tag:blogger.com,1999:blog-53751038673358993982024-02-19T08:26:19.489-08:00My Favorite StoriesVanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.comBlogger93125truetag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-36917592724460296222022-10-08T21:50:00.007-07:002022-10-08T21:50:59.853-07:00Musim Panas di Los Angeles - 3<p> <span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: justify;">Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sayuran. Perutku dengan kurang ajarnya berkeruyuk. Kulihat Jeanne sibuk menyiapkan makanan dan menata meja makan. Kuhampiri dia dan kupeluk dari belakang. Kucium balik telinganya sambil tanganku dengan nakalnya meraba dadanya.</span></p><div class="post-body entry-content" style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0.75em; text-align: justify;"><div>"Do you need help, Sweety?" bisikku pada telinganya.</div><div>Jeanne menepiskan tanganku dan membalikkan badannya.</div><div>"No thanks Honey. Just wait there, watch TV or something. It'll be a moment and not too long."</div><div>"Okay.."</div><div>Aku berjalan menuju baby grand piano yang ada di sudut ruangan. Kumatikan suara TV yang sedang menyiarkan berita CNN melalui remote control.</div><div>"Sweety.. this one is for you!" kataku sambil mulai memainkan tuts-tuts piano.</div><div>Aku memainkan sebuah lagu melalui denting piano. Malam itu (atau lebih tepatnya pagi dini hari) kulewati dengan makan bersama Jeanne (masakannya enak lho!) dan aku menginap di apartemennya.</div><div></div><div>Pagi itu aku bangun dengan pikiran yang berkecamuk. Jeanne masih tidur di dekapanku. Aku bisa merasakan hembusan napas halusnya. Berbagai macam perasaan silih berganti menerpaku. Aku merasa bahagia, sedih, senang, susah, gembira, dan entah apa lagi. Sukar sekali untuk bisa mengatakannya. Pikiranku melayang ke masa laluku.</div><div></div><div>Aku dilahirkan tahun 1969, anak tertua dari 2 bersaudara. Adikku, perempuan, lahir 3 tahun kemudian setelah aku (dia sudah menikah dan berputra seorang sekarang). Ayahku adalah seorang pegawai negeri. Aku benci ayahku! Dia bukanlah seorang bisa dijadikan contoh dan dibanggakan oleh anak-anaknya. Ayahku sering sekali memarahi ibuku di depan anak-anaknya. Bahkan terkadang tak segan-segan menempeleng ibuku! Tak jarang pula aku harus menerima hajaran dari ayahku kalau aku berusaha melindungi ibuku. Tapi apa dayaku, waktu itu aku masih kecil. Di kantornya, ayahku pun bukan orang yang dihormati. Tentu saja orang akan "hormat" di depan dia. Dia adalah seorang koruptor dan tukang main perempuan! Aku pun sebetulnya malu untuk menceritakan tentang dia.</div><div></div><div>Makanya, tak heran apabila aku tumbuh menjadi anak jalanan. Aku tumbuh menjadi anak yang nakal. Sangat nakal! Walaupun demikian, aku tetap punya prinsip. Aku berprinsip untuk tidak "melukai" diriku sendiri. Itu sebabnya aku tidak merokok, tidak minum minuman keras dan tidak berurusan dengan narkotik (walaupun nantinya aku menjadi salah seorang pengedar). Beberapa kali ayahku harus "menebusku" di kantor polisi atas tingkah lakuku yang sudah termasuk tindakan kriminal.</div><div></div><div>Akhirnya saat UMPTN tiba. Aku ingat akan kata-kata ibuku yang memintaku untuk belajar sungguh-sungguh, demi diriku sendiri dan demi ibuku. Aku turuti kata-kata ibuku. Tuhan memang memberiku otak yang encer. Aku diterima di perguruan negeri paling bergengsi di Indonesia. Berangkatlah aku ke Bandung.</div><div></div><div>Di kota ini aku tambah liar, bagaikan kuda yang lepas dari ikatan. Bayangkan, tidak ada yang perduli, kost dan hidup sendiri, punya banyak uang (yang aku tahu itu adalah uang haram hasil korupsi ayahku), mau apa lagi? Di kota ini pertama kali aku kehilangan keperjakaanku oleh seorang gadis manis yang tadinya cuma iseng aku pacari (dan dia aku perawani). Namanya Yolanda. Aku panggil dia Yo, saat itu dia kuliah di perguruan negeri lain yang juga ada di Bandung. Aku kenal dia pertama kali waktu aku jalan-jalan di Cihampelas. Setelah berkenalan, aku sering menelepon dia. Kami banyak ngobrol dan aku semakin tertarik dengan dia (walaupun dengan niat cuma iseng). Yo mempunyai darah Belanda dari ibunya. Dia berambut panjang, berkulit kuning langsat dan bermata coklat. Tidak terlalu tinggi, hanya rata-rata tinggi perempuan Indonesia.</div><div></div><div>Setelah sekitar 2-3 bulan, aku "jadian" dengan Yo. Aku tahu, Yo sangat mencintaiku. Suatu hari, Yo datang ke tempat kost-ku di daerah Bukit Dago. Dia datang sambil menangis (karena suatu hal yang membuatnya demikian). Aku mencoba untuk menghiburnya, memberikan dukungan dan menyatakan bahwa ada orang yang mencintainya. Entah siapa yang memulai duluan, akhirnya kami terlibat dalam suatu ciuman yang mesra, hangat dan sangat intim. Yo mendesah. Mungkin saat itu situasi sangat mendukung. Aku menggerayangi tubuh Yo, dan dia tidak menolak. Selama ini kami belum pernah berciuman seperti saat itu. Tanganku menyusup ke bajunya setelah kancing-kancingnya aku lepaskan. Bra yang dikenakan Yo berwarna krem, berukuran 34B. Kuraba dan kuremas perlahan buah dada Yo yang kanan. Dia mengerang. Mulut kami masih berciuman. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya aku berhasil melepaskan "atribut" atas Yo, sehingga Yo telanjang dada. Kucium buah dada Yo yang putingnya berwarna coklat muda.</div><div></div><div>Kukulum dan kuhisap putingnya sambil kuremas-remas dengan tanganku. Waktu itu aku sangat berdebar-debar dengan pikiran yang tidak karuan. Banyak pertanyaan silih berganti di kepalaku, tapi tidak kuperdulikan. Aku pikir, kapan lagi? Yo mendesis dan mengerang saat buah dadanya aku "kerjai". Akhirnya, kami berdua sama-sama telanjang bulat. Bagiku, inilah pertama kalinya aku melihat tubuh mulus seorang perempuan secara nyata. Selama ini aku hanya mengetahuinya dari buku, majalah, atau film. Gerbang kewanitaan Yo ditumbuhi rambut-rambut halus yang lebat sekali dan ia memiliki gundukan mons pubis yang membukit. Pinggulnya benar-benar seperti "bodi gitar". Yo terbelalak melihat batang kelelakianku yang tegak tegang dan besar mengacung dan berdenyut-denyut. Dia menarik selimutku dan menutupi tubuh telanjangnya. Badannya bagus dan mulus! Aku memeluknya.</div><div></div><div>"Frank.. aku pengin, tapi aku takut!" kata Yo.</div><div>"Aku sayang kamu Yo.. Aku juga pengin. Pelan-pelan ya.."</div><div>"Aku pengin memberikan ini buatmu, Frank!"</div><div></div><div>Pelan-pelan, kucumbu Yo dan kurasakan gerbang kewanitaannya sudah sangat basah ketika jari-jari tanganku bermain di sana. Kuarahkan batang kelelakianku ke arah gerbang kewanitaan Yo. Yo membuka pahanya. Perlahan kumasukkan batang kemaluanku ke liang kemaluan Yo. Tidak berhasil! Susah sekali! Seret dan meleset. Aku mencoba beberapa kali. Setelah kupikir sudah pas pada lubangnya, aku tusukkan batang kemaluanku ke dalam liang kemaluan Yo. Yo memekik dan menangis di pelukanku. Kurasakan ada cairan hangat mengalir di batang kemaluanku. Kugoyang-goyangkan pantatku maju-mundur (waktu itu pengetahuanku tentang seks sangatlah minim, hanya lewat majalah dan video porno) seperti yang kulihat di film porno. Yo memelukku semakin erat dan air matanya mengalir. "Frank.. Sakit! Sakit sekali!" katanya di antara sesenggukannya.</div><div></div><div>Kukecup Yo dan kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluannya. Aku melihat batang kemaluanku "berdarah" dan beberapa bercak darah menetes ke sprei tempat tidurku. Darah perawan Yo! Yo dengan tertatih-tatih bangun dan menuju ke kamar mandiku. Dia melap liang kemaluannya dengan tissue. Kuhampiri dia dan kupeluk dia. Kucium. Hari itu aku "tuntas"-kan dengan "self-service" di kamar mandi karena aku tidak tega melihat Yo kesakitan. Akhirnya kami berdua tidur telanjang berpelukan setelah kuganti sepreiku.</div><div></div><div>Aku dan Yo akhirnya bisa melakukan hubungan seks dengan nyaman dan kami berdua bisa menikmatinya setelah kami melakukan yang ke-3 atau ke-4 kalinya (aku lupa). Akhirnya aku jadi sangat mencintai Yo dan dia juga demikian. Dia sangat sabar dan dia pula yang membuatku untuk mulai "bertobat" dari segala kenakalanku. Aku berubah karena Yo.</div><div></div><div>Hingga suatu hari, aku mendengar kabar yang sangat mengejutkan dan membuat tubuhku lemas dan aku sempat mengalami pukulan yang telak. Yo meninggal dunia karena kecelakaan. Dan yang membuatku semakin menyesal adalah aku tidak sempat melihat jenazahnya, karena telah dikuburkan di sebuah pemakaman umum di Jakarta. Aku mendengar kabar ini sepulangku dari latihan survivalku selama seminggu. Begitu aku mendengar kabar ini dan aku sadar dari rasa terkejutku, aku segera berangkat ke Jakarta dengan motorku dan kularikan motorku dengan kecepatan sangat tinggi. Bayangkan, saat itu Bandung-Jakarta kutempuh hanya dalam waktu kurang dari 2 jam! Baru kuketahui dari keluarganya bahwa Yo telah dimakamkan. Aku segera menuju makamnya yang masih basah dan penuh dengan taburan bunga. Aku menangis di sana hingga tak terasa aku tertidur dan dibangunkan oleh orangtua penjaga makam.</div><div></div><div>"What's the matter, Honey..?" tiba-tiba pertanyaan Jeanne mengagetkan aku dan menyadarkanku pada situasiku yang sekarang. Jeanne memandangku dengan penuh tanda tanya dan ia mengusap dadaku, kemudian mencium dadaku. Kucium kening Jeanne dan aku menarik napas panjang. "Why are you crying..?" Jeanne mengusap setetes air mata yang menetes dari mataku saat bertanya kepadaku. Aku tersenyum padanya. "I just have a feeling about how happy I am now!" kataku sambil mengecup kening Jeanne. Maafkan aku Yo, kataku dalam hati. Aku jatuh cinta pada perempuan ini. Semoga kamu berbahagia di alam sana, batinku.</div><div></div><div>"I'm still tired, Frank. I want to continue my sleep," kata Jeanne, dan dia memelukku semakin erat. Kuelus rambutnya. "It's all right, Baby.. Go back to sleep. I'm fine." Kulirik jam dinding di kamar Jeanne yang samar-samar kulihat menunjukkan sekitar pukul sepuluh pagi. Aku sendiri pun masih malas beranjak dari tempat tidur, lagipula hari ini adalah hari libur.</div><div></div><div>Kembali pikiranku melayang dan melamun. Setelah ditinggal oleh Yo untuk selamanya, aku sempat seperti orang linglung yang kehilangan semangat kira-kira selama 2-3 bulan. Orang yang menyadarkanku adalah kakak seperguruanku yang sangat perhatian dengan diriku. Dia mengetahui perubahan pada diriku. Akhirnya, dia berhasil meyakinkanku untuk "get over it" dan "get real" dengan situasiku. Katanya lagi, Yo akan sangat marah dan kecewa bila laki-laki yang dicintainya ternyata sangat lemah. Aku sempat marah padanya dan kutantang dia berkelahi. Tentu saja dia menolak, tapi kupaksa karena aku sudah mata gelap. Rupanya dia memang jagoan (biarpun dia kelihatan seperti biasa saja). Dengan mudah aku dikalahkannya dan aku dilumpuhkan hanya dengan 2 kali totokan 2 jarinya. Dia menasihatiku seperti dia menasihati adiknya. Aku sadar dan bisa mengerti. Dari dia aku belajar silat dengan giat dan tekun untuk mengisi hari-hariku di samping belajar lebih sungguh-sungguh pada pelajaranku di bangku kuliah.</div><div></div><div>Di tahun yang sama, petaka datang lagi. Ayahku menceraikan ibuku karena dia kawin lagi dengan perempuan lain. Aku sangat marah saat itu. Kudatangi ayahku di kantornya dan kuhajar dia hingga bibir dan hidungnya pecah berdarah. Sampai-sampai aku harus diamankan oleh para satpam kantor ayahku karena aku mengamuk.</div><div></div><div>Akhirnya aku dikirim oleh ibuku ke Amerika Serikat dengan biaya dari harta pembagian ayahku. Aku hanya dibiayai untuk semester pertama, selanjutnya, aku harus membiayai hidupku sendiri. Ibuku "menantang"-ku dan aku menerima tantangannya untuk bisa hidup dan survive di negeri orang. Setelah kutunjukkan kemampuanku pada semester pertama kuliah, akhirnya semester berikutnya aku mendapatkan beasiswa. Untuk hidup, aku bekerja apa saja dan di mana saja. Di negeri orang inilah aku mengenal arti hidup sesungguhnya. Karena keberuntunganku, aku diterima bekerja di sebuah perusahaan konsultan engineering. Dari situlah aku mulai menata hidupku dan bisa seperti sekarang.</div><div></div><div>Aku masih ingat pertama kali aku melihat Jeanne. Waktu itu aku lagi duduk-duduk di sebuah bangku putih panjang di Palm Court di UCLA setelah selesai kuliahku hari itu. Entah mengapa aku begitu tertarik dengan dia yang melenggang tepat di depanku. Baru kuketahui bahwa dia adalah seorang mahasiswi dari jurusanku juga.</div><div></div><div>Aku tersadar dari lamunanku saat Jeanne melepaskan pelukannya dan membalikkan badannya memunggungiku. Aku mendesah pelan, dan tersenyum sendiri. Kupeluk Jeanne dengan mesra dan kulanjutkan tidurku.</div><div></div><div>TAMAT</div><div style="clear: both;"></div></div><div class="post-footer" style="background-color: white; border-bottom: 2px dotted rgb(221, 221, 221); color: #999999; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0.3em 0px; padding: 2px; text-align: justify;"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"></div></div>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-63532342224004754992022-10-08T21:50:00.003-07:002022-10-08T21:50:28.358-07:00Musim Panas di Los Angeles - 2<p> <span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; text-align: justify;">Aku terbangun saat kurasakan ada jari-jari halus meraba-raba dadaku dan ciuman di keningku. Jeanne telah lebih dahulu bangun dan dia membangunkanku. Kukecup bibirnya perlahan, kupagut dia, dan kami terlibat dalam sebuah "french kiss". Kuelus dan kuraba punggung putih mulus Jeanne sementara dia mengelus-elus rambutku.</span></p><div class="post-body entry-content" style="background-color: white; color: #333333; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0.75em; text-align: justify;"><div>"Frank, that was great!" bisik Jeanne di telingaku.</div><div>"Thank you so much. Where did you learn the secret?" sambung Jeanne.</div><div>"Sweetheart.." aku memberanikan diri memanggilnya "Sweetheart", dan dia tidak keberatan. Aku pikir, jadi deh sepertinya aku pacaran sama dia.</div><div>"Aku belum tahu cara taoist bercinta. Kenyataannya, aku mendengar itu sebagai teknik untuk mengatur qi saya menggunakan teknik yang sama yang digunakan taoist. Kalau kamu bisa sebarkan apa yang kamu sebut energi seksual sebagai penggantinya, maka kamu akan menambah qi kamu dan menumbuhkan ke dalam shen dan jin kamu," kataku menerangkan.</div><div>"Itu kenapa saya tidak merasakan secara lambat atau lemah setelah melakukan hubungan seksual. Saya dapat orgasme yang lebih tanpa ejakulasi sekali saja dan tetap melakukannya hubungan terus menerus. Saya dapat mengontrol ejakulasi saya," lanjutku.</div><div>"Oh, that's why I felt like I got a low electric shocked, felt tingle all over my body and a strange sensation when you got your orgasm."</div><div>"Well, that's also because I transferred my qi to circulate into your body, to rejuvenate and to mix your qi with my qi. It's a yin yang thing, you know."</div><div></div><div>Jeanne tersenyum dan mengecup bibirku. Gerbang kewanitaannya, entah sengaja entah tidak, menggeser batang kelelakianku.</div><div>"Sssh.. I know it, Honey.. I've read it from an ancient Chinese book. Now, relax and enjoy!"</div><div></div><div>Jeanne mulai menciumi sekujur tubuhku, menjilati dadaku dan menggelitiki putingku dengan lidahnya. Tangannya menjalari sekujur tubuhku dan meraba-raba batang kelelakianku, memainkannya, mengelus dan mengurutnya. Seketika batang kelelakianku bangun dari tidurnya. Kembali tegak tegang kaku. Jeanne tersenyum. Perlahan, disusurinya perut, pusar dan pinggangku dengan lidahnya. Aku merasakan geli-geli nikmat yang membuatku merinding. Kuusap-usap kepala Jeanne dengan penuh kelembutan. Kusisir rambutnya dengan jari-jariku dan sesekali kuraba-raba tengkuk dan balik telinganya.</div><div></div><div>Perlahan jilatan lidah Jeanne semakin turun ke arah selangkanganku. Jeanne menjilati paha kaki kananku bagian dalam, naik hingga ke lipat paha. Kemudian pindah ke paha kaki kiriku. Sama. Naik hingga lipat paha. Dengan jemari tangan kirinya yang halus, Jeanne memegangi batang kelelakianku, mendongakkannya, dan dia mulai menjilati daerah pangkal batang kelelakianku. Disusurinya batang kelelakianku dengan lidahnya hingga ke ujung topi bajanya (ya, aku memang disunat, demi kesehatan). Jeanne memutar-mutar ujung lidahnya ke arah lubang dan sekitarnya pada ujung batang kelelakianku. Rasanya luar biasa. Tangan kanannya menyusuri daerah ulu hati hingga pusarku (yang tercetak karena rajin sit up). Jeanne pandai sekali membuat diriku seperti melayang.</div><div></div><div>Dari ujung batang kelelakianku, Jeanne kembali menyusurinya hingga ke bawah, menjilat-jilat kantung "peluru" batang kelelakianku dengan sesekali mengecup dan agak menghisap kantung "peluru"-ku. Rasa aneh antara sakit, geli, dan enak menyergap otakku. Jeanne meneruskan jilatannya dengan cara menggeser, memutar dan menggelitiki pangkal kantung "peluru"-ku dengan lidahnya, terus hingga ke arah lubang pembuanganku. Dijilatinya lubang pembuanganku dengan cara memutar-mutar lidahnya. Rasa geli yang mengenakkan kembali menyergap otakku. Aku mendesah, mendesis. Rambut Jeanne agak kutarik dan kujambak.</div><div>"Jeanne.. It feels soo good!" desahku.</div><div>Jeanne memandangku dengan pandangan mata yang membuatku gemas. Ooh.. betapa cantiknya kamu Jeanne, pikirku. Perempuan cantik yang telanjang bulat di depanku dan sedang menjilati daerah paling privatku saat ini tiba-tiba berhenti melakukan jilatannya. Dia mendekati wajahku. Menciumku dengan mesra dan lembut bibirku. Lebih tepatnya, mengulum bibirku. Kemudian Jeanne membalikkan badannya dan membelakangiku, seperti posisi "69".</div><div></div><div>Jeanne memegangi batang kelelakianku dan mulai menghisap, mengulum dan menjilati batang kelelakianku. Kembali rasa geli dan nikmat menyerang kepalaku. Aku mencium wangi harum yang khas dari gerbang kewanitaan Jeanne yang terpampang menantang di depanku. Gerbangnya sudah mulai terbuka, berwarna merah muda dengan dihiasi rambut-rambut pubis yang halus dan dicukur rapi. Batang kelelakianku berdenyut-denyut di antara hisapan dan geseran lidah Jeanne.</div><div></div><div>Kupegangi dan kuelus pantat Jeanne dengan kedua tanganku. Kuarahkan gerbang kewanitaannya ke arah mulutku. Kujilati pinggiran gerbang kewanitaannya dan daerah sekitarnya. Jeanne mengerang di antara hisapan-hisapannya pada batang kelelakianku. Kumainkan lidahku pada gerbang kewanitaan Jeanne yang terasa mulai licin dan basah, sambil terus menebarkan aroma yang khas harum. Kulihat sebuah tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya. Kujilati benda itu. Jeanne mengerang dan mendesis, sejenak melepaskan batang kelelakianku dari mulutnya. Kujilat dengan lembut dan sesekali kugeser-geser dengan lidahku tonjolan kecil yang ada di belahan gerbang kewanitaan Jeanne. Kuvariasikan geseran dan jilatanku dengan sesekali menghisap-hisap tonjolan kecil milik Jeanne. Jeanne mendongakkan kepalanya dan mendesis-desis kenikmatan sambil ia menggoyang-goyangkan pantatnya.</div><div></div><div>Lidahku kembali menjilati dan menyusuri sekitar gerbang kewanitaan Jeanne. Lidahku berhenti di antara gerbang kewanitaan Jeanne dan lubang pembuangannya. Kujilati daerah itu dan kuputar-putar lidahku di daerah itu. "Oooh Frank.. You make me crazy!" kata Jeanne di antara erangannya. Jeanne mengurut dan mengocok batang kelelakianku sambil mulutnya menghisap ujung kepala batang kelelakianku. Setelah beberapa saat, kujilati juga lubang pembuangan milik Jeanne. Kuputar-putar lidahku di daerah itu. Jeanne mendesis-desis. Kedua tanganku tidak tinggal diam saat lidahku memainkan aktivitasnya. Terkadang jari-jari tanganku menggaruk mesra punggung Jeanne dengan lembut, atau meraba, mengusap dan memainkan bukit dadanya yang menggantung menantang di atas perutku.</div><div></div><div>Pernah satu saat, sebuah jariku memasuki gerbang kewanitaannya dan mengusap-usap dinding depannya dari dalam, daerah yang sering disebut orang sebagai daerah G-spot. Jeanne agak berteriak kecil saat kuusap daerah itu. Tangannya mencengkeram erat pahaku, mungkin menahan sensasi yang luar biasa baginya. Gerbang kewanitaannya terasa sangat basah pada jariku. Setelah beberapa lama kami saling menjilat, menghisap dan menikmati permainan ini, Jeanne tiba-tiba beranjak dari posisinya. "Honey.. I want it now!" katanya sambil memegang batang kelelakianku yang tegang tegak kaku menghadap langit-langit kamarnya. Jeanne mengangkangiku sambil membelakangiku. Ia mengarahkan batang kelelakianku ke gerbang kewanitaannya. Kubantu dia. Kugeser-geserkan ujung batang kelelakianku pada tonjolan kecil di antara belahan gerbang kewanitaannya. Jeanne memejamkan matanya. Mendesah.</div><div></div><div>Perlahan, batang kemaluanku memasuki liang kemaluan Jeanne yang sudah licin basah. Pelan.. lembut.. Jeanne perlahan menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluanku masuk semakin dalam. Terus masuk.. hingga akhirnya tidak bisa lebih dalam lagi, menyisakan kira-kira seperempat dari panjang batang kemaluanku. Jeanne agak terpekik saat ujung kemaluanku menyentuh dinding cervix-nya. Kemudian Jeanne mulai menggoyangkan pantatnya naik-turun-naik-turun. Pada mulanya perlahan hingga beberapa gerakan, akhirnya Jeanne memainkannya semakin cepat. Aku dan dia menikmati sensasi yang luar biasa saat kedua alat kelamin kami menyatu dan saling bergeseran. Jeanne berulang kali mendesah, melenguh, mendesis, meracaukan kata-kata yang tak jelas kedengaran di telingaku. Aku sendiri menikmatinya dengan pikiran yang melayang. Mencoba menahan rasa geli dan nikmat yang menjalari sekujur tubuhku.</div><div></div><div>Aku mengangkat badanku sekitar 45 derajat dan bersandar pada headboard tempat tidur Jeanne. Tentu saja membuat otot-otot perutku menjadi kencang. Jeanne (sambil membelakangiku) bertumpu pada perutku dan terus mengayuh tubuhnya naik-turun pada selangkanganku divariasikan dengan memutar-mutar pinggulnya. Saat dia memutar-mutar pinggulnya, aku merasakan kemaluanku seperti disedot oleh sebuah vacuum yang kuat sambil dipuntir. "Aaaghh.. Jeanne.." teriakku sambil memegangi pinggangnya yang ramping dan putih mulus. Rasanya aneh sekali, campuran antara sakit, geli dan nikmat yang sukar untuk bisa aku ceritakan di sini. Kuraih tubuh Jeanne dari belakang. Kuremas-remas lembut kedua payudaranya yang terasa keras tapi kenyal. Putingnya aku pilin-pilin dengan mesra. Jeanne menghentikan sejenak ayunan pantatnya. Dia mendesah, mendesis. Aku merasakan batang kemaluanku dan liang kemaluan Jeanne sama-sama berdenyut-denyut. Kuciumi tengkuk Jeanne, sesekali kugigit-gigit ringan tengkuk, bahu kanannya, dan belakang telinganya. Sambil terus meremas, memilin dan memainkan payudara Jeanne, aku menjilati tengkuk hingga di antara kedua tulang belikatnya.</div><div></div><div>"Jeanne My Dear.. turn around!" pintaku pada Jeanne untuk membalikkan posisinya. Jeanne berbalik tanpa melepaskan batang kemaluanku dari liang kemaluannya. Batang kemaluanku serasa ada yang memuntirnya. Sekarang kami berhadapan. Aku dan Jeanne saling memeluk, saling meraba. Batang kemaluanku masih terasa berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Jeanne yang juga terasa berdenyut-denyut seperti menghisap batang kemaluanku. Kami berciuman dan melakukan "french kiss". Lidah kami saling berpagut, terkait. Bibir kami bertemu dan saling menggigit, menghisap dan mengulum. Rasanya nikmat sekali. Tanganku meraba dan jemariku dengan lincahnya bergerak di sekujur badan Jeanne, membuat Jeanne kegelian dan merinding. Kurasakan itu pada sekujur tubuhnya yang putih mulus tanpa cela.</div><div></div><div>Tanpa kuberitahu, tiba-tiba aku berdiri sambil mengangkat Jeanne. Jeanne terkejut dan mempererat rangkulannya pada leherku. Hanya sebentar, ia melanjutkan "french kiss" kami dan melingkarkan kakinya pada pinggangku. Kuangkat Jeanne dengan memegangi pantatnya. Kuayun-ayunkan pinggangku maju-mundur sehingga batang kemaluanku menusuk dan menghujam liang kemaluan Jeanne. Jeanne menggigit bibirku. Aku berjalan ke arah pintu kamar mandi sambil memondong Jeanne tanpa melepaskan batang kemaluanku dari liang kemaluannya. Setiap ayunan langkahku berarti setiap tusukan batang kemaluanku hingga menyentuh cervix Jeanne. Jeanne mengerang, "Oooh Frank! You're increadible!" kata Jeanne di antara desahan napasnya. Aku berjalan mondar-mandir di depan tempat tidur Jeanne dalam posisi ini. Bagiku sendiri, posisi ini tidaklah seenak dan sesensasional posisi yang sebelumnya, tapi bagi Jeanne, ini merupakan suatu posisi yang sangat menantang dan menggairahkan.</div><div></div><div>"Honey.. I'm almost there.. Sit on the edge of the bed, please..!" kata Jeanne. Aku segera berjalan menuju tempat tidur Jeanne dan duduk di pinggir tempat tidurnya. Kulebarkan kakiku sehingga Jeanne bisa lebih leluasa mengayuh liang kemaluannya bergeseran dengan batang kemaluanku. Kurasakan ada rasa geli yang luar biasa yang menerobos otakku. Aku mengerang. Lidahku kutekuk ke langit-langit mulutku. Kuatur napasku. Rasanya ada gelombang besar dari pinggangku yang hendak mencari jalan keluar melalui batang kemaluanku. Kutahan gelombang besar itu sedapat mungkin.</div><div>"Jeanne Sayang.. Aku hampir keluar sedikit lagi.." kataku.</div><div>"Let's do it together, Hon!" jawab Jeanne.</div><div>Kami berciuman kembali. Jeanne menghentikan ayunannya. Dia memelukku erat sekali. Aku terkejut! Kurasakan ada semacam aliran listrik statis pada ujung batang kemaluanku yang berasal dari cervix Jeanne! Kubuka mataku dan kulepaskan ciuman kami.</div><div>"You..?!" ujarku sambil penuh tanda tanya.</div><div>"Shut up and just do it!" dan Jeanne kembali menciumku dengan ganas.</div><div>Aku pun balas menciumnya. Kami berdua sama-sama diam dalam posisi berciuman.</div><div></div><div>Kurasakan aliran listrik statis mulai merayapi sekujur tubuhku. Kubiarkan. Dari diriku pun ada semacam energi yang menjalar dari tulang ekorku, naik ke tulang belakangku dan menyebar ke seluruh tubuhku. Gelombang besar yang kurasakan dan hendak mencari jalan keluar perlahan bisa kuatasi. Dengan teknik pernapasan yang kupelajari, ku-"tarik" gelombang besar itu ke arah pinggangku, ke arah dua titik yang disebut ming-men oleh ahli akupunktur. Kuputar gelombang besar itu di sana. Perlahan, aku pun merasakan ada aliran listrik statis yang mengalir dari titik 2 jari di bawah pusarku. Titik ini yang sering disebut oleh orang Cina sebagai titik dantien atau chakra pusar oleh orang India. Tenaga inilah yang disebut oleh orang India sebagai tenaga Kundalini. Inilah kunci dari cara taoist bercinta, yaitu pembangkitan tenaga terpendam dari dantien yang didapat dari tenaga seksual dan membuat genital orgasm menjadi "whole body and soul orgaSMS.</div><div></div><div>Sekujur tubuhku terasa hangat, begitu juga dengan tubuh Jeanne. Kami masih berciuman. Diam, menikmati sensasi yang luar biasa yang tidak akan pernah kami dapatkan dari orgasme genetik. Aku merasakan ada sesuatu yang berputaran pada tubuhku, dari bawah, naik, hingga melalui mulutku masuk ke mulut Jeanne dan dari mulut Jeanne kurasakan aliran lagi yang menuju ke bawah membentuk suatu siklus. Inilah yang disebut oleh para taoist sebagai kondisi tao, di mana yin dan yang bersatu membentuk harmoni. Aku merasa seperti melayang ke ruangan yang tanpa dimensi. Senyap. Pandangan mataku seperti melihat cahaya yang terang (walaupun aku memejamkan mataku). Rasa nikmat yang aneh disertai oleh rambatan sensasi menjalari setiap bagian tubuhku dan tubuh Jeanne. Kurasakan tubuhku merinding sekujur tubuh (bukan karena dinginnya AC, karena tubuhku terasa hangat). Kurasakan juga Jeanne merinding di sekujur tubuhnya. Rambut-rambut halus yang ada di tubuh kami berdua berdiri, seperti layaknya kalau tubuh teraliri listrik statis. Tubuh kami berdua mengejang. Akhirnya aku merasakan suatu yang sangat melegakan. Nikmat.. Cahaya terang yang "tampak" di mataku digantikan oleh kegelapan yang pekat. Sunyi..!</div><div></div><div>Pelan-pelan Jeanne melepaskan ciuman kami. Dia tersenyum penuh arti dan kemudian mencium keningku. Kupagut kecil dagu Jeanne saat dia mencium keningku. Aku merasakan kesegaran tubuhku seperti orang yang baru selesai berolahraga ringan. Jeanne perlahan melepaskan gerbang kewanitaannya dari batang kelelakianku. Dia beranjak dari pangkuanku dan memegang batang kelelakianku, kemudian dikulumnya batang kelelakianku yang masih tegak tegang dan kaku yang penuh dengan cairan kewanitaannya. Rupanya Jeanne membersihkan batang kelelakianku. Dia cuma sebentar mengulumnya, kemudian mengambil beberapa lembar tissue dan melap batang kelelakianku. Kukecup kening Jeanne sambil mengelus rambutnya.</div><div></div><div>Jeanne mengajakku kembali ke balik selimut. Kami berpelukan sambil masih dalam kondisi sama-sama telanjang bulat. Kami kemudian saling berciuman lagi.</div><div>"Frank.. You're wonderful!" kata Jeanne.</div><div>Aku cuma tersenyum dan mencium keningnya dengan penuh kelembutan. Kusisiri rambut Jeanne dengan jari-jari tanganku.</div><div>"Sayang.. kita bukan hanya melakukan seks, kita benar-benar bercinta. I felt so loved so much that I never felt that kind of feeling before. I love you, Frank!"</div><div>Aku terkejut mendengar kata-kata Jeanne, terutama yang terakhir. Ada kebahagiaan yang kurasakan di hatiku saat itu. Kupeluk Jeanne semakin erat, dan kucium dia.</div><div></div><div>"Jeanne.. do you mind if I ask you a personal question?" tanyaku setelah beberapa saat kami berciuman. Jeanne cuma menggeleng.</div><div>"Where did you learn that secret and how?" tanyaku penasaran.</div><div>Harusnya sudah kusadari sejak awal bahwa kalau dia mengerti tentang "rahasia" ini, tentu paling tidak dia tahu akan "teori"-nya. Ternyata memang dia juga menguasainya! Jeanne tidak menjawab. Dia hanya tersenyum dan meletakkan sebuah jarinya di bibirku, tanda bagiku untuk diam. "Are you hungry Frank?" tanya Jeanne untuk mengalihkan perhatian. Aku melihat ke arah jam dinding di kamar Jeanne. Shit! Sudah lewat tengah malam dan hampir jam satu pagi! Padahal, seingatku aku baru bangun dan memulai permainan kami ini sekitar jam sembilan. Mendadak aku merasakan perutku bunyi dan keroncongan. Seingatku, hari ini aku memang belum makan apapun. Jeanne tersenyum manis lagi (mungkin karena) melihat tampangku yang seperti orang linglung.</div><div></div><div>"Okay Honey.. I'm hungry too.. I'll make you something," kata Jeanne sambil dia beranjak dari tempat tidur. Tubuhnya yang putih mulus meliuk dan melenggok dan tak lepas dari pandangan mataku. Dia menyalakan lampu kamarnya dan berjalan menuju ke lemari pakaiannya. Membuka sebuah laci, mengambil sebuah celana dalam berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga kecil berwarna-warni, mengenakan celana itu, mengambil sebuah T-shirt dan kemudian mengenakannya. Jeanne juga mengambil dan kemudian memakai sebuah celana jins pendek. Dia keluar dari kamar. Aku beranjak dari tempat tidur Jeanne dan menuju ke kamar mandi, di mana baju dan celanaku tertinggal. Saat aku mengenakan celanaku, aku mendengar teriakan Jeanne dari dapur.</div><div></div><div>"Sayang.. jangan kamu pakai T-shirt kamu! Aku ingin kamu telanjang dada! Aku suka dengan dada kamu! Sangat seksi sekali.." teriaknya. Aku menurut. T-shirt yang hampir aku kenakan batal aku kenakan. Dadaku memang bidang, karena aku juga menyukai olah raga panjat tebing di samping silat yang kulatih sejak kecil. Dadaku juga ditumbuhi rambut-rambut yang tidak terlalu lebat dan juga tidak terlalu jarang yang terus menyambung dari bawah.</div><div></div><div>Bersambung . . . .</div><div style="clear: both;"></div></div><div class="post-footer" style="background-color: white; border-bottom: 2px dotted rgb(221, 221, 221); color: #999999; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0.3em 0px; padding: 2px; text-align: justify;"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"></div></div>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-40247141588671326762022-10-08T21:49:00.003-07:002022-10-08T21:49:47.358-07:00Musim Panas di Los Angeles - 1<p> <span style="font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 15px;">Los Angeles di musim panas memang luar biasa panasnya. Udaranya yang kering dan matahari yang terik membuat tubuhku mandi keringat ketika menyusuri jalan setapak melintasi hamparan rumput University of California at Los Angeles. Hari ini adalah ujian terakhir untuk mata kuliah Mekanika Kuantum. Aku berharap agar ujian akhir ini lekas kuselesaikan dan aku bisa menikmati liburan musim panasku yang akan kumulai besok.</span></p><div class="post-body entry-content" style="font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 15px; line-height: 1.4em; margin: 0px 0px 0.75em;"><div></div><div>Di depan pintu ruang kuliah, tak sengaja aku bertabrakan dengan Jeanne Chang, seorang gadis dari Taiwan yang cantik dan manis (tampangnya mirip sekali dengan bintang film Gong Li). Hmm.. sudah lama aku mengagumi dia. Tingginya kira-kira 170 cm, termasuk tinggi untuk ukuran tubuh perempuan Asia. Kakinya jenjang dibalut celana pendek ketat sehingga menampakkan kulit pahanya yang putih mulus. Hari ini dia memakai T-shirt longgar dengan sport bra yang sesekali tampak dari balik bajunya.</div><div></div><div>"Oh, excuse me.. I'm sorry.." kataku agak tergagap.</div><div>"Oh, it's okay. This exam makes us a little bit clumsy," jawab Jeanne sambil tersenyum manis.</div><div>Alamaak.. bibir mungil yang merah merekah tanpa polesan lipstick itu sungguh menggoda. Dia mengambil tempat duduk dan aku segera menyusul duduk dua meja di sampingnya.</div><div></div><div>Ujian kali ini aku lalui dengan tidak sabar. Soal-soal yang bagi sebagian besar murid di kelas ini dianggap sulit, bisa aku jawab dengan relatif mudah. Memang Tuhan mengkaruniaiku dengan otak yang lumayan OK. Ketika aku selesai memeriksa ulang jawabanku, aku langsung keluar ruang kuliah dan menunggu Jeanne di depan kelas. Kesempatan ini harus kumanfaatkan, pikirku.</div><div></div><div>Tak lama kemudian, Jeanne keluar dari ruang ujian. Dia juga termasuk murid yang pandai di angkatanku. Aku menyapanya dan basa-basi ala kadarnya tentang ujian yang baru saja kami lalui. Akhirnya aku mengajak dia ke kafe di student center untuk menikmati "smoothies" (jus buah dan es puter). Ide yang bagus, kata Jeanne, karena kebetulan dia sendiri juga haus. Pergilah kami berdua ke kafe di student center.</div><div></div><div>Kami mengobrol kesana kemari tentang apa saja. Rupanya Jeanne orang yang sangat mudah bergaul dan memang dia sudah "mengenal" aku dari teman-temannya. Dia bilang, aku dijuluki "damn smart Indonesian". Hmm.. boleh juga! Setelah beberapa saat ngobrol dan saling tertawa karena bertukar jokes, aku memberanikan diri untuk mengantarkannya pulang.</div><div>"Did you drive here by yourself?" tanyaku.</div><div>"In fact, not today. I didn't want to be late just because I had to find a parking spot," jawab Jeanne.</div><div>"Why?" sambungnya lagi.</div><div>"Well.. if you don't mind, I would like to drive you home, or we can go around somewhere. Of course, if it's okay with you," jawabku dengan sedikit dag-dig-dug.</div><div>Sialan! Jeanne hanya tersenyum dan tidak segera menjawab.</div><div>"Let see.. Today is my last day for my classes, I don't have anything important to do this afternoon, and indeed.. you're a nice guy to talk to. OK.. let's go around somewhere!"</div><div></div><div>Wuiih.. betapa aku nyaris bersorak girang!</div><div>"Where did you park your car?" tanya Jeanne penuh ingin tahu.</div><div>"It's not that far from here," jawabku sambil memegang tangannya dan mengajaknya jalan.</div><div>Dia tidak keberatan tangannya kugandeng! Setelah beberapa saat berjalan, sampailah kami di pelataran parkir.</div><div>"Sorry Jeanne, I didn't drive to campus. I rode this.." sambil tanganku menunjuk ke arah motorku, Kawasaki Ninja 750 model terbaru.</div><div>"Wow! Why didn't you tell me if we gonna ride a motorcycle!" kata Jeanne.</div><div>Aku sudah cemas saja kalau dia batal jalan-jalan bersamaku.</div><div>"Then let's go! What are we waiting for? I'd love to ride this motorcycle. It has been a long time I would like to try a Ninja. My older brother has a GSX-R 600 F3."</div><div>Lega deh rasanya. Rupanya Jeanne ini juga suka sekali naik motor dibonceng kakaknya.</div><div></div><div>Tak lama kemudian, Jeanne naik ke sadel motorku dan memeluk pinggangku. Jantungku berdegub keras dan kencang, karena betapa punggungku merasakan ganjalan lunak sepasang bukitnya dan telingaku merasakan dengusan nafasnya dan hidungku mencium wangi tubuhnya. Untung hari ini aku tidak bawa tas ke kampus, karena memang aku pikir toh aku cuma ujian saja, jadi cukup bawa bolpen dan pensil.</div><div></div><div>Kularikan motorku dengan kecepatan sedang meninggalkan kampus dan menyusuri jalan-jalan di kota Los Angeles. Jeanne protes karena aku melarikan motorku terlalu pelan! Merasa tertantang, aku tarik gas dan kupacu motorku di interstate highway. Jeanne semakin kencang memelukku.</div><div></div><div>Setelah puas jalan-jalan, Jeanne mengajakku untuk mengantarkan dia pulang ke apartemennya di kawasan menengah (sengaja daerahnya tidak kusebutkan karena banyak mahasiswa Indonesia yang tinggal di daerah itu). Bagi ukuran seorang mahasiswa, kawasan itu termasuk lingkungan yang cukup elit dan mahal. Jeanne tinggal seorang diri (kakaknya tinggal di apartemen lain, berdekatan dengan dia). Jeanne menyuruhku masuk. Memasuki ruangan apartemen dia, aku mencium wangi pengharum ruangan yang lembut. Jeanne pandai sekali menata ruangan apartemennya sehingga kelihatan menarik dan nyaman. Dekorasi ruangannya bernafaskan Cina tradisional bercampur modern, dengan hiasan kaligrafi Cina dan lukisan klasik Cina. Beberapa buah patung menghiasi berbagai tempat.</div><div></div><div>"Can I get you something? I have Coke, Sprite, 7Up or water?" tawarnya sambil mengeluarkan gelas dan membuka lemari es.</div><div>"Ice cold water is just fine for me. Thank you," jawabku sambil aku duduk di sofa.</div><div>Ada berbagai jenis majalah di bawah meja. Aku tertarik membuka-buka sebuah majalah, Popular Science.</div><div>"Here's your water.." tiba-tiba Jeanne sudah berada di depanku meletakkan segelas air putih di atas meja di depanku. Badannya agak membungkuk, sehingga aku bisa melihat sekelebatan tonjolan dua bukit dadanya yang kencang dan dibalut sport bra lewat T-shirtnya yang longgar. Sejenak dadaku berdesir dan aku merasa celanaku tiba-tiba menjadi sempit.</div><div>"Thanks, Jeanne!"</div><div>Jeanne kemudian duduk di sebelahku. Dekat, sangat dekat untuk ukuran orang yang baru saja saling mengenal. Tapi rasanya Jeanne dan aku sudah seperti orang yang sudah kenal lama. Kami mengobrol dan bercerita tentang apa saja. Jeanne dan aku juga saling bertukar jokes dan kami tertawa lepas. Hingga suatu saat, aku memberanikan diri memegang jemari tangannya. Lembut. Dia agak tertegun, tapi tidak menolak.</div><div></div><div>"Jeanne.. You're so beautiful!" kataku singkat.</div><div>Jeanne tersenyum.</div><div>"Thank you," jawabnya.</div><div>Ia menundukkan kepalanya ketika aku memandang wajahnya. Perlahan, kuberanikan untuk mencium dahinya. Waah.. rupanya dia tidak menolak ketika kudekatkan bibirku ke dahinya. Perlahan, kukecup keningnya. Jeanne memejamkan matanya. Mungkin dia sedang menikmati suasana saat itu. Aku semakin berani walaupun dadaku semakin berdegub kencang. Aku menggeser dudukku hingga makin merapat. Kulingkarkan tanganku untuk memeluk dia sambil mengelus-elus rambutnya. Perlahan, kupegang dagunya dan kudongakkan.</div><div>"Jeanne.." bisikku.</div><div>Jeanne hanya bergumam dan membuka matanya memandangku.</div><div>"I like you very much.. Would you mind if I kiss you, please..?" kataku sambil masih berbisik.</div><div>Jeanne tidak menjawab. Dia kembali memejamkan matanya dan membuka sedikit bibirnya yang merah ranum. Perlahan dan lembut, kukecup dan kukulum bibir yang merah menantang itu. Jeanne melenguh perlahan. Dia memelukku dan membalas ciumanku. Makin lama nafasnya makin memburu. Kurasakan dadanya yang semakin kencang ketika kami saling berdekapan. Mungkin dia juga bisa merasakan betapa batang kelelakianku juga semakin keras. Entah berapa lama kami menikmati ciuman itu. Sengaja memang aku tidak "menggerayangi" tubuhnya. Rupanya dia penasaran juga.</div><div></div><div>Tiba-tiba Jeanne melepaskan pelukanku dan dia berdiri kemudian menuju kamarnya. "Wait here!" Perintahnya sambil tersenyum penuh arti (yang tidak dapat kumengerti maksudnya). Aku mendengar sayup-sayup suara air yang mengucur deras dari dalam kamarnya. Ah, rupanya di dalam ada kamar mandi dalam. Tak lama kemudian, Jeanne keluar dari kamarnya. "Come on in!" ajak Jeanne sambil menggandeng tanganku. Aku menurut saja. "Your bedroom is great!" pujiku sungguh-sungguh, karena memang dia pandai sekali menata kamar tidurnya. Jeanne hanya menjawab terima kasih. Dia menuntunku hingga memasuki kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, kulihat air kran masih mengucur deras hampir memenuhi separuh dari bathtub. Wangi harum dari bubble bath segera memenuhi paru-paruku.</div><div></div><div>Kali ini Jeanne yang memulai dengan rangkulan dan ciuman sambil meraba sekujur tubuhku. Jeanne menciumku dengan bernafsu sekali sambil tangannya meremas-remas pantatku. Aku pun tak mau kalah. Kucium, kupagut bibir merahnya sambil tanganku meremas lembut pantatnya. Jeanne mulai menanggalkan pakaianku satu per satu. Aku pun mulai melepaskan T-shirtnya. Sport bra berwarna abu-abu yang dipakainya mencetak bukit dadanya yang sudah mengeras dengan putingnya yang membayang di baliknya. Menurut perkiraanku, sekitar 34C. Ukuran yang pas dan sesuai dengan seleraku. Selangkanganku terasa makin keras. Celana jins yang kupakai rasanya semakin sesak. Kuraba dan kuremas lembut bukit dada Jeanne. Dia melenguh dan semakin ganas dengan permainan "french kiss" kami. Jeanne membuka celana jinsku. Aku pun mulai melepaskan celana pendek ketat yang membalut Jeanne. Gila! Jeanne hanya mengenakan G-string hitam di balik celana pendek ketatnya!</div><div></div><div>Jeanne meraba dan meremas lembut batang kemaluanku yang masih dibalut celana dalamku. Dia memainkan jemarinya dan mulai merogoh masuk celana dalamku, menjemput batang kelelakianku. Dengan sekali tarik, G-string hitam milik Jeanne segera jatuh ke lantai. Alamaak.. betapa indah gerbang kewanitaan milik Jeanne. Perutnya yang putih mulus hingga ke bawah. Rambut pubisnya yang halus dan dicukur rapi, tidak terlalu lebat, tapi juga tidak terlalu tipis. Celah kewanitaannya membayang di balik rambut pubisnya.</div><div></div><div>Kulepaskan pula sport bra yang masih membalut dadanya. Telanjang sudah perempuan cantik di depanku yang selama ini mengisi khayalanku. Bukit dadanya yang ranum dengan putingnya yang berwarna pink tegak tegang menantangku untuk mengulumnya. Perlahan, kususuri bukit dadanya yang sebelah kiri dengan lidahku. Kumainkan lidahku hingga ke putingnya. Jeanne mendesis. Kujawil-jawil putingnya dengan lidahku, sementara tangan kiriku meremas lembut dan memainkan bukit dada dan putingnya yang kanan. Jeanne mengerang. Tangannya merenggut celana dalamku hingga terlepas ke lantai. Dengan ganas ia memainkan dan mengocok batang kelelakianku. Percaya atau tidak, batang kelelakianku bila sedang "full power" bisa mencapai pusar lebih sedikit. Inilah yang membuat Jeanne sepertinya terkejut.</div><div></div><div>Jeanne "menuntun" batang kelelakianku menuju bathtub. Aku merebahkan diri ke dalam bathtub dan Jeanne dengan perlahan mengocok dan mengurut batang kelelakianku di antara busa-busa sabun dan air hangat. Jeanne duduk di antara dua kakiku sambil masih terus mengurut dan mengocok batang kelelakianku. Aku memejamkan mataku, menikmati setiap sensasi yang menjalari sekujur tubuhku. Rasa geli yang nikmat kurasakan setiap gerakan lembut tangan Jeanne beraksi naik turun.</div><div></div><div>Entah berapa lama aku menikmati permainan tangan Jeanne. Kutarik bahunya dan kubalikkan badan Jeanne ke arah badanku. Jeanne kupeluk dari belakang. Kini giliranku untuk memberikan kenikmatan buat Jeanne. Kumainkan bukit dadanya dengan jalan meremas, meraba dan memilin-milin lembut dengan tangan kananku. Sementara tangan kiriku tidak mau kalah, memainkan paha, lipat paha dan daerah gerbang kewanitaan Jeanne. Jeanne mengerang, mendesis dan melenguh. Hidung dan lidahku menciumi dan menjilati daerah di belakang daun telinga Jeanne dan sekitar tengkuknya. Kupilin dan kugeser-geser lembut klitoris dan labia mayor Jeanne.</div><div></div><div>Akhirnya, kami menyudahi permainan yang mengasyikkan itu karena kulit kami mulai keriput disebabkan oleh terlalu lamanya kami berendam dalam air bubble bath. Jeanne menciumi wajahku dengan penuh kelembutan dan akhirnya kami melakukan "french kiss" lagi dengan posisi saling mendekap. Setelah puas melakukan "french kiss", Jeanne berdiri dan memutar kran shower untuk membilas tubuh kami. Di bawah derai siraman air shower, kami berpelukan dan melakukan "french kiss" lagi. Saling meraba, saling mengelus dan menyusuri tubuh pasangan kami.</div><div></div><div>Rupanya Jeanne sudah tidak tahan lagi. Ia menaikkan satu kakinya ke pinggir bathtub dan menuntun batang kelelakianku ke arah gerbang kewanitaannya. Aku membantunya sambil tangan kiriku memilin-milin puting payudara kanannya. Kugeser-geserkan ujung kepala kemaluanku pada klitorisnya. Perlahan, kumasukkan batang kemaluanku ke dalam liang kemaluannya. Pelan.. lembut.. perlahan.. sambil terus kukulum bibir merahnya. Jeanne mendekapku sambil mendesis di sela-sela ciuman kami. Akhirnya kumasukkan kira-kira tiga per empat dari panjang kemaluanku, dan mulai kumaju-mundurkan pantatku. Jeanne memejamkan matanya sambil terus mendesis dan melenguh. Ia memelukku semakin kencang. Kuayunkan pantatku semakin cepat dengan tusukan-tusukan dalam yang kukombinasikan dengan tusukan-tusukan dangkal. Jeanne membantu dengan putaran pinggulnya, membuat batang kemaluanku seperti disedot dan diputar oleh liang kemaluannya. Guyuran air shower menambah erotis suasana dan nikmatnya sensasi yang kami alami.</div><div></div><div>Aku merasakan lubang kemaluan Jeanne semakin licin dan semakin mudah bagiku untuk melakukan tusukan-tusukan kenikmatan yang kami rasakan bersama. Setelah agak lama melakukan posisi ini, Jeanne menarik pantatnya sehingga batang kemaluanku terlepas dari lubang kemaluannya. Kemudian Jeanne membalikkan badannya dan agak membungkuk, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada dinding kamar mandi. Rupanya dia ingin merasakan posisi "rear entry" atau yang lebih populer dengan istilah "doggy style". Kemaluannya yang berwarna merah jambu sudah membuka, menantang, dan terlihat licin basah. Perlahan kumasukkan batang kemaluanku yang tegang kaku dan keras ke dalam lubang kemaluan Jeanne. Jeanne mendesis. Kuayunkan pantatku maju-mundur, menusuk-nusuk lubang kemaluan Jeanne. Jeanne merapatkan kedua kakinya sehingga batang kemaluanku semakin terjepit di dalam liang kemaluannya. Kurasakan kenikmatan yang luar biasa dan sensasi yang sukar kulukiskan dengan kata-kata setiap kali aku menghujamkan kemaluanku. Kuremas-remas pantat Jeanne bergantian dengan remasan-remasanku pada payudaranya. Sesekali, kugigit-gigit kecil di daerah sekitar tengkuk dan pundaknya.</div><div></div><div>Setelah sekian lama, tiba-tiba Jeanne mengangkat kaki kanannya dan memutarnya melampaui kepalaku (seperti sebuah teknik tendangan memutar ke arah kepala) sambil tangannya berpegangan pada leherku. Gila! Lentur juga nih cewek! pikirku. Dia membalik dari posisi "rear entry" ke posisi berhadapan tanpa melepaskan liang kemaluannya dari tusukan batanganku. Dia menciumku dengan ganasnya sambil mencengkeram erat punggungku, merapatkan tubuhnya dan mengejan,</div><div>"Aku keluaarr..! Aaagghh..!" serunya sambil memelukku erat-erat.</div><div>Aku merasakan liang kemaluannya berdenyut-denyut seperti menghisap-hisap kemaluanku. Aku merasakan tubuh Jeanne yang menjadi lemas setelah mengalami orgasme. Aku masih saja memompa kemaluanku sambil menyangga tubuhnya. Kuhisap-hisap puting payudaranya, kiri-kanan sambil lidahku berputar-putar pada ujungnya. Sesekali jari-jariku meraba dan memutar-mutar klitorisnya. Jeanne seperti orang yang sedang tak sadarkan diri. Dia hanya ber-ah-uh saja sambil sesekali menciumiku. Setelah beberapa saat, mendadak dia mengejan lagi. Melenguh dan mengerang,</div><div>"Aaagghh..! Ooohh my goodness.. Aku keluaarr lagii..!"</div><div>Jeanne engalami orgasmenya yang kedua kalinya. Hmm.. multiple orgasm! Jeanne menciumiku dengan ganasnya.