyut lemah itu kini bebas terbuka. Dengan ujung jarinya, David menjilati si kecil, mengirimkan sejuta kenikmatan yang menjalar cepat ke seluruh tubuh Val, membuat wanita itu merintih-rintih dan mengerang keras. Salah satu tangan Val tak sengaja menyentuh botol saus tomat, menyebabkan isinya tumpah di atas meja. Terkejut, Val bangkit dan meminta David berhenti sebentar. Bukan saja ia ingin menghentikan tumpahan saos tomat, tetapi ia juga punya ide cemerlang!
David menghentikan ciumannya, sambil tetap menyenderkan kepalanya di paha Val yang putih mulus itu. Lalu didengarnya Val berkata, "Care for some tomato sauce, David?"
Belum lagi David menjawab, Val telah menuangkan saos tomat ke kewanitaannya. Tersentak, David mengangkat wajahnya dan memandang takjub, melihat saos tomat berleleran keluar dari botol dan memenuhi celah kewanitaan Val. Ah,... sebuah permainan baru!
"Help yourself...," desah Val nyaris tak terdengar. Botol tomat telah diletakkan kembali.
Tanpa banyak bicara, David langsung menjilati saos tomat itu. Val mendesah, memandangi kewanitaannya dilahap oleh pria itu. Oh, menggiurkan sekali pemandangan itu. Nikmat sekali rasanya "dimakan" seperti itu, dibumbui saos tomat. Val mengerang, merasakan orgasme pertamanya akan segera tiba. Ia merebahkan kembali tubuhnya ketika David tidak lagi hanya menjilat, tetapi juga mengulum-ngulum "Si Merah Kecil" yang dipenuhi saos tomat, menyedot-nyedotnya seperti hendak membuatnya licin bersih. Seketika, Val merasakan klimaks yang bergelora menyergap seluruh tubuhnya, dimulai dari selangkangannya dan menyebar cepat ke atas, membuatnya menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. David terus menyedot, mengulum, mengunyah-ngunyah. Val berteriak-teriak kecil, tak tahan menerima kenikmatan yang bertubi-tubi itu.
Lalu permainan mereka semakin menggila. Semakin spontan. David menemukan sebuah sosis matang tergeletak di dekatnya. Diambilnya sosis sebesar ibu jari itu, dan sebelum Val tahu apa yang terjadi, sosis itu telah melesak ke dalam kewanitaannya. Tadinya, Val mengira itu salah satu jari David, dan ia mengerang merasakan kenikmatan diterobos daging licin. Tetapi dengan takjub ia kemudian sadar bahwa "jari" itu perlahan-lahan dimakan, ditarik keluar sedikit-demi-sedikit. Val bangkit lagi, memandangi David dengan lahap memakan sosis yang agak basah berlumuran cairan cintanya. Ah, menggairahkan sekali pemandangan itu. Dengan segara Val mengambil lagi sebuah sosis. Ketika sosis pertama selesai dimakan David, dengan segera Val memasukkan sosis yang baru. Dengan cepat ini dimakan pula. Lalu yang ketika. Keempat. .... Val meregang merasakan kenikmatan yang unik menyerbu tubuhnya. Orgasme datang lagi bertubi-tubi, sementara David merasa nafsunya meningkat setelah menikmati sosis yang fresh from the oven itu!
David bangkit, mengeluarkan kejantanan dari celananya. Besar dan tegang sekali kejantanan itu. Val melirik ke bawah dari posisi berbaringnya ..... Oh, pemandangan kejantanan David saja sudah cukup memberinya semangat baru. Val sangat menyukai milik David yang satu itu, sangat kenyal dan kuat, mampu bertahan dalam percumbuan yang panjang menggairahkan. Sambil mengerang, Val membuka kedua pahanya lebih lebar lagi, meletakkan tumit-tumitnya di pinggir meja. Dengan posisi seperti ini, Val bagai hewan kurban yang siap disembelih, di atas altar kenikmatan yang dipenuhi sayur!
Pelan-pelan David menuntun kejantanannya memasuki gerbang kewanitaan Val. Kenyal sekali liang yang basah oleh aneka cairan itu, termasuk saos tomat dan kuah sosis. David mula-mula menggosok-gosokan bagian kepala dari kejantanannya yang telah membesar itu. Oh, Val merasakan kegelian yang amat-sangat, membuatnya bergidik-bergeletar. Lalu, perlahan-lahan David mendorong kejantanannya masuk.
Perlahan sekali, mili demi mili batang-otot yang panas-berdenyut itu melesak ke dalam. "Ah .... ahhhh .... ahhhhh... ahhhhhhhhh..." Val mengerang setiap kali kejantanan David menerobos masuk. Setiap mili gerakannya menimbulkan percikan nikmat, sehingga ketika akhirnya seluruh kejantanan itu tenggelam di dalam kewanitaannya, Val langsung mencapai orgasme ketiganya. Cepat sekali puncak birahi itu datang bergantian. Padahal David belum lagi bergerak maju-mundur.