</div><div>"Jeanne sayangku.. tahan.. Aku akan keluar sedikit lagi.." kataku sambil memacu pantatku lebih cepat lagi menghujam liang kemaluan Jeanne.</div><div></div><div>Jeanne hanya bisa pasrah. Akhirnya, aku merasakan sebuah gelombang besar yang mencari jalan keluar. Aku mencoba untuk menahannya selama mungkin, tapi gelombang itu semakin besar dan semakin kuat. Aku mengatur pernapasanku, berkonsentrasi penuh. Kudekap erat Jeanne.</div><div>"Aku keluaarr..!"</div><div>Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa menjalari sekujur tubuhku. Rasanya tubuhku seperti dialiri listrik statis dan aku seperti melayang tinggi. Ada rasa hangat menjalari seluruh tubuhku. Kemaluanku berdenyut-denyut di dalam liang kemaluan Jeanne. Jeanne menjerit kecil merasakan sesuatu yang luar biasa yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.</div><div>"Oh My God! You learned the secret!" teriak Jeanne antara girang dan keheranan.</div><div>"What secret?" tanyaku keheranan.</div><div>"This secret.." jawab Jeanne sambil menunjuk ke arah batang kelelakianku yang masih tegak tegang (yang baru saja kulepaskan dari gerbang kewanitaan Jeanne) dan tidak mengeluarkan cairan kejantananku.</div><div>Batang kelelakianku hanya basah oleh cairan yang dikeluarkan oleh Jeanne.</div><div>"Rahasia ranjang kamar, cara taoist bercinta!" sambung Jeanne.</div><div></div><div>Aku hanya tersenyum. Mencium lembut keningnya, kemudian mencuci batang kelelakianku di bawah shower. Jeanne memelukku dari belakang dan membantu mencuci batang kelelakianku. Setelah selesai mandi berdua, kami berdua saling mengeringkan diri dengan handuk. Ketika aku hendak mengenakan pakaianku kembali, Jeanne melarangku dan mengajakku untuk ke tempat tidurnya.</div><div>"Wait.." pintaku.</div><div>Saat Jeanne menoleh, aku mencuri sebuah ciuman dan kubopong Jeanne ke arah tempat tidurnya (yang berukuran queen dengan warna serba hijau tua dihiasi sebuah boneka Garfield). Kuletakkan Jeanne perlahan di tempat tidurnya. Kuciumi sekujur tubuhnya. Setelah puas, aku berbaring di sebelahnya. Jeanne kudekap dan kuciumi di sekitar daun telinganya sambil tanganku mengelus-elus punggungnya. Tak lama kemudian Jeanne tertidur dengan senyum di bibirnya. Kukecup lembut bibirnya, lalu aku ikut tidur di sampingnya. Beredekapan, telanjang di bawah selimut.</div><div></div><div>Bersambung . . . .</div><div style="clear: both;"></div></div><div class="post-footer" style="border-bottom: 2px dotted rgb(221, 221, 221); color: #999999; letter-spacing: 0px; margin: 0.3em 0px; padding: 2px;"><div class="post-footer-line post-footer-line-1"><div id="related-posts" style="background-color: white; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; height: 0px; min-height: 100%; padding-left: 5px; padding-top: 5px; text-align: justify;"></div><div style="background-color: white; clear: both; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"></div><span class="post-author vcard" style="background-color: white; font-family: "Segoe UI", Calibri, "Myriad Pro", Myriad, "Trebuchet MS", Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;"></span></div></div>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-33666117182670912052022-08-01T13:52:00.001-07:002022-08-01T13:52:06.692-07:00Sex on Bali BeachI met him while my friend stopped his friend to help us take a picture at Hard Rock Cafe in bali. As we were 2 single asian girls, the 2 american white boys quickly chat us up and ask if we wanted to join them for a drink. We agree and left to search for a bar.<br />Both men were tall, good-looking and young, clearly searching for a good time. So were we.<div><br /><br /></div><div> We found a bar and started ordering shots and drinks and pretty soon we were wasted. John, who was hitting on and flirting with me the whole night asked if I wanted to leave to check out the beach.<br />My friend winked and said go ahead as she was starting to make out with the other guy.</div><div><br />Holding my hand, he lead me down to the beach. We walked and talked a little, before settling on a beach chair and started making out. He lifted my blouse and bra and started to suck my nipples. His hands worked their way down my body and up my mini skirt. He fingered my pussy. I was glad I went for a brazilian and my pussy was smooth and hairless. John whistled when he started playing with my hairless pussy and said he had never sucked and fucked a hairless pussy before. He eagerly took of my panties and skirt and proceeded to give me a mind blowing oral. I returned the favor and gave him a blow job, with him coming inside my mouth and I promptly swallowed.<br />We both wanted sex but we didn’t have a condom. It is bali and there a plenty of 24hr shops in town. We out our clothes back on and hurried to a store to buy condoms. We weren’t sure how many condoms to buy 3 or 12? John said cheekily that we need to use all 12. can’t be too difficult! judging by the hot oral I got but you never know.<br />We wanted to continue our rendezvous in our hotel room but we won’t sure which room the other couple took. We picked my hotel room but when we arrived, we could her my friend moaning inside the room. (she is loud!). Hearing the other couple having hot sex turned both of us on..it was like hearing porn! We walked past the pool and decided to make out on a deck chair in the shadows. We couldn’t wait another 10mins to the other room, we want to get our party started! John was already hard when he took his shorts off. It was a huge cock, my first Caucasian cock. He was pleased by my reaction. I teased that it may not fit in my asian pussy. He kissed me and said he’ll be gentle. I laid on my back, spread my legs open, welcoming his huge cock into my soaking wet pussy. When he eased his cock into my pussy, I let out a gasp, a good gasp! It was huge and I can feel every inch of it in me. God it was so good! Encouraged by my pleasure, John continued to thrust and I started to moan, softly first. As john thrust harder and faster, my moans became louder and louder. John tried to shush me as it may wake the hotel guests nearby but it was hard to contain my ecstasy. I came pretty quickly (thanks to the huge cock) and john came after, loading his cum in the condom inside me. Just after john came, both of us were catching our breathes and john cock was still inside me, I saw a security guard standing at the far end of the pool, watching us! The next few moments were mix of shock, anger and embarrassment as we scrambled to put our clothes back on.<br />We ran back to our room, laughing at what had happened. I was not mad, in fact I was turned on knowing somebody was watching our performance. We had sex twice more than night and morning sex was awesome. John loved my hairless pussy, can’t stop playing with it, either his fingers or mouth<br />Both couples continued our sexual relationship. We exchanged rooms for the rest of the holiday. I hardly saw my friend other than meal times. It was a sexual holiday, waking up to john sucking on my nipples, or me blowing him before climbing on him to ride him in the mornings. We will run back to our room in the afternoon for a quickie. Turned on by our voyageuristic encounter, we went skinny dipping in the beach and pool followed by hot (and loud) sex in the public. We never encountered an audience since.<br />Needless to say, we went through 12 condoms pretty quickly and had to buy another 12 more. We used all 24 in 4 days, not counting the orals and fingering in between. My pussy and johns cock had a lot of attention those 4 days.<br />I’m also glad this was before smart phone.. I could have ended up on porn websites.<br /> We parted ways. Chose not exchange contact. My friend and I both cried on the plane. We knew it was a no strings attached fling, being girls, we became emotionally attached<br /><br /></div>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-77640844863619002402021-05-12T22:00:00.001-07:002021-05-12T22:00:14.514-07:00Wife's business trip<p><span style="background-color: white; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px;">My Husband has always had a fantasy about watching me with another man. I personally have never been interested in this type of fantasy. Not that I don't have a few fantasies of my own, but to be with someone else just doesn't turn me on. I don't understand why this is such a big turn-on for him seeing me be with someone else or knowing someone else has been inside of me. We have tried other fantasies involving dressing up and playing with toys, but he always seems to gravitate towards this one fantasy of me being with another man.</span></p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Some insight into our back ground. We were married 10 years ago. We are both in our mid 30's and keep in fairly good shape. I am a little on the heavy side, but my husband tells me I am perfect. I have a small waist and nice round ass, that my husband loves, but I am not well endowed. My ass is my best feature. We both work and we both travel. He tries to be at home when I travel and I do the same for him. He is in Sales so he travels far more than I do. I do have conferences that I attend, and he has even gone to a few of them with me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Last year he started adding to my suitcase small items, nothing that I would get in trouble for if my suitcase were to open accidentally, just some sexier lingerie than I would normally travel for work with, but still stuff I didn't pack. He would ask me to wear crotchless panties to business dinners, knowing full well I was having dinner with men I worked with.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">On occasion, I would indulge since I would just be in dress pants, but it would get him all worked up after dinner as he sat there at home probably reading stories or watching porn on his computer. He would also pack sexy pajamas knowing I would be in the room alone. Once he even packed my thigh highs and garter belt. I hardly wear dresses or skirts to work, so this was more for him and his thoughts than for me. All of these things combined were starting to get me a little irritated, but I put up with them. Occasionally we would argue about it, and he would stop for a while, but then a few months later he would start adding lingerie again.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Fast forward to last month. I had a quick 3 night business trip in California to attend. We were in our room at home the night before as I packed all my clothing, hair products, makeup, and shoes into my suitcase. I always pack more than I need to take so my suitcase was quite full and pretty heavy. I figured there wouldn't be any room for him to surprise me, but I was wrong.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I checked into my hotel after a short 2 hour flight and a quick cab ride to the hotel. I was dressed in my usual business clothes with a little lace thong and matching pushup bra that my husband picked out for me to wear on the plane. I had to admit the sexy lingerie did have an effect on me. I was late getting to the plane and had to take a middle seat between 2 businessmen. I tried to put on my headphones, but the one on my left would just not stop talking to me. If he only knew what I was wearing under my slacks. We chatted for then entire flight. He was very nice and kept me entertained, but when we arrived in LA, I found out he was just on a layover and would be flying to Washington in an hour. We said our goodbyes and I found my bag and headed to the hotel.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I had about an hour to kill from the time I got into my room and when the afternoon meetings would begin. I decided to unpack my clothes and hang up my Pants and shirts. About that time my husband texted me and asked how the flight was and if I was at my hotel yet. I responded to him and informed him of the plane ride and the guy that wouldn't stop talking to me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He made a comment about how I should have shown him my bra or stood up and revealed my sexy panties to him. I told him to drop it and went on my way. As I opened my suitcase, I was surprised at seeing a dress in there I had worn on our last vacation. I can tell you this dress had my husband pawing me all night that night. It did the trick and was on the floor the second we walked into our hotel room. I knew I hadn't packed it, but I wouldn't have packed something like that for this trip. I was wondering what other surprises I would find in there.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I texted my husband I found his surprise, but I wouldn't be wearing it this trip. He sent me some cheeky response about imagining him there with me and wearing it for him. I said fat chance. I continued unpacking until I thought I was done, but then I ran my hand along the side where there was a bulge in the lining and found the rest of his surprises. I pulled out a couple more sexy thongs, including a crotchless pair, a white pair, and a black pair. I also found my thigh high stockings and garter belt and a couple negligees. Needless to say I wasn't overly happy.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I texted my husband that I had found the rest of his presents, as he liked to call them, and that I wouldn't be needing any of it this trip. I even told him I left my diaphragm at home so no one would be getting into my panties this trip, and that he better stop or he might lose the privilege as well. He apologized and said he loved me and that it was just for him to imagine me in. The thought did cross my mind that I should show him up, but then I remembered I had to get to a meeting soon. I freshened up and headed downstairs.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I work in a male dominated industry so there are just a few girls that go to these meetings. I immediately found my group of girls and we headed in. The meetings that day flew by, and at the end we were all trying to decide where to go for dinner. We had a little while, and I needed to go back to my room before dinner, but I figured we should get this item solved before heading our separate ways. While we were deciding, a few of the men left behind came over. I knew a couple of them, and that's when we were invited to join them for dinner.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">This isn't uncommon on these trips. Once it was decided, we went our separate ways. I looked at my phone as I knew my husband had texted me a while ago, and answered him, told him I was heading up to my room to change for dinner and that a group of us had decided where to eat and at what time. He asked where was I going and who would be joining me. I answered that it was a group, and that it was a nice seafood restaurant a couple miles from the hotel, that a couple of the guys had cars and would drive us all there.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I waited for a remark from him but got none. Once I was in my room, I changed my clothes, freshened up and used the bathroom. As I was sitting there, a text came up on my phone from my husband asking what I was wearing to dinner. I responded with jeans, tank top, and sweater, as it was a little chilly there at night. Next came the inevitable, what did I have on under that. I told him the same underwear I left the house in. This got a big smile out of him, and he just said have fun. I knew what he was getting at and said fat chance. I headed down to the lobby and headed out with the group.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Dinner was nice and we all had a few drinks along with some great food. We headed back to the hotel and as I was getting ready to head to my room, one of the girls said they were going to grab a couple of drinks at the bar and that I couldn't let her go the bar alone. Against my better judgment, I went to the bar with her and we ordered our drinks.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Before long a fresh round appeared in front of us. The bartender pointed down the bar at a couple of nondescript guys, we raised our glasses and went back to talking. Before long both of the men were behind us asking our names and where we were from. I looked at my phone and saw I missed a text. I excused myself and went to the ladies room.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I answered my husband that I was at the bar in the hotel talking to a co-worker. The drinks must have made a little loopy, along with the sexy lingerie I was wearing when I told him a couple guys are trying to chat us up. My phone went crazy. I told him to settle down, that I wasn't going to invite anyone to my room or go to anyone else's room. Just thought he would like to know. I told him I had to go back to make sure my friend didn't do anything stupid, and again I just got a "Have fun". I told him I would text him when I got back to my room alone and that I loved him. I turned my phone off and headed back to the bar.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">As I entered, I noticed a few less people in the bar. I sat down with my friend, the guys had taken seats around us. She was engrossed in her conversation with one and the other was sitting there looking all sad. I sat down, grabbed my drink as he started talking to me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He turned out to be a nice guy from Ohio who was travelling on business for the month. He said he hadn't been home in 2 weeks and was scheduled for 2 more cities before being able to go home. I told him I was there for a couple nights but would be going home to my husband on Thursday.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He said he wasn't married, and hadn't dated anyone in a while. Of course I complimented him on his looks and his personality and tried to let him down easy that he wasn't getting into my panties this trip. He tried a few more times that night, but it was getting late and I had to get up early. He said he hoped to see me again the next night. I told him there was a possibility. He was a great conversationalist and was very entertaining.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I said my farewells and tried to convince my other married friend to leave, but she wasn't having it. I headed out to the elevator and pushed the button. I was hoping it would open before Larry decided he needed to head up as well. No such luck. He turned the corner just as the door opened, so we road the 14 floors to his floor talking away. We said goodnight and as the doors were closing he blew me a kiss and turned around. It was then that I caught a glimpse of his ass in some very nice, tight slacks.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I'm sure he got a good look at my ass both times I walked away from him, as did his friend, but hey, what can I say. As I rode the elevator to the 18th floor, I grabbed my phone and turned it on. I was shocked to see it was already 11 o'clock. I still had to take off my makeup and get ready for bed.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The first text came through as the elevator door opened up. Not surprisingly, it was from my husband. The usual being raked over the coals for the details. I answered, told him I had a good time and the guy was nice, but I was walking to my room alone, like usual. He prodded some more, and I started to get a little angry. I told him I had a nice time talking to him, but that was it. It wasn't going any further. I also reminded him that I had nothing with me so even if I wanted to, it wasn't happening.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He apologized and said he would drop it. I asked what he was doing up so late, and he said reading some sexy stories. I imagined him in his boxers at the computer in the dark and chuckled. It was about the time I got to my room that I noticed I had another message. I opened the door and stepped in as I opened the message from a random number.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">It was Larry, the guy I was talking to. Guess he had gone back to the bar and gotten my number from my friend. Some friend I thought, as I thought about ignoring it and getting ready for bed. I started taking my makeup off, as another message came through. I looked at this one, now knowing who it was from. He was apologizing and just said goodnight.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I decided to respond and just said I had a nice time, that maybe we would see each other tomorrow at the bar again, and goodnight. He said he hoped to as he couldn't get the image of me out of his head.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I thanked him and said he was very good looking, but nothing was going to happen and good night. Then he surprised me by asking for a picture. I said I had already taken my makeup off so no way. He then said to send him one in the morning. I teased that if he couldn't remember what I looked like now, how was he going to recognize me at the bar tomorrow.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">That's when we sent me a picture of him, so I would be able to pick him out. I said thanks and goodnight. I sat there looking at the picture as another one popped up. It was him at the bar with my friend and his friend. I said goodnight one last time and turned over the phone. I knew I wouldn't get to sleep if I continued talking to him. I took my clothes off, leaving just the thin, silk material of the thong on, then went to my suitcase to grab my regular sweats.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started rummaging through my suitcase thinking I had packed them when a thought crossed my head. I bet my sneaky husband took them out and only left me with my silk nighties to wear. I looked through one more time and couldn't find them. I texted my husband but didn't get a reply. I grabbed the short white silk nightie he had packed for me and slipped it on and crawled into bed. It felt strange being in a hotel room all alone in this, but what choice did I have.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">As I lay there, I heard the buzz of the phone and thought it was my husband. As I opened it up, I saw it was from Larry. I decided to read it. He said he could still smell my perfume and how he couldn't stop thinking about me. I started getting turned on, and against better judgment responded to him that he was sweet and that I thought he was a great guy and very handsome.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">We chatted a while when I asked him what he thought my best feature was. He took the easy way out and said my eyes. I then asked him what color they were, and was a little taken aback when he said green. I didn't think he would have noticed.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I asked if they were still at the bar and he said they had closed the place down and that he was in his bed in his room. I got an instant mental picture of him laying there naked with his cock up to his belly button, stroking it thinking about me. I ran my hands down my nightgown, feeling the silk material, then back up to my breast. I gently squeezed my breast through the soft material as I texted him back, saying he was quite handsome and I was flattered he was thinking about me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Just as I hit send, I pinched my nipple and felt a jolt all the way down to my crotch. I let my hand roam down my stomach as I thought about him grabbing his hard cock and stroking it while reading my reply and sending his own. I was on pins and needles as my hand inched toward the waistband of my panties, wondering what he was typing.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">His reply was a request at a pic again. I was feeling very loose by now as my hand sunk lower over my panties and I almost jumped when I touched my clit through my thong. I decided what the hell, I knew I had a canned pic in my phone, so what would it hurt. I looked through but couldn't find one I liked. I turned the camera on, flipped it around and said what harm could come from one picture. I took the pic, looked at it and threw it away. It wasn't until the 4th pic that I decided I liked it. I figured he was probably asleep anyways so he would get it in the morning. I hit send then realized my fingers were tracing the outline of my pussy through my panties and I was getting very wet.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I removed my hand from my panties, closed my eyes, and just as I started to drift, I heard my phone go off again. I decided it wouldn't hurt to look so I picked it up and saw him laying in his bed with no shirt on! I was speechless. Ripped abbs and nice shoulders, smiling away at the camera in the dark.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I couldn't help but run my fingers down to my pussy again and start rubbing my clit. That's when the next message came through. you are beautiful. You don't look a day over 25, and how beautiful my eyes were. I looked at the time, almost 1am. I knew I had to get some rest, but I couldn't stop looking at the picture he sent.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">That's when he asked for another of me. He was getting bold this one, I thought. I just kept looking at his request as my fingers continued to trace the outline of my clit. I started to pull my panties to the side and just touch myself for a second, when a second request came in. I thought how my husband would love to know about this, me rubbing my bare clit, looking at a picture of an Adonis, while contemplating sending him another pic.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I thought I should send my husband something to whet his appetite, but knew it would be a gamble. My devious side won, and I sent him the pic of my Adonis. Right then I turned the camera back one, pulled the sheets down, to my belly, strained to pull my fingers away from my clit, looked at the screen of my silk white nightie and how it made my breasts look, and hit capture. I looked at the phone for what felt like an eternity until the image popped up. I stared at it for a second, then before changing my mind, hit send.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">That was it! I couldn't believe I was sending a picture of myself in a white nightie with my nipples visible through the lace cups. I put the phone down and turned to my side. I could barely breathe. What if my husband gets mad, what if this guy thinks I'll do something with him, what if I decide to do something? My mind was racing. That's when the phone buzzed. I nearly fell off the bed reaching for it.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I opened it up and it was from my husband asking what that was I sent him. I told him it was a pic from the guy I met. I said please don't be mad, I just wanted to tease you a little. He said mad, How could I be mad, he was so turned on that he was jacking himself off to the pic of the guy I sent him! I told him nothing was going to happen and that Leslie, my friend had sent me the pic. That's when the phone buzzed again. This time it was already in my hand.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I switched over the message, and stared at the screen for what seemed like forever. My hand went straight for my clit, right under my panties, then slid easily inside me. I couldn't take my eyes off the beautiful, long, hard cock on my screen. I thought about sending it to my husband, but changed my mind. That was until I got the second pic of his hand stroking his magnificent cock.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was so wet looking at it I could have slide my hand inside my pussy. I decided what the hell, took the first pic he sent and sent it to my husband as matter-of-factly as I could. I said see what could be inside me right now! How would you like that and didn't wait for a response.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">That's when I received another message from Larry. It was simple, just said "where is mine". I laughed and said I couldn't. He said of course you can. At this point, he really didn't have to push too far. I wanted to turn him on, I wanted to make him cum all over his stomach and hands just as badly as I wanted to cum myself.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started imagining my hand stroking his magnificent cock as his fingers plunged deep inside me, working my clit with my juices coating his fingers. The next image in my head almost took me over the edge as I saw myself straddling him, guiding that big hard cock deep into my soaking wet pussy.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I had to remove my fingers from my clit for a minute to calm down. That's when I saw a text. It just said "I'm waiting". Very simple. I liked it. I rolled over onto my side, pulled my nightie down, aimed the camera at my barely covered ass, and hit capture. I looked at it and thought it was gorgeous. If I were in to chicks, I'd be turned on by it. You could just see the bottom of my ass, the white nightie, then the faint outline of the white thong. Beyond that was a nice portion of side boob and my face.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I clicked send before I changed my mind. I rolled back over onto my back and slid my panties off, imagining his hands pulling them down. I figured I was done with pics, and they were getting in the way. I slid my hand down and started pretending it was his hands again on my clit.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px 0px; padding: 0px;">The phone buzzed, and the pic I got made me cum so hard. It literally snuck up on me. It was his hand and stomach covered in his beautiful cream. I couldn't put the phone down, I couldn't pull my fingers away, I just kept cumming on my fingers looking at the image on my phone. I just kept thinking how good his big hard cock would feel inside me releasing that massive load. Over and over in my mind that image kept playing.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 0px 0px 1em; padding: 0px;">It wasn't until I relaxed enough that I could pull my fingers away from my pussy. I decided to send him one last pic, so I took my left hand, held it up, and snapped the pic. The image was beautiful. Just my face, the top of my nightie pulled down showing a little nipple and what little cleavage I have, and my glistening fingers, and of course my wedding rings. The caption was thank you as well and sweet dreams. I laid my head down on my pillow and fell into a deep sleep.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The next day I woke frantically. I had overslept. I looked at the clock and the meetings started in an hour and a half. No way could I be completely ready by then. I jumped up, showered, did my hair and makeup, and quickly dressed. As I was headed out the door, I glanced at my phone. 7 unread messages. Damn, I had almost forgotten about last night.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I opened them up as I got to the elevator and all but one were from my husband. I figured he would be pissed, so I opened them up, and it was him, naked in bed, with his cock in his hand, the next one was his jizz all over his stomach with a good morning, the next one he was getting concerned, and the next few were, "are you alive".</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I responded to the alive one, and said our good mornings, then commended him on his load and said how much I would love to lick it off his stomach. He was already starting with questions of my night, and I said I would answer them in a little while but I had to get into the meeting.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I finally entered the meeting room, and looked around, I found my group and sat down. They all looked at me, then asked where Leslie was. I told them I was sure she was fine, as she came walking in with a smile on her face. That was all I needed to know, but she probably got the real thing. Slut I thought. as she sat down next to me. I asked if she had gotten any sleep, and she said she got enough, but would probably take a nap at lunch. I thought the same thing.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">It wasn't until an hour into the meeting that I remembered my phone. I opened it up and had 10 new messages. I ignored my husbands and opened Larry's up. Only 4 messages I thought, I must be losing my touch. I started reading them. The first was goodnight with a kiss, then good morning with another kiss, then I hope I didn't keep you up too late, then I am getting worried. Ok, I thought, he made it up to me with a little giggle.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I texted him back and said I had woken late and that I hadn't looked at my phone, but I was alive and well. I asked him how he was doing, and he responded with a little tired, but excited to see me. I thought hold on, who said anything about that, when I felt a dampening in my crotch. I looked back at the screen and thought what the hell.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I asked him what he had in mind as images danced in my head. He responded with dinner and drinks. I switched back to my husbands texts and read each one. I was surprised at how excited he was. I asked him if he really liked fantasizing about this and a resounding yes was sent back. I told him I have no plans of taking this anywhere, then dropped the bombshell that he just asked me to dinner.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I then sent Larry a text asking where and when he wanted to meet. My husbands reply was waiting for me right after I sent the message. He asked if I was going to go. I said we will see, then started recounting the events of last night. His responses started troubling me about what he envisioned, but it was his fantasy so let it go. One message caught me by surprise. It was him asking me to take him bare! I was shocked that it had even gotten this far, but what the hell! I could never do that! I don't even have my diaphragm. I told him no, and to drop it immediately. That was out of the question.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">All the while Larry and I are just flirting away. He kept telling me how sexy I am, and how he can't stop looking at the pics from last night. I told him to delete them, but he refused! I told him he will never get another one if he doesn't, wait, I didn't even plan on sending him more. What has gotten in to me. I'm like a school girl.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">It was finally lunch and all I could think about was getting some rest. I went to my room, texted Larry that I was going to nap, and fell into a deep sleep. I woke up an hour later shaking and all out of sorts, then I remembered where I was. I freshened up and went back downstairs for the meeting. Let the flirting continue I thought.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I opened my phone and to my surprise, there he was, naked in his room at lunch thinking about me. I immediately got damp again and had to cross my legs. His cock was so hard and so long, I thought he would tear me apart. I had to pull my jaw off the floor and try to concentrate. I praised him, and the next words I typed shocked me. I said "I can't wait to see it in person!" What the hell am I saying. I sent the pic to my husband who responded with an equally impressive pic of his jizz all over his stomach, telling me he can't wait to hear about what we did and how far I would take this. I had to admit, I was getting more and more turned on. The meeting droned on for hours, until everyone was done speaking and it was time to go. I was excited and scared for what the night had in store for me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My girlfriends were busy making plans as I headed up for a quick nap. Dinner was at 7, so I had time to nap and shower. My husband sent me a text of what I should wear for my first date. I laughed at the thought of him telling me to wear me what to wear for another guy. I got into my room and crashed as soon as my head hit the pillow.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Half an hour later and I was up and getting into the shower. I quickly rinsed off and jumped out of the shower. Just enough time to shave my legs and trim my bush. As I ran my fingers across my hairless mound, I felt my exposed clit and it sent a shock through my body. I wish I had time to masturbate myself to completion, but I just had enough time to turn myself on even more.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I looked at the clock, an hour to go. I did my makeup and fixed my hair, then went to look for something to wear. The idea of being out with someone other than my husband was scary. I had a million thoughts running through my head and I just couldn't keep my thoughts controlled. Then I thought about my husband and packing all this sexy lingerie and that sexy black dress that he so conveniently packed for me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started with my lace black thong, along with the matching black lace bra. Then came the black garter belt and thigh high stockings. I grabbed my patent leather 4" sling backs to finish the outfit. I turned and looked at myself in the mirror. I thought, wow did I look like a slut. I decided to tease my husband, but thought better for a minute. I slipped on the mid-length strappy black dress my husband packed for me, checked my make-up one more time, then looked at my phone. It was 6:45.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My husband just texted me. I decide to open it. It was very simple, just said I hope you have a great time, text when you can, and you have one more present to get out of your bag. Look in the small compartment on the side of the bag that you never use. Please think about what I asked you for earlier. I went over to my bag, opened up the small compartment and found a box with a bow on it. I opened the box and found 6 condoms in there. Under the box was my Diaphragm box.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I wondered how long my husband had been sending me on my trips with this. He must be grinning from ear to ear finally being able to give me this. I texted him back thank you, I found your presents, and I will let you know if I have to use them. I snapped a quick pic of me in the dress, but conveniently left out my legs to not give anything away. He had asked me to wear this outfit with the garter and stockings, but I laughed and said in your dreams, but yet here I was. The only thing I didn't wear that he had asked me to was my black crotchless panties. A girl had to have some modesty. I sent him the pic, set the phone on the dresser and walked out the door.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Dinner was very nice, good food, lots of wine, and good company. We talked and flirted the entire time. I couldn't believe this guy was interested in me. Tall, he had to be over 6 feet tall. I don't know what I thought last night when I said he was non-descript. He was gorgeous, and his eyes were a piercing blue. I could stare into those eyes all night long.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">A couple times he caught me just daydreaming while looking into his eyes. Talking to him was like talking to my best friend from High School. The conversations just rolled from one to the next. I could feel my panties getting damper every minute. I wanted this man. I wanted to feel what that massive cock between his legs would feel like in my hands, my mouth, even sliding deep inside my pussy. The whole time I could feel my resolve to only take it so far diminishing.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">After dinner, we decided to go to a bar around the corner from the hotel, hoping no one would recognize me there. They all knew I was married and this was so far out of character for me, I didn't want anyone to have any gossip about me back at the office. We danced and chatted and drank a few more drinks, finally he said it was getting late, and he should walk me back to my room, no one as beautiful as I should be walking alone.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I agreed, he paid the tab, and we walked hand in hand back to the hotel. As soon as we entered the hotel I let go of his hand and we walked quickly to the elevator. I pushed the button for my floor, but he didn't push his. As soon as the elevator door closed I turned, looked him deep in the eyes and leaned in for my first kiss. He didn't disappoint. His arms wrapped around my waist as mine wrapped around his neck. We stayed like that, our lips never parting, our tongues dancing with each other. I pressed my body up against his and felt his growing cock pressing against my belly. I just imagined it straining inside his tight pants trying to find it's way out of it's confinement.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The elevator made its way to my floor way too quickly, and we lingered kissing almost too long and broke away just as the doors started to close. He reached out and politely held the door as we both entered the long hallway. We were holding hands all the way to my door, and as we got to the door, he leaned in and resumed right where we had left off. I was in no hurry to open the door, because I still hadn't decided how far I wanted this to go, but each kiss pushed me closer to the point of no return.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt his swelling cock pressing against me, and wondered if he could smell my desire as well. His hands began wandering down the small of my back and stopped short of my ass. I was panting into his mouth. Finally our kiss broke and I fumbled with the key for the room. I turned to him, grabbed his hand and lead him into the dark room.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I turned on the light, dropped my purse and the room key on the dresser, then turned around and leaned into him. He obliged and picked up right where he left off. This time my hands were roaming his strong muscular back, feeling my way down to his tight ass. I felt his hands roaming lower until they passed my garter belt, then lower still till he passed my thong, until the thin material of my dress was the only barrier between his hands and my bare ass.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was getting very worked up, and needed to slow down. I broke the kiss, told him to make himself comfortable, grabbed my phone, then excused myself to the bathroom to freshen up. As soon as I closed the door, I checked my phone. It was already 11:30, I had 15 new messages. I decided to look at them while I fixed my makeup. I responded to my friends saying I was fine.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I opened my husbands messages. I read each one, then stopped at the very last one. He begged me to just use the diaphragm. Said he would love to know that his faithful wife of 10 years is sleeping with someone else's cum inside me. I was floored. What if it failed, what if he had an STD. Too many questions. I knew that right now I was still in my safe time, but just barely. I planned on using the diaphragm no matter what, but this was absurd. I pulled the diaphragm out of its case, pulled my panties down and inserted my fail safe inside me. I then pulled my panties up, took a picture of my lingerie, and sent it to my husband. The caption said, "I hope he likes it".</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I took one more picture of the empty diaphragm box and the condom I would have him wear and said fat chance. I turned my phone off, plugged it in, grabbed the condom and put it in the cup of my bra, then stepped out the door.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I figured he would have left or fallen asleep with how long I was in there, but thankfully he was neither. He was sitting on the couch looking at his phone. As I walked out, he put his phone down, and praised me as he stood up. I commented back on how good he looked and how glad I was he wasn't asleep. He walked up to me, gently reached around my neck, then leaned in to kiss me. I kissed him back as I reached around his back and pulled him closer to me. This went on for what felt like an eternity. We were passionately kissing and fondling each other, then I felt the hem of my dress start to rise. I did nothing to stop it, and finally felt his bare hand on my ass.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I leaned back and started frantically removing his tie, then each button of his shirt. I had to see those washboard abbs for myself. He started pulling up my dress, so I assisted him in removing it. He stepped back and his jaw hit the floor. He couldn't believe what I was wearing. He said he loved the look of sexy lingerie and how perfect I looked in them. I was blushing so hard I could feel my cheeks burning. I reached for his undershirt and pulled it out of the waistband of his trousers. He took the hint and helped me shed his shirt, while I went to work on his belt and then the button of his pants.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I quickly unzipped his pants and let them fall to the floor. His boxer briefs were completely tented as I pressed myself against his nearly naked body. I felt his hands roaming my bare back and felt his chest and that monster pressing up against my stomach. He slid up, and started removing my bra. By now I was completely light headed. I just wanted to feel his naked skin against mine.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt him unhook the clasp and felt the bra fall free from my breasts. We parted long enough for the bra to fall completely to the floor, condom and all. I was out of my mind. I grabbed his neck and pulled him with me as I laid on the bed. He was laying up against me, our legs intertwined, our hands roaming up and down each others bodies. He started kissing my neck and then my clavicle. His left hand was pinned under me, but his right hand was caressing my breast. It felt so good.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I had been missing the passion in my life for some time. My husband and I made love 2 to 3 times a week, but it was almost mechanical. Occasionally he would go down on me, which always got me off, or we would have morning sex, but rarely was it animalistic. Last year on our vacation was the last time I felt that passion between us.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">This was far more raw. There was a need, a yearning between us, and both of us wanted to see how far the other would go. I was in heaven. I was rubbing the back of his head as he started to kiss down my chest toward my breast. His hand started going further down until he reached my garter belt. He felt it for a second, then sighed into my chest as he moved his mouth down to my breast.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">His hand continued farther down my body until he reached the waistband of my tiny thong. This was the smallest thong I owned. It was black, had a small V in front and just a string T in the back. It was a few inches shorter in front than I liked, but he seemed to like it very much. His hand was a mere inch from my mound and I was doing everything I could to coax him into going lower. He was driving me crazy. I was wiggling and arching my back until he finally moved his hand down to my clit.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He hit it just right the first time then started gently rubbing it though the thin material. I reached over and started rubbing his cock through his boxer briefs. It felt huge in my hand, and very hard. I started thinking it may not fit, but I sure as hell was going to try. A thought passed through my head as I laid there rubbing his cock and feeling his fingers work their magic. my husband was probably sitting there at his computer reading these stories while I was acting them out. If only I could tell him what was happening and how his faithful wife was stroking a strangers cock and feeling the same mans hand rubbing somewhere only he and I had touched intimately for what seemed like an eternity.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I finally made the next move and began pulling down his boxers. They were hung up on his hard cock, so he released my nipple and took his hand away from my clit. He lifted up and removed his boxers and out sprung this enormous monster. I gasped as I look at it. I reached down and felt it's girth and weight in my hands, looked him in the eye and told him I wanted every inch of him inside me tonight.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He said he would gladly oblige as we began kissing each other. He started working my panties off as best he could with one hand, so I reluctantly let go of his tool, reached down with both hands, and started pulling off my panties. I had slipped my panties to the outside of my garter straps in the bathroom. My husband loves when I leave the stockings and garter belt on when we are having sex. It really does amp it up for both of us, so I figured why not with Larry. He deserved every bit of what my husband gets, maybe more.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">As I felt my panties slide down my legs and bare my most private area, I thought for a second, no turning back now. Even if my husband could somehow telepathically beg me to stop, I didn't think I could. Once they were finally off, I turned towards him, wrapped my arms around him, and started kissing him. I started nibbling on his ear as I could feel his hard cock pulse against my stomach. It was so hard, and I could feel the heat coming off of it. It was only a few inches from its intended target, and I was not going to resist one bit. I did remember the condom though.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He picked it up from the floor and handed it to me. I opened the package and slid it down his massive tool. It only covered half the length of his cock, and I hoped that would be enough. He then leaned forward and started kissing me again. I could feel his hard cock rubbing against my wet pussy seeking out the entrance. I finally whispered into his ear, "Take me now, I want to feel all of you inside me."</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">We moved on the bed like we had done this together a million times before. My legs were spread and he was nestled perfectly between them. We were still making out as I felt him grind his stiff cock into my pelvic bone. He was rubbing the shaft in between my lips, grinding that monster into my clit. This was driving me crazy. I finally reached down, grabbed him, and guided him into my sweet spot. I held on to him imagining me being below us, seeing my hand grabbing him, and guiding him into me. He began thrusting gently and I could feel my wetness start to coat the tip of his cock.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt the head slowly slide past my muscles and lodge itself just inside me. He pulled back then pushed forward again. I could feel it go a little deeper this time. I pulled my hand away from his cock, wrapped my arms around his neck, and shifted my ass a little to give him a better angle. This time I felt him slide a few more inches into me.</p><p style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; line-height: 1.58; margin: 1em 0px 0px; padding: 0px;">I figured this was about where my husbands cock would be completely inside of me, but not my Adonis'. He pulled back and I felt him go a couple more inches past that point and I still didn't feel his pubic bone. I thought what have I gotten myself into? There was a little pain from having something that big inside me, but that quickly subsided as I felt him pull back out almost completely and slide the entire length into my hot wet pussy. I felt him bottom out on my cervix and thought, I hope he doesn't dislodge my diaphragm.</p><div class="aa_ht" style="box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px;"><div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin-top: 0px;"><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 0px 0px 1em; padding: 0px;">The feelings were incredible. I pulled him down on top of me and started kissing him deeply as I felt him slide slowly out then slowly in, bottoming out, then doing it over again and again. It wasn't just a quick fuck, but really taking his time and enjoying feeling my inner most depths. I started grinding my pussy into him every time we would drive himself into me and bottom out. The feelings this was creating were out of this world. I started feeling a tingling in my toes, then up my legs, into my crotch and across my stomach as my first orgasm ripped through my body. He stopped and stayed still as I ground my mound into him and my muscles tightened around his hard cock invading me. It felt so damn good. I was sweating and grinding until I finally came down from it.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He just looked at me and said, "feel better?" I said I haven't cum so hard in my entire life. He promised me there was more of that to come. I just said "Please." He started rocking himself back and forth inside me as I felt another one coming. Damn, he knew how to move, I thought. I kept grinding back, showing I wasn't afraid to take it. Then it hit me again and I started cumming all over him. I couldn't stop. It was just wave after wave coming over me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Finally it subsided, and we got back to more pressing matters. I had to make him cum! It wasn't that I wanted him to, I had to. I had to give him the same feelings he gave me. We were making out and I would alternate to his ear then back to his mouth. I felt him start to speed up a little and I hoped he was getting close. A quick thought went through my mind, and as I got closer to cumming as well, I couldn't get it out of there. I leaned over, took his ear into my mouth started grinding my pussy harder onto his cock, and surprised myself as I heard the words leave my mouth. "Cum for me baby, please, please cum for me. I want you to feel as good as I feel. Do it, push your hard cock deep inside me and cum. Cum in me!"</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I heard his breathing get labored, felt him slamming himself harder down inside me, felt the tip of his cock press against my cervix with every thrust. I felt his legs tense up, his back arch, his cock expand then one last thrust threw us both over the edge as I felt his cock start pulsing inside me, knowing that he was releasing what felt like gallons into the condom.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">We stayed like that for a few minutes, basking in the afterglow. Our sweaty bodies joined as we kissed. I felt his cock twitch a couple more times, then start to get soft. I looked down as his cock was pulled out of me, and was in shock. All I could see was the ring of the condom at the base of his cock. He was equally shocked.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I quickly got up, grabbed my panties and headed to the bathroom. I cleaned myself off, grabbed my phone, looked at it for a second, then just sent my husband, "I'm going to sleep now. Your fantasy is 100% complete. Sweet dreams". I replaced my panties, grabbed the matching nightie and headed off to bed. Larry asked if he should go, and I dismissed the idea.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He got up to use the bathroom, then returned and climbed into bed completely naked. He curled up behind me, wrapped his arms around me then we drifted off to sleep. Just before I fell asleep, I thought about all the cum he had just pumped into me and how much I was hoping the diaphragm hadn't been moved.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">At around 3, I woke up and decided to use the bathroom. While I was in there I took my diaphragm out like I always do. Once I was done, I headed back to bed. I slept like a baby until about 5. I felt him stirring then felt his arm wrap around me and he pressed his body tightly up against me. I could feel his massive cock up against my ass. I felt his hand resting on my breast through the thin material, I felt his breathing on my neck, and it was starting to get me wet.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was still half asleep, but I started wiggling my ass against his cock just slightly. I figured no harm in getting him equally as turned on. I felt him respond by pressing his cock harder against my ass, then I felt his hand move down my body, across my stomach, and just rest between my legs. I spread my legs a little for him and that's when he started rubbing my clit through my panties.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The more he rubbed, the more I pressed back against him. It was like a silent battle to see who could turn who on more. I didn't know if he was asleep or awake, and I really didn't care. After a few minutes, I slid my ass forward until I felt his hard cock slide down my ass crack and lay against my thigh between my legs. I then slid back, feeling the head of his cock trace it's entire way across my pussy up to my clit and his fingers.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was shocked that I still wasn't completely pressed against him yet. I started moving back and forth against his fingers and his cock, feeling the tip rub along my slit until it touched my clit again and again. His fingers were still working their magic, and now I had 2 toys playing with me. I was getting so turned on feeling all of this going on, hoping he was still asleep. That's when I felt it, I pressed hard against his cock on this last pass, and it got stuck at my entrance. I pushed a little harder, making it hurt but feel good at the same time, knowing my panties were there to protect me, and they moved just slightly. I felt the bare tip contact my bare lip and it sent a jolt through me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I stopped moving, and that's when I felt him give a little push. I felt his fingers start peeling my panties to the side and once they were completely out of the way, he started pushing again. This time it slipped past my entrance and traced it's way all the way to my clit. He grabbed his cock and started rubbing the tip against my clit, just like he was doing with his fingers. damn that felt so good. I didn't want him to stop.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started gyrating my hips and quietly moaning as I felt him start to kiss my neck. I slid myself back and forth against him as he kept the tip firmly pressed against my clit. I started sliding farther away, then back towards him, this all went on for a few minutes, until I took it too far. I pulled away just like I was doing, and when I went to slide back, I felt it stop at my entrance. I felt the tip just starting to penetrate me as I felt him bend slightly.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I stopped pushing back and just laid there, as still as I could. I felt his hand slide my nightie all the way to my hip as his bare hand grabbed my hip and he started pushing against me. I felt my pussy start to open up even more, but just then it slipped out and slid all the way past my clit. I spread my legs a little more, felt him pull back all the way past my opening then try one more time.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">It did the same thing, pressed against my opening, then just before sliding home, it popped out and slid past my clit again. I wanted to see how long he would tease us, so I just laid there waiting for the third pass. This time I arched my back a little and tilted my pelvis back more. I felt him slide back against my clit, then against my opening and stop. I felt his hand grip my hip a little harder and I ran my hand down to intertwine them with his fingers.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt him slowly push forward, I felt the tip hit my opening and stop, just like it had the last 2 times, but this time I arched my back even more, and as he pushed forward, I felt the tip pressing harder into my opening. He stopped moving, and I felt his hand pulling me back so I started pushing back against him as I felt his head just slip inside me. It felt like fireworks had gone off in my head. I stopped moving and just felt it there for a second.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Then he started pushing more into me. His hand had a good grip on my hip as if I was going to try to get away. On the contrary, I started pushing back slowly, trying to match his thrust forward. I felt it go past the point my husbands would end, and keep on going. He was just gently pushing into me, and I was gently pushing back on to him. I could feel him going farther and farther inside me. Finally I felt his pelvis press against my ass and his tip gently caress my cervix.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I smiled inside, knowing I had all of him inside me. We both stopped moving completely as he wrapped his arm around me and started kissing my neck again. I loved feeling his entire body pressed up against me and his cock firmly lodged inside me. I whispered to him to go back to sleep, and I told myself to try to do the same, play time was over. I closed my eyes relishing the feelings I was feeling when I started feeling him thrust ever so slightly. First they were slow, just enough to feel the tip leave my cervix then back against it. Oh my, I was in heaven.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He kept moving back and forth slowly and I was getting caught up in it. Again I told him to go to sleep, there would be time before we had to get up to finish this, and he pushed all the way back into me, almost taking my breath away and stopped, pressing against my ass and cervix just like before, but with a harder bump. We laid like that for a few more minutes, and as soon as I heard him take that almost asleep breath, I started wiggling my ass up against him.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt his cock twitch inside me and he began thrusting again. I felt his grip on my breast get a little tighter and his thrusts started getting bolder. This time I started pushing back, gently rocking my hips to his movements. Each time he would thrust forward, I would feel the tip of his cock brush against my cervix. He was going to make me cum in no time. I tried holding out for him, but I just didn't have the will power.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He knew it as well and started thrusting harder. I was whimpering, whispering to him to make me cum. Then it hit me like a train, from my toes all the way to my head. He held still and held me as I thrashed against his body. I thought he was holding me to make sure his cock didn't dislodge, but once I came down I knew that wouldn't happen. I ran my hand down my belly over my nightie to a small bump in my belly that wasn't there before. I thought no way was that the tip of his cock. I had never felt that before.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Then he pulled back and it disappeared. When he thrust forward, I kept my hand there and felt the slight bulge again. Damn, I thought maybe he had entered my uterus, but then a little pain at the end of the thrust made me realize he was right up against my cervix. I kept my hand there just to feel his cock inside me the entire time he was fucking me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started to lean forward, but he pulled me right back to him. I was getting closer imagining the onslaught my diaphragm and my cervix was taking this whole time, when I heard his breathing start to labor and his cock start to swell. I was getting close as well so I started pushing back against him even harder. I ran my hand down to my clit and started rubbing it, wanting to finish with him.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Just as I was getting there, I felt his arm wrap completely around me, pulling me even tighter to him as he made one final thrust and held himself there. That's when I felt him press hard against my cervix, my ass press against his pelvis, and his hard cock swell inside me. I actually felt the first jet of cum shoot inside me. My other hand went to my stomach where the bulge was and I felt his cock pulsing inside me. I rubbed my clit just a little more and it hit me harder than ever before.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I couldn't move from his grip, but I was grinding my ass hard against him trying to milk every drop from him. I even stroked the head a little through my belly making sure he emptied every drop inside me. When we finally came down, he released his grip on me slightly, kissed my neck, and we fell back to sleep. His cock still firmly implanted inside me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">An hour later I woke with a startle. I looked at the clock and saw that it was only 6:30. I didn't have to be in my meeting till 9, but I gently shook him and asked what time he had to be ready. He said 8, but it takes him no time to get ready. About that time, I felt his softened cock twitch inside me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I've never felt a cock actually go from semi-soft to hard inside my body, but I was sure going to try. I started flexing my muscles gently, but not moving for fear of dislodging him. He responded by nuzzling and kissing my neck. Immediately I started feeling him swelling inside me. He wasn't completely inside, but about half of him was still in there. Once I felt him get completely hard, I pushed my ass back against him, grabbed his hand, and rolled him on top of me from behind. I was amazed he didn't slip out. He stayed with me the whole time.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Once he was on top of me, I arched my back and pushed my ass up against him. He whispered in my ear he has never had a better invitation. I said, I've never given one before, but thought in my mind, I'll outdo this tonight, and I smiled. I felt him start to thrust inside me again, as I ran my hand down my belly to see if I could still feel the tip. Once I touched it, I felt him buck a little.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He said that feels really good. he's never had anyone play with his cock while it was firmly lodged inside of them. I told him I couldn't do this with anyone before, but it was so exciting. I felt him draw back, then press forward again, over and over again while I played with his tip. I didn't think I would be able to cum again, but just as I heard his breathing get faster, felt his legs start tensing up, I knew what was about to come. I arched my back even more, then felt his weight drop on me, his arms wrap around me, and I felt his hot breath on my ear as he whispered he was about to cum inside me again. I told him his cum belonged inside me, and that that was where he was to shoot it until I went home.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">His breathing got more intense, then he asked me what about getting pregnant, I whispered there was a chance I could if my diaphragm failed, and with as long of a cock as he has, there was a good chance he may have moved it out of the way. He started getting wilder with me, then whispered he hoped he moved it out of the way cause he wants to send me home with a present.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">At that I arched my back even more, pushed back as hard as I could as I waited for his next and hopefully final thrust, and just as he bottomed out, I felt him twitch even harder than the last time and his cock swell even larger. There was a small pain right where our bodies were joined at their most intimate spot inside me. That, mixed with this naughty talk, and me hoping my diaphragm had been pushed out of the way and that he was emptying his seed directly into my womb sent me way over the edge. I knew that I was still a day away from my most fertile time, but it was hot while the moment lasted.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I also knew there is always a slight chance I could ovulate a day early. As I came to my senses, I started hoping he hadn't dislodged it, but I couldn't tell right now with him so deep inside me. He finally got up, I stood up and we kissed deeply as I let him out of my room.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The shower felt wonderful on my hot, overworked body. I let the water run over every inch of me for a few minutes, then scrubbed myself down. Once out of the shower, I started putting on my makeup as I felt a little dribble escape my pussy. I thought, damn, I'm gonna be leaking all day. I don't think my husband thought I would take it this far, but I couldn't wait to have more of this man.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I picked up my phone and started reading the messages. Just a few from last night. Damn, That's hot. Too bad, you should lose the rubber, then, maybe it will break, then the last one surprised me. Too bad you are wearing your diaphragm. It would be hot if the condom broke and he accidentally came in you.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The last was a picture of him, cumming all over his stomach. Needless to say I was very turned on, but that one surprised me. How far did he think I would go, then I thought about how hot and how turned on I got when I was pretending Larry was shooting into my bare pussy. I almost had to make myself cum. I stopped playing with myself and finished getting ready. I went and grabbed my panties and bra for the day, then a wicked thought crossed my mind. I put them on, then posed in front of the mirror, one for my husband and one for my lover.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I snapped the images of my ass in a white thong, like a good girl and sent them to both my guys. I looked back at the text from my husband. I thought, I'll show you, then I walked into the bathroom, grabbed the case and started to open it. I was going to show him that that will never happen. I hadn't even decided if I was going to tell him about letting him be bare inside me any of the times.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">As I opened the case, my heart sank. How is that possible? I know I inserted it last night. I almost broke down as I stared at the full case with the perfectly clean and intact diaphragm in it. Then I remembered taking it out. My husband never has enough left for round 2, let alone 3. What the hell was I going to do? I let him actually cum inside me twice this morning. I frantically looked at my calendar. Today was the last day of my safe period. I wouldn't ovulate until tomorrow. I started to relax a little, then decided what's done is done. Tonight I will have to be extra safe, if I do anything at all.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I walked down to the meeting still glowing from this morning and found my group. We exchanged stories, but of course mine was a lie. I'm sure Leslie's was as well, then the meeting started. I looked at my phone and there was a message from Larry. Had a great time. Can't wait to see you tonight. Any luck? The last one was you look so hot! I thought about any luck, then it hit me, was he able to push it out of the way.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I decided to lie and say no such luck but a wicked thought crossed my mind. So I continued and said you never know, you might be able to tonight and hit send. Who was this sending these messages? What was wrong with me? I was getting wet all over again, or was it his cum still leaking out of me?</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My husband finally texted and was just floored by my pictures last night and this morning. I told him as much detail as I could, leaving out some damning parts. He didn't need to know about me leaking his cum all day or that the diaphragm wasn't in this morning. Then he asked if the condom broke, and I said yes. He was elated. Then he asked if I left the diaphragm in both times? Yes, I lied, so sue me. He asked if I was going to see him again and I confirmed that we had plans for dinner tonight. He asked what I was going to wear. I hadn't thought that far ahead, plus I was on a mission to see how "inviting" I could be.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I told him I had no idea. He didn't pack me 2 dresses. He asked what time we would finish today, and I told him around 4. He asked if there was anywhere to buy something, I thought about it and remember seeing a mall. Maybe the shuttle can take me. He told me since he got me in to this mess, he would buy my outfit. I was to put it on his card, but he got to see it first. I agreed. What a wonderful husband, dressing me for my lover.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Larry texted around lunch to see how I was doing, I responded a little tired, but after a quick nap I should be good for the night. He said the same thing, then invited me to his room for a nap. As tempting as it was, I really needed to get some rest, so I politely declined and said you will get more tonight. Don't worry.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I made my way to my room, looked in the bathroom at that damn case, then made my way to the bed and crashed hard for an hour. I barely made it back to the meetings in time, but kept thinking they were lasting longer and longer as the day went by. 4 was finally here, and they kept us longer than planned. Damn, I hope I have enough time to go buy something.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px 0px; padding: 0px;">4:15 and we were walking out the door. I hurried to the shuttle, gave the guy a 20, and asked him to wait in the parking lot. He said he couldn't but gave me his cell and said he would be here in 5 minutes. I exited the van and made my way into the mall. My first stop was VS but it was all kinda tame for my last night with this man. I found the Frederick's store and made my way inside. I was going to stick to the good girl theme from this morning, white bustier, thigh highs, and then, the piece de resistance, a matching white crotchless thong. How else could I make myself more inviting?<br style="box-sizing: border-box;" /></p></div></div><div class="aa_ht" style="box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px;"><div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin-top: 0px;"><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 0px 0px 1em; padding: 0px;">Off to Macy's I went. Amazingly it didn't take long to find a nice cocktail dress and 4" heels to match. I called the number and made my way back to the hotel. 5:30. Just enough time for a quick nap, then to get ready. Dinner was semi-formal, according to Larry, and my husband was driving me crazy. I turned my phone off, and took a quick nap.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I awoke in a frenzy but quickly realized I had plenty of time. I laid out my clothes, and went about fixing my makeup and my hair. I came out of the bathroom completely nude, and decided to send my husband a nice side picture. I also sent a picture with the diaphragm in the box. I went to work getting all my lingerie in place and setting out my white nightie from the other night. Once everything was in place, I took a quick pic and sent it on to my husband saying thank you. I hope he likes it.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The response was classic. He had already cum. I asked him what that was about and he said that I was going out dressed to fuck, and I wasn't taking anything with me. I told him no way was I going to do anything until I got back. Did he want me to come home pregnant? I set the phone down then slid into my dress and shoes. One last pic and just before I sent it there was a reply. He just said, if it happens it happens. I was floored. How long had he had these thoughts? How much of a slut did he think I was? I was steaming. I decided to leave it alone or he would ruin my night. I said not a chance and sent him my final pic. With that I set the phone down and walked out the door. I was greeted with open arms in the lobby and whistles from some co-workers. I smiled at them and walked towards the cab.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">The drive wasn't too long and dinner was fabulous. The wine went straight to my head, and the dirty talk was driving me wild. He started asking what it would take to dislodge it, then why did I have to wear it at all. I decided to come clean, I think the wine made me do it, and I confessed that I didn't have it in either time this morning, but countered that I was still safe and if he wants it, he will have to fight for it. I couldn't stop giggling after saying that. I kept remembering how deep he was and how fantastic he felt.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was rubbing my stocking clad leg up and down his leg, getting closer and closer to his crotch. Thankfully, the tablecloth was long and I could have my way with him right there. He asked if I was ready right now, and I said no, I left it in the room. He motioned for me to come closer, then said meet me in the bathroom in 5 minutes. I said no and slapped his arm. He said why not start trying now. I had to admit all this talk was really going to my head.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Finally I said, how would that even work. He pointed at the bathroom and said they are single stalls. You can lock the door. With that, he stood up, excused himself and said he expected me to join him in 3 minutes. I couldn't believe him. I told him no, but here I was drinking wine and feeling no pain. The fire between my legs was unbearable. I was itching to get him inside me, but I was going to hold to my resolve. After a couple minutes, I couldn't take it anymore.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I stood up, walked for what seemed an eternity, and stopped right outside the door. It was like someone else knocking on the door. I couldn't believe I was actually doing this. The door briefly opened and I felt my hand being pulled inside. He was kissing me and touching me and telling me how he couldn't wait any longer, that I was so sexy and he had to see what I was wearing under my dress. I felt the hem of the dress start to rise as I basked in the attention. My body was on fire, but I was trying to keep my resolve.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I pressed against him and enjoyed the feeling, then his hand worked under my dress, I felt his hand slide from my stocking, to my bare thigh, and he let out a sigh, then it moved even farther up and I felt his hand brush against my panties. He started pressing his finger into the gusset of my panties and they slipped right through and he was now touching my clit. I started stroking his cock through his trousers until he was hard as a rock. I wasn't going to give in that easy. I gave him one last kiss, turned towards the door, fixed my dress,unlocked it and walked back to our table.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">It was a few minutes until he arrived. I kissed him and told him there will be plenty of time tonight. I was already feeling the effects of the wine. He wasn't too happy, but a quick tap of my stocking covered toe to his semi hard cock told him he wasn't going to have to wait too long. I winked and he paid the check. We walked out holding hands and got into the cab.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">It was still early when we arrived back at the hotel. I was so turned on after our little tryst in the bathroom, I couldn't wait to get back to the room. We headed straight for the elevator, and once inside, I turned to him, reached around his neck and pulled him in for a deep kiss. My hands were roaming up and down his muscular back as his hands were firmly gripping my nice round ass through my dress. Pretty soon I felt the hem of my dress start rising and his warm hand was caressing my bare cheek. I'm not much of an exhibitionist, but we were alone in the elevator, so I didn't say anything.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My hand quickly made it's way to his tight ass as he pulled my body even tighter against him. I could feel his hard cock pressing against my stomach and couldn't wait to release it from it's confinement. My thoughts kept going back to our little encounter in the bathroom and what would have happened if I had let him have his way with me. He was so turned on, I thought he would have taken me anyway, despite my protests. Too bad I thought.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Our elevator ride was way too short, but once on my floor we walked quickly to my room. Finally at the door, I quickly opened it, turned to him, grabbed him by the neck and pulled him to me as we made our way inside.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">We kissed all the way to the bed. My new dress was already on the floor, his shirt and trousers were there as well. I was clawing at his boxer briefs trying to relieve him and his massive cock of their restraints. As we fell onto the bed, he was finally freed of his boxers and I pulled him on top of me. His muscles were tense and there was a determination in his eyes that I hadn't seen previously.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was his prey, he wanted nothing more than to conquer me. I don't think I could have stopped him, even if I had tried, and who said I was trying. I wanted him more than I had wanted anyone else. Thoughts of my husband were fleeting. Every now and then I would imagine him stroking his cock on the bed or in front of his computer screen as he thought about what his naughty wife was doing, but right now, it was all about me and what Larry was doing to me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He kissed his way to my ear, then my neck, then down my chest. He pulled my breast out from the corset and started sucking on it as he ran his fingers down the front of my panties. His fingers found the opening in my panties and started rubbing my clit, then he moved them lower and started sliding 1 then 2 fingers deep inside me. I was writhing and moaning as he teased me. Soon he was sliding down even further until I felt his hot breath on my pussy.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">His fingers were still inside me as he leaned in and started kissing my lips. He then easily parted them and a jolt shot through me all the way to my toes. He was an expert in every way. He would lick then suck my clit, finger me harder then softer. Bringing right to the edge then letting me down softly. I was so turned on, I couldn't think anymore. I just wanted to cum. I wanted to soak his face with my juices. I grabbed his head and pulled him tight against my pussy. He started licking and sucking for all it was worth. I wasn't going to let go. I needed to cum. I needed him to make me cum, and wow, once it hit, I was rocked from head to toe. It was so hard I think I passed out for a second.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">When I opened my eyes, his face was up by mine and I could feel him rubbing his hard cock against my pussy. I pulled his face to mine and pushed my tongue into his mouth. I could taste me on his lips and his tongue. It was fantastic. I kept arching my body up as he continued to tease me with his monster cock. I could feel him rub lower towards my entrance, then back up to my clit. Each time he would go lower, I would thrust my pussy up to try to catch him, but he would stop and bring it back to my clit. I was going crazy. Finally I pulled his head down, started sucking his ear and told him to put his cock inside me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He moved his cock lower and I matched him by thrusting upwards until it finally hit the spot. I felt him press forward with a little pressure as my lips parted. His cock was wet with his precum and my juices, but it still was a tight fit. He lifted himself over me, then began thrusting his hips forward and back, causing his cock to slide in a little at a time. I was holding his arms, feeling his muscles flex as he would thrust into me. I looked down to his abdomen and watched as his abbs would flex, then looked past that to see his large cock slowly entering me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I almost came from the sight and the pressure he was causing inside me. I looked back up into his eyes and they were filled with passion. As he leaned down to kiss me, I felt his pelvis meet mine, and I knew he was completely inside me. The feeling was incredible. He started thrusting inside me, first slowly, then faster and faster. I figured he wouldn't last long with all the teasing going on, and I was right. Just as I was nearing my first orgasm, I felt his body tense. I looked into his eyes and said "cum for me baby, please cum." He looked down and asked where, I didn't even have to think about it, I wrapped my legs and arms around him and said "inside me". That was all it took,</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Just as he tensed up and I felt the first hot jet spray my insides, I felt my orgasm explode and rip through my body. I could feel the head of his hard cock pressed up against my cervix and remembered I didn't have my diaphragm in. Each jet was hitting my cervix directly. I was a little conflicted about this, and that I just begged him to fill me up, thinking I could get pregnant. I began to think about what my husband would think, but then it is his fault this all started.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I gently caressed his back and legs as I felt his cock still twitching inside me. Just feeling him twitch inside me caused a small orgasm inside me and I gripped his back as I came down from it. He was still panting and breathing heavy into my ear as he tried to catch his breath. When we finally caught our breaths, he rolled over and I rolled right into his arm and laid my head on his chest. He was still breathing heavy but he looked at me and kissed me deeply.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I could feel his cum already leaking from me, but I was still very horny. I started playing with his wet, half-hard cock with my hands, then started kissing my way down his body. I propped myself up on my arm, took a deep breath, opened my mouth and slid his cock in as far as it could go. I could taste our mixed juices on it and relished in it. I felt him start to get hard again, so I started rubbing his balls, then let a finger linger down to his ass and started rubbing gently. His cock grew to full attention in no time. I kept my assault up until my jaw was tired and he was panting again. I took the bustier and stockings off, and as I was about to remove my panties, he said leave them on.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I threw my leg over his body, grabbed the base of his now hard cock, rubbed it on my clit for a few seconds, then angled it back and pressed the opening of my pussy down onto the tip of his cock. His eyes were wide as I slowly worked my way down the shaft until I felt his pelvic bone against mine. I started riding him, thrusting my pelvis forward and back, his hands holding tight on my hips. I reached down, grabbed his hand and moved it over my breast.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I ran my hand down my stomach until I stopped where I felt a slight bulge come and go on my belly. I knew that was his cockhead from last night. I knew it was right up against my cervix again and I loved it. I moved my hand lower to my clit and began rubbing my clit as I felt his cock slide easily inside me. The angle at which his cock was inside me was quickly bringing me to my next orgasm. Before I knew it, it was on top of me and I was trashing and bucking wildly on top of him. I didn't realize but I was driving my nails into his chest as I came. Once I came back down, I could feel how tight my grip was and he just smiled at me. His cock was still firmly wedged inside me and now it was his turn.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He tried to turn us over, but I planted my legs firmly on the bed. I then bent forward, kissing him, and started lifting and lowering myself onto him. I could feel his cock slide about half way out, then I would grind myself back down onto his cock. He grabbed my ass and started pressing me harder into him. I started kissing him harder as I felt myself approaching my next orgasm. I told him I wanted to make him cum again. He asked if I really didn't have anything blocking him, and responded that I didn't.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt his cock expand even more. He asked if I really could get pregnant, and I responded that there was a good chance that I might. He then asked if he could cum inside me again, and I bit my lip and ground down harder into him. I asked him how close he was, and he said very close. I moved over to his ear, lifted my pussy up his cock until I felt the tip just inside me, then whispered in his ear as I pushed my pussy down the entire length of his cock until his head was pressing against my cervix again and said, "Yes, do it, cum inside me and try to get me pregnant."</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">That did it for both of us. I felt his cock explode inside me just as wave after wave crashed over me. He held me tight as he released every bit of sperm he had left right against my cervix. I kept whispering, "Keep doing it, don't stop" until I felt his cock start to go down. He grabbed me and rolled me over, then laid on top of me with his cock just barely inside me, but keeping anything from escaping. I just held him close and ran my fingers through his hair as he kissed me deeply. Finally he fell out and we broke our embrace. He went to use the restroom, I followed after.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">As soon as the door closed, I picked up my phone and checked my messages. There he was again, on the bed with a lap full of cum. Then 20 more messages. I skimmed through and enjoyed reading all of his nasty thoughts. If he only knew what I had done and what was still inside me. I opened the diaphragm case, took out the condoms and snapped a pic. I sent it to him with a message. We are going to sleep now. Had fun. I probably won't need these for a while. Sweet Dreams. I put my phone back down, grabbed my white nightie that matched the panties I still had on, and went to bed.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I woke around 3am with Larry sleeping right behind me. His arm wrapped around me cupping my breast. I could feel his naked semi-hard cock up against my ass. His hand was gently caressing my breast through the thin material. I started wiggling my ass around lightly, just to see what would happen.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">His hand immediately started squeezing my breast, then started to wander down my belly. I got chills as his breath started to get deeper and I felt his cock starting to swell. I parted my legs slightly as his hand made it's way over the front of my panties. His fingers immediately started working their way into the crotch of my panties, my panties opened up and I felt his fingers brush against my clit.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I was still gyrating my hips as his cock was now at full attention and pressing into my back. His fingers were like magic and I was wet again. I scooted up a little until I felt his cock slip between my parted legs. I started rubbing my bare pussy across his cock, jacking him off with my pussy. Each time I thrust forward, I could feel the tip hit my clit, then feel the entire length rubbing against it. I felt him grab his cock on the next pass and push it toward my opening. He hit the spot the first time, and I pushed back until half his cock was now inside me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He grabbed my hip and started thrusting forward. I felt him inch his way the rest of the way until I felt his pelvis against my ass. He started kissing my neck as he thrust his cock in and out of me. I leaned forward a little granting him better access to my inner most depths. I could feel his cock bumping into my cervix again, and just laid there and enjoyed every minute of it. I grabbed his hand, squeezed it and ground my ass into him. That got a loud moan out of him, so each time he would bottom out I started gyrating harder.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I could feel his cock head pressing harder against my cervix each time he bottomed out like he was trying to enter my womb. I felt his breathing getting labored and knew he was getting close. I leaned back into him, felt his breath on my neck and whispered back to him. "Cum for me". I felt his cock expand again, then as he thrust deep, I felt the first splash of cum hit my cervix directly. He kept thrusting and on every thrust, he would bottom out and unleash more semen directly against it. On his last thrust, he pushed it deep inside me and just held it there.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My hand ran down my nightie to the small bulge in my belly as I felt his last spurt inseminate me. I didn't move and neither did he. I couldn't tell if he had just fucked me in his sleep or if he had passed out. I just laid there for a few minutes feeling his cock shrink down ever so slightly. I fell asleep with his cock still shrinking.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My alarm started going off at 7. As I woke, I felt his cock head still inside me. I thought about the night before, and earlier this morning. I couldn't believe how brazen I was and how much trouble I would probably be in if I actually did get pregnant. It's one thing to play around. I didn't know how my husband would handle it if it actually did happen.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I pulled away and decided I should shower and try to get as much of it out of me as I could. I closed the door to the bathroom and turned on the shower. I opened my messages and there was a picture of my husband grinning. He had already gotten the kids off to school and he was anxiously waiting for me to return. He asked about my night, and if I really didn't use any protection. He also asked how many times we had had sex and if I didn't at least make him pull out.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I answered as truthfully as I could, leaving out the 3am tryst and the fact that I woke up with his cock still inside me. I told him I was all his from this point out and I would be home shortly. I hopped into the shower and rinsed myself off as best as I could. I finished up and dried off. I swear there was still some leaking out of me. I grabbed my brand new red thong panty and matching bra and put them on.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started doing my makeup and hair. I grabbed the new matching red dress I had bought for the plane ride home and slipped it on. If I was going to act like a slut, I better look like one for my husband I thought when I bought them yesterday. I started packing up my makeup when there was a knock at the door. I opened it and Larry was standing there naked. I felt him brush up against me as we passed in the doorway.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">After he was done, he opened the door and asked if I minded if he showered here. I said gladly. He turned on the shower while I gathered my things from the room and packed them all up. I walked into the bathroom to grab my makeup bag as I heard the shower turn off. He opened the curtain and reached for a towel. I couldn't help but stare at his magnificent cock standing at full attention.