David lalu menaburkan sayuran yang tadinya dipersiapkan untuk salad di atas dada Val yang sedang berguncang-guncang. Warna hijau, kuning dan merah segera menghiasi tubuh putih mulus itu. Val kegelian merasakan daun-daun yang basah dan dingin melekat di tubuhnya yang panas terbakar birahi. Rasa yang amat kontras ini -panas dan dingin- menambah rangsang baru di diri Val. Betul-betul unik permainan cintanya kali ini. Betul-betul spontan dan tanpa tedeng aling-aling. Inilah yang selama ini diimpikan Val jika bercinta. Beruntung sekali ia mendapatkan pasangan bercinta seperti David.
Sambil mulai menggerak-gerakan pinggulnya, menghujam-hujamkan kejantanannya, David pun menunduk mulai memakani sayur-sayuran. Val telah pula manaburkan mayones di atasnya, sehingga benar-benar menjadi salad. Sedap sekali dan segar sekali rasanya makan salad di atas tubuh wanita yang menggairahkan ini. Sambil menikmati pula cengkraman otot kenyal di bawah sana yang mengurut-urut kejantanannya. Wow! David bagai berada di langit ke tujuh. Fantasi seksualnya tersulut dengan cepat, membakar badannya, menyediakan energi berlipat ganda untuk terus bercumbu dan bercumbu lagi.
Val merintih-mengerang merasakan bagian-bagian dari tubuhnya ikut tergigit ketika David menyantap "salad" di atas dirinya. Hal ini menambah nikmat permainan cinta mereka, dan sekali lagi, tanpa dapat dicegah, orgasme keempat datang menderu memenuhi tubuh Val yang memang sudah sangat sensitif ini. Sedikit saja gerakan David mampu menimbulkan kobaran birahi yang membahana. Sedikit saja David memaju-mundurkan kelaki-lakiannya, Val sudah menjerit-jerit kecil merasakan kenikmatan yang berlipat ganda. Pada saat Val mencapai klimaks, David menggigit seiris tomat di puting Val, dan secara tak sengaja menggigit pula puting itu. Val menjerit karena ada rasa perih, tetapi jeritannya segera berubah menjadi erangan karena David pun segera menyadari "kecelakaan" itu, dan mengubah gigitannya menjadi kuluman. Rasa perih segera bercampur dengan geli, cepat sekali membuat Val menggeliat kuat dan menyerah pada gelombang-gelombang besar puncak birahinya.
Ketika semua sayuran telah habis, David tidak lagi memiliki kegiatan lain selain menggenjot menghujam-hujamkan kejantanannya. Setelah sekian lama menahan diri dan memberikan empat orgasme kepada Val, kini David membiarkan klimaksnya sendiri datang menyerbu. Dia mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya, tidak mempedulikan Val yang sebenarnya belum lagi selesai dengan klimaks terakhirnya.
Val masih menggelepar-gelepar merasakan akhir dari klimaks itu, tetapi David telah pula memberikannya kenikmatan baru. Tubuh Val berguncang, menggeliat, meluncur hampir terjatuh dari meja yang kini penuh keringat bercampur air bekas sayuran, saos tomat, dan sebagainya. David cepat-cepat menahan tubuh itu, mencengkram bahunya dengan kuat. Val cepat-cepat pula berpegangan pada pinggir meja.
Dengan erangan yang menyerupai banteng terluka, David akhirnya melepaskan salvo-salvo birahinya, menumpahkan banyak sekali lahar putih pekat yang muncrat sangat kuat dari ujung kejantanannya. Val entah sedang berada di langit yang keberapa, tidak bisa merasakan semprotan-semprotan hangat di dalam kewanitaannya, karena ia sendiri sedang meregang menikmati klimaks kelimanya yang datang menyambung akhir klimaks sebelumnya. Kedua kakinya erat menjepit pinggang David. Matanya terpejam. Mulutnya menganga dengan suara-suara tertahan seperti orang tercekik. Payudaranya berguncang-guncang hebat.
Sebuah "Oh!" yang panjang akhirnya keluar dari mulut Val, setelah segalanya mereda. David terkulai menindih tubuh Val. Meja dapur berantakan. Botol saos tomat akhirnya terguling tanpa dapat dicegah. Untung botol itu kuat sehingga tidak jatuh berkeping. Tetapi isinya bermuncratan ke mana-mana, bercampur potongan-potongan sayur, dan beberapa apel yang bergelindingan. Kacau sekali!
"Oh, David... untung kamu bisa membantu saya membersihkan dapur!" begitu kata Val setelah mereka mampu berbicara lagi. Berdua mereka tertawa terbahak-bahak mengenang kegilaan-keedanan yang barusan mereka lalui.
Makan malam kali ini terpaksa ditunda. Setelah membersihkan dapur, Val dan David kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, setengah jam kemudian mereka telah terlihat bergumul di kamar tidur. Percumbuan dilanjutkan, tetapi dengan tempo yang jauh lebih lambat, dan dalam rentang waktu yang jauh lebih lama.
Tak usahlah mereka khawatir, ..... di seberang apartemen Val ada restoran yang buka 24 jam. 

No comments:

Post a Comment

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...