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px 0px; padding: 0px;">I couldn't believe after last night and this morning he could still get hard. I dropped one of my brushes on the floor as he stepped out of the shower. I bent over to pick it up and I felt him press himself firmly against my ass and grab my hips. Oh My. He felt so hard against me.<br style="box-sizing: border-box;" /></p></div></div><div class="aa_hv aa_hy" style="box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, sans-serif; margin-bottom: -14px; text-align: right;"><div class="aa_ht" style="box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; text-align: start;"><div style="box-sizing: border-box; display: contents; line-height: 1.58; margin-top: 0px;"><div class="" style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;"></div></div></div><div class="aa_hv aa_hy" style="box-sizing: border-box; font-size: 16px; margin-bottom: -14px;"><a class="aa_hz" data-action="ReportStoryToModerator-open" href="https://www.literotica.com/s/wifes-business-trip?page=4#" style="box-sizing: border-box; color: #b9b9b9; cursor: pointer; display: inline-block; line-height: 1; margin-right: -9px; margin-top: 10px; padding: 9px 9px 0px; text-decoration-line: none;" title="Report story"><span class="icon icon-exclamation-circle aa_hw" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; display: inline-block; fill: currentcolor; font-family: literotica !important; font-size: 14px; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; height: 1em; line-height: 1; margin-right: 6px; speak: none; vertical-align: top; width: 1em;"></span></a></div><div class="aa_hv aa_hy" style="box-sizing: border-box; font-size: 16px; margin-bottom: -14px;"><div class="aa_ht" style="box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; text-align: start;"><div style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin-top: 0px;"><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 0px 0px 1em; padding: 0px;">I felt his hands slowly working my dress up until it was well over my ass. He smiled and asked if I did this on purpose. I started to rise and said no, it was an accident. I felt his cock slip between my legs as I completely stood up into him. He wrapped his arms around me and started kissing my neck. I told him I was all clean and that I had a long plane ride home. He smirked at me through the mirror and started kissing my neck and thrusting his cock gently between my legs. I asked him how it was possible that he was still hard.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He said the red dress got him going again, and what happened last night was amazing. He said it was all my fault and said I needed to take care of it. I tried to act disinterested but my body was betraying me. I heard my phone buzz and thought of my husband. As much as I wanted to pull away, I couldn't find the strength. His words and breath on my ear, his rock hard naked body pressed up against me, and his cock gently sawing against my panty covered pussy was driving me crazy. I started melting into his arms and gently pushing my ass back to match his thrusts.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He whispered he wasn't done with me yet as I felt his strong hand on the back of my shoulder. He was pushing my shoulder forward and pulling my hips back towards him all at the same time. Once I started to bend forward, he let go of my shoulder. He knew he had captured me, and where was I going to go anyways. He had me pinned between his naked body and the counter. I put my hands on the sink as I felt my dress being draped over my back and his fingers pulling the crotch of my panties over to the side. His cock was just slapping against my pussy as he thrust towards me. He bent over and told me to grab his cock and guide it into me. I spread my legs farther apart, grabbed the base of his hard cock and placed it at the entrance to my pussy.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt the tip of his cock trying to part my lips. I still had the base in my hand and as he pulled back I started rubbing the tip up and down my pussy. It was like someone else was guiding my hand. I could have just jacked him off or sucked him, but I willingly bent forward and I was rubbing my juices all over the tip of his cock so he could penetrate me with it. Once he felt that he had enough lubrication, he started thrusting forward again. I held it tightly against my opening as I felt my muscles give way and the head slowly enter me. I started pushing back against him as he would thrust forward.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I swear I felt every inch of his cock slide into me as he stretched me wide open. Unlike before, I felt the tip of his cock press against my cervix but I never felt his pelvis against my ass. He pressed a little harder and I felt a sharp pain. I told him to be careful and he said he would. Once I was completely impaled, he started thrusting into me. We started getting into a rhythm and I came faster and harder than I ever had. It was like a steam roller crashing over my body. He just held me there as I thrashed around.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">As soon as I recovered I felt him start moving again. I could feel the tip of his cock press against me every time he bottomed out, then he would withdraw and do it again. Each time the pain was lessening. As I started building up again, I turned my head over to look in the mirror on the wall. The sight was beautiful. I could see my ass up in the air, his hands gripping my soft skin, his ass cheeks flex every time he would thrust forward, and the expression on his face. I was admiring the view as I was getting closer to another orgasm when something caught my eye.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">There was my pink diaphragm case, mere inches from my hand. Inside the case was the one thing that could save my husband from the humiliation of raising another mans child. I reached out with my hand and grabbed the case. I asked Larry to stop for just a minute. I opened the case, grabbed my phone, snapped a picture of the case with the diaphragm still inside, and the view of Larry behind me with his cock inside me in the mirror behind it and sent it to my husband. I put the phone down and right on cue, Larry picked up the pace.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt him getting harder as the pace got faster. Pretty soon all the pain disappeared in my abdomen and I was pushing back with all my might. I felt him tense up as his grip on my hips tightened.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I looked into the mirror and said "Cum Baby, Do it. Slam it all the way in and cum inside my bare unprotected pussy. Send me home with your baby growing inside me". I felt his slam as hard as he could. I felt the tip of his cock hit my cervix like a bettering ram. Once he bottomed out, he didn't stop pushing either. I hadn't felt him release his cum yet, but I knew it was there.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">Then I felt a little pain as I felt his cock move just slightly further inside me. It was like something had opened up inside me and given him more room to move forward. As soon as I felt the head penetrate my cervix, I felt his cock expand, then I actually felt the tip of his cock expand as the first jet of cum, and of course millions of sperm, shot directly into my uterus. Instead of thrusting into me, he just stayed still. His grip like steel on my hips making sure I couldn't get away. Instead of trying to get away, I arched my back a little and pushed myself even harder onto his cock.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I wanted to feel his pelvis against my ass. I felt my cervix expand and even more of his cock was now lodged inside my womb just as the second jet pushed through the tip of his cock. I could feel it as his cock expanded. I arched a little more, and just as I started to push back I felt his hands pull my hips back as I felt his cock pass farther into my womb. Just like before, I felt the tip expand and shoot his third load of sperm directly into my womb. I didn't know how many more he had left or if I could even get more inside me, but I was determined to try. I arched again, and pressing hard against the counter, and with a little assistance from him, I felt his cock head slide a little further until I felt it.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I felt his pelvis against my ass and the tip completely fill my womb. my cervix was now closed around the valley behind his cock head. I had him and his sperm trapped inside me. Just as that happened, I felt 3 more pulses from his cock. I didn't think he had much more left. I felt him shudder behind me and inside me. I had never felt so full in my life. I had never taken anyone so deep inside me before. I looked at the open case next to my hand and thought, even if it were inside me, he would have ripped right through it. A wicked thought past through my mind as I thought about what we will have to try next time we are together. I felt one more spurt, and I felt him slump a little. My turn I thought.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I started gently wiggling my ass and just thrusting very gently back against him. My ass was completely pressed against him, but I could wiggle it still. I could feel my cervix beginning to close tighter against his cock as he started to go down. He went down a little bit, but then stopped shrinking. I gave him a naughty look and he started thrusting ever so slightly inside me. I asked him if he thought he had one more round in him. His cock tip never left my cervix. It was a slow motion fuck as my cervix kept a tight hold of his cock tip deep inside my womb until I felt him tense up and spurt jet after jet directly inside me again.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I couldn't do anything to keep him hard after that. I knew I had Millions of little sperm deep inside my womb. I knew I hadn't ovulated yet, but I would be and they would be there waiting for it. He started pulling back but I could feel my cervix holding on to the tip of his cock. He finally pulled out of my womb and then completely out of me. The tip of his cock was beat red and I could see a little impression of my cervix on the ring. I turned around and wrapped my arms around his neck and kissed him deeply.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">He asked if he thought he did the deed, and I said I'm pretty sure. I told him I hadn't ovulated yet, but it would probably happen later today. He said he didn't want me to lose any of his sperm on the way home. I told him I had an idea. I grabbed the diaphragm, put one leg on the counter, and inserted it up to my cervix. I pulled my panties back in place and straightened up my dress. I kissed him as I let him out the door.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I had his number and he had mine. Maybe on my next trip I would see him again. I might be showing by then, but we can still have some fun. I grabbed my bags and headed down the hall. As I entered the elevator, I looked at my phone.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My husband had shot a load twice as large as I had ever seen all over his stomach. I laughed and commented. He said he came from that picture, but couldn't stop. He came 3 times in the last 20 minutes. I said Larry had filled me twice in the same amount of time. I sent him a kiss and said I would see him soon.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I boarded the plane with a glow. I found my seat with my friend. She looked like she was glowing to. I asked if she had a good trip, and all she could do was smile. I rubbed my tummy as I felt a slight pain on my right side. She asked if I was alright. I said yes, but I think I just ovulated.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">She and I chatted the whole plane ride home. Nothing about our excursions, but deep down I could picture my poor little helpless egg being overtaken by Larry's powerful sperm. I didn't leak a drop thanks to the diaphragm being inside me. I exited the plane and drove home.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">My husband John was waiting for me when I opened the door. I was a little nervous, but when he grabbed me and hugged me, I knew it was going to be ok. That's when I felt a pain in my left side. It was just like the one from earlier. He asked if I was alright. I said yes, but I think I just ovulated. He was beaming.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">We sat down and I told him everything, even him lodging the head of his cock in my womb and cumming twice inside me. I was stroking his cock and as he would get close, I would stop, then start again. I also told him I had my diaphragm in right now to keep as much of his sperm inside me as possible. At this point I was worked up.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I hiked up my dress, pulled my panties to the side, then straddled my husband. I felt his cock slide easily into me. Once I was bottomed out, I whispered in his ear that I had already ovulated once on the plane, and that I think I may have released 2 eggs this month. I told him that there were millions of sperm trapped inside my womb right now, and that both of those eggs would be fertilized while his cock was inside me. He asked if he would have a shot, and I said, even if I took out my diaphragm, Larry shot millions of sperm deeper than you or anyone else had ever shot inside me. I have never had a cock wedge itself inside my womb and felt my cervix close around it, trapping everything inside me.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px; padding: 0px;">I will take the diaphragm out and let you try, but you probably won't succeed. With that I raised off of him, spread my legs, and pulled it out of me. One side was clean, the other was covered in white sticky stuff. I sat back down on my husbands cock, told him give it his best shot, as I felt spurt after spurt spray my cervix.</p><p style="box-sizing: border-box; line-height: 1.58; margin: 1em 0px 0px; padding: 0px;">The End</p></div></div><div class="aa_ht" style="box-sizing: border-box; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; text-align: start;"><div style="box-sizing: border-box; display: contents; line-height: 1.58; margin-top: 0px;"><div class="" style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;"></div></div></div><div class="aa_hv aa_hy" style="box-sizing: border-box; margin-bottom: -14px;"><a class="aa_hz" data-action="ReportStoryToModerator-open" href="https://www.literotica.com/s/wifes-business-trip?page=5#" style="box-sizing: border-box; color: #b9b9b9; cursor: pointer; display: inline-block; line-height: 1; margin-right: -9px; margin-top: 10px; padding: 9px 9px 0px; text-decoration-line: none;" title="Report story"><span class="icon icon-exclamation-circle aa_hw" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; display: inline-block; fill: currentcolor; font-family: literotica !important; font-size: 14px; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; height: 1em; line-height: 1; margin-right: 6px; speak: none; vertical-align: top; width: 1em;"></span></a></div></div><a class="aa_hz" data-action="ReportStoryToModerator-open" href="https://www.literotica.com/s/wifes-business-trip?page=3#" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #b9b9b9; cursor: pointer; display: inline-block; line-height: 1; margin-right: -9px; margin-top: 10px; padding: 9px 9px 0px; text-decoration-line: none;" title="Report story"><span class="icon icon-exclamation-circle aa_hw" style="-webkit-font-smoothing: antialiased; box-sizing: border-box; display: inline-block; fill: currentcolor; font-family: literotica !important; font-size: 14px; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; height: 1em; line-height: 1; margin-right: 6px; speak: none; vertical-align: top; width: 1em;"></span></a></div><div class="aa_ht" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; box-sizing: border-box; color: black; font-family: ProximaNovaMedium, Arial, sans-serif; font-size: 16px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-ligatures: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: start; text-decoration-color: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-thickness: initial; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"><div style="box-sizing: border-box; color: black; display: contents; line-height: 1.58; margin-top: 0px;"><div class="" style="box-sizing: border-box; margin-top: 0px;"></div></div></div>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-81712201117290290612019-03-25T22:52:00.002-07:002019-09-30T23:29:37.726-07:00Seks di dalam Lift<br /><br />Aku mempunyai pengalaman seks dan ingin kubagikan kepada para pembaca. Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu, dimana aku sudah mempunyai seorang suami yang sampai sekarang masih tetap hidup rukun. Pengalaman seksku ini bukan pengalaman yang terjadi di antara aku dan suamiku, melainkan karena keadaan dimana aku terangsang oleh kehadiran seorang pria yang membuatku terpaksa untuk melakukannya. Dimulai dengan kejadian undangan pesta pernikahan kawanku.<br /><br />"Kringggg... kringggg..." dering telpon rumahku berbunyi.<br /><br />"Hallo..." sapaku, rupanya teman SMA-ku sebut saja Lina yang menelepon.<br /><br />"Kamu pasti datang kan Len?" tanya Lina.<br /><br />"Tentu saja aku datang, undangannya sudah kuterima kemarin sore kok." jawabku.<br /><br />Setelah berbincang sejenak maka telpon kututup. Maklumlah aku adalah seorang wanita karier, jadi karena jadwalku yang padat sering kali aku banyak tidak menghadiri acara-acara pernikahan teman-temanku yang lain. Namun kali ini yang menikah adalah Lina sahabat baikku, jadi mau tidak mau aku harus menyempatkan diri untuk menghadirinya.<br /><br />Pagi ini setelah bertemu dengan client, handphone-ku berbunyi lagi. Rupanya Lina lagi yang menelpon memastikan aku untuk datang besok ke pernikahannya, sekalian juga mengundang untuk acara widodaren malam ini. Namun aku lupa telah berjanji untuk menemani suamiku bertemu dengan client-nya untuk acara dinner malam ini. Jadi aku meminta maaf kepada Lina dan aku berjanji kalau besok pada hari H-nya aku akan datang ke pernikahannya.<br /><br />Malamnya, aku menemani suamiku untuk dinner dengan client-nya di salah satu hotel berbintang lima di kotaku. Kami memesan tempat terlebih dahulu dan memberitahukan kepada pelayan jika nanti ada yang mencari suamiku harap diantarkan ke tempat kami. Memang hampir semua pelayan disana telah banyak mengenal kami. Karena memang tidak jarang suamiku mengajak client-nya untuk Dinner di sana, tentunya untuk berurusan bisnis.<br /><br />Kira kira 15 menit kemudian, datang seorang Lelaki yang umurnya rasanya tidak berbeda jauh dengan suamiku, dia didampingi dengan seorang wanita yang sangat anggun, meskipun parasnya tidak begitu cantik. Suamiku pun bangkit berdiri dan memperkenalkan diriku kepada mereka berdua. Rupanya lelaki itu bernama Surya dan istrinya Helen. Mereka pun duduk berdampingan bersebrangan dengan suamiku. Tidak lama kemudian, suamiku dan Surya terlibat pembicaraan yang seru soal bisnis mereka. Sementara aku pun asik sendiri dengan Helen berbincang dan bergosip. Namun kurasakan sesekali Surya sering mencuri pandang padaku. Maklum saja malam itu aku mengenakan baju berbelahan dada yang renda berwarna hitam yang tentunya sangat kontras dengan kulitku yang putih dan rambutku yang berwarna coklat kemerahan.<br /><br />Dalam hati kecilku sebenarnya aku juga diam-diam mengagumi Surya. Badannya tinggi dan kekar serta penampilannya mempesona seolah memiliki kharisma tersendiri, ditambah lagi wajahnya yang tegas namun menunjukkan kesabaran serta sorot matanya yang tajam. Berbeda sekali dengan suamiku. Diam-diam ternyata aku juga sering memperhatikan Surya. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 21:00, Surya dan Helen pun pamit kepada kami karena mereka sudah berjanji akan pergi bersama saudara Helen yang kebetulan berulang tahun. Setelah membereskan pembayaran, aku dan suamiku pun pulang ke rumah.<br /><br />Besoknya, seperti yang sudah di janjikan, aku pergi bersama suamiku ke pernikahan Lina. Benar-benar suatu pesta yang sangat meriah. Tamu yang diundang begitu banyak dan semua ornamen di dalam gedung serta keseluruhannya benar benar tertata dengan indahnya. Setelah hidangan utama keluar, aku permisi kepada suamiku hendak ke toilet. Ternyata Toilet di lantai atas dimana pesta berlangsung sangat penuh. Aku pun berinisiatif untuk turun ke lantai bawah sekalian hendak ke counter kue dengan maksud hendak membelikan kue untuk anakku.<br /><br />Ketika menunggu lift, aku tersentak ada seorang lelaki menyapaku. Ternyata Surya, teman suamiku yang bertemu semalam. Dia mengatakan dia mau turun juga sebab dia merasa mobilnya belum di kunci begitu katanya. Kami pun bersama memasuki lift. Aku jadi serba salah karena lift itu kosong dan tinggal kami berdua saja. Apalagi ketika Surya mendekatiku dan mengatakan kalau penampilanku sangat cantik malam ini.<br /><br />Malam itu aku mengenakan terusan berwarna merah menyala dengan bagian punggung terbuka, dan bagian depan hanya di ikatkan ke leherku. Jantungku berdegup makin kencang. Tidak munafik aku pun semalaman terbayang terus akan Surya. Suasana jadi hening di dalam lift. Surya mendekatiku dia mengatakan bahwa sejak kemarin dia pun selalu teringat akan diriku, bahkan ketika malamnya dia bercinta dengan istrinya pun dia membayangkan sedang bercinta denganku. Aku pun tersentak sekaligus senang aku hanya tersenyum saja.<br /><br />Tiba-tiba tangan Surya menarik tanganku. Dia mendekati wajahku dan mencium pipiku dengan lembut. Aku tidak kuasa untuk menolaknya. Lalu tiba-tiba Surya berjalan ke tombol lift dan dia memencet tombol lift hingga lift-nya pun berhenti. Aku menjadi serba salah, dalam hati aku sangat takut, tetapi aku juga diam-diam sangat menginginkan semuanya terjadi. Lalu Surya mendekatiku lagi, dia mencium bibirku dengan lembut. Nafasku semakin tidak teratur, aku pun tidak kuasa menolaknya. Kami pun melakukan french kiss dengan hebatnya. Tangan Surya perlahan meraih belakang leherku dan menarik tali pengikat bajuku, rupanya dia berusaha membuka pakaian pestaku yang dirasakannya menghalangi pemandangan indah yang sudah dinanti-nantikannya. Aku pun tersentak, tetapi dia membungkam mulutku lagi dengan ciuman-ciumannya, aku hanya bisa mengikuti permainan ini sambil mendesah menghayati kenikmatannya.<br /><br />Perlahan ciuman Surya turun ke leherku Sambil tangannya sudah megusap dan meremas-remas buah dadaku.<br /><br />"Uhhh..." desahku karena begitu nikmat usapannya, begitu lembut namun kuat.<br /><br />Kemudian tanpa kusadari Surya telah menghisap buah dadaku yang sebelah kiri sambil tangan kanannya meremas-remas pelan ke buah dadaku yang sebelah kanan. Dihisapnya dan dijilatinya putingku yang sudah mengeras. Dipermainkannya putingku dengan lidahnya yang nakal.<br /><br />"Uuuhhh..." aku tidak tahan rasanya.<br /><br />Kuremas-remas rambut Surya, "Uuuhhh... Suurrr..." aku tidak tahan, "Uuuhhh..."<br /><br />Lalu Surya menarik tanganku ke arah ikat pinggangnya. Langsung kutarik ikat pinggangnya dan kulepaskan pengail dan resletingnya. Surya pun melorotkan celananya, lalu dia menyibakkan rokku hingga pahaku yang putih dan mulus terlihat dengan jelas. Sekilas kulihat batang kemaluan Surya telah berdiri dengan tegaknya.<br /><br />Surya menatapku dalam-dalam, kemudian menciumku dari bibirku kemudian turun ke buah dadaku.<br /><br />Dan tiba-tiba, "Blesss... aaaccchhh..."<br /><br />Lubang kemaluanku terasa hangat, "Uuuhhhh... Surrr... nakal kamu..."<br /><br />Surya hanya tersenyum saja. Dia lalu menggoyangkan batang kemaluannya keluar masuk keluar masuk, makin lama semakin cepat.<br /><br />"Uuuhhh Surrr... nikmatt sekalii... uuuhhh..." aku merintih merasakan nikmat yang tidak terkira.<br /><br />Goyangan yang dilakukan Surya makin lama semakin cepat... makin cepat... tubuhku tidak kuasa menerima hujaman batang kemaluannya yang begitu dahsyat. Kurasakan sangat penuh di dalam lubangku.<br /><br />"Aacchhh... Surrrr... aku tak tahan lagi... uuhhh..." desahku kepadanya karena merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya.<br /><br />"Tahan sayang... kita keluar sama-sama..." katanya mencoba mengatur tempo permainan kami.<br /><br />Surya pun menggoyangkan pinggulnya semakin cepat. Surya melakukan gerakan keluar masuk berulang-ulang sambil sesekali pinggulnya diputar-putar untuk menambahkan kenikmatan bersenggama.<br /><br />"Aacchhh... nikmat sekali..." desahku kepadanya yang kali ini diikuti dengan tercapainya orgasmeku.<br /><br />Goyangan pinggulnya yang mendesakku hingga terhimpit dipojokan lift semakin menggebu-gebu dengan gerakan keluar masuk yang semakin lama semakin cepat. Iramanya pun semakin tidak beraturan karena kami melakukan dengan posisi berdiri dan aku bersandar pada pojokan dinding lift.<br /><br />"Aaacchhh..." tubuhku menegang, kepalaku tetarik ke belakang dan, "Crooottt... crooottt... crooottt..." kurasakan air mani Surya menyemprot ke dalam rahimku.<br /><br />Tubuhnya menegang sambil merapat ke tubuhku, nafasnya terengah-engah menikmati permainan yang baru saja kami lalui dengan wktu dan tempo yang cepat.<br /><br />"Uuuhhh..." desahku terkahir kali menghayati permainan seks kami.<br /><br />Surya menciumi bibirku kembali, kami melakukan french kiss sejenak, kemudian dengan cepat membereskan pakaian kami kembali yang berantakan karena terburu-buru melepaskannya tadi. Setelah saling membetulkan pakaian, Surya pun menekan tombol lift kembali dan kami meluncur langsung naik ke atas, kali ini kembali ke tempat pesta berlangsung. Rupanya Surya memang tidak bermaksud turun, dia segera berlari ke lift ketika dia melihatku berjalan keluar ruangan. Setelah saling menukar nomer telpon, kami pun berpisah. Sambil masuk ke ruangan, Surya mengerlingkan mata nakalnya kepadaku, aku hanya membalasnya dengan senyuman saja. Ketika aku kembali ke tempat duduk, suamiku bertanya kenapa aku lama. Aku bilang saja bertemu dengan teman lama dan sempat mengobrol dengannya sejenak.<br /><br />Dan tidak lama kemudian, acara pun diakhiri dengan foto bersama pengantin. Setelah memberi selamat kepada Lina, aku dan suamiku pun pulang ke rumah. Malamnya, aku banyak tersenyum-senyum sendiri karena masih mengingat kejadian yang begitu indah dan menggairahkan bersama dengan Surya di lift tadi.Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-24551453209267217622017-05-19T23:33:00.002-07:002017-05-19T23:38:40.352-07:00Oh Mitra BisniskuSaya baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi dengan melilitkan sehelai handuk seperti biasanya. Karena kamar mandi berada di dalam kamar utama, saya tidak terlalu menghiraukan penampilan saya dari kamar mandi, bahkan biasanya keluar dari kamar mandi tanpa memakai apa-apa. Dan saya langsung menuju meja rias untuk berias karena pagi ini saya harus menghadiri rapat perusahaan untuk mengadakan kontrak kerja dengan mitra bisnis saya.<br />
<br />
Saya sebagai salah satu direktur dari perusahaan suami, saya harus hadir dan seharusnya suami pun yang menjabat sebagai Direktur Utama harus hadir, tapi karena suami baru pulang dari dinas di luar negeri selama sebulan untuk mengadakan negosiasi dengan mitra bisinisnya yang di luar negeri dan masih terlalu capai katanya dan memang kontrak akan ditandatangani oleh saya saja.<br />
<br />
Ternyata dia sudah bangun sementara saya sedang mandi tadi, dan sekarang masih di tempat tidur sambil memainkan remote control TV untuk melihat berita hari ini. Seperti biasanya, di depan meja rias saya mulai berias. Saya melepas handuk yang melilit di badan saya dan mulai memberi body lotion ke seluruh badan. Mulai dari kaki dan terus ke paha dan sampai selangkangan, terus ke atas.<br />
<br />
Di bagian dada sedikit agak lama memberikan lotion-nya terutama di bagian payudara saya yang berukuran 36B ini. Sedikit saya tekan dengan kedua tangan saya. Saya sedikit merasa suatu kenikmatan dan memang terlihat dengan mulai mengerasnya puting saya. Mungkin memang sedang masa subur dan lagi sudah lama saya tidak berhubungan dengan suami karena di tinggal dinas. Dari kaca saya mengintip, sepertinya suami sedang memperhatikan saya berias. Suami memberi oleh-oleh untuk saya tadi malam begitu sampai. BH buatan salah satu product dari Inggris yang lucu dan seksi. BH yang hanya menyanggah payudara dari bawah ini hampir tidak memiliki cup atau lebih dikenal dengan sebutan quarter bra, sudah jelas puting saya tidak tertutup oleh BH-nya tapi tetap menjaga bentuk payudara. Saya mulai memakai stocking terlebih dahulu, yang hanya menutupi kaki saya sampai ke pangkal paha, dan terus dilanjutkan dengan melilitkan garter ke pinggang saya dan tidak lupa menjepit stocking saya ke tali garter. Karena suami sudah bangun saya memanggilnya, “Mas tolong dong ke sini ikatkan tali BH ini.” Suami yang tidur dengan mengenakan T-shirt dan celana dalamnya saja bangun dari tempat tidur dan menuju ke meja rias untuk membantu saya.”Mas bagus ini BH-nya, nikmat dipakai sepertinya, seksi lagi.” Sambil tersenyum dia membantu memasangkannya dari belakang. Sambil tetap menghadap kaca saya menanyakannya, “Pinter juga milihnya Mas, gimana pas tidak kelihatannya.”<br />
<br />
Dari belakang saya, suami mengulurkan tangannya dan memegang bagian depan BH yang dia berikan itu. Sambil memeriksa bagian depan BH, dengan nakalnya tangannya menyentuh dan menekan payudara saya yang tidak tertutup oleh BH ini. Saya sedikit mendesah, “Ah, Mas nakal nih tangannya”, sambil tetap meremas kedua payudara saya dia menjawab, “Kenapa memangnya tangan saya?” dia mulai menjepit ke dua puting saya dengan jari telunjuk dan jari manisnya, sambil sedikit menariknya dengan perlahan.<br />
“Enak ya rasanya, sudah lama kan tidak saya pijit.”<br />
“Ah Mas menggoda saja orang mau kerja”. Kedua putingnya dengan cepat mengeras, terasa sakit bercampur nikmat.<br />
“Ah… ah… nikmat sekali rasanya”, saya segera ingin berbalik menghadap dia rasanya, tapi dia menahannya, tangan kanan saya mulai melilitkan ke tengkuknya dari depan dan mengelus rambutnya yang berombak. Sementara itu tangannya tetap meremas payudara saya. Oh begitu nikmatnya, saya betul-betul terangsang. Sementara itu tangan kanannya mulai bergerak menuju bawah dengan perlahan dan sampai ke bawah puser. Saya belum mengenakan celana dalam. Dia mulai mengelus rambut bawah saya yang tidak banyak ini.”Aduh kamu sudah banjir sepertinya….” memang saya merasa bagian bawah saya sudah mulai lembab, dan dia terus mengelus dengan lembutnya.Mendadak saya merintih agak keras “Ah… ah…!” ketika dia memainkan bibir bawah saya, tidak kuat lagi saya berdiri tegak, dengan sedikit membungkuk, kedua tangan saya memegang pinggir meja rias untuk bertahan. Tangan kanannya bergerak lebih jauh lagi.<br />
<br />
Saya merasakan cairan kental dan licin keluar membasahi bibir bawah. Seperti terpeleset, jari tengah tangan kanannya memasuki tubuh saya dan menggerak gerakannya di dalam vagina saya, “Ah… ah… aduh Mas… ah… saya tidak tahan… nikmat sekali…”, Saya sudah tidak sabar lagi, tangan kiri saya menuju belakang dan memegang pinggulnya dan menariknya supaya lebih mendekat dengan saya, dan segera menyelinap ke dalam celana dalamnya, saya mulai memegang penisnya yang sudah membesar dan keras itu, dan dengan berirama saya gerakkan. “Ah… ah…” dia mulai merintih kecil.<br />
<br />
Sementara itu dia menambah jari telunjuknya untuk dimasukkan ke milik saya,<br />
“Gimana…. nikmat… rasanya”, katanya.<br />
“Ah… Mas nikmat sekali… terus gerakkan Mas… jangan berhenti… satu lagi Mas… ah…!” saya minta jari manisnya juga. Saya mulai menarik celana dalamnya ke bawah, dan dengan bantuan tangan kirinya celananya pun jatuh ke bawah. Saya membungkuk lebih dalam lagi dan dia mulai merapatkan pinggulnya ke pantat saya, dan saya merasakan penisnya yang hangat itu menempel di bibir bawah saya. Jari tangan kanannya yang sudah basah dia keluarkan dari dalam saya dan kembali meremas-remas payudara kanan saya sambil memainkan puting saya. Semetara itu tangan kirinya memegang pinggul saya untuk lebih mantap. Pinggulnya mulai dia gerakkan berirama. Saya hanya bisa lihat dia dari kaca saja. Sesekali ujung penisnya menyentuh mulut vagina saya, seakan mau memasukinya, dia sengaja tidak memasukkannya dulu. Membuat saya gregetan untuk bertahan, saya sudah terangsang sekali.<br />
“Ayo Mas… saya sudah tidak tahan lagi… ah.. ah..!” saya memintanya.<br />
“Mau apa kamu… bilang dong”, dengan nada menggoda.<br />
Saya pegang ujung penisnya yang sedang menempel di mulut vagina, “Ini, mau ini cepat… ah.. ah.. jangan buat penasaran, ah..!” dan lebih membungkuk lagi saya, posisi saya sudah siap untuk dimasukinya.<br />
<br />
Pelahan-lahan dia mulai memasukinya, dan saya merasakannya, sebuah benda yang hangat mulai masuk ke dalam saya, “Ah… ah… ayo terus Mas… saya mau semuanya.. ah.” Dia hanya memasukkan setengah saja, membuat saya tambah penasaran, pinggulnya mulai bergerak ke depan dan ke belakang dengan berirama. “Ah… terus.. terus Mas… saya mau semuanya… ah.. sampai mentok Mas.. ah.”<br />
“Aah emm nikmat tidak, mau semuanya ya..” dia bertanya, belum sampai saya jawab dia mulai mendorong penisnya jauh lebih ke dalam lagi, dan saya pun merintih dan merasakan sesuatu yang nikmat sekali. Pinggulnya terus bergerak berirama, dan mulai menambah cepat iramanya, tentu saja membuat saya tenggelam kenikmatan.<br />
<br />
Tiba-tiba dia melepaskan penisnya dari dalam saya, dan menegakkan saya sambil memutarkan tubuh saya sehingga berhadapan dengan dia. Pinggang saya dia pegang dengan kedua tangannya dan mengangkat badan saya dan dia dudukan di meja rias, kemudian dia membentangkan kedua kaki saya. Dia kemudian mulai merapat dan memasukkan kembali penisnya ke dalam saya, “Ah… ah…” saya pun merintih lebih keras karena nikmatnya. Dan dia mulai menggerakkan pinggulnya lagi. Kedua tangannya meremas-remas payudara saya dan juga memainkan puting saya dengan menjepit dengan jari telunjuk dan tengahnya.Dia mulai mencium saya, dan saya langsung menyambutnya dengan membuka mulut saya sedikit, dan lidah dia mulai memasuki mulut saya dan saya sambut dengan lidah saya. Kedua lidah saling bercengkrama dan membuat lebih nikmat. Irama gerakan pinggulnya semangkin cepat, dan saya tahu dia mulai mendekati klimas.<br />
“Tunggu Mas, saya mau sama-sama Mas, ah..!” saya ingin mencapai klimaks bersama-sama, dan saya lebih konsentrasi lagi sambil menjepit penisnya.<br />
“Ah… Mas ayo Mas.. saya sudah mau keluar Mas… ah.. sama-sama… Mas!” Dan seperti pistol meledak, dari penisnya keluar cairan panas yang terasa begitu panas dan kencang dalam tubuh saya, dan saya pun beberapa detik kemudian mencapai klimaks.<br />
<br />
Irama gerakan pinggulnya mulai menurun perlahan-lahan, dan saya memeluk kepalanya dan saya ciumi kuping kirinya sambil berbisik “Ah… nikmat sekali Mas, sudah lama kita tidak begini”, dan pinggulnya sudah berhenti bergerak, tapi penisnya masih tetap di dalam saya, dan dia mengecup bibir saya dengan mesranya. “Aah…” dia merintih sedikit karena penisnya yang masih di dalam saya jepit. Dia mulai mengeluarkan penisnya dari dalam saya, dan saya masih dalam posisi duduk di meja rias, saya merasakan cairan kental putih keluar dari dalam saya membasahi meja rias.<br />
“Mitra kita akan tertarik dengan kecantikan kamu nanti”, katanya dengan penuh arti.<br />
<br />
Di luar mobil sudah menunggu saya, saya keluar dari rumah dan pamit.Saya memakai onepice merah panjang, potongan di dada sedikit rendah sehingga kelihatan sedikit belahan dada saya dan sedikit menonjol kedua puting saya dari balik gaun merah ini, BH saya hanya menyangga buah dada saya dan puting saya tidak tertutup oleh BH sehingga sepintas seperti tidak memakainya. Supir saya membukakan pintu belakang dan saya masuk, sebelum pintu ditutup saya menarik bagian rok saya yang masih sedikit menempel di bagian pintu karena kancing bagian rok saya yang ada di depan sengaja saya buka sampai pertengahan paha, supaya lebih mudah bergerak dan sedikit terlihat seksi dengan belahan di depan. Supir sepertinya sedikit melirik ke paha saya ketika itu, tapi seperti sudah biasa dia terus menutup pintu.”Jon tolong mampir ke Hotel Hyatt dulu untuk jemput tamu, dan baru kita ke kantor.”<br />
Di lobby hotel tamu saya sudah menunggu, dia bersama wakilnya.<br />
“Wah maaf Pak Robert agak telat sedikit, tadi jalanan sedikit macet.”<br />
Saya berbohong, padahal jalan tidak macet, tentu saya tidak bisa bilang bahwa saya telat karena menikmati seks di pagi hari. Bapak Robert ini sepertinya masih muda dan tampan, badannya tegap dan tinggi. Masih muda sudah menjadi president suatu perusahaan yang lumayan besar.<br />
<br />
Di mobil saya duduk di sebelah kanan, kemudian Pak Robert di tengah dan wakilnya di kanan. Sambil sedikit memiringkan badan masing-masing kami berbincang-bincang tentang kota Jakarta. Sambil berbincang-bincang, sesekali-kali dia mencuri pemandangan dengan melirik ke bagian dada saya yang belahan bajunya sedikit rendah ini. Saya tahu itu, tapi saya berpura-pura seperti tidak sadar dan juga saya tahu bahwa yang dia lihat adalah bagian yang menonjol dari balik baju saya di sekitar buah dada saya.”Pak Robert sudah umur berapa putranya?” saya sengaja menanyakanya untuk memastikan sudah berkeluarga atau belum. Dia tersenyum dan, “Saya belum berkeluarga bu”, sambil tersenyum. “Kalau begitu bisa lebih santai dulu dong di Jakarta setelah kerjaan selesai”, dengan nada memancing saya bertanya.<br />
<br />
Tidak lama kemudian kami sudah sampai di kantor. Mobil berhenti dan supir membukakan pintu sebelah kiri. Wakil Pak Robert turun dahulu dan kemudian dia, sambil bergeser saya juga menunggu untuk keluar, dan ketika saya memutarkan badan untuk mengambil tas saya yang ada di belakang kursi, belahan rok saya terbuka sampai pangkal belahan, tapi saya tidak sempat membenarkannya dan langsung ke luar. Di depan pintu Pak Robert sudah menunggu saya untuk turun, dan dia pasti telah melihat pangkal paha saya dan bahkan mungkin telah lihat celana dalam saya yang hitam dan agak transparant itu. Pintu lift di loby terbuka dan saya persilakan Tamu saya masuk dahulu dan kemudian saya. Kantor saya ada di tingkat 30, di dalam lift tidak terlalu penuh, tapi di tingkat 3 banyak yang masuk sehingga kami mundur ke belakang. Karena penuhnya, saya terdorong sampai menyentuh pak Robert, “Maaf Pak Robert”, saya minta maaf kepadanya.<br />
<br />
Dalam lift saya merasakan tangan Pak Robert yang menempel ke pantat saya, merasa tidak sopan, dia menggeser tangannya agar tidak menyentuh, tapi rupanya justru membuat posisinya semakin tidak enak. Bagian depannya langsung menempel ke bagian belakang saya. Saya merasa ada sesuatu yang keras menyentuh bagian belakang saya, penisnya mengeras rupanya. Belum sampai lebih jauh merasakannya lift terbuka dan kami harus keluar. Ruang rapat sudah siap dan saya persilakan masuk, dan beberapa menit kemudian rapat dimulai. Ada dua hal kontrak yang kami bicarakan dan pada awal rencana kami akan menanda tangani kedua kontrak kerja, tapi setelah satu jam rapat berjalan ada satu hal yang harus di konfirmasikan dan Pak Robert minta ditunda sehari, akhirnya kami menandatangani satu kontrak kerja saja.Untuk menjamu tamu, saya membuat appoitment untuk dinner malam ini di hotel Pak Robert jam 20 malam. Pak Robert dengan diantar oleh mobil saya kembali ke hotel.<br />
<br />
Sore jam 16 saya bersiap-siap untuk pulang ke rumah karena nanti malam ada dinner dengan Pak Robert. Ketika sampai di rumah ternyata ada pesan dari suami bahwa dia harus keluar kota dan baru kembali besok pagi. Saya langsung menuju meja rias dan membuka baju untuk mandi. Setelah buka baju, saya duduk dahulu di kursi meja rias sambil membuka BH saya, dan sedikit istirahat dulu. Saya merasakan kelembaban di celana dalam saya, dan merabanya dari atas celana, ternyata basah, naluri seks saya sedang tinggi. Dari selangkangan kaki, celana dalam saya geser sehingga tangan saya dapat menyentuh bibir bawah yang sudah basah ini, dengan halus saya mengelus-ngelusnya sambil membayangkan tadi pagi, tapi tiba-tiba imajinasi saya berubah seakan-akan pak Robert yang muda dan ganteng itu sedang mencium dan menjilat vagina saya. Cairan yang hangat dan licin semangkin membasahi, dengan tidak sadar jari telunjuk saya sudah masuk ke dalam vagina dan terus saya gerakkan keluar masuk dari vagina saya, “Ah.. ah.. ah..” saya mulai merintih dengan nikmatnya. Seperti kurang puas dengan jari, saya membuka laci meja rias dan mengeluarkan mainan saya.<br />
<br />
Mainan ini berbentuk penis ukuran orang Eropa dan bisa bergerak-gerak dengan memakai baterai. Mula-mula ujungnya saya tempel di ujung mulut vagina saya, “Ah.. ah!” denyut jantung mulai cepat dan saya mulai memasukkannya perlahan-lahan sambil berimajinasi yang masuk itu penis Pak Robert. Saya masukkan sampai habis, bukan main rasanya, seperti benar-benar melakukan seks, mainan ini bergerak terus di dalam badan saya. Saya mulai menggerakkan mainan perlahan dengan mengeluar-masukan ke vagina dengan berirama, seperti orang laki-laki sedang memasukan punyanya ke vagina wanita.<br />
“Ah… ah… ah ah ah..” irama gerakkan mulai cepat dan cepat, saya pun mulai tidak sadarkan diri, sementara tangan kanan menggerakkan mainan, tangan kiri saya mulai meremas payudara kanan saya dan sambil memainkan puting yang sudah dari tadi mengeras.<br />
<br />
Selama lima menit, terus saya mainkan mainan ini dan irama tangan pun semangkin cepat, dan saya sudah mendekati kelimax. “Ah.. ah… keluar.. ah.. ah”, tanpa saya atur pinggul saya bergerak menyentak dan mainan yang di dalam saya jepit. Cairan kental bening keluar banyak dari celah vagina yang masih dimasuki oleh mainan ini. Kepala dan tangan, saya rebahkan di meja rias, sementara mainan penis ini masih bergerak di dalam vagina saya. Kurang lebih tiga menit kemudian saya mulai menarik mainan yang masih bergerak dalam vagina saya, mainan sudah jelas basah dan licin oleh cairan saya. Mainan saya bersihkan dengan tissue dan saya simpan kembali di laci, dan saya baru melepas celana dalam yang sudah basah ini dan melepas gartar, kedua stocking saya, dan menuju kamar mandi.<br />
Saya pilih gaun biru gelap untuk dinner malam ini. Setelah memakai minyak wangi ke seluruh badan, saya mulai mengenakan stocking hitam dari kaki kiri dan terus saya tarik sampai setengah paha dan diteruskan dengan yang kanan. Saya lebih senang stocking model seperti ini dari pada panty socking, lebih praktis apabila ingin ke kamar kecil. Gartar pun saya pilih yang hitam, dan saya jepit tali gartar ke ujung stocking yang ada di pertengahan paha. Saya pilih celana dalam hitam yang berbentuk sangat minim yang hanya pas-pasan menutupi bagian depannya, sedangkan bagian belakang hampir seperti tidak memakai celana dalam, hanya berupa garis yang menutupi belahan bagian belakang, sehingga dari luar baju tidak akan terlihat garis celana dalam. Gaun malam saya bagian bawahnya panjang sampai ke mata kaki dengan dua belahan di samping sampai dua puluh centimeter dari atas lutut. Bagian punggung terbuka, dan bagian depan gaun dari dada terus ke atas dan bersimpul di kuduk kepala, tentu tidak berlengan dan belahan dadanya sampai setinggi bawah payudara, gaun hanya pas menutupi bagian payudara saja.<br />
<br />
Gaun seperti ini tidak bisa memakai BH yang umumnya, biasanya hanya berupa cup saja. Tapi saya kurang nikmat memakai BH yang hanya cup saja. Malam ini payudara saya langsung ditutup oleh gaun saja, tidak memakai BH. Setelah merapihkan gaun dengan melihat dari kaca setinggi badan kemudian saya memilih sepatu untuk malam ini. Saya pilih warna hitam bludru dan dengan hak yang tinggi. Supaya tidak kelihatan sepi bagian atasnya, saya pakai anting berbentuk bulat seperti gelang yang tipis dan bross bentuk daun di dada kiri. Lipstik saya pilih warna merah rose dan ditambah dengan lips gloss agar lebih kelihatan mengkilat dan tidak kering.<br />
<br />
Jam sudah menunjukkan pukul 19:00, saya harus berangkat sekarang.Malam ini saya bawa mobil sendiri, supir sudah saya suruh pulang karena besok pagi dia harus jemput suami pulang. Mobil sudah disiapkan dari dalam garasi, mobil ini hadiah dari suami yang bisa di hitung oleh jari di Jakarta ini. Mobil sport warna merah buatan Italy, jarang saya pakai kalau siang karena mencolok. Jalanan tidak terlalu padat, dan sekitar setengah jam sudah sampai di hotel. Dari lobi hotel saya menelepon ke kamar Pak Robert, “Pak Robert saya tunggu di lobi ya.” Pak Robert minta waktu sebentar untuk turun, kira-kira sepuluh menit kemudian dia turun dan menemui saya. “Wah maaf bu menunggu agak lama”, sambil memandang saya dengan mata seorang laki-laki muda yang penuh arti. “Maaf Pak Robert, bapak tidak bisa hadir malam ini karena dia ada urusan penting ke luar kota, salam saja darinya semoga bisnis kita bisa jalan dengan lancar”.<br />
“Oh tidak apa, tapi kasihan juga ya ibu sering di tinggal suami, apa tidak kesepian?”<br />
<br />
Saya balas dengan senyuman. Kami pilih restoran Jepang Teppanyaki. Dengan kursi yang mengelilingi meja penggorengan yang lebar, kami duduk di bagian tengah, dan memang hanya kami berdua di situ karena sudah di-reserve. Tidak lama koki yang akan meladeni kita datang dan kami memilih menunya. Sementara kami menunggu makanan sampai jadi dan melihat atraksi si koki yang sangat khas ini, kami berbincang-bincang, dari cerita ringan sampai mulai cerita soal bisnis. Tidak lama kemudian masakan siap dan kita mulai makan sambil meneruskan perbincangan kami. “Wah saya kurang mahir memakai sumpit”, dan memang Pak Robert kelihatannya kurang mahir untuk mengambil makanannya. “Cara memegangnya begini pak, jadinya tidak jatuh dan tidak capai tangannya”, sambil membetulkan jarinya memegang sumpit. Sepertinya agak lumayan sekarang tapi dia senang rupanya sekarang, tapi di bagian akhir dia berusaha mau mengambil udang yang sudah matang itu, dan berkali-kali jatuh karena licin. Karena kasihan, saya bantu ambilkan dengan sumpit saya dan suapkan ke mulutnya, mukanya sedikit merah karena malu sepertinya, saya tersenyum.<br />
<br />
Setelah selesai makan, Pak Robert saya ajak ke pub yang ada di hotel ini, “Bagaimana kalau kita pindah tempat ke pub di atas untuk berbincang-bincang.”<br />
“Boleh bu”, dia menurut saja. Hari ini sepertinya agak ramai, dan banyak tamu orang barat, sehingga kami tidak dapat meja, terpaksa kami duduk di bar-nya.<br />
“Ibu mau minum apa?” sambil menunjukkan menu ke saya. “Terserah Pak Robert deh, kan anda lebih tahu yang nikmat”, dan akhirnya dia pesan cocktail dengan campuran dasar gin. Agak keras, tapi nikmat rasanya. Sementara kami berbincang-bincang, suasana semangkin ramai, musik berirama cepat terus mengalir dan yang turun untuk berdansa di dance floor semakin ramai, begitu asyiknya berbincang-bincang saya tidak ingat sudah berapa gelas saya tambah minum, yang jelas lumayan banyak, soalnya mulai terasa alkohol naik ke kepala. Mendadak musik berhenti dan disusul dengan alunan musik yang slow, yang berdansa pun sedikit berkurang, pembicaraan kami pun terputus sejenak.”Pak Robert mau turun?” sebelum dia sempat menjawab, saya sudah tarik tangannya. Awalnya kami berdansa dengan sedikit mengambil jarak, tangan kanan saya memegang tangan kirinya, dan tangan kiri saya melilitkan ke pinggang dia, begitu juga dia. Sambil iringan musik yang slow terus mengumandang, kami meneruskan pembicaraan.<br />
<br />
Ketika kami mulai berhenti berbicara, saya mencoba mendekatkan badan ke dia, dan rupanya dia menyesuaikan diri juga. Dengan perlahan tangan kanan saya lepaskan dari tangannya begitu juga tangan kiri saya lepas dari pinggangnya dan melingkarkan kedua tangan saya ke belakang pinggangnya, dan dia pun mengikutinya, tapi dia melingkarkan tangannya agak ke atas, sehingga terasa sentuhan tangannya yang hangat itu ke bagian punggung saya yang terbuka itu. Suasana semangkin romantis, dan kami makin merapat.Saya merasakan denyut jantungnya yang semakin cepat, saya pun sama, apalagi payudara saya yang tanpa BH itu menempel dengan rapatnya ke dadanya, puting saya terasa mengeras yang hanya ditutupi sehelai kain sutra yang tipis, dia pun pasti merasakannya. Dia pun bereaksi, terutama ketika saya menekankan bagian bawah saya ke dia, penisnya mengeras dan terasa agak besar miliknya. Kepala saya rebahkan ke dadanya, dan kini sementara tangan kanannya tetap diam pada posisi semula, di punggung bawah sekitar pinggang, tangan kirinya mulai naik perlahan-lahan ke atas dan berhenti di pertengahan punggung, terus bergeser ke kanan hingga ujung salah satu jarinya menyentuh bagian payudara saya yang sedikit tidak tertutup dari celah samping belakang gaun saya.<br />
<br />
Saya sedikit mendesah sambil menutup mata, tapi sepertinya dia tidak dengar. Sampai beberapa saat terus kami dalam posisi begini, dan tidak ada satu kata pun yang keluar dari kami. Musik berhenti, rupanya waktu istirahat untuk pemain band, dan kami pun kembali ke bar tempat semula kami duduk. Waktu telah menunjukkan pukul 23:30.<br />
Saya kembali berbicara mengenai bisinis, “Saya rasa tidak ada yang kurang lagi dengan kontrak kerja kita yang kedua itu dan percayalah sama saya”, dengan nada meyakini nya.<br />
“Coba kita lihat lagi sama-sama kontraknya, mungkin ada yang saya bisa bantu lebih jelas”, sekali lagi saya meyakinkannya.<br />
“Kalau begitu saya ambil dulu surat kontraknya dan kita ketemu di loby”, ucapnya.<br />
“Kalau Pak Robert tidak keberatan kita langsung saja ke kamar bapak dan kita bahas disana.”<br />
“Boleh, kalau ibu mau silakan.”<br />
Selama perjalanan kami tidak ada pembicaraan. Kamar dibuka dan kami masuk, di dalam keadaannya rapih dan luas dan memang ini sweet room.<br />
<br />
Dia menuju tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidur sambil mengambil tas kerjanya untuk mengambil dokumen, sementara itu saya mengikutinya dari belakang, dan menyalakan radio yang ada di dekat tempat tidurnya, alunan musik yang lembut memenuhi ruangan, dan saya kemudian duduk di sampingnya. Karena tempat tidur agak rendah posisinya, belahan samping baju saya terbuka lebar, tapi saya biarkan saja. Sambil membuka buka dokumen, sebentar-sebentar dia mencuri pemandangan paha saya yang kelihatan dari belahan gaun. Saya berusaha menerangkan satu persatu pasal-pasal yang dia anggap ragu, tapi sepertinya dia sudah tidak terlalu konsentrasi lagi. Tidak lama setelah saya menjelaskan semuanya tiba-tiba dia mengambil ballpoint dari tasnya dan,<br />
“Saya tandatangan malam ini saja deh”, sambil tersenyum.<br />
“Pokoknya saya percaya deh dengan perusahaan ibu”, dan dia pun menandatanganinya. Saya balas dengan berjabat tangan.<br />
“Ibu mau minum apa? wah hanya ada beer dan wisky saja tapi…” dengan nada kecewa.<br />
“Kalau begitu saya minta scotch saja deh.” Dia mengangguk dan menyiapkan dua gelas dan mengeluarkan es dari kulkas. Sementara itu saya minta izin mau ke kamar kecil. Di dalam kamar kecil yang jadi satu dengan kamar mandi dan dengan kaca yang besar saya merapihkan baju dan merapihkan rambut dan menambah lipstik lagi yang mulai pudar.<br />
<br />
Ketika selesai saya merasa tidak enak di celana dalam saya, dan ketika saya mau membenarkan, bagian depannya saya pegang, ternyata basah. Mungkin tadi waktu kami dansa dan saya terangsang sampai basah. Saya bingung, bagaimana ya, dipakai terus tidak enak rasanya. Akhirnya saya putuskan untuk melepaskannya dan saya masukkan ke dalam tas kecil saya. Begitu saya keluar, Pak Robert baru selesai membuatkan scotch untuk berdua. Saya ambil gelas yang satu dari tangan dia dan terus berjalan menuju jendela sambil melihat pemandangan di luar, sudah pukul 0:30, jalanan sudah tidak banyak mobil, sementara itu dia duduk di ujung tempat tidur sambil memandang saya dari belakang. Saya baru sadar di depan saya ada lampu dinding yang agak terang, rupanya dia lihat bayangan badan saya yang samar-samar kelihatan dari balik gaun. Tapi saya diam saja tanpa reaksi terus memperhatikan jendela.<br />
<br />
Tidak lama dia melepas jasnya dan berdiri menghampiri saya, tapi di tengah-tengah dia berhenti dan dengan suara agak ragu dia bertanya kepada saya,<br />
“Maukah ibu dansa lagi dengan saya di sini?”<br />
“Emm, nikmat juga ya mungkin, lagunya juga nikmat dan tenang lagi, ya boleh”, saya membalasnya sambil mendekatinya. Minuman saya letakkan dan langsung kami berdansa. Kali ini kami langsung merapat dan saling merangkul pinggang pasangan masing-masing. Semakin lama suasana semankin romantis, kepala saya sudah merebahkan ke dadanya, dan bagian bawah mulai saya tekan ke dia, reaksi sudah kelihatan, punyanya mengeras.<br />
<br />
Puting saya sudah dahulu mengeras dan sangat kencang terasa. Seperti ingin lebih merasakannya, kedua tangannya mulai turun ke bawah dan memegang bagian pantat saya dan mendorongkannya ke badannya sehingga lebih terasa bentuk penisnya yang menekan bagian bawah saya. Tangannya mulai mengelus-ngelus pantat saya dari luar gaun saya sambil terkadang meremasnya, saya tidak menunjukkan reaksi apa-apa, berarti ada lampu hijau dari saya, dia terus melakukannya berkali-kali, dan saya tetap diam sambil merasakan kenikmatan. Tidak lama kemudian kedua tangannya bergeser ke bagian pangkal belahan gaun di pertengahan kedua paha saya, dan dengan cepatnya kedua tangannya menyelinap ke dalam belahan gaun dan mencoba memegang pantat saya dari dalam. Dia mulai meraba-raba pantat saya seakan mencari sesuatu. Sepertinya dia mencari celana dalam saya, padahal saya sudah tidak pakai lagi. Begitu dia sadar bahwa saya tidak memakai celana dalam, wajahnya sedikit kaget, tapi hanya sejenak, bahkan dia lebih berani lagi dengan menggerakkan tangan kanannya ke bagian depan saya, mengelus rambut bawah dan jari telunjuk dan tengahnya turun lebih bawah lagi tepat di bagian belahan depan. Dengan kedua jarinya dia membuaka bibir bawah dan menjepit kacang saya.<br />
<br />
Dia tahu saya sudah banjir. Ketika dia sekali lagi memainkan bagian puting, mendadak kepala saya bangkit dari dadanya dan menghadap mukanya dengan jarak yang sangat dekat dan keluar suara rintihan saya sambil menutupkan mata, “aah…” Belum sempat saya menutup mulut, bibirnya langsung mendarat di bibir saya dan menciumnya. Saya sengaja membuka mulut saya agar dia lebih dalam mengecup saya. Lidahnya mulai memasuki bibir dan terus masuk ke mulut, Saya pun bereaksi dengan mengulurkan lidah saya, lidah saya dan lidahnya saling menyaut dan menghisap. Sampai beberapa saat kami saling bercumbu. Seakan sudah diberi lampu hijau dari saya, dia bertambah agresif. Tangan kananya kembali melingkar ke belakang saya dan bersama tangan kirinya kembali meremas-remas pantat saya sambil terkadang mendorongnya ke depan sehingga menekan bagian depannya, sementara kami tetap saling bercumbu. Tangan yang sejak tadi melingkar di pinggang Pak Robert mulai saya lepas dan tangan kiri saya gerakkan menuju depan celananya, dan meraba-raba seperti mencari sesuatu.<br />
<br />
Sampai juga yang saya cari, ritsluiting celananya saya tarik ke bawah perlahan-lahan, kemudian tangan saya segera menyelinap ke dalam celananya, dan terus menuju ke dalam celana dalamnya. Penisnya sudah tegap dari tadi, ukurannya cukup besar, segera saya genggam dan tangan saya gerakan ke atas dan ke bawah perlahan-lahan secara berirama. Seperti ada reaksi dari tangan saya, dia sedikit menggigit bibir saya, dia mulai terangsang rupanya, sementara tangan kiri saya tetap bergerak berirama menggenggam penisnya. Tidak lama kemudian dari ujung penisnya membasah, terasa dari jari telunjuk saya yang mengusap ujung penisnya, terasa licin dan lengket. Bibirnya mulai bergeser dari bibir saya menuju pipi dan terus ke daun kuping saya. Seperti mengemut permen, daun kuping sekitar anting kanan saya dikulumnya dengan lembut dan suara nafasnya yang memuncak sangat jelas terdengar di kuping saya. Tidak lama kemudian bibirnya pindah mengecup leher sebelah samping di dekat kuduk saya dan terkadang mengecup sambil menyedotnya. “Aah.. ah..” saya berdesah lagi. Ketika asyik mengecup leher saya, dia melihat simpul baju yang persis di kuduk saya, segera kedua tangannya yang berada di pantat saya naik ke atas menuju simpul itu dan dia mulai membukanya, dengan mudah simpul terlepas dan gaun bagian depan dengan sendirinya lepas dan jatuh ke bawah. Buah dada yang sebelumnya tertutup gaun, sekarang terlihat jelas keduanya dan puting yang sudah mengeras dari tadi jelas terlihat.<br />
<br />
Sedikit membungkuk, bibirnya menuju buah dada saya yang kanan dan mengecup putingnya. “Ah… ah…” saya benar-benar terangsang. Tangan kirinya kembali meremas pantat saya dan yang kanan menuju buah dada yang kiri dan meremas dengan lembutnya. Dia memainkan puting kiri dengan bibirnya, menghisap, mengecup, mengkulum dan terkadang menggigit dengan ringan. Saya tidak bisa menjelaskan nikmatnya dengan kata-kata. Lidahnya pun terkadang keluar untuk menjilat puting dan sekitarnya yang berwarna kemerah-mudaan. Jari telunjuk dan tengah tangan kanannya memainkan puting kiri saya dengan menjepitnya. Seperti tidak ingin dihalangi apa-apa, tangan kanannya yang berada di pantat saya segera menarik ke bawah gaun saya yang sudah setengah terbuka itu, langsung saja seluruhnya jatuh ke lantai. Tinggal gartar dan stocking yang melekat pada badan saya. Saya berlutut di depannya dan memberi kesempatan untuk membuka dasi dan kemejanya.<br />
<br />
Sementara itu saya mulai membukakan celananya, dengan segeranya jatuh ke bawah, dan terus menurunkan celana dalamnya. Sekarang saya dapat melihat jelas penisnya. Saya mendekat dan dengan telapak kanan, kantong di bawah penis saya elus dengan halus, “Oh.. oh..” dia terangsang rupanya. Ujung penisnya saya kecup beberapa kali dan dengan ujung lidah saya jilat belahan yang ada pada ujung penisnya. Memang benar, cairannya mulai keluar sedikit dari ujung penis, terasa asin. Pinggulnya saya pegang dengan kedua tangannya agar lebih mantap melakukan oral. Kepala penisnya saya masukkan ke mulut dan berkali-kali saya kulum dan dihisap. Setiap kali saya hisap dia merintih. Sudah dari tadi dia melepaskan kemejanya, dan sudah tidak ada satu kain pun yang melekat di badannya.<br />
<br />
Setelah puas memainkan kepala penisnya di dalam mulut, saya mulai lebih memasukkan penisnya ke dalam mulut saya perlahan-lahan sampai ke pangkal penis, masuk semua ke dalam mulut saya. Saya berhenti sejenak untuk menikmatinya dan sementara itu kedua tangannya membelai-belai rambut saya.Saya mulai menggerakan mulut saya dengan mengeluarkan dan memasukan penisnya dari mulut saya dan sekali-kali saya hisap ujungnya. Seakan sedang makan es mambo dengan nikmatnya, terus saya gerakkan berirama. “Aah… ah.. nikmat sekali, ah…” dia merintih. Sekali-kali saya melirik ke atas melihat wajahnya yang sudah hanyut kenikmatan, saya pun sudah terangsang dan benar-benar lupa segalanya. Sepertinya sudah lama dia tidak melakukan seks, tapi saya tahu dia pengalaman. Cukup lama saya melakukan oral, dan dia bertahan rupanya, tapi tidak lama kemudian kakinya mulai gemetar, tidak kuat berdiri lagi rupanya. Dia menarik saya untuk berdiri, dan setelah itu dia mendorong saya sedikit ke belakang dan mendudukkan saya di tepi tempat tidur.<br />
<br />
Sekarang dia gantian berlutut, saya sudah tahu apa yang akan dia lakukan, tanpa diminta saya membuka kaki lebar-lebar sehingga selangkangan saya terlihat jelas. Kepalanya mulai mendekati selangkangan saya dan terus memendamkan kepalanya tepat di daerah bibir bawah, lidahnya berusaha membuka belahan saya dan terus menjilat kacang saya berkali-kali, “Ah.. ah.. ah!” saya merintih agak keras. Dengan bibirnya, dia mengecup dan mengulum kacang saya beberapa saat. Dari situ dia mula menjilat mulut vagina saya dan mengecupnya. Dia menghisap cairan yang sudah dari tadi membasahi vagina saya dan menelannya seakan meminum air, cairan dari dalam vagina semakin banyak keluar, tanda sudah siap untuk tahap selanjutnya. Lidahnya menjulur memasuki mulut vagina dan terus ke dalam, “Ah.. ah..” saya merintih tidak tahan dan meremas-remas kepalanya. Seakan ada suatu makhluk hidup yang masuk ke dalam vagina dan bergerak-gerak. Dia memang sedang memainkan lidahnya di dalam vagina saya. Saya tidak kuat lagi bertahan untuk duduk, akhirnya saya merebahkan diri, sementara itu dia masih terus memainkan vagina saya dengan lidahnya, saya merintih berkali-kali.<br />
<br />
Akhirnya kepalanya menjauh dari selangkangan, berdiri dan naik ke tempat tidur untuk bergerak lebih jauh lagi. Kami sudah berada di atas tempat tidur, dia mulai menghampiri saya yang sudah telentang dari tadi. Dia mengambil posisi di atas saya dan dengan halusnya mengecup dan kami saling bercumbu, mengkulum lidah saya di dalam mulutnya, saling bertukar air liur seakan menikmati suatu masakan. Bibirnya bergerak ke leher dan terus mengecup, saya merintih tidak henti-hentinya dan dia menikmati rintihan saya. Bibirnya terus mengecup ke bawah sampai ke pangkal belahan buah dada saya, dan kedua tangannya terus meremas dan memainkan buah dada saya, sesekali menjilat puting. Sementara sedang menciumi kedua buah dada saya, salah satu tangannya menyelinap ke bawah bantal dan seperti mengambil sesuatu. Saya tidak begitu sadar saking nikmatnya suasana. Bibirnya kembali bergeser ke atas dan menciumi belakang daun kuping saya.<br />
<br />
Sementara itu salah satu tangannya yang sedang menggenggam sesuatu dia turunkan ke bawah, tidak lama kemudian saya ada kesempatan melihat ke bawah badan saya. Dia sedang menyobek plastik kecil, dia sedang membuka kondom, dan sedang menyiapkan diri untuk dipakai. Tangannya yang memegang kondom saya tangkap dengan tangan saya. Bibir saya segera menuju daun kupingnya dan saya kecup beberapa kali dan kemudian sambil sedikit merintih berbisik kedia, “Tidak usah pakai itu, tidak apa-apa masukkan saja, ah.. ah..” Dia membatalkan untuk memakai kondom. Penisnya sudah berada di ujung vagina, dan mulai memasukkan kepala penisnya, dan saya merintih keras. Kepala penisnya digerak-gerakkan, membuat saya kehilangan kontrol.<br />
“Masukan semua, ah”, saya meminta.<br />
“Keluarkan di dalam saja”, sekali lagi saya meminta. Saya ingin dia menyelesaikan klimaksnya di dalam, ingin merasakan cairan panas kental itu masuk ke dalam tubuh. Seperti sudah mendapat izin, dia terus menekan penisnya mendorong ke dalam vagina. Saya merasakan penisnya yang besar itu terus masuk lebih dalam. Dia masukkan semua sepertinya, saya merasa ujung penisnya mencapai bagian paling dalam vagina saya. Tentu saya merintih-rintih tanpa henti dan memeluk badannya untuk bertahan. Dia mulai menggerakkan pingulnya dan terasa penisnya bergerak keluar masuk vagina saya. Suara seperti orang jalan di tempat becek, terdengar bunyi dari gesekan penisnya dengan ujung vagina yang banjir. Sambil bercumbu, gerakkannya semakin cepat. Pinggul saya pun ikut menyesuaikan gerakannya. Terus menerus saya merintih. Sesekali dia menjilat dan menghisap puting saya yang berdiri menantang dan keras itu.<br />
<br />
Mendadak dia memeluk badan saya agak kuat, dan kami merubah posisi dengan memutar badan kami. Dia telentang dan saya berada di atasnya. Seperti menunggang kuda, saya duduk di atasnya dan penisnya tetap berada di dalam saya. Sekarang saya yang mulai menggerakkan pinggul, dia kelihatan menikmatinya, terlihat dari wajahnya. Sementara pinggul saya bergerak semakin cepat. Saya pun merintih karena nikmatnya. Saya paling senang posisi begini. Terasa penisnya masuk lebih dalam dan memang saya merasakan ujung penisnya berada di bagian paling dalam vagina. Sesekali saya jepit penisnya yang sedang berada di dalam. Beberapa menit kemudian dia merintih agak keras, “Aah.. saya tidak tahan, ah.”<br />
Saya pun sudah mendekat klimaks,<br />
“Keluarkan di dalam, ah cepat sekarang!”<br />
Cairan panas terasa keluar di dalam saya, dan saya pun sampai puncaknya.Kami benar-benar menikmatinya sampai akhir. Saya mulai merebahkan diri ke badannya, detak jantung kami terasa masih kencang, dan penisnya masih di dalam saya. Dia mencium bibir saya yang masih bernafas dengan kencang, saya pun menjawabnya dengan mengecup bibirnya.<br />
<br />
Pukul empat pagi saya terbangun, saya masih bersama Pak Robert di tempat tidur tanpa sehelai baju. Dia masih tidur dengan lelapnya, saya berdiri dan menuju kamar mandi dan mandi. Saya juga membersihkan bagian dalam saya, terasa air maninya sedikit masih tersisa di dalam.<br />
<br />
TAMATVanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-28237725151305150942017-04-02T23:56:00.001-07:002017-04-02T23:56:27.143-07:00Pagi di ItalyNama saya Vivian, umur 25 tahun, kulit putih bersih dan bentuk badan yang penuh lekuk (dada 36B, pinggang 28, pinggul 36,5 inch). Saya bekerja sendiri, mengelola pabrik garment keluarga dan orang tua saya sekarang tinggal di Singapore. Saya tinggal bebas sendirian di sebuah apartemen di daerah Jakarta Barat.<br />
<br />
Saya selalu merasa agak berbeda sebagai wanita yang lahir di bumi timur ini karena saya sangat menikmati seks semenjak pengalaman pertama saya. Saya banyak membaca buku-buku erotis dan selalu terbuka untuk mencobanya. Bagi saya, seks adalah kesenangan yang ingin saya dapatkan setiap saat saya sedang mood. Seks juga bagi saya tidak mesti dengan suami atau hanya pacar saja. Kalau lagi kosong, saya suka ke café-café yang bertebaran di ibukota ini sambil mencari-cari. Siapa tahu ada lelaki ganteng yang bisa menolong saya memuaskan nafsu yang besar ini.<br />
<br />
Saya baru kenal Erick sekitar 3 bulan di O'Reylis café dan baru saja tidur pertama kali dengannya awal bulan Juli ini. Pengalaman pertama dengannya sangat mengesankan karena ternyata Erick juga sangat liar di tempat tidur, saya seperti bertemu pasangan yang serasi untuk pertama kali, dan dia juga dapat bertahan cukup lama, malam itu saya tiga kali orgasme. Hmm..., lumayan. Dan bagi Erick, malam itu dia mendapat 'pengalaman yang tak terlupakan'. Saya tidak keberatan sama sekali dengan oral seks dan saya rasa telah melakukan tugas saya dengan baik. Erick seorang pengusaha, ia mengimpor sepatu dan tas dari Italy dan Spanyol. Kebetulan weekend kemarin Erick ada bisnis meeting di Italy, jadi saya di ajak juga olehnya ke sana.<br />
<br />
Kami tiba di Italy jam 11.30 malam waktu setempat dan karena berjam-jam di atas pesawat plus perbedaan waktu jadi kami berdua langsung tergeletak di tempat tidur, kecapaian. Pagi itu saya bangun lebih dulu daripada Erick. Saya suka memandang wajahnya yang sedang tidur, begitu tenang tapi tetap macho. Erick punya badan yang kekar, kulit agak kecoklatan, tapi yang paling saya suka dari wajahnya yaitu rambut di sekitar rahangnya, hmm... Saya mulai mengelus rahangnya, terus ke leher dan dadanya (Oh ya, kami terbiasa tidur tanpa busana), sesudah itu tangan saya mulai turun ke daerah pangkal pahanya dan mengelus kemaluannya yang lembut terkulai. Puas dengan tubuhnya, saya bangun dan pergi ke kamar mandi. Saya sedang menggosok badan saya dengan busa bersabun ketika saya merasakan kehadiran Erick dibelakang tubuh saya.<br />
<br />
"Oww..., Erick, apa yang kamu lakukan..." kata saya, sambil saya bisa merasakan kemaluannya menjadi keras pas di atas belahan pantat saya yang putih dan bulat. Mungkin karena pemandangan itu juga dia menjadi sangat terangsang. Erick sering bilang bahwa pantat sayalah bagian terindah dari tubuh saya, putih, bulat dan nungging menantang, katanya. Kemudian Erick mengambil busa dari tangan saya dan mulai menggosok badan saya. "Shh..., santai saja, saya mau mandiin kamu" katanya. Kemudian Erick mulai menyabuni saya, seluruh tubuh mulai dari leher, terus ke dada saya..., dengan gerakan memutar Erick menggosokkan busa itu ke kedua bukit saya perlahan. Puting saya langsung mengeras dan berwarna merah jambu kecoklatan tanda saya mulai terangsang, mata saya tertutup menikmatinya kemudian saya merasa bibir Erick sudah mengulum bibir saya dan kita saling berpagutan dengan hotnya. Saya ambil busa itu dari tangan Erick kemudian gantian saya yang menggosok seluruh tubuhnya. Karena saya sudah terangsang, liang kewanitaan saya terasa panas, cepat-cepat kita bilas tubuh kami berdua kemudian saya menjilati puting Erick. Lidah saya bergerak memutari putingnya dan setelah keras, saya gigit perlahan sehingga terdengar erangan Erick. Perlahan sambil dibawah pancuran saya berlutut di depan kemaluannya dan mulai menjilati kepalanya, saya gerakkan lidah saya mendorong lubang di kepala penisnya agak cepat sampai dia mengerang antara geli dan nikmat lalu saya masukkan semua penisnya di dalam mulut saya dan saya hisap dengan gerakan cepat.<br />
<br />
Erick sangat suka kalau saya hisap penisnya dengan cepat dan kuat, "Oh, Viv..., kamu hebat, ayo..., goyang, cepat!" Erick sudah mengerang sedemikian dahsyat, perlahan saya kurangi gerakan lidah dan sedotanku. Saya jilati lagi kepala penisnya lalu saya kejutkan dengan sekali isapan yang dalam dan keras lalu saya berdiri. Saya angkat kaki sebelah saya ke atas pinggangnya lalu saya pegang penisnya dan saya arahkan ke dalam liang senggama saya yang sudah basah sejak tadi... Mulanya agak sulit masuk karena liang kewanitaan saya agak sempit tapi Erick terus menggoyangkan pinggulnya maju mundur sehingga basah kuyup liang kewanitaan saya lalu 'blesh...', masuklah semua kemaluan Erick ke dalam liang senggama saya sambil Erick mengangkat kedua kaki saya keatas pinggulnya. Aduh, enaak sekali rasanya bercinta dengan penisnya yang besar. "Oh Erick, nikmat sekali..., ah..., goyang terus sayang, yang dalam sayang, aduh besar deh, nikmat 'yang lagi, lagi" begitulah kita saling bergerak naik turun.<br />
<br />
Saya tak mampu menguasai perasaan nikmat di dada sehingga erangan kenikmatan terus terdengar dari mulut saya. "Terus 'yang, terus hampir oh, hampir, lagi.. lagi.. oh, aku mau keluar, aku udah nggak kuat lagi... yeah, oh..., oh..., Ohh..." Satu jeritan dahsyat saya lontarkan karena orgasme yang begitu intens dari Erick. Sementara Erick tidak sedikit pun melambatkan goyangan pinggulnya tapi justru mempercepatnya, saya tahu badan Erick sudah mulai bergetar nikmat. Desah Erick, "Tunggu sebentar lagi sayang, oh, saya juga mau keluar. Oh, oh, kita keluarin barengan.. ohm..., ohm..., yes, yes,.. nikmat kan sayang? Tanya saya sambil terus menjilati daerah-daerah sensual Erick, sementara Erick agak menunduk mencari puncak bukit saya kemudian dihisap dan digigitnya dengan gemas. Lalu desahnya kemudian, "Oh, aku mau keluar sayang..", lalu saya merasa aliran hangat di dalam liang kewanitaan saya, Erick sudah selesai juga. Oh ya saya lupa bilang bahwa kami sangat berisik kalau bercinta. Apakah mungkin karena kita berdua cukup ahli dan sama buasnya? Kami lalu merampungkan kegiatan kami, membilas lalu saling mengelap badan dengan handuk. "Tok.. tok.. oh, sarapan datang, Erick memakai baju mandinya lalu keluar membukakan pintu, saya dengar dia bilang "Terima Kasih.." lalu pintu ditutup, saya keluar bugil dan langsung disambut dengan ciuman Erick yang hangat, kami berciuman lumayan lama. "Untuk permainan kita yang menyenangkan".Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-34605922349338010642017-04-01T23:32:00.002-07:002017-04-01T23:32:56.187-07:00Sari - NovaCredit goes to Sari The Lust Hunter.<br />
Thanks to Wiro The Legend.<br />
<br />
---<br />
<br />
Suasana kantor pada hari Jumat jam setengah empat<br />
sore kali ini hampir tidak berbeda dengan biasanya.<br />
Dari ruang pribadiku terdengar hiruk pikuk teman-teman<br />
sekerja yang bersiap-siap pulang, canda ria yang<br />
terdengar lepas, dan tulat tulit ponsel mereka yang<br />
sudah mulai ditelpon dari rumah untuk rencana week<br />
end. Seperti biasanya juga, aku pulang agak terakhir.<br />
Bukan karena rajin, tapi karena aku malas mengemudikan<br />
Katana hijauku dalam antrian panjang berkelok-kelok<br />
yang memenuhi gedung parkir pada jam-jam segini. Aku<br />
tetap duduk di kursi kerjaku, mengerjakan beberapa hal<br />
untuk persiapan hari Senin nanti, agar hari Mingguku<br />
bisa terasa lebih bebas. Setelah aku rasa cukup, aku<br />
membuka-buka beberapa situs favoritku di internet,<br />
seperti FriendFinder, nba.com, dan lain-lainnya.<br />
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.<br />
<br />
"Yak, masuk Nov!" Kataku singkat.<br />
Pintu terbuka, dan masuklah Nova, seorang teman kerja<br />
yang waktu itu baru diangkat menjadi asistenku.<br />
Namanya pernah tertulis juga di serial Lust Hunter<br />
terdahulu.<br />
"Kok tahu kalau aku?" Tanyanya keheranan sambil<br />
menutup pintu kembali.<br />
"Yah...siapa lagi kalau bukan kamu?" Jawabku tanpa<br />
memberitahunya kalau aku sudah hafal pola ketukannya<br />
yang agak lebih keras dibandingkan teman-teman lain.<br />
<br />
Wanita itu meletakkan tas kerjanya di sofa putih di<br />
seberang ruangan lalu mendatangi meja kerjaku sambil<br />
matanya sesekali melirik kesana-kemari untuk mencari<br />
benda-benda aneh baru yang memang sering kupajang di<br />
situ. Ketika matanya menemukan sebuah album foto di<br />
meja samping, ia lalu membelokkan arahnya ke situ dan<br />
mencomotnya. Dalam hati aku tertawa geli melihat<br />
tingkahnya yang agak kekanak-kanakan meski usianya<br />
hanya beberapa tahun lebih muda dariku. Kini ia<br />
mengamati foto-foto itu dengan mimik serius, sementara<br />
aku mengamati dia. Nova ialah seorang mantan atlet<br />
yang bentuk tubuhnya terpelihara dengan baik meski<br />
warna kulitnya agak kecoklatan karena dulu sering<br />
diterpa matahari. Wajahnya cukup manis menurutku,<br />
sementara pakaian-pakaian yang menempel di badannya<br />
selalu mengikuti apa yang kupakai, ia juga selalu<br />
mengikuti kemana aku pergi, dan melakukan apa yang aku<br />
lakukan. Pendeknya, dimana ada Sari, disitu ada Nova,<br />
entah dalam bisnis atau just for fun, singkatnya, dia<br />
seorang sidekick sejati buatku. Ia adalah seorang<br />
'petualang baru' yang memilih menjadi petualang karena<br />
kebetulan ia sangat dekat denganku. Agak merasa<br />
berdosa juga aku, jika mengingat saat pertama ia<br />
datang ke kantor memenuhi iklan lowongan koran. Waktu<br />
itu aku sendiri yang mewawancarainya, dan waktu itu ia<br />
tampak masih lugu dengan kacamata berbingkai hitam<br />
tebal dan rambut panjang sebahu serta pakaian<br />
yang...well...konvensional.<br />
<br />
Namun sekarang? Dari tempat dudukku aku bisa mengamati<br />
posturnya yang semampai (sekitar 170-an lah) dan<br />
berbahu bidang itu sedang berdiri di sisi ruangan<br />
dengan terbungkus setelan pakaian kerja Escada merah<br />
menyala yang elegan namun terkesan seksi. Kacamata<br />
berbingkai tebal juga sudah digantikan dengan contact<br />
lens coklat, sementara rambut ikalnya kini dipotong<br />
persis seperti rambutku, pendek seleher dan simpel.<br />
Untung saja rambutku lurus, hingga masih tetap ada<br />
bedanya!<br />
<br />
"Ini foto waktu kapan, mbak?" Tanyanya membuyarkan<br />
lamunanku.<br />
"Oh, pas SMA." Jawabku singkat, "Kenapa emang?"<br />
"Mbak Sari yang mana?" Tanyanya balik dengan tetap<br />
mengamati album foto itu dengan mimik serius.<br />
"Yang mana, hayooo?" Godaku sambil mematikan MacIntosh<br />
dan beranjak berdiri dari kursi kerjaku.<br />
"Yang ini ya?" Tanyanya sambil menghadapkan album foto<br />
itu padaku dan menunjuk sebuah foto.<br />
"Iya, yang itu." Jawabku sambil membenahi tas kerjaku,<br />
"Cantik, 'kan?"<br />
Kata-kata terakhir itu tadi mendapatkan jawaban berupa<br />
ekspresi mengejek dari wajahnya.<br />
"Norak, ah!" Katanya sambil menutup album itu dan<br />
melemparnya kembali ke meja, "Kaki kepanjangan gitu<br />
masa pakai celana kependekan, apa nggak malah berkesan<br />
kerempeng?" Lanjutnya lagi, yang kubalas dengan sebuah<br />
tinju agak keras di lengannya.<br />
<br />
Kami lalu tertawa-tawa sambil menanti jam bergeser ke<br />
pukul setengah lima, supaya perjalanan mobilku lancar<br />
di gedung parkir. Nova menceritakan padaku tentang<br />
masa-masa hidupnya sebagai atlet, tentang<br />
latihan-latihan fisik yang dilakukannya, dan hal lain<br />
yang terkesan macho dan terlalu dibesar-besarkan.<br />
Sementara aku dengan tak kalah membual juga<br />
menceritakan tentang latihan yang kualami pada saat<br />
aku tergabung dalam sebuah klub basket.<br />
<br />
"Eh, gimana rencana malam ini?" Tanya Nova di tengah<br />
pembicaraan.<br />
"Aku belum ada rencana lebih jauh." Jawabku, "Kamu ada<br />
rencana apa?"<br />
"Yahhh..." Desah Nova panjang sambil merentangkan<br />
kedua tangannya dan menggeliat malas, "Aku sih pengen<br />
jalan-jalan."<br />
"Jalan-jalan apa jalan-jalan?" Tanyaku dengan nada<br />
menggoda.<br />
"Hmm...", Nova terdiam agak lama, "Pengennya ya<br />
jalan-jalan biasa, tapi kalau nanti ada hasilnya, yah,<br />
nggak apa-apa kan?"<br />
Pembicaraan terus berlanjut hingga akhirnya tiba pada<br />
topik kesenangan wanita, yaitu membicarakan orang<br />
lain. Kami membicarakan seorang kawan yang kebetulan<br />
sering bekerja sama dengan perusahaan kami.<br />
"Mbak Sari, kalau mbak Ida itu orangnya gimana?" Tanya<br />
Nova sambil mengamati pemandangan dari jendela lantai<br />
tujuh ini.<br />
"Apanya yang gimana?" Tanyaku balik sambil mengenakan<br />
blazerku kembali dan bersiap-siap pulang.<br />
"Dia kan single," Jawab Nova, "Apa dia<br />
juga...hm...seperti Mbak Sari?"<br />
"Hihihi," Aku tertawa kecil mendengar 'tuduhan'-nya<br />
itu, "Not really." Lanjutku sambil mematikan lampu dan<br />
mencolek lengan Nova agar mengikuti aku keluar ruang<br />
kerja.<br />
<br />
Karena gedung parkir sudah lumayan kosong, Katana<br />
hijauku dengan bebasnya meninggalkan gedung kantor<br />
itu. Nova menumpang di mobilku, agar nanti bisa keluar<br />
jalan-jalan bareng, katanya. Tapi however kami masih<br />
belum punya tujuan yang jelas, hingga kami<br />
berputar-putar saja di daerah itu. Sempat terpikir<br />
untuk mampir ke kafe Jendela tempat beberapa kawan<br />
sering nongkrong, tapi karena masih terlalu sore dan<br />
sepi, akhirnya nggak jadi. Sempat juga ada ide untuk<br />
mampir ke Colors pub, tapi sekali lagi karena masih<br />
terlalu sore, kami mengurungkan niat itu.<br />
<br />
"Nov, kamu tadi kok nanya tentang Mbak Ida kenapa?"<br />
Tanyaku karena tidak ada topik yang dibicarakan.<br />
"Nggak apa-apa sih." Jawabnya sembari menggosok lensa<br />
sunglasses Gucci-nya dengan ujung baju, "Just<br />
curious."<br />
"Dengar-dengar...dia orangnya nggak normal, yah?"<br />
Tanya Nova lagi.<br />
"Maksudmu dia sinting?" Tanyaku balik, menghindari<br />
membicarakan kejelekan orang dengan cara mengambil<br />
ekstrimnya.<br />
"Nggak gitu sih," Jawab Nova tetap dengan mimik<br />
serius, "Kata orang, dia nggak suka sama cowok."<br />
<br />
"Kalo emang iya, kenapa? Dan kalo enggak, apa kamu<br />
nggak malu nggosipin orang?" Jawabku diplomatis.<br />
Nova tertawa kecil mendengar sindiran itu, "Aku cuman<br />
pengen tahu." Jawabnya tak kalah diplomatis tapi masih<br />
amatiran.<br />
"Kalo emang ternyata iya, apa kamu lantas mau nyoba<br />
kencan sama dia?" Tanyaku to the point.<br />
Wajah Nova tampak menunjukkan ekspresi aneh, perpaduan<br />
antara jijik dan mendapat inspirasi.<br />
"Gini deh, daripada kita ngomongin orang, gimana kalau<br />
kita mampir ke rumah dia." Jawabku sambil menyalakan<br />
lampu sign untuk belok kiri, karena Katana hijau kini<br />
telah sampai di depan rumah orang yang kami bicarakan.<br />
"Lho, lho, lho! Mbak! Jangan dooong!" Rengek Nova<br />
ketika Katana hijau kuparkir di depan rumah besar<br />
dengan design aneh itu.<br />
Aku tidak mempedulikan rengekannya karena setengah<br />
jengkel. Aku hanya membuka pintu dan keluar dari<br />
mobil, meski sambil merengek dan menggerutu tidak<br />
jelas, Nova ikut turun juga.<br />
<br />
Sampai ketika aku memencet bel pintu, Nova masih juga<br />
tampak tidak tenang. Ia berkacak pinggang sambil<br />
melihat ke langit yang kini berwarna ungu bercampur<br />
oranye. Rumah yang kami kunjungi itu terletak di tepi<br />
sungai kecil dengan lingkungan tertutup yang dipenuhi<br />
pohon-pohon besar (Dan para pembaca yang berasal dari<br />
kota S akan berpikir-pikir, kira-kira dimana letaknya,<br />
ya kan? Hihihi, LH) sehingga suasana jadi agak<br />
remang-remang dramatis.<br />
Seorang pembantu pria berwajah Maluku berbadan tegap<br />
keluar dari balik pintu dalam dan kembali masuk<br />
setelah aku menyebutkan nama orang yang aku cari.<br />
Pintu kembali terbuka, tapi bukan si pembantu yang<br />
keluar, melainkan seorang, eh seekor anjing St.Bernard<br />
sebesar meja makan.<br />
<br />
"Aduh, Mbak...ada anjingnya, pulang aja yuk!" Seru<br />
Nova merasa mendapat alasan.<br />
Aku hanya memandangi wajah Nova dan wajah anjing itu<br />
bergantian, lalu menunjuk ke anjing yang kini menatap<br />
wajah Nova sambil menjulurkan lidah dan<br />
mengibas-ngibaskan ekor.<br />
"Tuh lihat!" Kataku, "Dia menyukai kamu, jadi nggak<br />
ada masalah."<br />
"Hm...masa sih?" Tanya Nova sambil berlutut dan<br />
mengamati wajah anjing yang berekspresi lugu agak<br />
bodoh itu dari balik pagar.<br />
<br />
Si pembantu muncul dan membukakan gerbang pagar yang<br />
terbuat dari kayu berat berlubang-lubang di sana-sini<br />
itu. Kami melangkah masuk. Aku melangkah dengan<br />
tenang, sementara Nova melangkah agak gelisah sambil<br />
sesekali melihat ke arah anjing besar yang kini<br />
berjalan mengikutinya. Besar sekali memang, tingginya<br />
saja hampir sepinggang kami. Si pembantu lalu<br />
mempersilakan kami duduk di kursi beranda, tentu saja<br />
dengan ditemani St.Bernard besar itu, yang kini duduk<br />
bersimpuh di lantai memandangi Nova dengan ekspresi<br />
yang seperti tadi, lugu setengah bodoh.<br />
<br />
Nuansa rumah itu memang agak mendirikan bulu tengkuk<br />
bagi orang yang belum pernah mengunjunginya. Pagarnya<br />
terbuat dari kayu berwarna gelap yang terkesan berat<br />
dan tertutup. Pekarangannya yang tidak terlalu luas<br />
ditutup dengan paving block yang dicat cokelat gelap,<br />
senada dengan tembok rumah yang juga berwarna maroon<br />
gelap. Bangunannya sendiri mungkin cukup bagus,<br />
bangunan tua dengan arsitektur kolonial, namun<br />
sentuhan seni kontemporer di sana-sini membuatnya<br />
tampak aneh. Bayangkan saja, lampu temaram yang<br />
menempel di dindingnya berbentuk kepala wanita yang<br />
melotot, asbak di meja beranda pun berbentuk kepala<br />
seorang bayi (atau tuyul?) yang mulutnya menganga<br />
lebar. Perpaduan yang agak aneh karena meja dan kursi<br />
berandanya berwarna hijau tua dan berbentuk ukiran<br />
Jepara klasik. Di sudut beranda juga terdapat beberapa<br />
patung kayu ukiran Bali yang menggambarkan dua orang<br />
wanita tanpa busana sedang saling mencekik.<br />
"Angker ya, rumahnya?" Celetuk Nova yang rupanya juga<br />
mengamati situasi.<br />
"Yah, tapi dia satu-satunya designer yang setuju<br />
dengan harga yang kamu tawarin!" Jawabku mengingatkan<br />
Nova.<br />
"Hm, iya ya. Mbak Ida partner kantor kita." Gumam<br />
Nova, "Apa nggak sebaiknya nanti kita ngomongin<br />
kerjaan aja?"<br />
"Alaa, udahlah, sekarang Jumat malam." Jawabku<br />
jengkel, "Lagian kan kamu pengen kenal lebih jauh sama<br />
dia?"<br />
"Siapa yang pengen kenalan sama aku?" Tanya suara<br />
berat seorang wanita yang terdengar tiba-tiba dari<br />
samping beranda.<br />
<br />
Nova dan aku sempat agak terjingkat karena kaget oleh<br />
suara Mbak Ida yang memang berat itu. Wanita berusia<br />
30-an itu telah berdiri di samping beranda dan<br />
mengelus-elus kepala anjingnya. Meski usianya agak<br />
lebih tua dari aku, Mbak Ida memiliki postur tubuh<br />
yang terjaga. Tidak seperti Nova dan aku yang meski<br />
ramping tapi terkesan lebar dan bidang, postur tubuh<br />
mbak Ida cenderung tidak nampak lebar. Tingginya<br />
kurang lebih 160-an, dengan proporsi yang lebih<br />
panjang di kaki. Kulitnya agak gelap dan bentuk<br />
tubuhnya padat tapi khas wanita dengan dada yang agak<br />
membusung. Sore itu ia mengenakan sejenis kimono<br />
berwarna coklat gelap yang belahannya agak rendah<br />
hingga kami dapat dengan jelas melihat cleavage<br />
(belahan dada) nya. Rambutnya yang lurus dan panjang<br />
sebahu dicat merah. Merah beneran, merah bendera,<br />
bukan merah brunette. Wajahnya cantik namun matanya<br />
terkesan misterius di bawah alis yang hampir tidak ada<br />
rambutnya.<br />
<br />
"Ini, si Nova yang pengen kenalan sama Mbak Ida."<br />
Jawabku seraya berdiri dari kursi beranda.<br />
"Lho, kan udah kenal?" Jawab Mbak Ida sambil menjabat<br />
tangan Nova yang malu-malu dan agak gemetar.<br />
"Ayo masuk!" Seru Mbak Ida mempersilakan kami masuk.<br />
"Bas, kamu jaga diluar ya!" Serunya, kali ini<br />
ditujukan ke si anjing.<br />
"Mbak, nama anjing kamu siapa sih?" Tanyaku ingin<br />
tahu.<br />
"Lubas Herera." Jawab Ida singkat sambil membukakan<br />
pintu ke ruang tamu.<br />
Aku hanya memandangi anjing dan pemiliknya bergantian,<br />
setengah heran karena jarang ada anjing yang punya<br />
nama belakang.<br />
<br />
Suasana ruang tamu yang amat luas itu berbeda 180<br />
derajat dengan beranda dan pekarangan yang gelap dan<br />
misterius. Dinding ruang tamu berwarna putih cerah,<br />
lantainya juga terbuat dari keramik putih. Sementara<br />
perabotannya bergaya modern, terbuat dari pipa-pipa<br />
besi berlapis chrome mengkilat dengan<br />
bantalan-bantalan kursi biru cerah. Satu-satunya<br />
hiasan dinding adalah jam yang tepinya terbuat dari<br />
ban penyelamat kapal berwarna merah terang bergaris<br />
putih, dan jarum jamnya juga berwarna merah terang,<br />
kontras dengan nuansa ruangan yang biru-putih. Tidak<br />
ada coffee table (meja tamu), yang ada hanya sebuah<br />
meja makan di tengah ruangan yang kakinya terbuat dari<br />
pipa-pipa mengkilat dan mejanya sendiri dari kaca<br />
dengan bentuk yang tidak simetris, seperti sirip ikan<br />
hiu. Di sudut ruangan terdapat tiga buah komputer<br />
MacIntosh yang casing dan monitornya berwarna biru<br />
transparan, semuanya masih menyala dan screen savernya<br />
berbeda-beda, di monitor paling kiri ada huruf I yang<br />
berputar-putar, di monitor tengah huruf D, dan di<br />
monitor paling kanan huruf A, ketiganya membentuk<br />
huruf nama pemiliknya, benar-benar nyentrik, pikirku.<br />
Sementara dinding belakang dari ruang tamu ini bukan<br />
tembok, melainkan kaca yang menghadap ke sebuah kolam<br />
renang kecil berbentuk pisang. Yang paling aneh adalah<br />
dinding dan dasar kolam renang itu tidak polos seperti<br />
umumnya kolam renang, melainkan dipenuhi sebuah anime<br />
(kartun jepang) besar yang menggambarkan wanita-wanita<br />
yang dibelit gurita. (Setelah diamati lebih jauh,<br />
ternyata bukan gurita, melainkan kejantanan pria yang<br />
jumlahnya banyak dan panjang-panjang seperti ular<br />
melilit badan wanita-wanita tanpa busana itu).<br />
<br />
"Yah, ginilah rumahku." Kata Mbak Ida memecah<br />
keheningan, "Gimana?"<br />
"Hm...bagus, bagus sekali," Jawab Nova<br />
mengangguk-angguk tanpa mampu menyembunyikan ekspresi<br />
gugup setengah takut.<br />
"Berbeda sekali dengan waktu aku kesini pertama dulu."<br />
Jawabku sambil mengamati jam dinding aneh yang<br />
kuceritakan tadi.<br />
"Iya dong, Sar." Jawab Mbak Ida, "Kami kan tipe<br />
pembosan, kayak kamu!" Lanjutnya penuh arti.<br />
<br />
Kami duduk mengelilingi meja makan berbentuk sirip<br />
hiu itu, menghadap ke beberapa gelas sirup yang<br />
dihidangkan si pembantu yang tadi membukakan pintu.<br />
Nova tak henti-henti memandangi rambut Mbak Ida yang<br />
dicat merah menyala itu, sementara aku sendiri<br />
berusaha untuk tidak menunjukkan ekpresi heran, takut<br />
dia tersinggung.<br />
"Nah, ada apa ini kok kemari? Ada order lagi yah?"<br />
Tanya Mbak Ida mengawali pembicaraan setengah<br />
bercanda.<br />
"Ah, enggak, hanya nggak ada acara aja sore ini."<br />
Jawabku sambil menyeruput minuman di gelas berbentuk<br />
kepala Miki Tikus.<br />
Agak kaget juga aku ketika minuman di gelas itu<br />
menyembulkan sedikit aroma alkohol, aku hanya meneguk<br />
sedikit saja karena aku memang tidak suka minuman yang<br />
memabukkan. Aku melirik ke Mbak Ida sambil mengangkat<br />
alis kiriku,<br />
"Apa nih minumannya?" Tanyaku dengan mata menuduh<br />
namun masih terkesan ramah.<br />
"Oh, iya!" Jawab Mbak Ida dengan ekpresi datar, "Aku<br />
lupa kamu nggak minum."<br />
Mbak Ida lalu berjalan ke dispenser di sudut ruangan<br />
dan menuangkan segelas air putih untuk aku. Ketika ia<br />
berjalan meninggalkan meja makan, aku melirik ke arah<br />
Nova.<br />
"Nov, kalau nggak suka nggak usah diminum, lho."<br />
Bisikku mencegahnya.<br />
"Hmm?" Tanya Nova sambil melihat ke arahku dan<br />
meletakkan gelasnya yang telah kosong ke meja. Ah, ya<br />
sudahlah. Aku mengurungkan niatku mencegah Nova<br />
meminum minuman aneh itu.<br />
<br />
Kami lalu ngobrol kesana kemari diselingi joke-joke<br />
khas wanita lajang. Suasana menjadi hangat dan akrab.<br />
Tanpa terasa jam dinding menunjukkan pukul delapan<br />
malam, namun Nova yang tadi takut-takut, kini malah<br />
tampak betah. Memang Mbak Ida, terlepas dari bagaimana<br />
bentuknya, adalah orang yang ramah dan menyenangkan.<br />
Sekedar info, ia adalah seorang designer yang kerap<br />
kali bekerja sama dengan perusahaan tempatku bekerja.<br />
Dan ia sering kami pakai karena kelebihannya itu, ia<br />
memiliki 'people skill' yang tinggi. Tidak seperti<br />
umumnya orang seprofesi dia, yang sulit untuk memahami<br />
orang lain dan cenderung menganggap orang lain 'awam'.<br />
Meski gayanya mendandani rumah cenderung aneh, dia<br />
sama sekali bukan tipe orang yang nyentrik atau<br />
'weird' dalam hubungan kerja. Ia amat profesional.<br />
Pembicaraan berlanjut sampai kemudian Mbak Ida<br />
mengantar Nova berkeliling rumahnya. Aku yang dulu<br />
sudah pernah kesitu tidak ikut berkeliling, aku<br />
mengambil sebuah buku dari rak di sudut ruangan dan<br />
mulai membacanya. Sebuah buku paperback bagus, yang<br />
berjudul Rich Dad Poor Dad, oleh Robert Kiyozaki.<br />
Cukup lama aku membaca buku itu sampai kemudian Nova<br />
datang kembali ke ruang tamu menjumpaiku.<br />
"Mbak Sari, pulangnya nggak buru-buru kan?" Tanyanya<br />
dengan mata kekanak-kanakan.<br />
"Oh? Nggak kok." Jawabku sambil melirik arloji, "Emang<br />
mau ngapain kamu?"<br />
"Mbak Ida ngajak aku nyobain kolam renangnya, kata dia<br />
airnya hangat." Jawab Nova lagi.<br />
"Yah, terserahlah. Tapi apa kamu bawa baju renang?"<br />
Tanyaku.<br />
"Dia mau minjemin kita baju renang kok." Jawab Nova<br />
sambil menunjukkan sebuah kantong plastik yang berisi<br />
pakaian renang.<br />
"Ganti bajunya di kamar mandi situ, Nov!" Kata Mbak<br />
Ida yang tiba-tiba muncul.<br />
Kali ini Mbak Ida muncul dengan kimononya sudah tidak<br />
lagi diikat, dibiarkannya terbuka begitu saja, dari<br />
balik kimono tampak bikini renang berwarna merah<br />
seperti rambutnya. Hm...kontras dan indah juga<br />
perpaduan warna itu, kulitnya yang kuning agak gelap<br />
dan bikini serta rambut merah. Dalam hati aku sempat<br />
iri dengan bentuk badan Mbak Ida yang padat dan<br />
berbentuk, sementara badanku sendiri cenderung ceking<br />
dan datar panjang-panjang.<br />
"Kamu ikutan sekalian deh, Sar!" Ajak Mbak Ida lagi,<br />
"I Promise I won't do anything." Lanjutnya penuh arti.<br />
Aku hanya mengangkat bahu dan tidak punya pilihan<br />
lain. Apalagi Nova menarik lenganku masuk ke kamar<br />
mandi.<br />
<br />
Kamar mandi rumah ini jadi terkesan aneh karena tidak<br />
ada yang aneh di dalamnya. Kamar mandi klasik<br />
berukuran besar dengan bak mandi di sudut, cermin<br />
besar di dekatnya, sebuah kloset di sampingnya, dan<br />
sebuah pintu menuju ke ruang lain. Begitu 'biasa' jika<br />
dibandingkan dengan suasana dalam rumah. Di situ Nova<br />
tanpa malu-malu mempreteli semua yang melekat di<br />
badannya dan mengenakan bikini yang dipinjamkan Mbak<br />
Ida.<br />
<br />
"Kamu kok milih yang bikini sih?" Tanyaku sambil<br />
memilih-milih pakaian renang dalam kantong plastik.<br />
"Emang kenapa, Mbak?" Jawab Nova sambil<br />
melenggak-lenggok di depan cermin menatap keindahan<br />
bentuknya yang memang indah.<br />
"Kan nggak ada cowok." Lanjutnya lagi.<br />
Aku memilih pakaian renang biasa saja, Speedo berwarna<br />
biru muda. Hm, terasa agak longgar di bagian dada dan<br />
pinggang, menunjukkan dimana perbedaan antara bentuk<br />
badanku dan badan Mbak Ida. Sempat menatap cermin,<br />
dan...yah...aku memang sama sekali tidak jelek!<br />
Pikirku sambil menatap garis tubuhku yang menurutku<br />
paling indah di seluruh dunia.<br />
<br />
Tiba di pinggiran kolam renang Mbak Ida, rasa-rasanya<br />
aku malas untuk masuk ke air. Entah kenapa, tapi<br />
rasa-rasanya gambar kartun di dasar dan dinding kolam<br />
itu mengganggu pikiranku. Sementara Nova hanya<br />
mengomentari bahwa gambar kartun itu lucu. Yah, memang<br />
dia jarang memperhatikan sampai ke detail, hingga dia<br />
lantas nyemplung begitu saja bersama dengan Mbak Ida<br />
yang sudah lebih dulu masuk ke air. Dari tepi kolam<br />
aku mengamati bahwa di dinding-dinding kolam renang<br />
terdapat lampu-lampu besar, hingga dalam air dapat<br />
terlihat dengan jelas. Aku melihat tubuh lencir Nova<br />
berenang-renang dengan latar belakang gambar-gambar<br />
wanita kartun yang ketakutan karena dililit oleh<br />
'ular-ular' besar. Hm...pemandangan yang menarik<br />
sebenarnya, namun aku memilih untuk duduk saja di tepi<br />
kolam, membiarkan angin malam menyejukkan kulit<br />
tubuhku yang hanya tertutup pakaian renang. Karena<br />
merasa kelewat dingin, akhirnya aku membungkus badanku<br />
dengan kimono Mbak Ida yang ditinggalkannya di tepi<br />
kolam, dan berjalan mengelilingi halaman belakangnya<br />
yang lumayan besar dan bersih, mencari si pembantu<br />
tadi sekedar untuk teman ngobrol, tapi pemuda itu juga<br />
tidak ada. Dalam hati aku merasa sedikit bersalah<br />
karena mengerti siapa Mbak Ida sebenarnya. Wanita itu<br />
tak lain adalah petualang juga, sama seperti aku<br />
sendiri. Namun yang berbeda adalah bahwa buruannya<br />
seringkali berasal dari teman sejenis, dan bukan lawan<br />
jenis. Itu sebabnya pikiranku sekarang terasa seperti<br />
membawa Nova ke mulut singa. Tapi, ah, whattahell! Aku<br />
kan bukan babysitter untuk Nova. Meski keberadaannya<br />
seringkali membuatku merasa memiliki seorang adik,<br />
tapi jalan hidupnya kan bukan urusanku, itu pilihannya<br />
sendiri.<br />
<br />
Dari tempatku berdiri di sudut halaman belakang,<br />
kolam renang Mbak Ida tidak terlihat karena tertutup<br />
pagar tanaman setinggi satu meteran. Tapi setelah<br />
lama, aku baru menyadari kalau aku tidak mendengar<br />
suara deburan air seperti yang kudengar tadi. Aku<br />
mulai merasa tidak enak, dan segera melangkahkan kaki<br />
ke arah kolam renang. Seperti dugaanku, Nova dan Mbak<br />
Ida sudah tidak berada di kolam renang, juga di<br />
sekitarnya, mereka mungkin sudah masuk ke dalam rumah.<br />
Aku berusaha melihat melalui dinding kaca, tidak ada<br />
siapa-siapa di ruang tamu atau ruang tengah. Dimana<br />
kedua orang itu, pikirku.<br />
<br />
Kucoba membuka pintu kaca geser untuk masuk ke ruang<br />
tengah, ternyata terkunci. Berarti aku terpaksa harus<br />
memutar melalui pintu depan. Agak risih juga hanya<br />
mengenakan pakaian renang terbalut kimono tipis dan<br />
berjalan di antara pohon-pohon pisang di kegelapan.<br />
Akhirnya aku sampai ke garasi tempat 318i Mbak Ida<br />
teronggok congkak. Lalu membelok ke kiri, dan aku tiba<br />
di beranda yang menakutkan tadi. Tampak si Lubas<br />
Herera kini memandangi aku sambil mengibas-ngibaskan<br />
ekor. Anjing tolol ini tentu tidak bisa ditanyai<br />
keberadaan tuannya, pikirku. Lalu aku membuka pintu<br />
depan yang untungnya tidak terkunci, dan kembali<br />
berada di ruang tamu. Seperti yang kuduga, ruang tamu<br />
itu kosong. Aku berjalan mondar-mandir disitu sambil<br />
memikirkan kira-kira kemana kedua temanku tadi.<br />
<br />
Akhirnya aku mencoba alternatif terburuk, yaitu kamar<br />
tidur Mbak Ida. Konyolnya, aku tidak menjumpai pintu<br />
lain selain ke kamar mandi dan ke kolam renang tadi.<br />
Rumah ini memang terasa begitu besar karena tidak ada<br />
sekat-sekat ruangannya. Berarti dimana letak kamar<br />
tidurnya? Setelah berpikir beberapa menit, naluri<br />
petualangku mengatakan bahwa kamar tidur seorang<br />
'pemburu' umumnya tergabung dengan kamar mandi atau<br />
setidaknya memiliki akses langsung ke kamar mandi. Aku<br />
jadi teringat akan pintu di kamar mandi tadi.<br />
Segeralah aku melangkah ke kamar mandi, oops! kimono<br />
panjang ini mengganggu langkahku, jadi aku melepaskan<br />
dan menaruhnya di meja makan.<br />
<br />
Setibanya aku di kamar mandi, terlihat pintu yang<br />
kumaksud terbuka sedikit. Lampu kamar mandi yang<br />
terang membuat aku tidak dapat melihat apa-apa dari<br />
celah pintu itu, tampak temaram di sana. Pelan-pelan<br />
aku melangkahkan kaki ke sana. Setelah makin dekat,<br />
terasa dinginnya hembusan hawa AC dari celah pintu<br />
yang terbuka sedikit itu, terdengar pula alunan lembut<br />
musik soundtrack Titanic dari Kenny G. Hm...Apakah<br />
mereka berdua ada di situ? Kalaupun iya, apa yang<br />
mereka lakukan? Bukankah Nova seorang straight? Apakah<br />
Mbak Ida mencoba menjahili Nova? Atau apakah Nova<br />
ingin mencoba petualangan baru? Berbagai pikiran jorok<br />
berkembang dalam benakku, membuat aku tidak segera<br />
memasuki ruangan di balik pintu itu. Hm...Apakah aku<br />
harus langsung masuk? Atau mungkin menunggu di ruang<br />
tamu sambil pura-pura tertidur? Atau harus mengintip<br />
dulu? Uhh...bingung juga. Anyway, aku harus melakukan<br />
sesuatu, bukan?<br />
<br />
Setelah memantapkan diri aku memegang handel pintu<br />
dan dan mendorongnya hingga terbuka. Nah, tampaklah<br />
kamar tidur Mbak Ida yang ternyata tidak terlalu<br />
besar, namun dindingnya berlapis kayu jati berwarna<br />
gelap. Lampu yang kuning temaram membuat suasana<br />
terasa gelap. Dinding kayu itu polos tidak tertempeli<br />
hiasan apa-apa, karpet tebal di lantai juga polos<br />
berwarna coklat tua, tepat di tengah-tengah ruangan<br />
teronggok tempat tidur kayu besar. Nah, di atas<br />
ranjang besar itulah Nova tertelungkup dengan<br />
bikininya, sementara si pembantu pria yang tadi<br />
kucari-cari kini sedang duduk di atas pantat Nova dan<br />
memijiti punggung wanita itu. Keduanya tampak agak<br />
terkejut melihat kehadiranku.<br />
"Wah, Sari! Kamu juga mau ikutan ya?" Terdengar suara<br />
Mbak Ida mengejutkanku.<br />
<br />
Wanita itu duduk di sebuah sofa di pinggir kamar.<br />
Rambutnya masih tampak basah dari kolam renang tadi,<br />
bikini merahnya yang tipis dan agak basah tidak<br />
berfungsi menyembunyikan apa-apa lagi.<br />
<br />
"Pjitan si Beni enak nggak, Nov?" Cerocos Mbak Ida<br />
lagi.<br />
"Mmm...mmm...lumayan lah, mbak!" Jawab Nova yang masih<br />
tertelungkup di ranjang, dipijit oleh si Beni yang<br />
bertelanjang dada.<br />
"Oh, well..." Aku seperti kehabisan kata-kata karena<br />
dihadapkan pada suasana yang agak tidak wajar.<br />
<br />
Aku lantas duduk di sofa di samping Mbak Ida,<br />
mengamati wajah Nova yang kini tampak terpejam-pejam<br />
karena otot kakinya sedang dipijat oleh si Beni. Dari<br />
cara memijatnya, sepertinya Beni memang orang yang<br />
ahli dalam hal tersebut, bukan hanya seorang yang asal<br />
pencet. Setelah sesaat mencoba beradaptasi, aku<br />
menengok ke Mbak Ida.<br />
<br />
"Mbak Ida nggak dipijit juga?" Tanyaku.<br />
"Aku sih udah selesai." Jawabnya singkat, "Kamu mau<br />
nyoba? Enak lho, Sar."<br />
"Iya coba aja Mbak Sari!" Sahut Nova yang rupanya<br />
sudah selesai dipijit, ia kini menghampiri sofa tempat<br />
kami duduk.<br />
"Enak kok, jadi terasa lebih lentur seperti jelly!"<br />
Candanya menambahkan.<br />
"Eh, Ben! Jangan kembali dulu, nih Ibu Sari juga<br />
pengen dipijit!" Seru Mbak Ida pada pemuda Maluku itu.<br />
<br />
Aku beranjak menuju tempat tidur besar itu. Beni<br />
tampak tersenyum manis dan mengangguk hormat padaku.<br />
Hmm...Not bad, pikirku. Meski amat pendek dan hanya<br />
setinggi dadaku, pemuda ini otot-ototnya lumayan<br />
'jadi' juga. Beni yang kulit tubuhnya hitam legam itu<br />
hanya mengenakan celana jeans pendek yang menunjukkan<br />
adanya tonjolan khas pria, baguslah, pikirku. Ia<br />
normal, pria mana yang tidak bereaksi seperti itu<br />
kalau diijinkan menyentuh badan si Nova yang memang<br />
atletis dan kesat. Nah, kita tunggu bagaimana reaksi<br />
dia setelah memijiti badan si pemburu ini, hmm, pemuda<br />
yang beruntung, pikirku nakal.<br />
<br />
"Apa perlu saya buka pakaian?" Tanyaku pada Beni<br />
dengan nada serius namun bertujuan menggoda.<br />
Pemuda itu diam dan tampak bingung lalu melirik ke<br />
arah majikannya.<br />
"Hahahahahaha!" Mbak Ida tertawa gelak, "Nggak apa-apa<br />
Ben! Ibu Sari itu badannya oke punya lhoo!"<br />
<br />
Beni tampak ragu-ragu dan menelan liur, reaksi yang<br />
aku sukai untuk digoda! Aku malah tanpa ragu-ragu<br />
menurunkan lengan pakaian renang ini ke kiri kanan dan<br />
menariknya ke bawah, hingga kini pemuda beruntung itu<br />
dapat melihat segalanya di bawah sinar lampu yang<br />
kuning temaram. Mulut Beni menganga menyaksikan<br />
semuanya. Di hadapannya berdiri si pemburu, tanpa<br />
selembar benangpun, dengan postur yang satu setengah<br />
kali lebih tinggi darinya, berwarna kuning bersih dan<br />
halus semampai. Aku menarik nafas dalam agar kedua<br />
dadaku membusung ke depan, lalu menghembuskan nafas<br />
lagi hingga kedua bukit yang tidak besar itu kembali<br />
ke posisi semula, dan bola mata Beni mengikuti gerakan<br />
kedua benda indah itu. Aku tersenyum sambil<br />
menyipitkan mata menggodanya, dan memanjat naik ke<br />
ranjang dan membaringkan badanku tertelungkup di kasur<br />
pegas empuk itu.<br />
<br />
"Hey, ayo, jangan bengong, Ben!" Seru Mbak Ida sambil<br />
tertawa-tawa, "Tunjukkan pijitan terbaikmu!"<br />
"Lho, emangnya yang diberikan ke aku tadi bukan<br />
pijitan dia yang terbaik?" Tanya Nova yang kini duduk<br />
di samping Mbak Ida.<br />
"Lah, kalau buat Sari ya lain dong Nov!" Cerocos Mbak<br />
Ida lagi, "Untuk Sari kan harus<br />
yang...hm...menyentuh!"<br />
<br />
Nova dan Mbak Ida lalu tertawa tawa sementara kini<br />
kurasakan tangan-tangan Ben mengoleskan baby oil ke<br />
betisku dan mulai memijit. "Waaaa!" Aku menjerit keras<br />
ketika kurasakan pijitan jari-jari Ben begitu keras<br />
dan menyakitkan. Kontan saja Beni menghentikan<br />
pijitannya dan memasang ekspresi penuh rasa bersalah.<br />
"Pelan-pelan aja, Mas Beni!" Kataku mencoba<br />
menghiburnya, "Mulai dari punggung aja nggak apa-apa<br />
kok."<br />
<br />
Lantas Beni mulai mengolesi punggungku dengan baby<br />
oil, dan mulai memijit pelan-pelan. Hmm...harus kuakui<br />
rasanya memang mantap dan membuat rileks. Biasanya,<br />
pria yang tahu memijit wanita adalah pria yang hebat<br />
di ranjang, tapi aku segera membuang pikiran konyol<br />
itu dan memejamkan mata menikmati pijitan-pijitannya<br />
yang melemaskan otot. Hm, menyenangkan sekali dipijit<br />
oleh pemijit ahli, di ruangan ber AC yang temaram,<br />
diiringi musik instrumental Kenny G.<br />
<br />
Saat asyik-asyiknya memejamkan mata menikmati<br />
suasana, aku sayup-sayup mendengar erangan wanita di<br />
tengah alunan lembut saxophone itu. Apakah memang di<br />
kaset Kenny G terdapat sound effect seperti itu? Ah,<br />
aku rasa tidak. Aku membuka mata sedikit, dan menatap<br />
lurus ke arah sofa di pinggir kamar. Dan aku segera<br />
mendapat jawaban darimana rintihan itu berasal.<br />
Di atas sofa itu, Mbak Ida juga tampak sedang memijit<br />
badan Nova dari belakang. Tepatnya, Mbak Ida sedang<br />
mengusap-usap pinggang Nova yang terbuka, sambil<br />
menciumi leher kawanku itu. Novanya tidak menunjukkan<br />
perlawanan sedikitpun, malah tangan kirinya memeluk<br />
kepala Mbak Ida yang kini mencium dan menjilati leher<br />
kirinya. Pelan-pelan jemari lentik Mbak Ida merambati<br />
pinggang Nova ke atas, lalu menyusup ke balik bikini<br />
basah yang dikenakan Nova. Membuat payudara Nova<br />
seperti tersentak-sentak karena nafasnya menjadi sulit<br />
diatur. Wajah Nova yang terpejam itu kini tampak<br />
begitu terangsang oleh gerakan-gerakan Mbak Ida.<br />
Dengan gerakan cepat, Mbak Ida melepaskan bikini<br />
bagian atas itu, hingga kini kedua payudara Nova yang<br />
memang menurutku amat indah, padat, putih bersih<br />
dengan puting kecoklatan itu terpampang jelas.<br />
"Hey, kamu kok membuka mata, Sar?" Kata Mbak Ida yang<br />
kini menatap tajam ke arahku.<br />
<br />
Aku tidak bisa berkata apa-apa. Kulihat wajah Nova,<br />
wajah itu kini tampak sayu dan matanya menatap ke<br />
arahku dengan tatapan dingin dan datar, seolah tidak<br />
ingin aku mengganggunya. Ya ampun, pikirku. Apa yang<br />
aku kuatirkan telah terjadi. Pijitan-pijitan Ben kini<br />
tidak lagi terasa. Aku mengangkat kepalaku dari<br />
ranjang dan bermaksud meminta Mbak Ida berhenti<br />
mempermainkan badan Nova. Namun Nova malah mengelus<br />
paha Mbak Ida yang kini menghimpit pinggangnya di<br />
kiri-kanan.<br />
"Tenang aja lah Sar, Nggak apa-apa kan,<br />
sekali-sekali!" Seru Mbak Ida, "Ben, kamu ikuti apa<br />
yang aku kerjakan ya?"<br />
<br />
Mengakhiri kalimatnya itu, Mbak Ida lalu meremas-remas<br />
payudara Nova dengan mantap namun lembut sambil<br />
menjilati rahang dan lehernya. Nova tampak memiringkan<br />
kepalanya, terpejam-pejam sambil mendesah-desah<br />
menggumamkan nama Mbak Ida. Tiba-tiba aku merasakan<br />
apa yang kini dirasakan oleh Nova. Tangan-tangan Beni<br />
menyusup di antara payudaraku dan kasur ini, lalu<br />
meremas-remas dan memilin-milin puting susuku. Aku<br />
terhenyak dan memejamkan mata karena serbuan yang<br />
tiba-tiba itu, segera aku mengosongkan pikiran dan<br />
membuang semua logika, membiarkan diri larut dalam<br />
petualangan baru.<br />
<br />
Pelan-pelan aku merasa tubuhku diangkat dan<br />
didudukkan di ranjang, sementara Beni duduk di<br />
belakangku dan mengusap serta meremas-remas kedua<br />
payudaraku lembut. Sejenak kemudian puting-puting<br />
susuku terasa menegang terangsang, sementara payudara<br />
ini terasa kaku dan memadat. Aku membuka mata dan<br />
melihat bagaimana Mbak Ida menghimpit pinggang Nova<br />
dari belakang dengan kedua kakinya, ibujari kaki kanan<br />
Mbak Ida kini menyusup ke balik celana bikini Nova dan<br />
bergerak-gerak disitu, sementara tangannya terus<br />
menjentik-jentik puting susu Nova. Mbak Ida sendiri<br />
tampak amat terangsang, dagunya terkait di pundak kiri<br />
Nova sambil wajahnya terpejam-pejam, mungkin karena<br />
gesekan dadanya dengan punggung Nova. Sementara Nova<br />
tak kalah terangsang, kedua alisnya menyatu di tengah<br />
kening dan giginya terkatup meski bibirnya setengah<br />
terbuka, dan mendesah-desah norak,<br />
"Aduuhhhh...aduuuhhhh....enaknya Mbak<br />
Idaaahhhh...aduuhhhhssshh. Birahi dalam tubuhku<br />
tergugah ketika melihat Nova diperlakukan seperti itu,<br />
terbayang rasanya jika badanku diperlakukan demikian.<br />
<br />
Tampaknya Beni menyadari hal itu, namun tidak<br />
menirukan gerakan Mbak Ida. Ia menyusupkan kepalanya<br />
di bawah ketiak kiriku dan mengulum-ngulum puting<br />
susuku dari situ, Uhhh...rasanya geli dan merangsang<br />
bukan main. Sementara jari-jari tangan kanannya<br />
menguakkan bibir kewanitaanku hingga terbuka dan jari<br />
tangan kirinya memijit-mijit di dalam situ,<br />
Aduuuhhhh...nafasku sampai tersengal-sengal dan<br />
rasanya sulit menjaga kedua mataku agar tidak<br />
menyipit-nyipit. Aku hanya menggeretakkan gigiku<br />
rapat-rapat menahan rangsangan ini. Ingin memejamkan<br />
mata, namun aku tidak ingin melewatkan pemandangan di<br />
hadapanku, dimana Nova sedang dikerjai habis-habisan<br />
oleh tangan-tangan Mbak Ida yang begitu berpengalaman.<br />
Ohh, sungguh pemandangan yang membuat kewanitaanku<br />
berdesir melembab.<br />
<br />
Titik-titik keringat mulai tampak di tubuh Nova meski<br />
AC sangat dingin. Tubuh lencir atletis itu kini tampak<br />
lunglai seperti selembar handuk, dan pasrah saja<br />
ketika Mbak Ida menelentangkannya di karpet dan<br />
menjilat-jilat paha bagian dalamnya. Saat diperlakukan<br />
seperti itu, Nova menggeliat-geliat seperti kesetanan<br />
sambil mengaduh-aduh keras dan kedua tangannya<br />
berpegangan pada kepala Mbak Ida di selangkangannya.<br />
Melihat kondisi itu, otot-otot kewanitaanku tiba-tiba<br />
mengejang menangkap jari tengah Beni yang sedang<br />
berada di dalamnya. Merasakan jarinya dijepit begitu,<br />
Beni malah menggerakkannya keluar masuk kewanitaanku<br />
dengan cepat sambil mengait-ngait di dalam, tentu saja<br />
tubuhku jadi terjingkat-jingkat kegelian dan<br />
punggungku melengkung seperti busur panah. Kudekap<br />
kepala Beni yang menempel pada puting susu kiriku agar<br />
ia tak menghentikan hisapan dan jilatannya pada puting<br />
yang telah mengeras ini. Rintih dan eranganku ikut<br />
terdengar memenuhi ruangan, menutupi lembutnya alunan<br />
saxophone Kenny G.<br />
<br />
Aku benar-benar telah terangsang hebat. Aku tidak<br />
lagi mempedulikan Nova dan Mbak Ida yang kini tengah<br />
berpelukan erat sambil paha-paha mereka saling<br />
menggesek kewanitaan mereka. Aku bangkit dari duduk<br />
dan menunggingkan badanku, mempersilakan Beni<br />
menikamkan kejantanannya. Sejenak Beni melepaskan<br />
tubuhku, terdengar suara kain berjatuhan saat Beni<br />
membuka Jeans-nya, lalu tubuhku segera terasa penuh<br />
terjejali benda hangat yang keras dan tegang, yang<br />
membuatku langsung terpejam dan menengadahkan kepala<br />
menahan rasa nikmat tak terkira ini. Aku setengah<br />
membuka mata sambil meringis-ringis keenakan. Kedua<br />
alisku kini menyatu di keningku, mengikuti ekspresi<br />
penuh birahi dari Nova dan Mbak Ida di karpet. Terasa<br />
pinggul Beni menabrak-nabrak pantatku ketika ia<br />
menggerakkan tubuhnya maju mundur. Gesekan<br />
kejantanannya terasa membuat dinding-dinding<br />
kewanitaanku menjadi panas dan berdenyut. Otot-otot di<br />
dalam sana berusaha mencengkeram kejantanan yang<br />
bertekstur kasar itu...Aduuuhhhh...rasanya nikmat<br />
sekali disetubuhi dari belakang sambil menatap tubuh<br />
kawan sekantorku dinikmati habis-habisan oleh seorang<br />
wanita petualang berpengalaman.<br />
<br />
Bermenit-menit lamanya posisi tidak berubah, namun<br />
kenikmatan serta sensasi yang kurasakan terasa kian<br />
memenuhi batinku. Badanku terasa begitu nikmat<br />
digempur oleh kejantanan Ben, apalagi kedua telapak<br />
tangannya kini berada pada payudara-payudaraku dan<br />
memencet-mencet puting susuku. Uhhh...enak sekali<br />
rasanya...Dari atas ranjang besar ini, aku melihat<br />
tubuh-tubuh indah Mbak Ida dan nova kini saling<br />
berdekapan makin erat dan kaki-kaki mereka semakin<br />
cepat bergerak pada selangkangan mereka...lalu kedua<br />
tubuh semampai itu tiba-tiba mengejang dan wajah-wajah<br />
mereka menunjukkan eksresi kosong yang setengah<br />
memejamkan mata dan mulut menganga. Lalu keduanya<br />
lunglai di atas karpet sambil terengah-engah dan tetap<br />
berpelukan. Aku membayangkan nikmat dan hangatnya<br />
puncak yang telah mereka capai dan<br />
menggoyang-goyangkan pinggulku untuk berjuang mencapai<br />
puncakku sendiri. Beni tampaknya juga dapat bekerja<br />
sama, ia mengikuti gerakan-gerakanku. Namun tidak<br />
semuanya sesuai harapan, tiba-tiba Beni mencabut<br />
kejantanannya dan melepaskan kedua payudaraku. Aku<br />
masih tetap menungging pada kedua lututku di ranjang<br />
ketika cairan panas terasa menyemprot ke punggungku.<br />
Ahhh, sial benar nasibku. Beni telah mencapai<br />
puncaknya, dan kini duduk di tepi ranjang sambil<br />
terengah-engah pucat.<br />
<br />
"M-Maafkan saya, Bu..." Kata Beni terbata-bata.<br />
"Hmmhhh...." Aku menarik nafas panjang sambil menatap<br />
kedua matanya penuh rasa marah.<br />
"Nggak apa-apa kok Ben, kamu hebat sekali." Jawabku<br />
setelah menguasai emosi, "Dah, tidur di kamarmu sana!"<br />
<br />
Beni lalu berjalan tertatih-tatih keluar kamar. Aku<br />
menatapnya dengan rasa benci, dasar pria tidak<br />
bertanggung jawab! Mending kalau dia suamiku, tapi dia<br />
hanya pembantu kawanku, sebal sekali rasanya.<br />
Kutelentangkan diri di ranjang besar itu menatap ke<br />
langit-langit yang berhiaskan cermin di sana-sini.<br />
Menatap bayangan tubuhku sendiri yang gelisah di atas<br />
sprei putih yang kusut, menatap bayangan tubuh Nova<br />
dan Mbak Ida yang masih saling berpelukan di karpet<br />
sambil terpejam dengan ekspresi puas. Sungguh tidak<br />
adil, pikirku. Karena birahiku sulit kutahan, akhirnya<br />
aku melakukan apa yang selama ini pantang kulakukan,<br />
yaitu memuaskan diri sendiri.<br />
<br />
Kupejamkan kedua mataku, aku berkonsentrasi penuh<br />
membayangkan postur tubuh laki-laki idamanku, The Big<br />
D! Kubasahi ujung jariku dengan lidah, lalu<br />
kupilin-pilin kedua putingku, membayangkan ia sedang<br />
mengulum-ngulumnya...hmmm...tidak terasa seperti<br />
dikulum beneran, tapi siapa peduli itu di tengah<br />
kondisi seperti sekarang. Kutekan-tekan sendiri<br />
klitoris dan liang kewanitaanku yang terasa becek dan<br />
hangat. Uhhh...cukup lama juga aku menggeliat-geliat<br />
sendiri di atas ranjang besar itu sambil kedua<br />
tanganku menjamah tubuhku sendiri. Sampai tiba-tiba<br />
aku merasakan kasur bergerak-gerak karena ada orang<br />
lain yang naik ke ranjang. Ah, pasti Mbak Ida ingin<br />
memanfaatkan situasi, pikirku. Tadinya aku ingin<br />
menolak, tapi kuurungkan niatku karena ingin mencapai<br />
puncak yang sejak tadi tidak kesampaian. Kubiarkan<br />
saja ia menjamah tubuhku sambil aku tetap dengan setia<br />
membayangkan bahwa The Big D lah yang melakukannya<br />
padaku.<br />
<br />
Terasa jilatan-jilatan dari lidah dan bibir yang<br />
halus dan hangat menyapu kedua putingku bergantian,<br />
pelukan hangat terasa seperti menyelimuti tubuh<br />
rampingku, dan sebuah paha halus menyelip di antara<br />
kedua tungkaiku, menggosok-gosok di situ. Sebuah jari<br />
lentik menyusul masuk ke dalam liang<br />
kewanitaanku...disusul satu jari lagi hingga kini dua<br />
jari berdesakan di dalam liang kewanitaanku.<br />
Uhhh...semuanya membuatku seperti melayang-layang di<br />
udara. Ahh, aku tidak tahu apa lagi yang terjadi, yang<br />
jelas seluruh tubuhku seperti diselimuti kehangatan<br />
yang amat nyaman. Sentuhan jemari-jemari lentik dan<br />
bibir lembut bergantian menyapu ke sekujur badan ini,<br />
memercikkan bunga-bunga api birahi yang makin lama<br />
makin terasa hangat dan nikmat. Kedua jari dalam liang<br />
kewanitaanku pun menari-nari dengan gemulai seolah<br />
sudah mengenal betul tempat-tempat yang harus<br />
dihinggapinya. Ahhh...nikmattt sekali, meski aku<br />
memejamkan mata, aku seperti dapat melihat tubuhku<br />
sendiri sedang menggelinjang-gelinjang dan<br />
mengerang-ngerang dijilati oleh lidah-lidah api birahi<br />
ini.<br />
<br />
Tidak seperti biasanya, puncak kenikmatan kali ini<br />
terasa datang perlahan-lahan dan lembut. Kehangatan<br />
tiba-tiba menyelimuti tubuhku ketika aku merasakan<br />
tubuhku dipeluk dengan hangat dan erat serta leherku<br />
dihujani ciuman, menambah kenikmatan di puncak yang<br />
kini baru saja kurasakan. Hm...terbayang wajah dan<br />
tubuh The Big D memelukku dengan penuh kasih sayang.<br />
Sulit juga membayangkan otot-otot padatnya, karena<br />
yang kurasakan menempel di dadaku sekarang adalah<br />
payudara wanita lain, dan bukannya dada The Big D yang<br />
bidang dan ditumbuhi rambut-rambut halus itu. Tapi<br />
rasa nikmat terus mengguyur sekujur tubuhku, hingga<br />
sempat aku tak ingat apa-apa untuk beberapa detik.<br />
<br />
Pelan-pelan gelombang kenikmatan itu meninggalkan<br />
diriku, membiarkan kesadaranku kembali mengambil alih.<br />
Masih terasa dekapan hangat pada tubuhku. Terpikir<br />
juga olehku untuk mengucapkan terimakasih nanti pada<br />
Mbak Ida, sekaligus mengucapkan selamat karena ia<br />
berhasil menjamah tubuhku kali ini. Hmm...hampir aku<br />
membuka mata, namun kuurungkan niatku karena masih<br />
ingin menikmati kehangatan pelukan yang somehow terasa<br />
penuh kasih sayang ini. Aku mempererat pelukanku pada<br />
tubuh semampai yang menindihku itu, sampai aku<br />
menyadari bahwa bahu tempat daguku bersandar terasa<br />
lebar dan berotot kencang seperti bahuku sendiri. Ah?<br />
Aku hampir tidak percaya. Pelan-pelan aku membuka<br />
mata, dan menatap tajam ke arah cermin di<br />
langit-langit yang kini menunjukkan dengan jelas siapa<br />
yang bercinta denganku barusan.<br />
"Nova?!!" Aku menjerit agak membentak sambil<br />
melepaskan pelukan hangat itu.<br />
Kulihat Nova agak terkejut. Tubuh telanjangnya kini<br />
teronggok di sampingku dengan tangannya masih memegang<br />
bahuku. Wajahnya tampak sayu meski dipenuhi ketakutan.<br />
Sorot matanya tampak menyesal dan menatap sendu ke<br />
arah mataku.<br />
"Whattahell have you done?" Tanyaku setengah membentak<br />
tanpa mengharapkan jawaban. Dan memang Nova tidak<br />
menjawab. Ia hanya menatapku dengan wajah manisnya<br />
yang kini tampak sedih. Bibirnya bergerak-gerak pelan<br />
meski terkatup rapat, dan matanya yang biasanya tajam<br />
itu kini digenangi setetes air yang kemudian bergulir<br />
jatuh melewati pipinya.<br />
<br />
Aku tidak mempedulikannya dan segera bangkit berdiri<br />
dari ranjang. Dengan tanpa berusaha menutupi<br />
ketelanjanganku, aku melangkah cepat ke arah pintu,<br />
dan bergegas kembali ke kamar mandi dan mengguyur<br />
kepalaku dengan air dingin. Tanpa menunggu badanku<br />
kering, aku melanjutkan langkah kembali ke ruang tamu,<br />
mendapati pakaian kerjaku tergeletak kusut di meja<br />
makan, dan segera mengenakannya kembali pada tubuhku<br />
yang masih basah. Aku terduduk di kursi sambil kedua<br />
sikuku bertelekan di meja dan telapak tanganku<br />
mencengkeram kepalaku sendiri, menyesali yang terjadi<br />
barusan. Bukan diriku sendiri yang kusesali, melainkan<br />
Nova. Anak muda yang manis itu, yang dulunya lugu<br />
namun cerdas, yang secara tak sengaja terseret dalam<br />
pola hidupku, yang kini terseret makin jauh. Ah,<br />
gila...kenapa aku merasa demikian bersalah? Mungkin<br />
karena selama ini aku memproyeksikan Nova untuk bisa<br />
menggantikan posisiku di perusahaan, mungkin karena<br />
aku juga bercita-cita untuk merubah hidupnya yang dulu<br />
kurang bahagia, mungkin juga karena aku sudah begitu<br />
mencintai dan menganggapnya seperti adikku sendiri,<br />
dan jelas-jelas telah membawanya pada kehidupan<br />
yang...seperti ini. Apakah aku sudah menyeretnya<br />
terlalu jauh di luar kemauan kami sendiri?<br />
"Sari." Suara berat Mbak Ida tiba-tiba mengejutkanku.<br />
Aku melepaskan cengkeramanku pada kepalaku sendiri,<br />
mengusap mataku yang tadi agak berkaca-kaca, dan<br />
menatap tajam ke arah wanita itu dengan sorot mata<br />
sangat menyalahkan.<br />
"Kamu mau nyalahin aku lagi?" Tanyanya dengan nada<br />
datar sambil terus menatap mataku dari seberang meja<br />
makan.<br />
<br />
Ia masih mengenakan kimono hitam tipisnya yang tadi<br />
sempat kukenakan. Tali kimono dibiarkannya tidak<br />
terikat hingga separuh tubuhnya terlihat jelas. Rambut<br />
merahnya pun masih belum benar-benar kering, hingga<br />
penampilannya secara keseluruhan terlihat agak<br />
menakutkan.<br />
"Ini memang yang kamu mau 'kan, Mbak?" Tanyaku kembali<br />
dengan nada tajam.<br />
Mbak Ida menggelengkan kepala sambil memejamkan mata,<br />
"Nggak." Jawabnya singkat.<br />
"Kamu terlalu memaksakan dia untuk menjadi seperti<br />
kamu." Lanjut Mbak Ida sambil berdiri dari kursinya<br />
dan melangkah ke arah rak buku di sudut ruang tamu.<br />
Aku diam saja, sambil terus mengikuti kemana jalannya<br />
tubuh semampai itu.<br />
"Apakah itu salah?" Tanyaku padanya, seperti tidak<br />
mengharap jawaban.<br />
"Nggak." Jawab Mbak Ida tetap membelakangiku, "Sama<br />
sekali nggak salah."<br />
Aku tetap terdiam sambil menatapnya mengambil sebuah<br />
buku dan membalik-balik beberapa halaman, menyelipkan<br />
sebuah pembatas halaman pada halaman yang<br />
dikehendakinya, lalu kembali menghampiri meja sambil<br />
menatap wajahku. Diletakkannya telapak tangan kirinya<br />
di bahuku sambil memijit-mijit kecil, aku<br />
membiarkannya berbuat begitu sambil menunggu<br />
kata-katanya lagi.<br />
"Orang seperti kamu, yang kepala batu dan berambisi<br />
tinggi..." Katanya seperti setengah berbisik, "...yang<br />
merasa serba bisa, dan merasa paling kuat..." Ia<br />
berhenti sejenak sambil mengangkat tangannya dari<br />
bahuku, "...pengen mencoba merubah kehidupan seorang<br />
yang lugu seperti Nova? Agar dia bisa jadi seperti<br />
kamu? Agar dia bisa 'hidup bahagia dan bebas' seperti<br />
kamu? Agar dia bisa memilih kemana akan hinggap dan<br />
tidak harus menunggu dihinggapi?" Cerocosnya dengan<br />
nada menyalahkan, ia menyebutkan kembali semua kalimat<br />
yang pernah kukatakan padanya tentang filosofi<br />
hidupku, tentang ambisi pengejaran cita-cita dan pola<br />
pikir struggle for excellence yang selama ini aku<br />
anut. Entah kenapa, tapi kata-kata Mbak Ida seperti<br />
membuatku jadi merasa makin tidak enak dan merasa<br />
bersalah.<br />
<br />
"Cobalah sekali-sekali ngaca, Sar!" Serunya lagi<br />
sambil meletakkan buku yang baru diambilnya di<br />
hadapanku, "Coba pikir siapa sebenarnya kamu...apa<br />
yang sebenarnya kamu kejar...apa kamu yakin kalau<br />
orang lain juga bisa mengikuti pola pikir kamu?"<br />
Dagunya bergerak ke atas sedikit, memberiku komando<br />
agar melihat ke arah buku yang diletakkannya tadi.<br />
Tanganku bergerak meraih buku hard cover bersampul<br />
cokelat gelap itu, "Becoming a Person of Influence"<br />
Judulnya.<br />
<br />
Pelan-pelan aku membuka halaman yang oleh Mbak Ida<br />
telah diberi pembatas. Di situ tertulis sebuah salinan<br />
dari sebuah batu nisan di Inggris, yang bunyi<br />
terjemahannya kurang lebih begini,<br />
"Semasa mudaku, aku bercita-cita mengubah sikap dunia.<br />
Namun ternyata tidak mudah. Setelah aku beranjak<br />
dewasa, aku bercita-cita mengubah sikap negaraku.<br />
Namun ternyata tidak mudah juga. Setelah aku beranjak<br />
tua, aku bercita-cita mengubah sikap keluarga dan<br />
sahabat-sahabatku. Namun ternyata sudah terlambat.<br />
Kini, di akhir hayatku aku terpikir, seandainya sejak<br />
awal aku mengubah sikapku sendiri, mungkin keluarga<br />
dan sahabat-sahabatku akan ikut berubah sikap, dan<br />
mereka bisa membawa perubahan pada negaraku. Dan jika<br />
negaraku berubah lebih baik, pengaruhnya akan mengubah<br />
sikap dunia menjadi lebih baik."<br />
Sejenak aku merenungi tulisan yang baru kubaca.<br />
Tulisan itu seperti menyadarkan diriku tentang apa<br />
yang seharusnya lebih kupikirkan tentang diriku,<br />
tentang masa depanku, dan tentang kehidupan orang lain<br />
di sekitarku.<br />
<br />
Lama setelah itu, Nova muncul dari kamar mandi dengan<br />
mengenakan kimono handuk berwarna merah muda. Tanpa<br />
berkata apa-apa dan tanpa melihat ke arahku, ia<br />
mengambil pakaian kerjanya di meja makan, lalu<br />
membawanya kembali ke kamar mandi, untuk beberapa<br />
detik kemudian ia keluar lagi dengan sudah mengenakan<br />
pakaian kerja yang tadi dipakainya kemari.<br />
"Aku rasa sudah waktunya kalian untuk pulang." Ujar<br />
Mbak Ida dengan nada datar sambil tidak melihat ke<br />
arah kami.<br />
<br />
Tanpa banyak basa-basi, aku dan Nova melangkah keluar<br />
ruangan. Di beranda, Lubas Herera memandangi kami dan<br />
berjalan mengikuti kami sampai ke gerbang yang tidak<br />
terkunci. Aku melangkah masuk ke Katana hijauku, dan<br />
Nova menyusul setelah menutup gerbang dan mengunci<br />
gemboknya, meninggalkan Lubas Herera yang kini berdiri<br />
dengan dua kaki belakangnya hingga kepalanya seperti<br />
melongok keluar dari lubang di gerbang kayu itu.<br />
Tatapan bodohnya mengiringi kepergian kami.<br />
<br />
Di dalam mobil, Nova meminta maaf padaku dan<br />
mengatakan bahwa ia melakukannya padaku tadi karena<br />
menyayangiku. Aku menarik tubuhnya dan membiarkannya<br />
bersandar pada bahu kiriku sementara aku mengemudi.<br />
Kubiarkan ia menangis sejadi-jadinya di bahuku.<br />
Meratapi kesepiannya sekarang, meratapi kesendiriannya<br />
di kota S, kota yang semula dijadikan tumpuan<br />
harapannya untuk masa depan yang baik. Sambil<br />
mengemudi, tanpa terasa pipiku sendiri juga dialiri<br />
air dari mataku. Aku menenangkan Nova dan menyatakan<br />
pengertianku padanya. Kami berjanji untuk tetap tidak<br />
mengulangi kesalahan yang seperti tadi, sekaligus<br />
menyatakan diri untuk saling menganggap adik-kakak,<br />
agar hubungan kami lebih dari sekedar teman sekerja.<br />
Aku pun berjanji pada diriku sendiri untuk lebih<br />
memberikan pengertian pada Nova, bahwa perburuan yang<br />
selama ini terjadi bukannya didasari oleh pemuasan<br />
kebutuhan, melainkan untuk mencari yang terbaik. OK,<br />
kadang-kadang memang ada dorongan yang tak terelakkan<br />
untuk lebih mementingkan kebutuhan diri. Namun pikiran<br />
logis dan akal sehat tetap harus menduduki prioritas<br />
pertama. Aku mengantar Nova kembali ke pondokannya,<br />
lalu memacu Katana Hijau sekencang-kencangnya kembali<br />
ke "The Huntress's Lair" nama yang diberikan oleh The<br />
Big D untuk tempat tinggalku di apartemen P di ujung<br />
barat kota.<br />
<br />
Nah, ceritanya sudah selesai. Sekedar info, teman saya<br />
Nova itu kini sudah menikah dengan seorang banker<br />
sukses, dan memiliki seorang anak laki-laki yang manis<br />
seperti ibunya. Sebenarnya banyak petualangan yang<br />
saya lewatkan bersamanya. Namun kini ia tidak lagi<br />
mengembara, tidak juga menggantikan posisi lama saya<br />
di kantor. Ia lebih memilih hidup bahagia bersama<br />
keluarganya dan mengelola usahanya sendiri. Mbak Ida<br />
kini juga sudah pensiun dari avonturirnya. Ia hijrah<br />
ke Aussie untuk menetap bersama kekasihnya, seorang<br />
wanita pengusaha yang juga sukses di bidang real<br />
estate. Sementara saya sendiri? Well, goals saya<br />
adalah mencapai posisi tertinggi di kantor dalam<br />
beberapa bulan ke depan, menikah, lalu mengundurkan<br />
diri dari jabatan bergengsi itu untuk mengelola bisnis<br />
sendiri bersama pasangan saya. Semoga apa yang saya<br />
pelajari dari kehidupan ini bisa berguna untuk masa<br />
depan saya, dan masa depan generasi berikutnya. Semoga<br />
juga saya mampu memperbaiki diri saya sendiri dulu,<br />
seperti di kutipan buku yang ditunjukkan Mbak Ida pada<br />
saya tadi. Bagaimana dengan Anda?Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-79573969140828036122017-04-01T23:31:00.001-07:002017-04-01T23:31:17.128-07:00Sari - NormanCredit goes to Sari The Lust Hunter.<br />
Thanks to Wiro The Legend.<br />
---<br />
<br />
<br />
Malam itu, sepulang dari kantor, dua orang wanita rekanku mengajak bersenang-senang sejenak untuk melupakan kesibukan. Memang hari-hari itu terasa sangat menyesakkan dada dan memeras keringat (Meski agak memalukan kalau diingat bahwa semua kesibukan yang kulakukan itu hanya untuk bisa memarkir mobil di sebuah petak yang berbeda dengan yang selama ini harus didapat secara berebut). Kedua temanku itu Reni dan Nova single dan masih muda, usianya dua-tiga tahun dibawahku (tua nih!) Mereka relatif masih 'fresh from the oven' dan belum banyak mengenal dunia malam, meski ngakunya sok 'bergaya hidup bebas'.Sejak awal, mereka berjanjian untuk memakai busana paling seksi dan 'mengundang' untuk acara malam itu. Ketika mereka mengajakku untuk tampil demikian, aku hanya tersenyum karena mereka mengatakannya di kantin hingga didengar banyak orang. Tapi sejujurnya aku rada bingung juga untuk memilih pakaian macam apa yang harus kukenakan malam itu.<br />
<br />
<br />
Setelah menanti jarum jam bergerak dengan sangat lamban, akhirnya waktu yang dinanti-nanti tiba. Nova yang kebetulan adalah bawahanku di kantor, segera menyerbu masuk ke kamar kerjaku dengan tergopoh-gopoh.<br />
<br />
<br />
"Bu Sari...Jadi nggak nih?" Tanyanya sambil menggerak-gerakkan gagang pintu untuk meyakinkan bahwa sudah terkunci dari dalam.<br />
"Jadi dong, udah siap?" Tanyaku. "Eh, ntar jangan manggil bu ya? Aku jadi kerasa tua."<br />
"Oh iya, sori mbak Sari." Jawabnya sambil meletakkan kantong plastik besar di meja kerjaku yang masih penuh kertas-kertas laporan.<br />
"Apa tuh?"<br />
"Pakaian buat nanti." Jawabnya sambil menuang isi kantongnya ke meja kerjaku yang malang itu.<br />
"Iya, iya...tapi gantinya ntar aja! Kan kita makan malam dulu!" Jawabku sambil memungut sebuah sackdress hitam yang jatuh dari kantongnya.<br />
"Apa nggak jemput Reni dulu, bu...eh, mbak?"<br />
"Iya, tenanglah, gugup amat sih?"<br />
<br />
<br />
Nova hanya tertawa kecil mendengar komentarku. Ia lalu meminjam telepon dan meninggalkan pesan di rumahnya agar ayahnya tidak menjemputnya di kantor karena ia harus lembur sampai larut malam, dasar anak nakal, pikirku. Lebih nakal lagi ketika ia menyerahkan gagang telepon padaku untuk bicara dengan ibunya dan menerangkan bahwa aku yang akan mengantarnya pulang seusai lembur. (duh!)<br />
Nova menumpang di Katana hijauku. Kami lalu menuju ke ujung timur kota S untuk menjemput Reni, yang bekerja di salah satu cabang bank swasta dengan logo lucu. Agak keberatan juga sebenarnya, karena kedua anak itu minta untuk makan malam di apartemenku yang berada di ujung barat kota, tapi akhirnya aku setuju saja. Sudah begitu, sesampainya di rumahku, Nova dan Reni tidak membantuku menyiapkan makan malam. Nova mematut-matut dirinya di depan cermin dengan sackdress hitamnya yang ketat, sementara Reni malah dengan giatnya meng-explore rumahku dengan komentar-komentar konyolnya mengenai ruang-ruang yang dicat hitam.<br />
"Enak ya, punya rumah begini." Komentar Reni sambil melihat keluar jendela, memandangi lampu-lampu di jalan yang tampak kecil dari lantai itu.<br />
"Hm, yah, nggak ada halamannya tapi, dan juga nggak bisa melihara anjing." Jawabku sambil menata piring di meja makan.<br />
<br />
<br />
"Mbak, ini bagusnya dikasih sabuk apa enggak ya?" Tanya Nova dari kamar tidurku.<br />
"Nggak usah, tapi tutup aja dengan kemeja tipis, biar ngga terlalu mencolok gitu." Jawabku karena baju itu kelewat ketat di bagian dadanya.<br />
"Wah, aku nggak bawa tuh." Jawab Nova. "Kalau pinjam yang kuning ini boleh nggak, Mbak?" Rupanya anak itu sudah mengobrak-abrik lemari pakaianku juga.<br />
"Oh iya, aku juga mau pinjam yang ini ya, Mbak!" Kata Reni juga dari kamar tidurku. "Aku udah lamaaa pengen pakai baju Escada."<br />
<br />
<br />
Setelah berbagai keributan dan kekonyolan, akhirnya kami siap juga. Waktu yang tadinya kuperkirakan akan longgar, ternyata tersita cukup banyak hanya untuk mendandani mereka berdua. Harus kuakui, mereka memang tampak elegan dan menggoda. Tentu saja begitu, karena apa yang mereka pakai hampir semuanya milikku!<br />
Aku mengenakan jins stretch Armani hitam, kaos ketat hitam tanpa lengan, dibalut kemeja Kenzo kuning yang kancingnya terbuka semua dan ujung bawahnya kuikat. Reni mengenakan celana ketat Escada biru muda yang agak kekecilan (karena bukan miliknya!), dan kemeja Versace ketat kembang-kembang biru tua. Sementara Nova tetap memakai sackdress mini hitam ketat yang sedari tadi disiapkannya dari rumah, namun melapisinya dengan kemeja D&G putih transparan yang diambilnya dari wardrobeku.<br />
Akhirnya, pada jam sembilan malam, Katana hijau berhenti di depan pintu utama hotel S, yang menempel pada plaza T3, salah satu plaza besar di kota S ini. Dalam hotel S itu terdapat sebuah Niteclub, namanya B. Niteclub biasa sih, tapi pihak manajemennya memberi positioning "Fun Pub" pada tempat itu. Setelah menyerahkan mobil pada valet, kami mulai berjalan melewati lobi hotel itu untuk menuju ke Niteclub B. Puluhan pasang mata pria segera tertuju pada kami bertiga, well...dapat dimaklumi, karena Nova yang jangkung dan mantan atlet itu tampak begitu anggun dan elegan tanpa kehilangan kesan seksi, sementara Reni yang langsing dan agak pendek tampak begitu sensual dengan tampangnya yang tirus dan dingin. Sementara aku sendiri? Well, hak sepatu setinggi 17 senti membuat tubuhku yang 176 ini tampak seperti kereta api yang diberdirikan.<br />
Dekorasi dalam niteclub itu dibuat bernuansa gaya afrika, lengkap dengan pohon-pohonan dan monyet-monyetan. Kami bertiga duduk di sekitar bar yang terdapat di tengah ruangan. Aku duduk di tengah, Nova dan Reni di samping kiri-kananku. Bartender menyapaku dengan ramah, karena aku pernah mengunjungi tempat itu beberapa kali. Untuk mencegah resiko yang tidak-tidak, aku meminta Reni dan Nova untuk tidak memesan minuman yang aneh-aneh, sementara aku sendiri tetap setia dengan trademark-ku, aqua tidak dingin.<br />
"Dah, have fun, sana!" Kataku pada dua temanku di sela bisingnya musik dari sebuah band asal Filipina.<br />
<br />
<br />
"Mm...gimana mau having fun, tempatnya brisik gini." Teriak Reni di depan telingaku.<br />
Selagi aku omong-omong dengan Reni, seorang pria bule duduk di stool di samping Nova dan menyapanya ramah.<br />
"Ren, lihat tuh, si Nova dapat gebetan!" Teriakku di kuping Reni.<br />
"Ih, kok bule?" Teriak Reni di kupingku dengan nada bertanya.<br />
"Kenapa emang?" Teriakku balik.<br />
"Bule kan biasanya senang dengan yang item, pendek, dan jelek?" Kata Reni, "Nova kan bukan tipe begitu?" Sambungnya.<br />
"Bule yang ini kayaknya lebih berselera tinggi!" Jawabku sambil membiarkan seorang pria berpakaian casual duduk di samping Reni. <br />
Tidak butuh waktu terlalu lama untuk membuat Reni dan Nova bercakap-cakap akrab dengan kedua 'teman barunya'. Mereka memang berlatar belakang PR dan CS, sehingga menyenangkan dan mudah diajak bergaul. Si Bule mengajak Nova turun ke lantai dansa dan Nova mengikutinya. Mereka berdua berdansa mengikuti lagu 'Celebration' yang dinyanyikan band itu. Nggak nyangka juga, ternyata Nova yang tadinya terkesan kuper, kini melenggok dengan seksinya di lantai dansa. Bajunya (Eh, bajuku!) dibiarkan terbuka kancing-kancing atasnya, hingga bahu indahnya tersingkap saat ia bergerak. Si bule tampak makin penasaran, aku hanya tertawa geli melihat wajah Nova yang kini perpaduan antara risih, geli, bingung, sekaligus senang.<br />
"Eh, kenalin Mbak, ini Norman." Kata Reni memperkenalkan teman barunya padaku.<br />
"Norman..."Kata pria berdagu panjang itu memperkenalkan diri, "Rasa-rasanya kok pernah ketemu ya?" Tanyanya lagi.<br />
"Hm...mungkin juga sih." Jawabku sambil mengingat-ingat, "Kerja di mana Mas Norman?"<br />
"Advertising." Jawab pria itu sambil berdiri memasang gaya macho di depan aku dan Reni.<br />
"Ooh, mungkin kita emang pernah kenal." Jawabku lagi sambil menyebutkan beberapa nama di dunia Ad yang pernah kukenal.<br />
Akhirnya pembicaraan kami menjadi akrab, dan Reni jadi agak tersingkir karena ia berasal dari dunia banking, dunia yang berbeda.<br />
"Kalo ngga salah...Sari temannya Ditto kan?" Tanya Norman lagi. "Dulu kalo ngga salah ketemunya kan pas bareng dia?"<br />
"Hm, yah...agak lebih dari sekedar teman!" Jawabku. Sengaja aku berkata begitu agar perhatian Norman kembali difokuskan pada Reni.<br />
"Wah, salam buat Ditto yah!" Kata Norman sambil menghabiskan sisa Coke-nya. "Kalau Reni, kerja dimana?"<br />
Buset, cepat amat perhatiannya beralih hanya gara-gara ia mendengar nama pacarku itu. Akhirnya Reni dan Norman pun turun ke lantai dansa, meninggalkan aku sendirian.<br />
Karena Nova dan Reni tampak asyik masyuk bersama pasangannya masing-masing, aku meninggalkan pub itu untuk sekedar mencari suasana lain.<br />
Aku berjalan ke lobi hotel itu dan duduk di salah satu kursinya, mengamati orang-orang yang baru pulang dari sebuah pesta pernikahan di lantai atas. Mataku melihat-lihat ke arah balkon, dan menjumpai seorang pria melambai-lambaikan tangannya padaku. Karena waktu itu lensa kacamataku sudah waktunya ganti, aku hanya membalas dengan senyum tanpa yakin benar siapa orang itu. Tapi pria itu lalu menuruni anak tangga dan berjalan ke arahku. Ternyata dia adalah Anto, seorang broker forex yang bekerja di perusahaan investasi valuta asing yang berlokasi di lantai dua hotel itu. Aku mengenalnya cukup baik, karena pacarku Ditto pernah menginvestasikan sejumlah uangnya di tempat itu.<br />
"Apa kabar, mbak?" Katanya sambil menjabat tanganku, "Nggak sama Pak Ditto?"<br />
"Nggak, dia lagi di Jakarta." Jawabku. "Tambak imut aja Tok?" Sambungku begitu melihat ia tak lebih tinggi dari dadaku karena sepatu hak tinggi yang kukenakan.<br />
"Ah, biar imut yang penting kan kualitasnya!" Jawabnya bercanda sambil menyalakan sebatang Gudang Garam Surya.<br />
Dia lantas menceritakan bahwa ia sudah tidak lagi bekerja di perusahaan forex itu karena terlalu lama tidak mendapatkan klien.<br />
"Karena nggak dapat klien, atau karena nggak dapat jodoh, Tok?" Tanyaku menggoda.<br />
"Dua-duanya sih!" Jawabnya. "Abis susah cari cewe yang bisa mengerti profesi seperti ini, kerja sampai pagi."<br />
"Yah, kamu sih, masa cewe kamu ajak ngomongin duiiit terus. Mending kalo duit itu duit kamu."<br />
"Hahaha, iya juga yah. Mungkin aku perlu juga nambah wawasan."<br />
Seperti diundang, Reni muncul di hadapan kami. Rupanya ia kurang menyukai suasana ramai di pub tadi. Aku memperkenalkannya dengan Anto.<br />
"Tok, Reni ini bankir, kerjaannya sama kayak kamu, ngitungin duit orang." Kataku pada Anto dengan nada penuh arti.<br />
"Oh ya? di bank mana?" Tanya Anto pada Reni dengan tatapan agak nakal. Mata Reni memang mudah membuat pria menatapnya dengan gaya begitu.<br />
Keduanya segera berbincang-bincang ramai membicarakan masalah mata uang asing, topik yang agak aku hindari karena pacarku pernah kehilangan duit agak banyak dalam bidang itu.<br />
Aku hanya senyam-senyum sambil sesekali bilang "Oh ya?" dan "Luar biasa." saja di sela pembicaraan seru mereka. Sampai akhirnya si Norman yang tadi 'kehilangan' Reni di pub menyusul kami dan mengajakku pindah ke meja lain.<br />
"Sar, temanmu yang satu lagi seru deh." Kata Norman sambil menawarkan sebatang Dunhill menthol yang aku tolak.<br />
"Oh ya? Ngapain emangnya dia?"<br />
"Band-nya main lagu Crazy, trus dia slow dance sama orang bule, wah, dance-nya rapet banget, bikin yang nonton pada deg-degan."<br />
"Crazy-nya Julio Iglesias apa Crazy-nya Aerosmith?" Kataku bercanda.<br />
Kami lalu tertawa-tawa dan melanjutkan pembicaraan akrab, karena memang kami pernah ketemu, dan kebetulan mengenal banyak orang yang sama.<br />
"Nggak sepi ditinggal Ditto ke Jakarta?" Tanyanya di tengah pembicaraan.<br />
"Iya nih, sepi." Jawabku sambil menyandarkan punggung di sofa, "Kenapa? Mau nemenin?"<br />
"Wah, kan nggak enak sama Ditto." Jawabnya, "Bisa-bisa aku disembelihnya."<br />
"Hihihihi...berarti, kalau faktor Ditto kita singkirkan, kamu oke-oke aja ya, Man?"<br />
"Ya tergantung kamunya." Jawab Norman santai, tapi matanya memberi isyarat lain.<br />
Tidak perlu kuceritakan apa yang kami obrolkan sesudah itu, tapi lima menit kemudian aku berbisik pada Reni yang masih asyik ngomongin duit dengan Anto.<br />
"Ren, aku tinggal dulu sebentar, nanti aku balik lagi."<br />
"Mau kemana, Mbak?" Tanya Reni.<br />
"Ke atas sebentar, nanti balik lagi kok. Kamu sama Nova tunggu aja, ok?" Jawabku.<br />
Karena masih sedang berdiskusi seru dengan Anto, Reni mengangguk saja. Aku dan Norman segera melangkah cepat keluar dari lobby dan menuju ke gedung apartemen yang terletak bersebelahan dengan hotel itu. Norman mendapat fasilitas untuk menginap di situ selama semalam karena mengerjakan Ad untuk apartemen itu.<br />
Setelah menebar senyum manis pada satpam dan resepsionis, dan setelah menyusuri koridor yang agak panjang, kami tiba di unit kamar yang ditempati Norman. Unit apartemen itu tidak besar, namun mewah. Lebih mewah dari apartemen yang kutinggali di ujung barat kota.<br />
"Wah, untung juga kamu dapat voucher nginep disini." Kataku sambil mengamati perabotan luks di ruang tamu unit itu.<br />
"Aku lebih untung lagi karena kamu ada disini." Jawabnya. "Dan si Ditto lagi di Jakarta!" Sambungnya bercanda.<br />
"Untuk sementara, nama itu tidak perlu diingat-ingat dulu." Jawabku sambil melepas ikatan di ujung bawah kemeja Kenzo kuningku.<br />
Aku dan Norman berdiri bertatapan dengan jarak dua meter, aku melepaskan kemejaku dan membiarkannya jatuh ke lantai, sementara Norman melepaskan kaosnya dengan gerakan yang cepat dan tegas, lalu melemparkannya ke samping.<br />
"Copot sepatumu dong, aku risih harus melihat ke atas." Katanya sambil tetap memasang muka serius.<br />
Aku segera melepaskan kakiku dari sepatu, dan menendangnya ke samping. Tanpa sepatu, aku lebih pendek sedikit dari pria itu.<br />
"Kenapa dada kamu itu?" Tanyaku menunjuk dada Norman yang ditumbuhi sebentuk daging tebal melintang, membuatnya berkesan tegap kalau memakai kaos ketat.<br />
"Bekas jahitan operasi." Jawabnya singkat. "Kamu jijik?"<br />
"Oh, nggak. Sama sekali enggak." Jawabku sambil juga memasang wajah serius dan tetap menatap matanya dalam.<br />
"Kamu udah lihat dadaku kan? Sekarang gantian dong." Katanya sambil tetap memasang wajah serius dan melangkah mendekat.<br />
Dengan gerakan yang cepat tanpa dibuat-buat agar seksi, aku menarik kaos tanpa lenganku ke atas dan melemparkannya agak jauh, menyisakan sebuah bra sport putih.<br />
Aku menghentikan gerakanku, membiarkan tatapan Norman menelusuri kulit tubuhku senti demi senti. Ia memiringkan kepalanya dan mengangkat alis kirinya.<br />
"Aku masih belum bisa melihatnya." Katanya lagi.<br />
Aku menyunggingkan sedikit senyum dingin dan melepas kaitan di depan bra sportku, dan dengan indahnya menggerakkan bahu agar bra itu melorot dan jatuh ke bawah kakiku.<br />
Kini mata Norman tampak lapar, mengamati kedua bukit payudaraku yang tidak besar, namun kencang dan padat. Warnanya putih bersih, agak lebih putih dari bagian lain di tubuhku, dan di puncaknya dihiasi lingkaran cokelat muda dengan putik-putik mungil merah jambu yang waktu itu masih agak datar.<br />
Norman lalu melepaskan kaitan sabuk Harley Davidsonnya, dan dengan gerakan yang amat cepat juga ia menanggalkan semua yang tersisa di tubuhnya. Hingga kini nampak di depanku tubuh atletis yang meski agak sangkuk namun cukup berotot. Halus, hampir tanpa bulu, kecuali di bawah perutnya, ada sedikit bulu di situ, tidak terlalu lebat, dan di tengahnya tampak kejantanannya yang rupanya telah siap sejak tadi. Mengacung ke depan, agak miring ke kanan.<br />
"Kamu sudah lihat semuanya kan? Sekarang giliranku." Katanya lagi, sambil tetap menatap tajam, tapi kali ini bukan ke mataku, melainkan ke arah dadaku.<br />
Segera aku melepaskan kancing-kancing baja di Armani ketatku, dan dengan gerakan yang lumayan cepat, kini Armani hitam itu teronggok di bawah kakiku, terikut pula celana dalam St. Michael putih bersama Armani itu.<br />
Norman kini dengan bebasnya dapat mengamati segalanya. Kedua tungkai yang ramping dan jenjang, rambut-rambut halus yang tumbuh di situ, juga rambut-rambut agak lebat di selangkanganku. Perutku yang datar dan dadaku juga tak luput dari pandangannya yang kini agak jalang.<br />
"Lucky Ditto." Gumamnya.<br />
"Never, never, ever mention the name again." Jawabku dingin. "Or you might lost what you'll get tonite!"<br />
"Sorry." Jawabnya singkat. Lalu badan kami saling bertabrakan dan ciuman pun menghambur dari mulutnya ke mulutku.<br />
Bibir dan lidahnya tercabut dari mulutku dan langsung menelusuri rahang dan leherku dengan cepat, sementara tangannya dengan liar meremas-remas pinggang, pinggul, dan pantatku. Tanganku juga tak kalah agresif, memijat dan meremas setiap gumpalan otot di lengan dan dadanya. Sebenarnya sejak pertama melihatnya dulu, aku sudah menginginkannya untuk masuk dalam buku harianku, dan kini keinginan itu segera menjadi kenyataan.<br />
<br />
<br />
Ia mendorongku hingga tersandar di kaca jendela ruang apartemen itu, rasa dingin begitu menyengat punggungku, namun tidak begitu lama karena ciumannya segera mendarat di bahu dan dadaku. Kedua tangannya meremas-remas pinggangku, dan tanganku meraba-raba punggungnya. Mmmm....kehangatan pria memang mampu membuatku melupakan segalanya, kesibukan kantor, waktu, bahkan logika. Kedua telapak tangannya yang berotot tiba di pangkal payudaraku, meremas dan mengusap-usap. Kepalanya berhenti sejenak, matanya mengamati kedua payudaraku yang berada dalam remasan-remasannya. Aku menatapnya dengan tak sabar, namun ia tetap saja memainkan pangkal payudaraku dengan kedua tangannya sambil matanya menatap kedua putingku yang makin terasa butuh sentuhan ini.<br />
Aku menarik lehernya keras-keras ke dadaku. Ia segera membuka mulut dan membiarkan puting susu kiriku masuk ke dalamnya. Ughhhhh....inilah perlakuan pria yang paling membuatku tak tahan. Ia menghisap-hisap puting kiriku itu, lidahnya berkali-kali mengusap dan mengait-ngaitnya. Mataku menyipit dan bahuku terangkat kegelian, sementara nafasku terasa tersengal setiap kali putingku terlumat oleh lidah dan bibirnya. Aku tersandar tanpa banyak berkutik di kaca jendela itu, tak peduli apakah orang di luar gedung bisa melihat kami dengan teropong atau tidak. Lalu ia berpindah ke puting kananku, menangkapnya dengan bibir, menjilat dan memijatinya dengan lidah, dan digigit-gigit kecil dengan giginya.<br />
<br />
<br />
Uhhh....aku menggelinjang dan mendesah-desah keenakan, sementara kedua tangannya kini memeluk erat pinggangku. Dengan mata agak menyempit sayu karena birahi, aku melihatnya melepaskan bibirnya dari putingku. Puting susu itu tampak telah mengacung tinggi dan berwarna kemerahan, basah oleh lidah dan mulutnya. Tana kuduga, ia bukannya membiarkanku menarik nafas panjang, tapi justru menggerakkan lidahnya dengan cepat naik turun menyapu-nyapu puting kananku.<br />
<br />
Ahhhkkkkkk....Aduhhhhh....mmmmmhhh....Rintihan dan desahan mengalir tak keruan dari mulutku ketika dua puting susuku mendapat sapuan-sapuan cepat itu. Seluruh otot-otot tubuhku terasa melemah dan kakiku gemetar. Butir-butir keringat mulai muncul di dahiku yang kini berkerut karena kedua alisnya bertemu di tengah menahan rasa geli birahi.<br />
Belum lagi aku mampu menyeseuaikan diri dengan rangsangan yang begitu besar itu, tangan Norman tiba-tiba mendarat di selangkanganku, mencengkeramnya, dan membiarkan jemarinya berputar-putar menggesek klitorisku. AAAGGGHHHH...Aku menjerit keras, tak tahan dengan kejutan itu. Gigiku terkatup rapat bergemeretak, sementara bibirku sedikit terbuka, meringis menahan rasa birahi yang begitu melemaskan dan membakar. Uhhh...Jari itu...jari itu begitu lincah bergerak di atas klitorisku, mengirim rasa nikmat yang luar biasa ke dalam simpul-simpul syarafku, membuatku kian merasa lemas dan tak mampu berdiri tegak.<br />
<br />
<br />
Tubuhku dilemparkannya ke atas ranjang, telentang dan tak berkutik. Ia mengangkangkan kedua kakiku lebar-lebar, dan mendaratkan jilatan-jilatan mautnya ke kewanitaanku. Lidahnya bergerak cepat di atas klitoris, kadang-kadang menyerbu masuk ke dalam liangnya, membuatku menggeliat-geliat dan memilin-milin puting susuku sendiri untuk mengimbangi perasaan nikmat dan gelinya. Terasa desiran cairan yang mengalir keluar dari kewanitaanku, cukup deras. Norman segera membimbing kejantanannya ke arah kewanitaanku, menempelkannya disitu, dan menekannya ke dalam. OHHHHHH....Aku merintih sejadi-jadinya karena ternyata ia mengenakan sesuatu di batang kejantanannya, sesuatu yang kasar, bertekstur tajam-tajam yang belakangan kuketahui adalah sejenis kondom yang dilingkari cincin karet berduri-duri. Alat itu menggesek-gesek bagian dalam kewanitaanku, memberiku rasa yang tak pernah kualami sebelumnya, membuat tubuhku bergeliatan menggelepar-gelepar tak tentu arahnya. Aku merasa seperti kehilangan seluruh kekuatanku, namun gesekan-gesekan itu begitu membuatku kegelian yang luar biasa hingga aku tak mampu mengontrol gerakan tubuhku. Aku pun memekik-mekik keras, tak peduli didengar orang atau tidak.<br />
Ahhhh.....Ahhhhhgggg.....Aduhhhhh....Mataku kupejamkan rapat-rapat, dan kedua tanganku meremas dan mencengkeram bantal kuat-kuat. Sementara Norman dengan liar menggerak-gerakkan kejantanannya di dalam kewanitaanku, mulutnya pun dengan rakus mencium dan menjilati puting-puting susuku yang kini juga berada dalam remasannya. Mudah baginya untuk menyetubuhiku dengan buas sekaligus melumat-lumat puting susuku karena tinggi badan kami tak terpaut terlalu jauh, hal itu kian membuatku lupa daratan, dan ikut menggerakkan pinggulku naik turun, mengencangkan otot-otot kewanitaanku, memburu puncak kenikmatan.<br />
"Ohhhhhhhhhhhhhhhhh......" Aku merintih panjang ketika orgasme menyambar, membuat tubuhku mengejang kaku.<br />
<br />
<br />
Namun Norman tak mempedulikan kondisiku, ia malah mengangkat dan membalikkan tubuhku hingga kini aku menungging di atas ranjang. Meski kakiku gemetar dan tak mampu menahan tubuhku, ia menyodokkan lagi kejantanannya yang dilingkari cincin karet berduri itu. Kedua telapak tangannya menempel pada payudaraku, menahan tubuhku agar tidak rebah ke ranjang, sekaligus meremas-remas dengan kencang dan kuat, jilatannya pun segera menyerbu tengkuk dan telingaku. Saat itu aku merasa seperti akan jatuh pingsan.<br />
<br />
<br />
Perlahan-lahan, birahi mulai bangkit kembali dalam tubuhku, meninggalkan sisa-sisa orgasme pertamaku. Gerakan-gerakan Norman kian cepat dan intens, tubuhku tersedak-sedak ke depan ketika panggulnya menabrak-nabrak pantatku. Ohhh....rasanya semakin menjadi-jadi....Mataku setengah terpejam, menyaksikan ruangan seolah bergerak nik turun dengan cepat, kewanitaanku terasa seperti diparut dari dalam dengan cepat dan bertubi-tubi, kedua payudaraku seperti dialiri listrik kenikmatan yang begitu melemaskan, sementara jilatan-jilatan liarnya membuat tengkukku terasa merinding. Uhh...sungguh kombinasi yang hanya mampu dilakukan para petualang berpengalaman. Rintihanku kian terdengar lantang dan memelas seperti memohonnya untuk berhenti 'menyiksa'-ku. Dilepaskannya payudaraku, dibiarkannya tubuhku lunglai rebah tertelungkup di ranjang. Dipegangnya pergelangan kakiku dan direntangkannya ke samping tubuhnya, lalu ia kembali menyodok-nyodok. Ia juga menarik-narik kakiku agar tubuhku bergera!<br />
k maju mundur sesuai keinginannya. Ohhhh....Aku mencengkeram sprei kuat-kuat, aku hanya mampu memejamkan mata, dan memekik keras-keras, mengharapkan semuanya segera tuntas. Berkali-kali otot kewanitaanku mengejang, namun saat itu juga gesekan duri-duri karet itu membatalkannya, hingga akhirnya aku merasa benar-benar kelelahan dihujani kenikmatan yang keterlaluan.<br />
<br />
<br />
Aku sudah benar-benar hampir tak sadarkan diri ketika akhirnya ia menghentikan gerakannya dan menggeram keras, membiarkan karet pelindung yang dikenakannya tiba-tiba terasa panas di dalam kewanitaanku. Ia menumpahkan semuanya ke dalam pengaman itu, kehangatan yang tiba-tiba itu memicu klimaks keduaku, yang rasanya seperti menghantam tubuhku agak keras. Aku mendesah panjang....untuk sesaat aku berjuang keras agar kenikmatan yang luar biasa hebat itu tidak merenggut kesadaranku...rasanya sulit dan berat... seperti tak mampu...kewanitaanku terasa begitu menggelegak, aku harus menahannya....tubuhku terasa begitu lemas teraliri listrik, aku harus menahannya....kesadaranku seperti nyaris terenggut keluar, aku harus menahannya....nafasku terasa terhenti, aku harus menahannya...terus...terus....dan terus...sampai gelombang kenikmatan tak lagi datang menerpa tubuhku yang nyaris tak berdaya.<br />
<br />
<br />
"Mmmm...." Gumamku sambil berusaha untuk duduk. Aku sengaja bersikap seperti tubuhku tidak terpengaruh oleh hantaman-hantaman gelombang kenikmatan itu.<br />
"Hebat juga kamu, Sar..." Gumam Norman yang kini telentang penuh keringat di ranjang. "Cewek lain sudah memohon-mohon minta berhenti."<br />
Dengan agak gontai akhirnya aku berhasil berdiri pada kedua kakiku dengan tegak. Aku sengaja membelakangi Norman karena tak ingin ia melihat ekspresiku yang sayu keenakan.<br />
"Kamu juga...well...lumayan kok." Jawabku dengan nada se-cool mungkin, setelah mampu menguasai ekspresi, aku membalikkan badan menatap matanya.<br />
Ia menatap mataku dengan pandangan lemah bercampur heran, mungkin ia teringat akan wanita-wanita lain yang ditaklukannya dengan keahlian dan kondom berdurinya itu.<br />
"Udah ah, aku harus nganter pulang teman-temanku tadi." Jawabku sambil memunguti pakaianku dari lantai, sebenarnya agak susah juga karena kedua kakiku masih agak gemetar, namun entah kenapa, aku ingin terkesan kuat di hadapan si (sok) macho ini.<br />
"Eits, Sar...tunggu sebentar." Kata Norman seraya bangkit berdiri dengan lamban karena kehabisan energi.<br />
Ternyata ia ingin menggunting beberapa helai rambut kewanitaanku. Rupanya ia mengoleksi rambut-rambut kewanitaan dari banyak wanita, untuk kemudian diisolasinya pada sebuah buku notes kecil, di bawah kumpulan rambut yang diisolasi itu, tertera tulisan nama, tanggal, dan tempat ia berkencan. Dasar petualang, pikirku.<br />
"Akhirnya...." Desahnya setelah menghela nafas panjang.<br />
"Apanya yang akhirnya?" Tanyaku sambil mengenakan kembali celana Armaniku.<br />
"Sari telah berhasil aku kencani!" Cerocosnya dengan girang. Ia lalu menyebutkan beberapa nama wanita petualang di kota S yang semuanya cukup beken di kalangan para petualang.<br />
"Si T, si R, si K, si M, si D...semua udah pernah...masa kamu belum!" Tambahnya lagi.<br />
"Hihihi...kamu aneh-aneh aja, Man." Jawabku. Padahal sebenarnya Norman termasuk salah satu yang kuincar sejak dulu, hanya saja belum ada waktu yang pas untuk itu.<br />
Akhirnya aku meninggalkan kamar apartemen itu, meninggalkan Norman di dalam untuk istirahat karena kecapekan (Biasalah, pria!) Aku kembali menuju lobby hotel tempat aku meninggalkan Reni bersama Anto selama kurang lebih satu jam setengah. Di sepanjang koridor, aku menelpon pacarku (Waktu itu sebenarnya belum terlalu resmi jadi pacar, sih) menceritakan apa yang baru saja terjadi. Seperti biasa, ia tidak marah, ia mengucapkan terimakasih karena tetap menganggapnya yang terbaik dan tetap mencintainya. Ia juga menitipkan salam pada Norman yang ternyata teman baiknya di masa lalu. Di sela pembicaraan kami, terdengar suara wanita. Ah, ternyata si petualang yang satu itu juga sedang mengisi sisa 'waktu bebas'-nya dengan petualangan bersama wanita lain. Cemburu? Hm...ada sedikit rasa seperti itu, tapi tidak terlalu dominan. Aku malah minta maaf karena telah mengganggu kencannya.<br />
(Tentu saja kejadian seperti itu tidak lagi terjadi sesudah ia balik lagi ke kota S awal April lalu!)<br />
Tiba di lobby hotel, aku mendapati Reni dan Nova duduk di sofa dengan penampilan kuyu dan agak berantakan.<br />
"Halo....lama ya nunggunya?" Tanyaku dengan wajah merasa bersalah.<br />
"Mmmm....Nggak kok Mbak." Jawab Nova dengan suara lemah agak mendesah sambil menggelosoh ke bahu Reni, ia lalu memejamkan mata sambil menggumam.<br />
"Lho? Abis ngapain dia, Ren?" Tanyaku pada Reni.<br />
"Abis melakukan hal yang sama dengan Mbak!" Jawab Reni dingin sambil berdiri, membuat kepala Nova hampir jatuh ke kursi.<br />
"Oh?" Jawabku singkat. "Kamu sendiri gimana?" Tanyaku pada Reni lagi.<br />
"Ah, si Anto itu nggak terlalu berkualitas." Jawab Reni dengan nada sok berpengalaman. Tapi rambur Reni terlihat agak berantakan meski poninya sudah dibereskan hingga rapi.<br />
"Lantas?" Tanyaku pada Reni sambil mengerling curiga.<br />
"Ya...Aku mutusin untuk nemenin Mbak Nova." Jawabnya lagi, kali ini sambil menepuk bahu Nova yang juga berdiri.<br />
"Si bule yang malang." Kataku sambil tertawa.<br />
Kami lalu tertawa-tawa dan meminta valet mengambilkan mobil.<br />
Sepanjang jalan pulang, Reni dan Nova menceritakan apa yang mereka lakukan pada si bule yang mereka temui di pub tadi. Si bule rupanya mengajak Nova ke kamarnya di hotel itu, namun Nova mengajak Reni untuk ikut serta. Si bule sempat melakukan foreplay yang lumayan jauh pada mereka berdua, namun dia tak tahan dan mengeluarkan semua isinya sebelum permainan utama dimulai, bahkan sebelum pakaian-pakaian dibuka. Akhirnya Nova dan Reni terpaksa menuntaskan diri masing-masing dulu di kamar itu sebelum akhirnya meninggalkan bule itu tanpa pamit, ah, dasar bule bodoh, pikirku.<br />
"Kenapa kok kalian nggak...memintanya untuk mengakhiri sampai tuntas?" Tanyaku sambil melihat ke kaca spion, mengamati wajah Nova yang cantik namun kin kuyu.<br />
"Yah...kita kan pemula, Mbak." Seloroh Reni, "Itu tadi aja udah cukup kok buat senang-senang."<br />
"Iya." Sambung Nova. "Tadi aku udah kuatir-tir-tir-tir, tapi untung Reni mau bantuin."<br />
Aku tidak menanyakan detailnya, dan mereka juga tidak menceritakannya padaku, yang penting malam ini kami semua mendapatkan tujuan masing-masing, bersenang-senang sejenak melupakan kesibukan rutin. Yah, dengan cara masing-masing tentunya.<br />
Setelah mereka turun di rumah masing-masing. Aku memacu Katana hijauku melalui jalan protokol yang lengang dengan kecepatan 120 km/jam. Saat itu aku berpikir, wel.....sebenarnya aku telah belajar satu hal dari Nova dan Reni. Mereka tidak terlarut dalam situasi, dan masih dapat menguasai diri dalam saat-saat kritis seperti itu. Belakangan kuketahui bahwa virginitas mereka tetap terjaga baik meski mereka menjalani kehidupan malam yang relatif bebas. Luar biasa. Nova kini telah menikah dan hidup berbahagia dengan suami dan satu orang putera yang lucu dan ganteng, sementara Reni masih belum mendapatkan pasangan sejati, namun tetap dapat mempertahankan virginity-nya. Dalam hati, aku mengacungkan jempol untuk kedua anak itu. Bukannya aku menyesal telah menjadi petualang, tapi aku hanya mengagumi 'faith' mereka. Untuk menjaga apa yang mereka ingin jaga, untuk mempersembahkan apa yang terbaik pada orang yang mereka cintai. Tapi aku juga tetap memberikan yang terbaik pada yang kucinta!Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-59485869221981895162017-04-01T23:30:00.001-07:002017-04-01T23:30:40.910-07:00Sari - Reuni SMACredit goes to Sari The Lust Hunter.<br />
Thanks to Wiro The Legend.<br />
---<br />
<br />
KRRRRR…. KRRRR…. KRRRR…… Getaran ponsel ini terasa membuatku geli, apalagi aku selalu meletakkannya di pangkuan pada saat mengemudi seperti ini. Dengan penuh kerepotan akhirnya aku berhasil memasang earpiece dari peralatan handsfree ini tanpa harus mengurangi kecepatan Katana hijauku. (Mengherankan, bukankah mereka merancang ‘handsfree’ untuk mengurangi kerepotan, tapi kenapa kabelnya selalu kelewat panjang hingga malah bikin repot?)<br />
<br />
“Halo!” sapaku dengan nada datar karena aku tidak sempat melihat caller id pada display.<br />
“Sari?” tanya suara seorang pria di ujung sana.<br />
“Yup! Saya sendiri.” jawabku sambil melenggokkan setir menghindari sebuah truk sampah yang kelewat pelan.<br />
“Masih inget aku nggak?” tanya suara itu lagi.<br />
“Hm…siapa ya?”<br />
“Bret!” jawabnya singkat. (info: Huruf e pada ‘bret’ itu dilafalkan seperti pada EmbEr, bukan pada kEntang!)<br />
“Hm… Bret… Bret… siapa sih?”<br />
“Walah, masa lupa sih? Kamu dulu suka nyontek ke aku pas sumatif bahasa Inggris!”<br />
“Aaayayayaaa! Bret! Iya, iya aku inget!” jawabku antusias ketika aku mengingatnya, “Tumben nelpon! Apa kabar?”<br />
“Baik! Kamu sendiri gimana?”<br />
<br />
(Percakapan selanjutnya nggak saya tuliskan, karena hanya berkisar pada percakapan dua orang teman SMA yang sudah hampir 10 tahun tidak ketemu).<br />
<br />
Nama Bret itu sebenarnya bukan nama asli pria itu. Itu adalah panggilannya semasa SMA dulu karena celana abu-abunya pernah robek terkait paku di tembok pinggir kelas dan mengeluarkan suara “bretttt!”. Dia salah seorang teman dekatku di SMA, kami menjadi begitu dekat karena saling membutuhkan dalam ulangan atau ujian. (Bagi yang pernah SMA, tentu mengerti maksud ’saling membutuhkan’ itu! Nggak usah sok pinter!)<br />
<br />
Ia memberikan informasi padaku tentang reuni SMA kami dulu, yang rencananya akan digelar besar-besaran dan melibatkan 50 angkatan, sejak lulusan tahun 1950 sampai 2000. Beberapa hari kemudian, mantan-mantan teman SMA-ku juga lantas menginformasikan hal yang sama, begitu juga di beberapa website, maklum SMA tempatku bersekolah dulu termasuk salah satu SMA negeri yang disukai di kota S sini ini. Meski awalnya aku kurang tertarik untuk hadir, setelah beberapa teman mendesak akhirnya aku ingin hadir juga. Lumayanlah untuk ketemu teman-teman lama, pikirku. Dan tentunya aku juga punya tujuan sampingan, yaitu mendapatkan petualangan baru! hehehe. Tapi pertanyaannya adalah dengan siapa aku akan kesana? Tentu tidak mudah untuk mencari gerombolan teman-teman lama di tengah lautan orang dari 50 angkatan, pikirku. Kalau dulu waktu SMA sih… dengan reputasi seperti aku, tentu banyak lebah-lebah yang mencoba hinggap untuk menawarkan jemputan, tapi sekarang? Setelah hampir 10 tahun, apakah lebah-lebah itu juga masih belum menemukan ‘bunga terakhir’-nya?<br />
<br />
Namun ternyata keadaan tidak seperti yang kubayangkan. Mungkin ini yang dalam psikologi disebut sebagai ‘pemanggilan kembali memori lama yang dipicu oleh kondisi lingkungan yang serupa dengan kondisi masa lalu’. Beberapa teman SMA pria yang kebetulan masih single (atau mengaku masih single) menawarkan untuk menjemputku. Untuk menghindari konflik dengan ibu-ibu rumah tangga, maka aku terpaksa mencari data yang benar tentang para calon penjemputku itu lewat teman-teman tempat kerja mereka sampai akhirnya aku memutuskan untuk berangkat bersama si Bret yang pertama kali menelponku tentang acara reuni ini.<br />
<br />
Singkat kata, malam ini aku sudah duduk manis di lobby apartemenku, menanti jemputan si Bret. (Sekedar info, aku pindah rumah dari apartemen P ke apartemen M, tempat yang dekat dengan salah satu gerai Mc Donald’s di kota S). Setelah menunggu beberapa lama, akhirnya si Bret itu muncul juga diantar oleh sepasang satpam. Mungkin karena tongkrongannya tidak banyak berubah sejak SMA, masih bertampang agak kriminil, maka kepala satpam memutuskan agar dia diantar dua orang untuk masuk ke lobi apartemen.<br />
<br />
“Hey! Kamu tambah keren deh!” sapaku dengan basa-basi setengah flirt.<br />
<br />
Bret diam saja. Ia malah berkacak pinggang dan mengamatiku dari ujung kaki ke ujung rambut, tapi tidak berhenti sebentar di daerah paha dan dada seperti lazimnya pria hidung belang yang menatapku.<br />
<br />
“Hmmm… kamu banyak berubah ya, Sar?” gumamnya.<br />
“Oh? Masa? Kamu juga kok. Kamu lebih pinter milih baju sekarang!” godaku lagi.<br />
“Ya, ya, ya… kamu juga sudah mulai belajar kalau baju dengan garis horisontal akan mengurangi kesan kerempeng!” balasnya.<br />
<br />
Kami lalu tertawa-tawa dan masih melanjutkan saling ejek sampai kami masuk ke mobilnya. Malam itu aku memang mengenakan pakaian setengah casual. Sebuah kamisol garis-garis hitam putih yang dilapisi blazer hitam dan celana favoritku, Armani ketat warna hitam. Sementara Bret tampil dengan kemeja hitam yang merk-nya tidak jelas dan celana yang warnanya sulit dibedakan apakah biru atau abu-abu. Si Bret ini sebenarnya lumayan good-looking dengan tampangnya yang campuran Ambon-Manado, tapi rambutnya yang dipotong model Ivan Drago itu memang membuat wajah kerennya terlihat agak jahat dan pantas dicurigai sebagai pembuat onar, didukung dengan posturnya yang tinggi tegap namun agak sangkuk.<br />
<br />
Akhirnya kami tiba di tempat reuni itu dilaksanakan, yaitu di gedung SMA kami dulu, di kompleks SMA negeri favorit di perempatan yang cukup beken di kota S. Suasana di luar gedung sudah penuh dengan manusia dari berbagai usia dan berbagai dandanan, yang menunjukkan dari generasi tahun berapa mereka dilahirkan. Teman-teman seangkatanku cukup banyak juga yang hadir. Rata-rata dari mereka sekarang bekerja atau punya usaha sendiri, dengan posisi ekonomi yang mulai mapan meski belum sukses-sukses amat. Beberapa temanku dari klub Jangkung (klub basket) juga hadir di situ. Rata-rata dari mereka masih single karena sulit menemukan pria segenerasi yang lebih tinggi. (Yah, anggap saja alasannya begitu!) Beberapa teman malah datang bersama dengan mantan pacarnya waktu SMA dulu, bukan dengan suami atau istrinya yang sekarang. Cukup lucu, meski menyerempet resiko cukup tinggi yang nanti akan kuceritakan lebih detail.<br />
<br />
Acara dimulai, kami masuk ke tengah lapangan luas yang dikelilingi gedung sekolah. Gedung sekolah sudah banyak berubah, dibangun di sana-sini, maklumlah banyak anak pejabat yang bersekolah disini sejak dulu. Bahkan beberapa pejabat, seperti mantan wapres juga alumni di sini dulunya. Ada juga beberapa artis terkenal yang rupanya alumni sekolah ini.<br />
<br />
Konyolnya, secara tidak sengaja aku sering bertemu pandang dengan banyak pria yang pernah mengisi malam-malam seru dalam petualanganku. Umumnya mereka tidak menyapa dengan kata-kata, hanya menyunggingkan senyum yang lebih mirip seringai dingin, mungkin mereka teringat kembali akan adegan-adengan yang pernah mereka lakukan bersamaku. Gila, rupanya mereka juga banyak yang sekolah disini dulunya. Banyak juga rekan bisnis dari perusahaanku yang hadir sebagai alumni angkatan yang berbeda, golongan yang ini umumnya menyapaku dengan, “Selamat malam Bu Sari, rupanya alumni juga toh!” Tapi lantas berubah jadi ledekan karena melihat name-tag angkatan yang kukenakan menunjukkan tahun yang jauh lebih muda dari mereka. Kalau sudah begitu umumnya mereka bilang, “Walah! Ternyata Bu Sari ini masih kecil toh!” Gitu.<br />
<br />
Acara demi acara berlangsung di panggung tanpa banyak diperhatikan penonton karena mereka lebih sibuk bernostalgia dengan gerombolan seangkatannya. Begitu pula rekan-rekan seangkatanku. Kami juga saling bersalaman sambil menjerit “Aaaaaaa! Kamu kok tambah gendut.” atau tambah kurus, atau tambah jelek, atau yang lain-lain, yang kemudian disusul dengan “Eh, denger-denger si anu udah cerai dengan si anu.” Atau “Kamu denger nggak kalau si anu sekarang jadi anu di perusahaan anu”, atau bahkan “Si anu masuk bui, lho!” Sampai yang paling seram, “Tahu nggak, si anu bunuh diri!”<br />
<br />
Beberapa pria dari klub basket yang dulu pernah… engg… ‘menjadi sparing partnerku dalam latihan berpetualang semasa SMA’ kini mengitariku sambil berbasa-basi. Tidak ada dari mereka yang berani membicarakan tentang apa yang pernah kami lakukan di aula kosong, di ruang ganti, atau di sudut kelas kosong 10 tahun silam. Bukan apa-apa, mungkin karena mereka merasa nggak enak dengan teman-teman pria yang lain yang rupanya juga pernah mengalami hal yang sama. Agak risih juga kalau sudah dalam posisi ini. Untuk menghindari suasana rikuh, aku memutuskan mengikuti ajakan Bret untuk bernostalgia memasuki ruangan kelas tempat kami dulu belajar bersama di kelas satu.<br />
<br />
“Kamu inget apa yang pernah terjadi di kelas itu dulu?” tanyanya ketika kami berjalan di koridor menuju kelas tersebut.<br />
“Yang mana tepatnya?” tanyaku berusaha diplomatis.<br />
“Itu, yang pernah dilakukan sama si anu dan si anu.” jawabnya sambil tetap melangkahkan kaki.<br />
“Hm… yah… inget sih… apa itu bukan cuman gosip?” jawabku, lagi-lagi berusaha diplomatis.<br />
“Hihihi.” Bret tertawa kecil, “Yang aku ingat sih… cuman gosip tentang kamu waktu itu!”<br />
<br />
(Yah…kalau rekan-rekan pembaca rajin mengikuti serial Lust Hunter, mungkin pernah membaca kisah kuno itu!)<br />
<br />
Setibanya kami di pintu kelas yang legendaris (menurutku) itu, kami agak kaget karena mendapati pintunya seperempat terbuka. Aku menghentikan langkah dan memasang telunjuk di bibir, memberi isyarat Bret untuk tidak bersuara. Meski sebenarnya itu tidak berguna, karena suara hingar bingar band di lapangan tetap saja kencang. Aku ingat benar situasi seperti ini pernah terjadi 11 tahun yang lalu. Waktu itu sore hari, sehabis olah raga, aku dan beberapa teman wanita memergoki sepasang teman kami sedang bermain cinta secara terburu-buru di sudut kelas.<br />
<br />
“Kenapa Sar?” bisik Bret. Aku hanya menunjuk-nunjuk lubang angin yang cukup besar di atas pintu, memberi isyarat untuk mengintip dari situ.<br />
“Ah, ngapain pakai ngintip, kalau pengen lihat ya buka aja pintunya.” bisik Bret lagi.<br />
“Emangnya ada apa?”<br />
“Kamu ingat si Bibir dan si Evil?” bisikku pada Bret.<br />
<br />
Ia menganggukkan kepala sambil memasang pandangan girang. Si Bibir adalah teman pria yang dijuluki begitu karena kebetulan bibirnya agak oversized, dan si Evil adalah teman wanita yang dulu dianggap paling manis di kelas, namun lidahnya agak tajam, hingga dijuluki begitu. Mereka itulah yang pernah kepergok bermain cinta di kelas pada saat ruangan kosong ketika anak-anak lain sedang berganti pakaian atau minum sehabis olah raga.<br />
<br />
“Mereka punya cara sendiri untuk reuni!” bisik Bret sambil menahan tawa gelinya.<br />
<br />
Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan apa yang pernah kulakukan 11 tahun lalu, berdiri di atas pot besar di dekat pintu, dan melongok ke dalam lewat lubang angin besar di atas pintu kelas. Dan… well… tebakan kami benar… si Bibir dan si Evil sedang berpelukan sambil mengumbar ciuman satu sama lain. Keduanya masih mengenakan pakaian lengkap, tapi memandangi mereka melakukan adegan begini harus kuakui cukup mendirikan rambut di tengkuk.<br />
<br />
Sedang asyik-asyiknya mengintip, tiba-tiba Bret turun dari pot dan menarik lenganku untuk pergi dari situ.<br />
<br />
“Sar, ayo kembali ke lapangan.”<br />
“Kenapa emang?”<br />
“Nggak enaklah ngintip begitu.” jawabnya dengan wajah rikuh,<br />
“Udah sama-sama tuanya. Lagian aku sekantor sama calon istrinya si Bibir. Nggak enak ntar kalau ketemu di tempat kerja.”<br />
<br />
Aku memahami alasannya dan mengikutinya kembali ke lapangan, tempat dimana hingar bingar band memainkan lagu-lagu tahun enam puluhan.<br />
<br />
Beberapa teman berpamitan pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan band baru sampai di tahun enam puluhan. Kata mereka, bakalan sampai pagi kalau nunggu bandnya memainkan lagu tahun sembilan puluhan, jadi mereka memutuskan pulang lebih awal. Aku sendiri tidak ingin pulang. Aku berdiri diantara teman-temanku, mendengarkan musik sambil sesekali mengobrol ringan. Sampai tiba-tiba bahuku dicolek dari belakang.<br />
<br />
“Tukang ngintip, ngga berubah juga rupanya, eh?” sapa si pencolek tadi, yang ternyata adalah si Evil.<br />
“Yah… kamu juga ngga banyak berubah tuh kayaknya.” jawabku sambil menyunggingkan senyum simpul dan mengangkat alis kanan.<br />
Kami lalu mundur beberapa langkah dari kerumunan orang yang perhatiannya tertuju ke panggung.<br />
<br />
“Well, well, well… Si Pemburu… apa kabar?” tanyanya sinis sambil menepuk-nepuk bahuku.<br />
“Baik.” jawabku sambil menatap matanya dalam-dalam,<br />
“Baik sekali, Evil.” sambungku dengan nada sinis juga.<br />
“Ya terang aja baik. Tiap malam pindah ranjang sih, gimana mau ngga bahagia terus?” sindirnya.<br />
<br />
Aku sempat ingin menamparnya karena kata-katanya diucapkan dengan volume kelewat keras, tapi aku masih menahan diri.<br />
<br />
“Aku dengar kamu udah jadi boss sekarang yah?” sindirnya lagi,<br />
“Mendaki corporate ladder lewat ranjang?”<br />
<br />
Kali ini aku benar-benar tidak mampu menahan diri dan hampir menampar mulut genitnya kalau saja si Bibir tidak keburu muncul di samping Evil.<br />
<br />
“Sar, maapin dia lah.” kata si Bibir dengan nada sok bijak,<br />
“Kamu dengar cerita tentang dia kan?”<br />
<br />
Aku lantas mengurungkan niatku untuk menampar karena teringat cerita bahwa si Evil ini baru saja kehilangan suami dan karirnya karena dia mencoba ‘mendaki corporate ladder lewat ranjang’, seperti yang dituduhkannya padaku. Memang tolol juga dia, mencoba cara itu di perusahaan BUMN tentu sulit dan beresiko karena dinding-dinding disana punya mata dan telinga.<br />
<br />
Untuk melemaskan syaraf yang tegang aku menjauhi kedua orang itu, juga kerumunan orang di seputar panggung yang asyik mendengar musik. Aku melangkahkan kaki keliling bangunan sekolah itu. Suasana masih tidak sepi karena masih banyak orang, tapi umumnya mereka berkerumun di sekitar panggung di tengah lapangan, hingga sudut-sudut sekolah tua ini kosong. Sempat aku mengenang beberapa sudut tempat seorang teman pria menyatakan cintanya padaku, dan di sudut yang sama pula kami mengakhiri masa pacaran yang cuma dua minggu hanya gara-gara dia mendengar cerita kalau aku tidak punya latar belakang keluarga yang jelas. Ck, memori-memori menyedihkan itu terus bermunculan sampai akhirnya aku capek dan duduk di sebuah bangku panjang di tempat yang semasa sekolahku dulu adalah kantin, namun sekarang berubah jadi koridor. Koridor yang sepi dan gelap, yang luput dari perhatian banyak orang di acara reuni besar itu.<br />
<br />
“Lagi ngapain, non?” kata sebuah suara pria yang sudah tak asing lagi.<br />
<br />
Agak kaget, aku membalikkan badan dan bertatapan dengan dia… seseorang yang akan menikahiku tahun depan… The Big D!!!<br />
<br />
“Kamu… kamu juga alumni sini?” tanyaku setengah kaget sambil menatap kedua mata elangnya.<br />
“Yup!” jawabnya singkat sambil menunjuk name-tag di dadanya, yang menunjukkan kalau ia lulusan dua tahun di bawahku.<br />
“Haha, kaget ya, kalau ternyata aku lebih muda?” tanyanya sambil merengkuh pinggangku dan mengecup keningku.<br />
“Ya, ya… kaget sekali.” jawabku,<br />
“Tapi di paspor kamu… umurmu sama dengan aku?”<br />
“Well, aku sempat ikutan program AFS dulu. Jadi aku ketinggalan setahun, dan aku masuk SD umur tujuh.” jawabnya singkat.<br />
<br />
Kami terdiam beberapa saat sambil tetap tangannya merengkuh pinggangku dan wajah kami bertatapan begitu dekat. Karena mengingat bahwa kami sedang berada di tempat umum, aku melepaskan diri dan membelakanginya, melihat jauh ke arah lapangan yang kini mulai ditinggalkan para pengunjung meski band masih memainkan lagu.<br />
<br />
Kurasakan lagi kedua tangan D memeluk tubuhku dari belakang. Hm… nyaman sekali rasanya, aku meletakkan telapak tanganku di atas punggung tangannya di perutku. Bibir hangatnya kini menyentuh-nyentuh dan mengendus di leher kiriku, membuatku memiringkan kepala ke kanan dan agak terpejam karena tersengat-sengat rasa geli.<br />
<br />
“Mmmh… hey… uhh… Boss, kita lagi ada di… ngggh… tempat umum nihhhh!” rintihku pelan berusaha mengingatkannya.<br />
“So what?” bisiknya di dekat telingaku, yang disambungnya dengan mengulum daun telinga kiriku, membuatku terpejam dan mulutku menganga menahan rasa geli yang begitu nikmat ini.<br />
“Uhhh… D-Dittt… uhhh… jangan d-d-dissini donggg… uhhh… n-not now!”<br />
“Ehggg!!!” aku memekik tertahan dan tubuhku terjingkat ketika tiba-tiba kedua telapak tangan D menyusup ke balik blazer dan meremas kedua payudaraku.<br />
“Sass…” bisiknya lembut di telingaku.<br />
“Mmmhh… iyahhh?” jawabku lirih.<br />
“Agak geser ke kiri dikit biar nggak kelihatan orang.”<br />
<br />
Sebenarnya aku rikuh karena kuatir ketahuan, tapi jemari D yang teliti itu berhasil menangkap kedua puting susuku dari balik kamisol yang kukenakan, membuat seluruh tenagaku seperti tiba-tiba hilang dan tubuhku serasa begitu lemas, hingga aku merasa tak punya pilihan selain bergeser ke kiri, dan posisi kami tertutup oleh dinding yang kini berada di depan mataku.<br />
<br />
Di balik dinding itu juga, D membuatku menyandar di dada bidangnya sambil membiarkan kedua tangan D menyelinap ke balik kamisol dan melepaskan kaitan bra sportku yang ada di bagian depan… sampai akhirnya kehangatan kedua telapak tangan besarnya menyelimuti seluruh permukaan kedua payudaraku yang mungil ini sambil memijat-mijat pelan. Telapak tangannya yang kasar itu kini bergesekan dengan kedua puting susuku… memberiku rasa rileks dan lemas serta geli yang luar biasa. Harus kuakui, saat itu aku benar-benar terangsang hebat sampai kewanitaanku terasa melembab. Kupejamkan mata menikmati belaian-belaian lembutnya yang menerpa kedua titik paling sensitif itu… terasa semakin lemas badanku… kubuka sedikit mataku… semakin lincah pula gerakan jemari D di situ… sejenak dilepaskannya, memberiku waktu menarik nafas, namun tidak terlalu lama, karena ia segera membalikkan badanku mengadap ke arahnya, dan mencium serta menjilati leherku yang panjang ini… uuh… terasa hangat dan mesra sekali gerakan lidah yang lembut, licin, dan lembab itu menyapu-nyapu leherku.<br />
<br />
Telapak-telapak tangan besar itu kini bergeser di pinggangku… menjamah punggungku dan menyangganya agar aku tidak terjengkang ke belakang. Lidah dan bibir yang hangat dan lembab itu kini seperti berputar-putar pada kain tipis kamisol yang kukenakan… berputar-putar di atas puting susu kananku… aduhhh… tiap gesekan kain basah yang terdorong-dorong oleh lidah lembut itu memberiku sensasi yang sulit kulukiskan. Meski mencoba membuka mata, tetap saja alisku tak kuasa berada dalam posisi santai, mereka terus mengerenyit ke tengah menahan rangsangan birahi yang semakin menggelegak. Pandanganku yang tadinya jelas kini mengabur karena mataku menyipit hingga bulu mataku menghalangi pandangan… sementara mulutku seperti tak sempat mendesah karena untuk menarik nafas agak panjang saja selalu tersendat setiap kali sapuan lidahnya menggeser pada puting-puting susuku.<br />
<br />
Kakiku tak lagi mampu menahan tubuhku. Keduanya terasa gemetar dan tidak menjejak tanah. D menyandarkan aku ke dinding dan menghimpitkan tubuh besarnya ke tubuhku. Puting-putingku yang telah mengacung tinggi seperti tertekan oleh otot-otot dadanya yang tersembunyi di balik kemeja itu, bibir-bibir kami yang telah basah ini kembali beradu. Kedua lenganku mendekap lehernya erat-erat, aku tak ingin melepaskannya kali ini, benar-benar tidak ingin. Kami berciuman dengan amat buas dan liar, diiringi dengan pagutan dan hisapan keras, dan kedua pasang mata kami terbuka, saling menatap. Tajamnya sorot mata yang kini tak lagi terlindung kacamata itu makin membuat birahi dalam dadaku terasa menyesakkan… mata itu… mata itu seperti menusuk dan mengaduk-aduk perasaanku yang sudah terlanjur dipenuhi nafsu. Jemarinya bergerak lagi, cepat sekali, kali ini di bawah pusarku…dan kurang dari tiga detik, jeans Armani yang kukenakan telah turun hingga ke lutut.<br />
<br />
Meski kedua kakiku terkatup rapat, tidak sulit bagi jemarinya untuk menerobos ke balik celana dalam St.Michael yang kukenakan, mengelus-elus sejenak rambut-rambut halus yang tumbuh di bawah perutku… lalu melesak ke tengah, lebih ke dalam, jepitan kedua pangkal pahaku tak mampu menghalangi jari tengahnya menyentuh pangkal bibir kewanitaanku.<br />
<br />
“Ehgggg….” aku menjerit tertahan ketika tubuhku tersentak oleh rasa nikmat yang tiba-tiba menyambar kewanitaanku.<br />
<br />
Jari itu tidak tinggal diam disitu, ia berputar dan bergerak-gerak… cairan pelumas yang sudah sejak tadi mengalir di situ seolah-olah hendak dioleskannya rata ke permukaan bibir kewanitaanku yang kini menguncup karena jepitan pahaku.<br />
<br />
“Ohhh…. D-D-Diitttt…. j-j-jangan disiniiiihhhhh… hhhhhh…” pintaku memelas.<br />
<br />
“Sass, relax. I dont wanna make luv wiz ya rite here, lady! I just wanna give ya sumthin’ to rememba! Just enjoy!” cerocosnya sambil menjilati telinga kiriku.<br />
<br />
Dengan agak susah payah, aku berhasil merenggangkan sedikit kedua pahaku meski celana Armani ketat itu masih memborgol kedua lutut ini. Kurasakan jari tengah dan jari telunjuk pria itu menekan kuat pada ujung atas bibir kewanitaanku, dan didorongnya ke bawah… ughhh… kedua jari besar itu bergerak-gerak di pangkal terowongan kewanitaan yang kini makin lembab dan tergenang lendir pelumas hingga terdengar suara kecipak… aduhhh… rasanya tak tertahankan, geli, nikmat, dan penasaran berkecamuk di kepalaku, makin erat kutarik lehernya hingga bibir kami makin rapat bertautan. Dijejalkannya lidahnya ke dalam rongga mulutku, dan dijilatinya langit-langit di situ, aku kegelian dan berusaha untuk berontak, namun tidak semudah itu, karena pada saat itu juga kedua jarinya yang besar dan kasar itu menerobos masuk!<br />
<br />
“Unggghghhhhhh….” aku mengerang lirih ketika kedua jari itu terbenam ke dalam tubuhku.<br />
<br />
Dilepaskannya kuluman pada bibirku, ditatapnya mataku tajam-tajam dengan tanpa ekpresi. Aku berusaha membalas tatapan tajamnya itu, namun sulit sekali karena mataku menyipit-nyipit menahan rasa nikmat pada kewanitaanku. Apalagi ketika kedua jarinya itu berpencar di dalam, dan bergerak-gerak sendiri-sendiri…<br />
<br />
“Oohhhhh….” aku tak mampu lagi membuka mata dan mempertahankan ekspresi datar.<br />
<br />
Kedua mataku tertutup rapat dan kedua alis mataku seperti dipaksa untuk berkumpul di keningku, gigiku terkatup rapat sementara bibirku setengah terbuka. Aku mendesah-desah menghayati permainannya yang membuat badanku seperti kehilangan tulang belulangnya, lemas.<br />
<br />
Sambil tetap memainkan jemarinya dalam kewanitaanku, ia membungkuk dan mulutnya menangkap puting susu kiriku yang tersembunyi di balik kamisol yang kukenakan. Aku menggeliat dan menggelinjang sekuatku untuk menahan rasa geli dan birahi yang dikirimkannya secara intens ini. Kedua jarinya seperti mengaduk-ngaduk isi kewanitaanku, kedua bibirnya menjepit dan menarik-narik puting susuku dengan tak kalah cepatnya. Semuanya membuatku seperti lupa daratan, lupa bahwa aku sedang berada di gedung sekolah tempatku belajar di SMA dulu, lupa bahwa tiap saat bisa saja ada seseorang yang muncul dan melihat kami berdua melakukan itu, lupa segala-galanya. Yang terpikir hanya bagaimana agar kehangatan tubuhnya tetap menempel pada tubuhku selamanya.<br />
<br />
Ia terus saja mengocok-ngocok cairan di dalam kewanitaanku dengan kedua jarinya yang lincah, sementara kini aku tersandar di dinding hanya berpegangan pada bahunya yang keras itu. Kubiarkan saja ketika gigi-giginya menggigit kerah blazerku yang kanan dan melorotkannya ke bawah. Bahuku terasa dingin diterpa angin malam, namun segera diselimuti kehangatan ketika ia mengoles-ngoleskan lidahnya di situ, merambati leher dan pundakku, menggigit tali kamisolku dan melorotkannya juga, hingga aku merasa begitu seksi berada di hadapannya dalam kondisi seperti ini. Tangan kirinya yang sedari tadi menyangga berdiriku terlepas dari punggungku, dan berpindah pada puting kananku, dipilinnya, dijentik-jentikkannya, dan dicubit-cubitnya puting yang telah membengkak ini. Aku berpegangan erat pada bahunya agar tidak jatuh karena kehilangan keseimbangan.<br />
<br />
“Ohhh… D-d-ditttt…. aduhhhh….” aku mengerang sambil menyebut-nyebutkan nama kekasihku itu. Sesuatu yang tidak pernah kulakukan dalam hubungan intim dengan pria manapun kecuali dia.<br />
<br />
“Hold on, lady.” bisiknya lembut, “You look so great tonite… I luv ya.” bisiknya lagi.<br />
<br />
Karena berkali-kali kedua jemarinya itu menyentuh titik yang tepat, dan karena birahiku sudah tak tertahankan sejak tadi, akhirnya aku terlanda gelombang orgasme juga. Tidak terlalu dahsyat memang, karena aku tidak se-rileks jika berada di tempat yang lebih terjaga privacy-nya, namun yang namanya orgasme tetap saja orgasme. Dimanapun kita mengalaminya, tetap saja akan ada detik-detik yang terasa ‘kosong’ saat kesadaran meninggalkan raga kita meski sebentar. Aku sempat mengerang panjang, sebelum terkulai lemah di dinding batako itu. D mencabut kedua jarinya dari tubuhku, memasukkannya ke dalam mulutnya, dan terdengar suara menghisap. Dikeringkannya kedua jari itu dengan celananya sendiri, dan dipeluknya tubuhku erat-erat. Kutempelkan kepalaku pada dada bidangnya, dan mataku terpejam sejenak, merasakan perasaan hangat dan aman yang selama hidup ini baru dapat diberikan oleh dia.<br />
<br />
Agak lama kami berpelukan erat begitu, sampai aku merasa seluruh energi dan kesadaranku pulih kembali. Kubereskan lagi letak celanaku. D membantuku mengancingkan kaitan bra sportku, jari-jarinya menyisir sejenak rambutku yang agak acak-acakan karena ulah kami barusan.<br />
<br />
“Kok nggak keliatan warna birunya?” tanyanya mengomentari rambutku.<br />
“Gelap sih. Kalau siang kan kelihatan sedikit.” jawabku singkat, seolah tidak terjadi apa-apa barusan.<br />
“Nggak balik ke gerombolan angkatanmu?” tanyanya lagi.<br />
“Nanti sajalah.” jawabku cuek, tapi sambil menyandarkan kepala ke bahunya.<br />
“Mm.. sebaiknya kamu segera balik ke sana.” kata D lagi.<br />
“Kenapa emang, Boss?” tanyaku sambil berusaha mempertahankan posisi kepalaku di bahunya.<br />
“Si Bret tampak mencari-cari kamu. Mungkin mau diajak pulang, udah malam.” jawab D lagi.<br />
“Mana sih?” tanyaku sambil menatap jauh ke kerumunan orang di sekitar panggung di tengah lapangan. Tampak kabur karena aku tidak mengenakan kacamata minusku yang memang jarang kupakai di luar jam kerja.<br />
“Aku pulang sama kamu aja.” jawabku singkat.<br />
“Weits! Nggak bisa dong, Bret kan kasihan. Dia sebagai cowok kan bertanggung jawab ngantar kamu sampai di rumah lagi. Kan dia yang jemput.” jawab D, “Nanti aku susul ke apartemen lah, jam satuan.” sambungnya.<br />
<br />
Aku tersenyum dan mengecup bibirnya singkat, lalu kembali melangkahkan kaki ke arah kerumunan orang.<br />
<br />
Di dalam Kijang EFI silver milik si Bret aku menurunkan sandaran bangku agar posisiku lebih rileks. Kedua telapak tangan kuletakkan di belakang kepala sambil menatap jalanan, membayangkan kejadian bersama D tadi. Bret menghidupkan radio dan terdengar suara Mr.Big melantunkan ‘To Be With You’.<br />
<br />
“Nah, finally…” ujar Bret, “Lagu tahun sembilan puluhan awal!”<br />
“Hihihi, emangnya tadi band-nya sampai tahun berapa?” tanyaku.<br />
“Mereka nggak urut mainnya.” jawab Bret, “Mulanya mereka mainin lagu-lagu baru, lantas lagu enam puluhan, tapi pas kamu nggak ada tadi, band-nya mainin New York, New York.”<br />
“Ooo…” jawabku singkat.<br />
<br />
Lalu kami terdiam sampai lagu Mr.Big tadi habis.<br />
<br />
“Sari…” kata Bret memecah kesunyian.<br />
“Kenapa?” jawabku sambil tetap dengan posisi duduk yang tadi, hanya kini mataku melirik ke arahnya.<br />
“Apa yang diceritakan beberapa orang tentang kamu itu betul?” tanyanya dengan nada diplomatis.<br />
“Tergantung dari apa yang kamu dengar dari mereka.” jawabku tak kalah diplomatis.<br />
“Hm… aku rasa kamu lebih tahu sih.” jawabnya lagi, “Mereka mungkin masih terbawa performance kamu pas di sekolah dulu, sering ganti teman jalan.”<br />
“Emangnya apa yang salah dari berganti-ganti teman jalan?” tanyaku mencoba membelokkan arah percakapan.<br />
“Nggak ada sih.” jawabnya, “Nggak ada sama sekali.”<br />
<br />
Suasana sepi lagi, meski dari radio kini terdengar “You’re All I Need” nya White Lion.<br />
<br />
“Kamu udah ketemu D tadi ya?” tanyanya di tengah-tengah lagu.<br />
“Kok kamu tahu?” tanyaku balik.<br />
“Nggak apa-apa.” jawabnya, “Dia yang nyuruh aku nelpon kamu tentang acara ini. Dia juga bilang agar aku jemput kamu ke acara ini.”<br />
“Oh? Gitu?” tanyaku agak heran.<br />
“Yup! Dia memang sengaja ngasih kamu kejutan, katanya.” jawab Bret datar,<br />
“Sudah dikasihin belum kejutannya?”<br />
“Hihihi…well…udah kok!” jawabku dengan tawa kecil penuh arti.<br />
<br />
Bret tidak menjawab, hanya tersenyum kecil, seolah mengerti apa yang dimaksud.<br />
<br />
“He’s a great guy, Sar.” kata Bret dengan nada datar lagi, “Terlepas dari semua gosip tentang petualangannya, dia orang yang baik.”<br />
“Yah… well… begitulah.” jawabku singkat, “Kayaknya kamu tahu banyak tentang kami.” sambungku.<br />
“Kurang lebih begitulah.” jawabnya, “Beberapa waktu lalu, pas kalian pertama kali ketemu, dia banyak tanya ke aku tentang kamu, karena dia tahu kalau aku teman dekatmu dulu.”<br />
“Hahaha! Dasar cowok!” jawabku tertawa geli, “Selalu konspirasi di sana sini!”<br />
<br />
Kijang silver itu mulai memasuki halaman apartemenku di daerah timur agak ke selatan kota S.<br />
<br />
“Tuh, dia udah di lobby!” kata Bret sambil menunjuk ke arah lobby dimana disitu terlihat sosok “The Big D” sedang berdiri tegak menatap ke arah mobil kami. Di sampingnya tampak seorang satpam yang ukurannya nyaris setengah kali ukuran si D.<br />
<br />
Setelah berpamitan dengan Bret dan mengucapkan terimakasih atas tumpangannya, aku mengajak D melihat ke kamar apartemenku yang baru ini, yang belum tertata, dan D berjanji untuk membantu menatanya sebelum dia pulang ke Jakarta minggu depan. Kami mandi bersama lalu pergi tidur. Di atas ranjang kami tidak melakukan apa-apa selain berpelukan sambil ngobrol. Menceritakan teman-teman SMA di masa lalu dimana ternyata banyak dari teman-teman SMA-ku adalah teman SMP si D. Ngobrol tentang bagaimana peran Bret dalam membantu D mendapatkan aku (hehehe, GR nih!). Konyolnya, D juga menceritakan bahwa alasan Bret membantunya adalah karena D pernah membantu Bret mendapatkan calon istrinya yang sekarang (Dasar pria!). Setelah lama ngobrol, akhirnya kami lelah dan sama-sama tertidur. D masih menginap di apartemenku selama seminggu, dan tentu banyak cerita tentang apa yang kulakukan bersamanya di sudut-sudut kamar apartemenku yang baru itu.Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-16596153156428332712017-04-01T23:28:00.000-07:002017-04-01T23:28:10.414-07:00Sari - Pak SonyCredit goes to Sari The Lust Hunter.<br />
Thanks to Wiro The Legend.<br />
---<br />
<br />
<br />
Cerita kali ini diambil dari buku harian saya lagi, tentunya karena saya tidak punya bahan referensi lain untuk dijadikan cerita. Angka tahunnya menunjukkan tahun 1993, saat itu saya masih kuliah di salah satu fakultas psikologi di kota saya, hanya saja saya sudah belajar cari duit, dan tentunya...well...sudah memulai petualangan saya, meski baru tahap-tahap awal.<br />
OK, :<br />
<br />
Setelah lama ditunggu-tunggu, akhirnya jam dinding yang terlalu lambat 10 menit itu menunjukkan pukul 9 tepat. Pak dosen pun dengan riangnya menutup notes besarnya yang sudah dipakainya untuk mengajar sejak tahun tujuh puluhan, dan dengan angkuhnya mengingatkan para mahasiswa untuk belajar giat, karena minggu depan sudah memasuki musim ujian tengah semester.<br />
Belajar? Hihihi, jangan membuatku tertawa. Sejauh ini, aku senantiasa berhasil menempuh ujian apapun, mulai dari Ebtanas SMP, SMA, sampai UMPTN dengan bermodalkan kertas kecil penuh rumus yang kulipat-lipat dan kumasukkan ke dalam saku. Sungguh warisan ilmu yang sangat berharga yang kupelajari dari ibuku! Apalagi aku sama sekali belum mampu melihat korelasi antara IPK dengan keberhasilan orang. Bukankah orang terkaya di negara kita justru seorang yang tidak tamat SD? So, kenapa mesti repot? Emang anak-anak kita nanti mau dikasih makan transkrip?<br />
<br />
Nah, berangkat dari pemikiran itulah, aku dan beberapa temanku kompakan mengumpulkan modal untuk mulai berbisnis. Sejujurnya, modal yang terkumpul adalah nol, alias tidak ada sama sekali. Bisnis yang kujalankan ini kudapat dari seorang pria asal Malaysia yang kebetulan omong-omong denganku di lapangan tennis beberapa minggu lalu. Hanya dengan sedikit senyum dan kerlingan mata, plus tentunya isi kepala yang cukup encer, dia mempercayai aku dan kawan-kawan untuk membantunya memasarkan seperangkat soft/hardware untuk komputerasi pergudangan industri. Itu juga sebabnya kenapa pada saat kuliah hari ini aku tidak mengenakan busana kebesaranku yang biasanya (Jins ketat yang jarang tercuci, dan kaos oblong berwarna cerah), kali ini aku memakai rok span rapi berwarna hijau muda, dengan kemeja putih yang ditutup blazer hijau muda juga. Maklum, agendaku menunjukkan kalau pukul sepuluh nanti aku harus mempresentasikan instrumen daganganku pada sebuah perusahaan pabrik plastik di distrik !<br />
industri R.<br />
<br />
"Sari, kamu jadi pinjam catatanku?" Ujar temanku Hilda dengan ramah dan penuh perhatian.<br />
"Oh, iya, jelas!" Jawabku singkat sambil menarik beberapa lembaran loose leaf dari tangan Hilda yang gemuk dan berkaca mata tebal itu, yang selama ini dapat diandalkan untuk menjadi 'sekretaris' bagiku.<br />
"Eh, kamu kok rapi gitu, ada acara kemana?" Tanya Hilda lagi.<br />
"Mau jualan." Jawabku singkat sambil berdiri tegak dan menggosok mata menghilangkan kantuk selama jam kuliah tadi.<br />
"Hm...semoga sukses deh!" Kata Hilda sambil membarengi aku berjalan turun ke lantai dasar gedung kampus.<br />
<br />
Di luar gedung, aku sudah ditunggu oleh sebuah Taft GT putih yang berisi dua orang kawanku, Elsa dan Agus. Kedua teman inilah yang memutuskan untuk ikut bersamaku menjalankan bisnisku ini. Elsa yang anak accounting itu sangat teliti dalam itung-itungan duit, sementara Agus adalah anak teknik komputer yang bawaannya 'nerd' dan pemalu. Tentu saja mereka berdua mempercayai aku yang minus pengetahuan tapi surplus nekat untuk mempresentasikan instrumen ini pada perusahaan-perusahaan, meski mereka harus mendampingi aku agar tidak terjadi salah perhitungan atau salah jawab. Hehehe.<br />
<br />
Singkat cerita, kami sudah berada di dalam ruang rapat di sebuah pabrik plastik di distrik industri R. Kami bertiga dipersilakan duduk di sekeliling sebuah meja rapat panjang yang masih kosong. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan muncullah beberapa orang manager puncak di perusahaan itu. Meski terbiasa nekat, kuakui kalau aku rada minder juga harus berbicara di depan orang-orang yang dahinya dipenuhi kerutan itu. Ah, so what? The show must go on, kan?<br />
<br />
Setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kurang logis dan cenderung emosional dari orang-orang 'hebat' itu, akhirnya General Manager yang kebetulan seorang ibu, mengajakku masuk ke ruangannya. Ia memuji caraku memberikan penjelasan, juga memuji kemampuan teknis dari kedua temanku yang lain, dan memutuskan untuk memakai instrumen itu di pabriknya. Bukan kejutan yang luar biasa, karena ayah Elsa adalah klien utama dari perusahaan itu. Namun tetap saja menggembirakan, karena ini adalah perusahaan pertama yang memutuskan untuk membeli dari 12 perusahaan yang sudah kami kunjungi. Sepulang dari pabrik itu, aku dan temanku bersorak-sorai di dalam mobil, membayangkan keuntungan yang kami dapatkan dari transaksi beberapa ribu dolar itu. Bagi anak kecil berusia 19 tahunan, tentu saja komisi yang beberapa persen (dari ribuan dolar, ingat!) terasa begitu luar biasa. Bahkan beberapa hari awal dalam proses instalasi, semuanya terasa aman-aman saja. Para pekerja di pabrik, para konsultan!<br />
dari Malaysia, dan juga para manager terasa sangat bersahabat dan menyenangkan. Sampai tiba saatnya untuk menagih termin kedua (dari 3) pada bagian pembelian.<br />
<br />
Manager pembelian yang memintaku datang ke ruangannya itu adalah seorang pria berusia 30-an yang selalu memasang senyum ramah. Orangnya cukup OK juga, dengan dandanan yang selalu kelimis rapi dan tutur kata yang terkesan cerdas. Namun apa yang dikatakannya hari itu menunjukkan siapa sebenarnya pria yang bernama Sony itu.<br />
"Wah, hebat juga ya, masih muda gini sudah pinter bisnis!" Katanya sambil menyilakan aku duduk di seberang meja kerjanya.<br />
"Ah, kita masih belajar kok, Pak." Jawabku sambil mengamati rambut kelimis dan hidung mancungnya.<br />
"Masih belajar gimana? Nilai transaksinya aja sebesar ini." Katanya lagi dengan menunjuk angka di lembaran giro di mejanya.<br />
Aku tidak segera menjawab, karena masih berusaha menebak kemana arah pembicaraannya.<br />
"Mbok ya saya diciprati sedikit komisinya, buat uang sekolah anak saya." Katanya dengan lugas, gamblang, dan terus terang.<br />
"Oooh, itu toh?" Jawabku sambil mengangguk, "Tapi nilai transaksinya kan sudah disetujui ibu GM, mana bisa diubah?"<br />
"Lah, itu bisa diatur, dik Sari." Jawabnya menyunggingkan senyum memamerkan sederet giginya yang rata dan bersih.<br />
"Oh ya? Gimana caranya itu?" Tanyaku karena benar-benar tidak mengerti.<br />
"Barang ini kan diimpor, nah, tambahkan saja biaya shipping and handling, beres sudah." Jawabnya dengan nada menggurui.<br />
"Oh, gitu." Jawabku tanpa ekspresi, "Berapa biasanya?"<br />
"Ya terserah dik Sari, seikhlasnya aja." Jawabnya. "Gimana kalau 300 dolar?" Sambungnya lagi.<br />
Tanpa menunggu persetujuanku, dia mengetikkan angka itu di MS Excel, yang kemudian diprint sebagai Purchase Order.<br />
"Lantas, selanjutnya gimana?" Tanyaku lagi. Maklum, waktu itu aku masih (agak) lugu.<br />
"Ya nanti tinggal ditransfer ke tempat saya, 'kan? Gampang kok!" Jawabnya.<br />
<br />
Sepeninggalku dari ruang itu, aku merasa agak tidak enak karena belum terbiasa dengan pola 'uang bawah meja' seperti itu. Tapi selama memperlancar transaksi, kenapa tidak? Pikirku. Sayang sekali tidak semuanya berjalan seperti yang diharapkan. Freight dari Malaysia mengalami trouble, sehingga diperlukan biaya tambahan untuk dapat mengeluarkan barang dari bea cukai, ditambah lagi pembayaran yang molor karena perubahan nilai transaksi sebanyak 300 dolar itu kurang disetujui pihak management. Hari-hari pun terasa begitu lambat dan tidak enak bagiku, karena aku merasa sungkan pada ibu GM yang telah dengan baiknya mau memberi kepercayaan pada kami, namun aku telah 'mengkhianatinya'. Ditambah lagi setiap aku berpapasan dengan Pak Sony di pabrik, ia selalu tersenyum ramah, menyentuh lenganku dan membisikkan kata-kata yang mengingatkanku pada 'transaksi bawah meja' kami. Dan aku selalu membalasnya dengan senyum manis sambil mengatakan bahwa kita harus menunggu sampai proses instalasi!<br />
benar-benar kelar karena dana yang tadinya disiapkan untuk dia sedang terpakai untuk proses pengurusan barang itu di bea cukai, namun dia terus saja mendesakku untuk melakukan transfer itu lebih awal.<br />
<br />
Akhirnya pada suatu hari aku mulai tidak sabar dengan ulahnya yang terus menerus menagih itu. Aku menelponnya lewat telepon selular untuk melakukan tawar menawar.<br />
"Pak, kayaknya ngga bisa deh, kalau 300 dolar."<br />
"Lantas bisanya berapa?"<br />
"Gimana kalau 50 persennya?"<br />
"Hm..150 dolar, wah...bisa dipakai apa tuh?" (Saat itu USD masih sekitar Rp 2500-3000)<br />
"Abis gimana, Pak. Ibu GM menawar sampai segitu, menurut beliau nilai 300 itu kelewat tinggi."<br />
"Hm...gimana kalau...ditambahi sedikit, dik Sari?"<br />
"Berapa Pak?"<br />
"Nggak usah berupa duit deh, saya kasihan juga sama dik Sari dan teman-teman."<br />
"Lantas?"<br />
"Hmm, saya yakin dik Sari juga setuju dengan tawaran saya, saya lihat kamu cukup berpengalaman kayaknya."<br />
"Dalam hal apa?"<br />
"Ah, jangan pura-pura nggak tahu, Dik. Kamu pengen juga kan?"<br />
Kata-kata itu langsung dapat aku tebak arahnya. Ternyata gaya pria perayu kampungan sama saja, baik di usia belasan maupun 30-an, mereka selalu bersikap seolah-olah para wanita juga menginginkannya. Dalam kepalaku segera timbul rencana yang tak kalah licik dengan ulahnya.<br />
"Well, OK deh, terserah Bapak aja." Jawabku mengakhiri pembicaraan per telepon itu.<br />
<br />
Singkat cerita, pada malam berikutnya aku sudah duduk manis di pub di sebuah hotel berbintang mengenakan sackdress ketat tanpa lengan berwarna hitam dengan belahan setinggi paha. Beberapa orang pria asal Jepang sempat berusaha melancarkan rayuan dan ajakan, tapi aku hanya tersenyum sambil memasang tampang alim yang kontras dengan pakaian yang kukenakan.<br />
Setelah menunggu setengah jam, muncullah Pak Sony di pub itu. Dengan kaos yang pas di badan, ia tampak agak lebih muda dan lebih ganteng. Bentuk badannya yang lumayan terlatih juga tampak menggoda.<br />
"Sudah lama, Sari?" Tanyanya sambil melempar pantat di barstool di sebelahku.<br />
"Baru 10 menit kok, Pak." Jawabku sambil melirik padanya.<br />
"Ah, jangan panggil Pak dong, panggil Sony aja!" Katanya. "Kan beda dengan di kantor."<br />
Kami segera terlibat pembicaraan akrab, dimana ia menceritakan tentang istrinya yang menurutnya gemuk dan jelek serta cerewet. Diam-diam sempat terpikir juga olehku bahwa penyebab pria menyeleweng ialah karena sikap si istri sendiri.<br />
<br />
Akhirnya ia mengajakku untuk naik ke mobilnya, yang segera meluncur ke sebuah hotel kecil di daerah dekat pantai. Sekedar info, hotel itu terletak agak jauh dari keramaian kota. Satu dua menit kemudian, kami telah berada di sebuah kamar hotel murah, seluas kurang lebih 5x5 meter, dengan AC amat dingin dan dinding agak lembab tidak terawat. Satu-satunya benda yang terawat baik di kamar itu hanyalah spring bed berukuran besar di tengah ruangan, juga cermin lebar di dinding yang membuat ruang itu terasa lebih luas. Tangan-tangan Sony memeluk tubuhku dari belakang.<br />
"Hm...Kamu ini kok tinggi sekali, sih Sari?" Tanyanya sambil meremas-remas pinggangku dengan gemas.<br />
Aku melirik ke kiri, melihat matanya yang hanya setinggi bahuku.<br />
"Tapi suka kan, Pak?" Tanyaku menggoda.<br />
Sejenak aku menutup mata dan menarik nafas panjang untuk melupakan emosi dan logika, memfokuskan sense hanya pada fisik, mempersiapkan diri untuk menikmati petualangan baru.<br />
"Iya, bener, aku suka sekali." Dengusnya di telingaku.<br />
<br />
Tangannya memijit-mijit bahuku dengan lihatinya, mengusir rasa pegal yang menderaku semenjak beberapa hari lalu. Jemarinya yang besar-besar dan hangat itu mengait kedua tali bahu di bajuku, dan menyingkapkannya ke samping hingga ia lebih leluasa lagi memijit dan menjamah bahuku yang halus dan (selalu) terawat.<br />
"Sari, duduk dong." Bisiknya di telingaku seraya menarik tubuhku ke ranjang.<br />
<br />
Aku duduk di pinggir ranjang membelakangi Sony yant terus mengurut-urut bahuku, memberiku perasaan rileks dan ringan. Pelan-pelan ia menurunkan tangannya ke depan, menuruni bahuku...kehangatan telapak tangannya mulai merambat di bawah leherku... begitu pelahan ia mengusap-usap disitu...menurun lagi perlahan-lahan...menyusup ke balik sackdressku yang dilengkapi mangkuk penahan...turun lagi sambil meremas melingkar-lingkar..."Nggggghhh....", Aku mendesah nikmat ketika telapak tangan itu tiba pada sepasang payudaraku, mengalirkan kehangatan yang luar biasa nikmatnya. Kedua payudaraku yang kencang itu terasa pas di telapak tangannya yang meremas dan mengusap-usap lembut, sedikit bergesekan dengan puting-putingnya, Uhh...nikmat sekali.<br />
<br />
Sambil terus meremas-remaskan tangannya, hidungnya menelusuri tengkuk dan leherku yang jenjang. Rambutku yang hanya setengkuk membuat lidahnya bebas mengoles-ngoles leherku, menaburkan rasa geli yang membuat kedua bahuku bergerak naik dan turun karena kegelian. Aku memiringkan kepalaku ke kiri ketika lidahnya mulai menjilat-jilat ke telinga kananku...Uhhh... Nggghh...Aku tak kuasa menahan desahan nafas dari mulut dan hidungku karena begitu nikmatnya. Tanpa kusadari, bajuku telah melorot turun hingga ke pinggangku, hingga kini kedua payudaraku yang kencang tampak terekspos dengan bebas pada cermin di depan ranjang.<br />
"Buka mata, Sari...Lihat di kaca." Kata Sony.<br />
Aku membuka mata sedikit, dan kulihat di cermin bayanganku sedang duduk dengan badan bagian atas terbuka lebar, mataku tampak sayu dan agak redup, sementara kedua puting susuku tampak mulai meninggi.<br />
"Kamu cantik sekali." Bisik Sony lagi.<br />
<br />
Ia tidak memberiku waktu untuk menjawab, ditariknya tubuhku hingga telentang menindih tubuhnya yang juga telentang di bawah tubuhku. Kepalaku terjatuh menengadah ke samping kanan kepalanya, membuatnya kian leluasa menjilati bagian kiri rahang dan leherku dengan rakus, telapak tangan kirinya meremas dan menjamah kedua payudaraku bergantian, sementara tangan kanannya kini bergerak ke bawah, meraba-raba pahaku lewat belahan rok yang tinggi. Ditariknya paha kananku ke samping, hingga tangannya dengan mudah menemukan selangkanganku yang tertutup celana dalam. Ia tidak berusaha melepaskannya, ia hanya menggerakkan jarinya mengusap-usap celana dalamku dari luar. Usapannya melewati jalur yang tepat, jari itu kini menekan sambil menggosok bibir kewanitaanku dari balik celana dalam.<br />
"Ahkkk..." Aku merintih tertahan ketika jari-jarinya mulai menggosok klitoris dan bibir-bibir di bawahnya.<br />
<br />
Jari itu terus saja menekan dan menggosok-gosok disitu...kian cepat...kian cepat...semakin cepat...Tubuhku terjingkat-jingkat menahan rasa birahi yang mengalir menyengat-nyengat, kepalaku terbuang ke kiri ke kanan, wajahku meringis-ringis tak terkontrol, jeritan dan eranganku terdengar memenuhi ruangan.<br />
<br />
Melihatku begitu terangsang, Sony kian girang, kini ia berbalik menindih tubuhku dan mendaratkan ciuman-ciuman liarnya pada bibir dan leherku. Aku hanya telentang pasrah membiarkan mulutnya tiba di payudaraku, dan menyedot-nyedot kedua puting susuku bergantian. Ohh...aku menggeliat-geliat menahan rasa geli dan nikmat yang tak tertahankan. Kedua puting susu di dadaku kini berdiri tegak mengacung tiggi sekali, membuatnya justru makin bernafsu menyedot dan melumat-lumatnya.<br />
"Ohhh....Ssshhh..." Rintih dan desahanku tak dipedulikannya, ia hanya berusaha menikmati tubuhku sepuasnya.<br />
<br />
Akhirnya ia melucuti semua yang melekat pada tubuh jangkungku, membuatku tergolek di ranjang dengan pasrah tanpa selembar benangpun yang menutupi. Mataku setengah terbuka mengamati seisi ruangan. Bantal yang cukup tinggi di bawah kepalaku memungkinkanku untuk melihat kedua payudaraku bergerak naik turun dengan cepat mengikuti nafasku yang tersengal-sengal, kedua putingnya tampak memerah dan berkilat karena liur Sony tadi. Tampak juga kedua pahaku yang terbuka ke kiri dan kanan, juga kepala Sony yang kini sedang berada di antaranya.<br />
"Hkkkkk...." Nafasku terhenti ketika merasakan sambaran lidahnya menyapu klitorisku dengan cepat dan singkat. Aku mencoba mengatur nafas lagi setelah itu, namun Ahggg...Lidah itu kembali tiba dan menyapunya lagi...lalu lama berhenti.<br />
<br />
Tanganku segera menjambak rambut Sony yang kelimis berminyak itu, menarik kepalanya menempel pada selangkanganku. Ia mengerti isyarat itu, lalu dengan agresif dan buas menjilati kewanitaanku dengan jilatan-jilatan frekwensi tinggi dan cepat. Aku menggelinjang-gelinjang sambil mengerang-ngerang keras. Kepalaku mendongak ke atas, mataku terpejam, gigiku terkatup rapat, namun bibirku setengah terbuka. Kedua alisku seperti menyatu di tengah kening yang mengerut karena berusaha keras untuk menahan dentuman-dentuman birahi yang kian meledak-ledak. Ohh...Pria ini benar-benar tahu menggunakan lidahnya.<br />
<br />
Di luar kebiasaan, (Dan mungkin juga karena 'jam terbang' yang belum cukup panjang waktu itu.) permainan lidahnya yang begitu konstan dan cepat menyayat-nyayat kewanitaanku mengalirkan rasa geli yang kelewat besar ke sekujur tubuh dan membuat badan ini mengejang. Aku berusaha menahan, namun lidahnya terus saja menyapu-nyapu dengan cepat. Meski aku sudah menahan nafas dan mengangkat punggungku dari ranjang, kenikmatan itu tetap saja menyembur masuk, hingga akhirnya orgasme pertamaku datang menyambar. Setelah beberapa detik mengejang, tubuhku terkulai lemas tak berdaya dengan nafas terengah-engah.<br />
"Lho? Baru segitu aja kok udah keok?" Tanya Sony dengan nada bangga namun terkesan mengejek.<br />
Aku tak menjawab, aku hanya tersenyum sedikit sambil berusaha mengatur nafasku yang terasa masih berat. Kulihat ia berjalan mengitari ranjang dengan tubuh gempalnya yang telanjang. Tampak juga kejantanannya mengacung ke depan agak bengkok ke atas. Wajahnya tersenyum-senyum bangga seperti lazimnya pria-pria awam seks, yang menganggap orgasme pria adalah lambang keperkasaan pria dan bukannya sesuatu yang harus dicapai bersama-sama dengan kompak.<br />
<br />
Setelah cukup lama memandangi tubuhku yang terkapar dibanjiri keringat, akhirnya ia melompat naik ke ranjang. Ia berlutut di antara kedua pahaku yang terbuka, mengangkat kedua tungkaiku, lalu menyorongkan kejantanannya ke depan. Meleset. Kejantanannya tergelincir ke atas karena bibir kewanitaanku masih amat licin oleh cairan yang mengalir dari dalamnya. Dicobanya lagi...meleset lagi...namun gesekan-gesekan itu terasa membangkitkan lagi birahiku di sela-sela kenikmatan orgasme pertama yang masih terasa. Karena tidak sabar, digenggamnya kejantanannya sendiri, diarahkannya menuju liang kewanitaanku, dan ditikamkannya keras-keras ke dalam.<br />
"Ahgggg....sakittttt!" Jeritku ketika kewanitaanku terasa agak perih karena tergesek dengan cepat.<br />
Ia tak peduli, ia lantas mengocokkan kejantanannya di dalam tubuhku dengan kencang dan cepat. Aku merintih dan meringis-ringis kesakitan, namun aku tak mau konyol, aku harus menikmati permainan ini. Kedua tanganku segera memilin-milin kedua puting payudaraku, mengalirkan rasa nikmat di situ, lalu jari tengah tangan kananku menggosok-gosok klitorisku, menekan-nekan, menjentik-jentik, melakukan apa saja untuk memberi tubuhku rasa nikmat yang membuat kewanitaanku mengalirkan cairan pelumasnya. Untunglah aku berhasil, terasa lendir pekat itu mulai mengalir dari dinding-dinding kewanitaanku dan membuatku mampu menikmati gesekan-gesekan dari kejantanan Sony.<br />
<br />
Mmmm...Rasanya nikmat sekali ketika kejantanan itu bergerak dan menggosok kewanitaanku dari dalam. Aku memejamkan mata dan mengendurkan otot-otot tubuhku, membiarkan Sony bekerja keras menggerakkan kejantanannya di dalam sana, menggelincir keluar masuk, aduuh enaknya. Setelah cukup lama seperti itu, aku telah siap untuk orgasme berikutnya. Aku merapatkan jepitan pahaku untuk membuat kejantanan itu makin terasa mantap gesekannya. Birahi mulai datang bergulung-gulung menerpa tubuhku, menyengatkan aliran listrik ribuan volt pada kewanitaanku. Bersamaan dengan itu, aku merasakan kejantanan Sony berdenyut-denyut di sela gesekan-gesekannya yang kian cepat. Sebersit kesadaran sempat hinggap di kepalaku menjelang orgasme yang kedua ini. Tungkaiku bergerak cepat, mendorong tubuh Sony hingga terjengkang di lantai. Tercabutnya kejantanan itu memberiku sensasi yang amat luar biasa, yang mengantarku mencapai klimaks lagi. Ahhhh...bukan main nikmatnya. Sempat terlihat Sony kaget ketika terj!<br />
engkang, sempat pula kulihat kejantanannya memuntahkan 'isi'-nya berceceran di karpet, sempat pula tampak wajahnya mengekspresikan rasa nikmat, lalu aku memejamkan mata.<br />
<br />
Pagi harinya, aku terbangun, mendapati Sony masih pulas di sampingku. Aku segera berdiri, melangkah ke kamar mandi, mencuci muka, dan kembali ke kamar untuk berpakaian. Sambil menyisir rambut pendekku di depan cermin, aku melihat tampang Sony yang lumayan itu sedang terlelap mendengkur. Sebersit senyum tampak di wajahku di depan cermin. Senyum yang mengiringi petualangan baru yang baru saja kuakhiri. Senyum yang juga mengiringi sebuah amplop surat yang baru saja tiba di meja GM pabrik plastik R. Amplop yang berisi surat dari ayah Elsa yang juga klien pabrik itu. Di dalam surat itu, tertulis pernyataan ayah Elsa yang amat kecewa karena anaknya yang baru saja mulai belajar berbisnis sudah diperas oleh seorang manager pembelian yang serakah, juga ancaman untuk menghentikan kerja sama bila pemerasan itu tidak ditindak lanjuti. Mengingat bahwa perusahaan milik ayah temanku itu adalah klien terbesar pabrik plastik R, tentu saja ibu GM segera bertindak.<br />
<br />
Siang harinya, ketika aku datang ke pabrik plastik R untuk penyelesaian instalasi, ibu GM memanggilku ke kantornya. Ia menyatakan permohonan maaf atas kelancangan stafnya itu. Ia pun menunjukkan padaku surat dari ayah Elsa, juga surat pengunduran diri yang harus segera ditanda tangani oleh Pak Sony, tidak lupa juga surat pernyataan pemecatan secara tidak hormat yang akan disebarkan ke segenap perusahaan industri di kotaku. Hihihi, sungguh sial nasibnya. Mungkin baru kali ini ia salah memilih sasaran. Yang membuatnya harus membayar begitu mahal. Mungkin ia mengira bahwa 150 dolar ialah nilai yang cukup untuk dapat membeli satu malam dari Si Pemburu. Sayang sekali, 150 dolar itu masih harus ditambah dengan sisa karir, sisa kehidupannya, dan masa depan keluarganya pun harus dimulai lagi dari nol karena ulahnya. Well, memang perlu diingat, bahwa pemburu akan memburu, dan bukan untuk diburu.<br />
<br />
Ah, well. Itu tadi sedikit cerita di awal karir saya. Mungkin bukan cerita yang dipenuhi lenguhan dan rintihan nikmat, tapi itu adalah kisah yang benar-benar terjadi dan dengan nama-nama person yang sama sekali tidak disamarkan. Tokoh-tokoh dalam cerita di atas pun masih hidup, dan saya rasa, juga mengingat segala sesuatunya. Elsa dan Agus kini telah menikah dan hijrah ke negara tetangga serta membuka bisnis instrumentasi warehousenya disana. Pabrik plastik R juga sempat diakui sebagai perusahaan yang paling efisien sistem informasinya. Bagaimana dengan Pak Sony? Well, satu-satunya doa saya untuk dia hanyalah semoga ia tidak termasuk salah satu pembaca cerita ini.<br />
Sampai jumpa!Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-83434396459045627322017-04-01T23:27:00.002-07:002017-04-01T23:27:15.301-07:00Sari - Pak BobCredit goes to Sari The Lust Hunter.<br />
Thanks to Wiro The Legend. ---<br />
<br />
Ini terjadi pada saat aku meninggalkan pekerjaanku yang lama untuk melanjutkan studi. Waktu itu umurku 23 tahun, secara fisik, posturku tidak banyak berbeda dengan sekarang. (Bagi yang belum tahu, aku wanita umur 26 pada tanggal 19 April 2000 nanti, aku berdarah campuran Jepang-India-Cina, tinggi 176 dan beratnya…well…agak kurang sekitar 5 kg dari idealnya. Bentuk badanku tidak terlalu berliku-liku, cenderung kelihatan tipis-jangkung, dan rambutku pendek seleher.)<br />
<br />
Sehari setelah acara perpisahan dengan rekan-rekan sekantor, aku sudah berada di kursi pesawat Singapore Airlines yang menuju ke negara tempat aku akan melanjutkan studi. Aku duduk di dekat jendela, sementara di sebelah kananku duduk pasangan suami istri yang berusia kurang lebih 40 tahunan, dan dari aksennya bisa ditebak kalau mereka berasal dari kota yang sama denganku. Sepanjang penerbangan, pasangan itu selalu cekcok, mulai dari makanan, kursi, sampai acara videopun diributkan, hingga aku agak jengkel dan berusaha untuk tidur saja.Aku terbangun ketika pramugari menyajikan makan malam. Kursi di sampingku kosong, rupanya sang istri sedang pergi ke toilet atau berjalan-jalan. Di kursi sebelahnya, bapak berusia 40 tahunan itu tersenyum padaku dan mulai makan. “Mari Dik, makan dulu.” Katanya sambil tersenyum ramah. “Mari, Pak.” Jawabku sambil tersenyum juga. Rupanya bapak ini cukup ramah juga meski tadi siang aku sempat sebal mendengarnya ribut dengan istrinya.<br />
<br />
Aku mulai menyantap hidangan vegetarian yang khusus disiapkan untukku oleh kru pesawat itu. Lama setelah itu, aku baru sadar bahwa meja lipat di depan kursi sampingku tidak terdapat makanan, dan ibu yang tadinya duduk disitu juga tak kunjung kembali. “Pak, Ibu pindah tempat?” Tanyaku pada bapak yang tadi itu. “Iya Dik, dia pindah ke baris belakang sana.” Jawabnya sambil tetap berkonsentrasi pada puding yang disantapnya. “Kenapa kok pindah?” Tanyaku lagi, sambil berusaha menusuk potongan buah semangka dengan garpu plastik yang tumpul. “Saya yang suruh, kan kasihan Adik nggak bisa tidur nanti kalau kita ribut terus.” Jawabnya aku tertawa dan menanyakan apakah memang setiap harinya begitu, dan jawabannya agak mengejutkan, bapak itu berkata bahwa ia dan istrinya sedang dalam proses mengurus surat cerai di negara tempat mereka menikah dulu. “Wah, maaf Pak, saya nggak tahu.” Kataku dengan nada agak menyesal telah menanyakan hal itu. “Nggak apa-apa Dik, saya maklum kok.” Jawabnya, “Lagipula kami berbahagia dengan perceraian ini.” Meski agak heran, aku memutuskan untuk tidak bertanya lebih banyak tentang hal itu. Setelah makan malam usai, lampu-lampu dipadamkan, dan para penumpang mulai tidur.<br />
<br />
Karena sudah tidur siangnya, maka aku tidak lagi bisa tidur, jadi aku ngobrol dengan Bapak itu, yang ternyata bernama Pak Bob. Mula-mula obrolan kami hanya basa-basi dan saling menceritakan latar belakang masing-masing, sampai akhirnya kami makin akrab. “Sari tinggi sekali yah? Apa Sari fotomodel?” Tanya Pak Bob. “Oh, bukan, masa kurus begini fotomodel, Pak?” Jawabku. “Lho, kan jaman sekarang fotomodel tinggi-tinggi dan langsing, juga cantik seperti Sari gitu.” Kata Pak Bob lagi. “Wah, terimakasih.” Jawabku sambil tersipu dan kehabisan kata-kata. Dalam hati, insting avonturirku mulai muncul. Rasa-rasanya Pak Bob ini mulai berani juga, dan tampaknya dia tidak jelek-jelek banget untuk menambah koleksi nama-nama pria di buku harianku yang waktu itu masih belum sebanyak sekarang. Pak Bob memiliki tubuh yang tinggi besar untuk orang seusianya. Perutnya pun tidak terlalu tambun, dan tingginya juga hanya sedikit lebih pendek dari aku. Warna kulitnya kecoklatan terbakar matahari, dan wajahnya terkesan berwibawa dan lumayan tampan, meski garis-garis ketuaan sudah mulai muncul di sana-sini.<br />
<br />
“Keberatan nggak, kalau saya pindah di situ?” Tanya Pak Bob sambil menunjuk ke kursi kosong diantara kursi kami. “Oh, nggak apa-apa, Pak.” Jawabku sambil tersenyum, namun kali ini aku agak menyipitkan mata dengan sayu, sekedar memberinya isyarat. Entah ia bisa membaca isyarat itu atau tidak, ia berpindah ke kursi tepat di sampingku, lalu melihat keluar jendela, seolah-olah itulah alasannya untuk berpindah tempat, padahal di luar hanya hitam saja yang bisa dilihat. Karena suhu mulai agak kelewat dingin, aku menutupi tubuhku dengan selimut yang tersedia di kantong di sandaran kursi depanku. Sambil lalu, aku sempat mendapati Pak Bob sering mencuri pandang ke arahku meski ia berlagak membaca majalah. “Dingin ya, Sari?” Tanyanya. “Iya, Bapak nggak kedinginan?” Tanyaku memancing. “Iya, saya pakai selimut juga, ah” Jawabnya sambil memasang selimut di tubuhnya yang besar dan gemuk itu. Posisi duduk di kelas ekonomi memang rapat-rapat, hingga selimutku dan selimut Pak Bob saling menutupi. Aku berpura-pura tidur sambil wajahku kuhadapkan ke Pak Bob, menunggu reaksinya lebih lanjut. Lama juga dia bereaksi, mungkin agak takut meski matanya tidak dapat menyembunyikan apa yang ada di otaknya.<br />
<br />
Well, semua pria tak banyak berbeda. Lama setelah itu, aku merasakan tangan Pak Bob bergerak ke bawah selimutku dan mengusap-usap punggung tanganku. Agar ia tidak mengurungkan niatnya, aku pura-pura tidak terbangun. Tangannya yang nakal lalu bergeser ke pahaku, mengusap-usapnya di balik celana jinsku, lalu ia menggerakkan jari-jarinya di atas lutut kananku, menggelitik. “Mmm…Geli dong, Pak.” Jawabku sambil membuka mata dan menatap tajam ke arahnya. Pak Bob tampak agak terperanjat ketika mengetahui aku tidak benar-benar tidur, namun tangannya tetap saja bermain-main di atas lututku. Aku membiarkan saja ketika tangannya itu bergerak ke atas, menelusuri paha dan berhenti di perutku. “Kamu langsing ya, Sari…Bagus sekali perut rata begini.” Katanya sambil jari-jarinya memijit-mijit perutku. Waktu itu aku mengenakan kemeja ketat bermotif kotak-kotak yang tidak kumasukkan ke dalam celana, hingga tangannya mudah saja untuk kemudian bergeser ke atas dan menyentuh pangkal leherku. Aku menarik selimut agak ke atas agar tangannya tak terlihat orang lain. Mataku menatap matanya dengan pandangan sendu yang kubuat-buat. Ia tampak girang, dan menggerakkan tangannya hingga menyusup masuk lewat belahan kemejaku yang bagian atasnya tak terkancing. Kini telapak tangannya langsung menyelip ke balik bra sport yang kukenakan, dan memegang payudara kiriku, tanpa ada penghalang lagi.<br />
<br />
Jari-jari yang besar dan kekar itu lalu meremas-remas sedikit, menemukan puting susuku, dan menjentik-jentiknya lembut. “Nggghhh…” Aku mendesah lirih karena rasa gelinya membuat putingku langsung menegang. Jari-jarinya terus saja memilin-milin puting kiriku. Karena takut dilihat penumpang lain, aku berusaha untuk menahan geli dan tidak banyak bergerak, namun karena rasa geli nikmat itu benar-benar hebat, mataku jadi menyipit dan bibirku setengah terbuka mendesahkan nafasku yang mulai memburu. “Ohhh…geli Pakkk…sshhhh…” Di sela rasa geli dan nikmat itu aku melihat Pak Bob bergerak-gerak di balik selimutnya, rupanya ia mengeluarkan kejantanannya dan mengurut-ngurutnya sendiri dengan tangan kiri sementara tangan kanannya terus meremas dan memainkan payudara kiriku di balik selimut.<br />
<br />
Aku makin kegelian hingga kepalaku menengadah ke atas. Kancing-kancing kemejaku telah terbuka semuanya dan kemeja itu telah tersingkap ke samping, hingga pundak kananku dapat merasakan dinginnya AC dari balik selimut tebal itu. Pak Bob meletakkan telapak tangannya yang besar di tengah dadaku, ibujarinya memijat-mijat puting kananku sementara jari tengahnya menjentik-jentik puting kiriku. Aduhhh…rangsangan yang diberikannya membuatku merasakan nikmat yang luar biasa hingga aku makin sulit bernafas. Aku memejamkan mata dan membuka mulut tanpa mengeluarkan suara selain desahan nafas yang tersendat-sendat. Tangan kananku bergerak ke balik selimut Pak Bob dan menemukan kejantanannya yang telah keras dan tegang.<br />
Jemariku mengurut-urutnya dengan liar, anehnya, ia dapat mengontrol ekspresinya hingga wajahnya tampak seperti orang yang sedang melamun saja. Padahal aku sudah terpejam-pejam menahan rangsangan.<br />
<br />
Pak Bob lalu memiringkan tubuhnya menghadapku, diangkatnya pegangan kursi diantara kami hingga kini tak ada penghalang di antara tubuh kami lalu kepalanya menghilang masuk ke dalam selimut yang menutupi seluruh adegan itu. Aku memiringkan tubuhku menghadapnya juga, dan di balik selimut itu ia menjilat dan menghisap-hisap kedua puting susuku bergantian sambil meremas-remasnya. Uhhh…jelas saja aku makin tak tahan akan rangsangan ini, keringat mulai menetes di keningku yang berkerut karena kedua alisku menyatu di tengah menahan birahi. Untungnya lampu-lampu pesawat dimatikan dan hampir semua penumpang tidur, sehingga tak ada yang melihat eksresi wajahku yang sedang meringis terangsang berat. “Uhhhkkk…P-Pakk…Aduhhhhh…J-jangan yang itu…!” Bisikku ketika jari-jari Pak Bob mulai menyelip ke dalam ritsluiting jeansku yang telah dibukanya. Namun ia tak menghiraukan, jemarinya kini menyentuh tonjolan klitku dari balik celana dalam, dan membuat gerakan memijat memutar.<br />
<br />
Aku menggeliat-geliat karena kewanitaanku terangsang hebat dan mulai mengalirkan banyak lendir. Sementara hisapan dan jilatan Pak Bob pada kedua puting payudaraku membuat tubuhku kian gemetar menahan rangsangan. “Sari, ayo ke kamar kecil.” Bisik Pak Bob sambil menghentikan semua gerakannya dan mengancingkan lagi kancing-kancing kemejaku. Kami berdiri dan berjingkat-jingkat menuju ke toilet di bagian depan. Beberapa pramugari yang melihat kami hanya pasang tampang cuek melihat wajahku yang sayu dan agak berkeringat. Di dalam ruang toilet pesawat yang amat sempit itu, Pak Bob melucuti pakaianku hingga aku benar-benar telanjang, aku tak berusaha melawan karena telah terangsang berat oleh foreplaynya yang kelas tinggi tadi. Ia membalikkan tubuhku hingga aku berdiri membelakanginya.<br />
<br />
Dengan masih berpakaian lengkap, ia memeluk dari belakang tubuh telanjangku, diremas-remasnya kedua payudaraku dan diciuminya tengkukku. Sejujurnya aku telah terangsang amat berat saat itu hingga aku tak lagi mampu menahan nafsu birahi. Aku berpegangan pada meja wastafel kecil di sisi ruang toilet itu ketika Pak Bob menunggingkan tubuhku menghadap ke cermin. Mataku terpejam karena tak ingin melihat wajahku sendiri dalam kondisi terangsang berat.<br />
<br />
Lalu tiba-tiba kewanitaanku dijejali kejantanannya yang keras itu, Ughhh…Aku merintih tertahan ketika kewanitaanku terasa penuh sesak. Pak Bob mendiamkan sejenak kejantanannya berhenti disitu, merasakan kehangatan jepitan otot-otot kewanitaanku. Tangannya berpindah dari pinggang ke payudaraku, meremasnya, dan mulailah ia bergerak menyodok-nyodok, makin lama makin cepat. Aku merintih dan mendesah sejadi-jadinya, namun aku tak berani berteriak karena takut didengar oleh para pramugari dan penumpang lain. Tanganku berusaha meraih-raih pegangan yang tidak ada.<br />
Sempitnya ruang toilet itu membuat gerakan kami terbatas, dan persetubuhan ini terasa agak menyiksaku meski masih terasa nikmatnya. Pak Bob tidak peduli, ia terus saja menekan-nekankan tubuhnya ke tubuhku sambil memainkan kedua puting susuku. Saat itu pertama kalinya aku menitikkan air mata karena merasa agak tersiksa pada saat bersebadan. Namun kenikmatan tetap mengalir ke tubuhku hingga aku lupa daratan.<br />
<br />
“Uhhh…ssshhhh….” “Tahan sebentar Sari…” Desah Pak Bob sambil terus melakukannya. “Lihat di cermin, kamu cantik sekali!” Sambungnya.<br />
<br />
Aku membuka mata dan agak kaget melihat wajahku dalam ekspresi seperti itu. Itulah saat pertama aku melihat ekspresiku sendiri saat bersetubuh, dan terus terang, aku merasa terangsang sendiri. Wajahku tampak agak menyipit dan meringis menahan kenikmatan, sementara beberapa helai rambut yang basah oleh keringat jatuh di dahiku, aku merasa begitu seksi saat itu, namun juga begitu nakal, begitu liar. Nafasku makin memburu. Uhh…enakkk sekali rasanya kejantanan Pak Bob menggerus-gerus tiap sudut dalam liang kewanitaanku.<br />
<br />
Kedua pantatku bertabrak-tabrakan dengan panggulnya yang keras, kedua payudaraku terasa amat geli dan nikmat oleh remasan-remasannya. Hingga akhirnya aku merasakan gigitan orgasme yang membuat tubuhku tegang dan kaku. Pada saat yang sama, Pak Bob mencabut kejantanannya dan mengeluarkan isinya ke dalam wastafel. Untuk sesaat aku hanya diam terpejam sambil berusaha tetap berdiri meski kedua tungkaiku serasa gemetar. Beberapa menit kami saling tidak berbicara dan diam saja di toilet itu. Aku terduduk di atas toilet sambil membungkuk memeluk tubuhku yang telanjang. Kepalaku tertunduk dalam-dalam merasakan sisa-sisa orgasme yang masih membuat kewanitaanku berdenyut-denyut.<br />
<br />
Tak lama kemudian, Pak Bob membantuku mengenakan kembali kemeja dan jeansku. Bra dan celana dalamku kumasukkan dalam disposal bag dan kutenteng keluar. Sekembalinya ke tempat duduk, aku menyelimuti tubuhku lagi dan tertidur nyenyak. Pagi hari, aku terbangun pada saat pesawat akan landing. Kedua kursi di sampingku kosong, Pak Bob telah pindah entah ke kursi yang mana. Sampai pada saat penumpang berjejalan untuk turun pun aku masih belum dapat menemukannya. Pada waktu sedang berdiri di antrian imigrasi, aku mengambil paspor dalam saku kemejaku, terselip sehelai kertas.<br />
Bertuliskan ucapan terimakasih Pak Bob, lengkap dengan nomor teleponnya di Indonesia dan di negara itu. Dengan santai, aku meremas-remas kertas itu, dan menjatuhkannya ke lantai. Yah, Pak Bob yang beruntung itu tidak pernah lagi mendapat telepon dari aku, atau bertemu denganku. Ia cukup bagus, namun terlalu kasar dan ingin mendominasi. Tidak terlalu berkesan memang. Namun demikian, ia telah menjadi salah satu pria yang kuanggap beruntung, yang namanya bisa tertulis dalam buku harianku, buku harian sang petualang, The Lust Hunter.Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-54765593993044504532017-04-01T23:26:00.003-07:002017-04-01T23:26:24.574-07:00Sari - di MesirCredit goes to Sari The Lust Hunter.<br />
Thanks to Wiro The Legend.<br />
---<br />
<br />
<br />
Cairo, Mesir, 1999.<br />
<br />
Waktu itu aku sedang tidak berminat melakukan petualangan, karena dalam travel kali ini aku pergi bersama Ditto, orang yang mulai April tahun 2001 besok akan aku lihat setiap hari pas bangun tidur. Waktu itu memang belum ada komitmen apa-apa diantara kami, namun kami sudah merasa...well...apa itu namanya?...pacaran?...Ya, pacaran! itu kan sebutannya kalau ada dua orang yang saling pengen bareng terus kalo lagi sekota? Anyway, meskipun kami berdua...ya...pacaran itu tadi, kami sama-sama petualang yang saling menghargai jiwa avonturir masing-masing. Sejauh itu tidak dilakukan pada saat kami sekota, sah-sah saja untuk kencan dengan orang lain (Iri ya? Hehehe).<br />
<br />
<br />
<br />
Sopir-sopir taksi di Cairo memang rada brutal. Meski mereka tidak sampai memperkosa atau ngerampok, tapi cara mereka mengemudi benar-benar di luar batas-batas kemanusiaan, melanggar lampu merah, belok tanpa memberi lampu sign, mengklakson polisi lalu lintas, atau bahkan menotol mobil di depannya seperti sudah menjadi budaya mereka sehari-hari. Aku dan Ditto yang waktu itu baru pertama kali ke Egypt hanya bisa berpegangan erat-erat di pegangan pintu sambil membaca ayat-ayat suci dan doa-doa yang selama ini jarang sekali keluar dari mulut kami, mengharap agar cepat sampai di tujuan. Akhirnya, sport jantung yang lebih seru dari membaca novel Stephen King itu berakhir juga ketika kami tiba di hotel tujuan kami, namanya Ramses Hilton. Situasi di dalam hotel itu pun tak kalah seru. Untuk masuk ke lobby, para tamu harus melewati detektor logam, seperti mau naik pesawat terbang di airport. Para penjaganya pun bukan hanya satpam yang bersenjatakan pentungan karet, tapi tentara dengan senjata AK-47 dan M-16. (Heran, mereka memborong senjata dari dua negara yang berseberangan). Setelah berdebat dengan petugas resepsionis mengenai arah jendela kamar, akhirnya kami pun masuk di kamar yang sudah kami book sebulan sebelumnya.<br />
<br />
<br />
Sekedar info, kesempatan untuk travelling berdua jarang sekali kami dapatkan. Ini bisa terjadi karena kebetulan saya sering ditugaskan ke Dubai, dan si Ditto waktu itu ditugaskan ke Frankfurt. Lantas kami merencanakan untuk bertemu di airport Kairo, dan berlibur selama dua hari dua malam di situ. Asyik juga bisa begini, mengirit biaya perjalanan karena kami hanya merogoh kocek pribadi untuk mampir ke Egypt dan akomodasi di situ, sementara biaya perjalanan dan akomodasi di tempat lain ditanggung kantor. (Kids, Don't Try this at home! Selama Anda bukan pengambil keputusan vital di perusahaan Anda.) "Huh mana sih piramidnya kok nggak keliatan?" Gerutu Ditto sambil meneropong dengan keker yang baru dibelinya dari toko Duty Free di airport Frankfurt. "Kejauhan kali, Dit?" Jawabku sambil membongkar koper mencari-cari buku tentang Mesir Kuno. "Nggak kok." Kata Ditto lagi, "Menurut resepsionisnya, kita bisa ngeliat piramid Giza dari sini dengan teropong." "Ooh, gitu." Jawabku sekenanya sambil membuka-buka halaman tentang piramid. Lama kami terdiam dengan keasyikan masing-masing, sampai Ditto akhirnya menghampiri dan duduk di samping saya di sofa ruang tamu kamar suite kami. Tangannya meraba-raba punggung dan tengkuk saya dengan hangatnya, namun seperti biasanya, saya sulit untuk terangsang kalau sedang berkonsentrasi pada hal lain. "Ntar malam jadinya mau kemana?" Tanya Ditto setelah menyadari bahwa aku mengacuhkan rabaannya (yang sebenarnya hangat dan menyenangkan). "Mungkin makan malam di hotel aja." Jawabku, "Schedule yang aku bikin di rumah baru mulai besok, untuk malam ini aku nggak ngagendain apa-apa." "Oh, gitu...Trus, besok apa rencana kita?" "Kita sewa taksi hotel untuk pergi ke tempat-tempat ini..." Jawabku sambil mengeluarkan peta Cairo, "...ke piramid Giza, piramid berundak, dan museum Kairo." "Hm...menarik juga." Jawabnya, "Eh, kamu tau nggak, kalau...(Lalu kami membicarakan tentang sejarah Mesir kuno, yang terlalu panjang untuk ditulis di cerita ini). "Jam berapa mau turun makan malam?" Tanya Ditto sambil melirik ke arlojinya. "Jam delapan." Jawabku singkat sambil beranjak berdiri dari sofa itu, "Masih kurang tiga jam lagi." Lanjutku sambil berbalik menghadap Ditto yang duduk di sofa mengamati tubuhku.<br />
<br />
<br />
Kami lalu tersenyum bersamaan. Ditto lalu bangkit dari sofa, dan berlutut di depanku sambil melingkarkan tangannya di pinggangku. Aku menundukkan kepala menatap sepasang matanya yang tajam seperti pisau meski terhalang kacamata minus. Dengan gerakan cepatnya yang khas, ia menarik rok pendek Escada warna putih yang kukenakan, berikut celana dalamnya, hingga kini rambut-rambut halus di bawah perutku terekspose di depannya. Dengan lembut, kedua telapak tangannya meremas-remas kedua pantatku yang kenyal. Mmm... enak sekali diperlakukan begitu oleh orang yang aku cintai. Lalu ia memajukan kepalanya, mendaratkan ciuman-ciuman hangatnya di seputar sisi dalam pangkal pahaku. "Ditt, geli ahhh..." Aku merintih pelahan, sekedar basa basi karena aku malah menarik kepalanya untuk makin menempel. Dia tidak menjawab, hanya menggerakkan tangannya ke atas ke punggungku, menyelip di balik kaos longgar Esprit biru muda yang menempel di tubuhku. Kehangatan telapak tangan besar itu memberiku perasaan rileks yang amat nyaman. Ingin memejamkan mata, namun aku juga ingin menatap kekasihku itu, sehingga aku hanya setengah terpejam, menyipitkan mata yang sudah lumayan sipit ini. Ditto lalu mendongak ke atas, tatapan kami beradu, tanpa saling berbicara.<br />
<br />
<br />
Ia mengusap-usap punggungku dengan mesra dan hangat, sambil kadang memijitnya, hingga punggungku agak terdorong-dorong ke depan. Jari-jarinya lalu menemukan kaitan bra di punggungku, melepaskannya. Lalu tangannya bergeser ke pinggangku, bergeser terus, hingga tiba di bawah kedua payudaraku. Karena sudah cukup terangsang, aku menarik pinggiran kaosku, dan menangkatnya ke atas kepalaku, melepaskannya...bra yang sudah terbuka itu pun ikut tertarik lepas. Ditto tersenyum kecil menatap tubuh jangkungku yang kini terpampang tanpa penutup di hadapannya. "Wonderful." Bisiknya singkat. "Thank You." Bisikku menjawabnya sambil menyunggingkan senyum. Duh, aku sayaaang banget sama anak ini. Diciumnya perutku yang datar dan rata, bibirnya merambat ke atas pelan-pelan. Aku sedikit membungkuk, memudahkannya menggeser bibir hangatnya ke bagian atas tubuhku...hingga akhirnya...Uhhh...Bibirnya yang hangat itu menangkap puting kananku. Begitu terangsangnya aku oleh bibirnya itu, hingga aku harus memejamkan mata dan menengadahkan kepalaku untuk menahan sekaligus menghayati kenikmatan yang terasa. Ditto menarik tubuhku pelahan ke bawah, lalu membiarkanku terbaring telentang di atas karpet tebal berwarna beige di kamar itu. Aku masih memejamkan mataku ketika Ditto melepaskan mulutnya dari puting kananku. Terdengar suara kain bergesekan, rupanya ia melepaskan pakaiannya. Lalu terasa tubuhnya yang hangat dan tanpa busana itu menindih tubuhku sejenak. Ia menopang tubuhnya dengan lutut dan siku agar berat badannya tidak membebaniku, mulutnya kini mendaratkan ciumannya di bibirku.<br />
<br />
<br />
Kami berpelukan berguling-guling di karpet dengan bibir-bibir bertautan dan lidah saling bergulat dalam rongga mulut kami. Mataku setengah terbuka, menatap keindahan alis matanya yang tebal. Tangan kami saling merengkuh erat-erat, mengusahakan sebanyak mungkin kulit tubuh kami yang bersentuhan bertukar kehangatan. Kedua putingku terasa mulai meruncing karena bergesekan dengan rambut-rambut di dada bidangnya. Setelah bermenit-menit berguling-guling di karpet dan hampir menabrak kaki meja, ia menggeser bibirnya dari bibirku. Menggeser ke samping mulutku, menjilati rahang dan leherku dengan hangat dan mesra. Bibirnya terus tur! un ke bawah, hingga... aduhhh... menangkap putingku yang kiri. Hisapan dan jilatannya yang lembut dan penuh kasih sayang (Berbeda dengan para pria yang memenuhi buku harian sang pemburu ini!) memberiku rasa lemas yang sulit dilukiskan. Ia membiarkan putingku berada di dalam mulutnya, sesekali lidahnya menyambar pada saat-saat yang tak terduga. Tiap sambaran lidahnya mengolesi puting kiriku dengan cepat, aku terhenyak dan menggeliat menahan rasa geli yang begitu nikmat dan melumpuhkan. Sementara payudara kananku diremas-remasnya dengan lembut, putingnya tergesek oleh telapak tagan kirinya yang kokoh dan agak kasar. Lalu mulutnya berpindah-pindah menghisap kedua putingku bergantian, kiri, kanan, kiri, kanan, lalu kanan lagi. Gerakan ini tidak terduga, hingga aku memekik-mekik lirih dengan nafas yang sulit diatur. Sempat aku sedikit membuka mata melihat tingkahnya, dan saat itu pula kudapati kedua putingku kini membengkak dan meruncing tinggi sekali. Tiba-tiba, tanpa basa basi Ditto menyelipkan kejantanannya memasuki kewanitaanku yang belum kelewat basah. "Ehgg..." Aku mengerang ketika tubuhku terasa sesak dijejali benda kasar itu. "Sakit, Non?" Tanya Ditto dengan nada seolah tidak terjadi apa-apa.<br />
<br />
<br />
Aku menggeleng lemah, dan membiarkan Ditto memulai gerakan-gerakannya dengan manis. Tak perlu waktu terlalu lama bagiku untuk mencapai klimaks. Karena dengan dia, rasanya mentalku seolah siap untuk itu. (Berbeda kalau aku bercinta dengan orang lain yang tidak ada di hatiku, perlu konsentrasi dan usaha mandiri untuk bisa mencapai klimaks). Melihatku mencapai klimaks dengan santai dan tenang, Ditto melepaskan tubuhku, mengecup keningku, dan membiarkanku beristirahat. Suasana makan malam di bar Ramses Hilton terasa menyenangkan dan mengagumkan. Penari-penari berbakat menunjukkan kebolehannya memainkan drama folklore Mesir yang dipenuhi humor jenaka. Mereka bahkan mengerjai pengunjung untuk ikut memerankan adegan lucu-lucu, Ditto yang apes, kebagian ditunjuk untuk berperan menjadi seorang tawanan yang akan dihukum mati. Sempat deg-degan juga melihat pedang mengkilap si penari terayun ke leher yayangku itu, tapi suasana tegang segera meledak menjadi tawa ria ketika ternyata pedang yang ternyata dari karet itu bengkok ketika membentur leher Ditto. Lalu para pemain berpura-pura ketakutan dan berakting menyembah-nyembah Ditto karena dianggap dewa. Semua adegan konyol itu tak lepas dari bidikan handicam Sony yang kubeli dengan harga miring di Dubai. Pendeknya, suasananya akrab dan menyenangkan. Tapi jangan bicara soal makanan.<br />
<br />
<br />
Aku lebih memilih sepiring nasi diberi kecap daripada masakan Mesir yang rasanya didominasi oleh aroma merica dan minyak samin. Usai makan malam, kami langsung naik untuk masuk ke kamar. Tidak ada adegan seperti di film biru, hanya ada pelukan sayang, ucapan selamat tidur, dan akhirnya suara dengkuran. Pagi harinya, kami berada di sebuah taksi hotel, dengan pengemudinya seorang berkebangsaan Nubia (Mesir Hulu) yang pandai berbahasa Inggris (Meski dengan aksen arab yang R nya dibaca tegas dan TH nya dibaca D, bisa bayangkan?) menuju ke daerah Giza, tempat kompleks Piramid yang paling terkenal berada. Sempat kaget juga ketika di kejauhan tampak bayang-bayang biru seperti memandang gunung dari jauh di Indonesia, tapi gunungnya berbentuk segitiga simetris. Piramid ternyata jauh lebih besar daripada candi Borobudur. Tingginya seperti bukit! Heran juga rasanya bagaimana orang Mesir kuno membangunnya dengan presisi yang begitu cermat, mengingat bahwa pada jaman Cleopatra, piramid sudah dianggap sebagai peninggalan sejarah! Sedangkan patung Sphinx yang terkenal itu, ternyata ukurannya tak lebih besar dari sebuah bis kota. Belum lagi fakta bahwa ujung dari ketiga (dari sembilan) piramid yang paling tinggi menunjuk tepat ke arah tiga bintang utama di rasi Orion (Orang Jawa menyebut rasi Orion sebagai gubug penceng, ingat pelajaran geografi kelas 3 SMP) Terkagum oleh semua itu, kami memutuskan untuk melihat kompleks piramid Giza dari dekat. Padahal jalan menuju ke arah titik pandang terindah untuk menyaksikan kompleks piramid itu adalah melalui gurun pasir yang tidak dapat dilalui mobil. Kami harus menunggang kuda atau unta untuk pergi ke sana.<br />
<br />
<br />
Setelah tawar menawar sengit dengan orang Mesir yang terkenal licik, akhirnya kami memutuskan untuk hanya menyewa satu onta untuk kami berdua. Tinggi punggung onta yang hampir dua meter sempat membuat kami berdua bergidik karena takut ketinggian, namun setelah berjalan beberapa lama menyusuri gang-gang sempit Kairo menuju gurun, kami mulai terbiasa. Yang agak mengejutkan adalah bahwa suhu udara di padang pasir ialah 20 derajat celcius. Sampai terdengar bunyi gemerutuk dari gigiku dan gigi Ditto, karena kami hanya mengenakan kaos tipis dan jeans saat itu. Melihat itu, penuntun onta tertawa dan meminjamkan selembar selimut pada kami, yang langsung kami pakai untuk membungkus tubuh kami jadi satu. Kedinginan di padang pasir, siapa yang akan percaya cerita seperti itu, coba? Perjalanan di padang pasir cukup panjang dan menarik, meski sepi dan tidak terdengar apa-apa kecuali suara desiran angin. Penarik Onta juga tidak banyak bicara, hanya menuntun onta yang memuat kami berdua tanpa berkata-kata, bukan pemandu wisata yang bagus memang, tapi itu lebih baik. Pemandangan menakjubkan di gurun yang kuning keemasan, dengan piramid-piramid yang mulai tampak di kejauhan membuatku bersyukur bisa menyaksikan ini semua bersama orang yang kucintai. Dinginnya suhu dan eksotisnya pemandangan membangkitkan romantisme dari dalam hati kami.<br />
<br />
<br />
Di balik selimut yang menyelimuti kami di atas punggung onta itu, tangan Ditto yang tadi memelukku dari belakang dengan mesra mulai iseng bergerak-gerak. Menyelip ke balik kaos tipis yang kukenakan. "Eh, Ditt, ntar dilihat orang lho!" Bisikku risih. "Kan ketutup selimut, Non!" Jawabnya, "Lagian siapa juga yang mau lihat? Orang lebih milih lihat piramid kan?" Lalu mulutnya yang hangat mulai menciumi tengkukku yang panjang ini, membuatku agak menggelinjang kegelian. Tadinya aku berusaha menolak, tapi bercinta di padang pasir di atas onta? Hmm...siapa juga yang ingin melewatkan kesempatan seperti ini? Aku kian terangsang ketika kedua telapak tangan Ditto menyelip ke balik bra sport yang kukenakan, dan meremas-remas lembut...Mmmmh...nikmatnya luar biasa, terasa hangat dan nyaman melemaskan. Sempat terpikir, apakah ratu Cleopatra juga melakukan hal ini bersama Julius Caesar, yah? Aku segera tersandar ke dada Ditto. Sempat kami hampir kehilangan keseimbangan, namun untungnya sadel di atas punggung onta itu cukup luas. Tangan Ditto kini kian gemas meremas-remas kedua payudaraku, aku mencoba bertahan dari rangsangan ini dengan cara menahan nafas dan membuka mata lebar-lebar menikmati keindahan gurun itu, namun usahaku sia-sia ketika telunjuk dan ibujari Ditto menjepit kedua puting susu ini, dan memelintir-melintir lembut. Ohh...aku paling tak tahan kalau ini terjadi. Api birahi dalam tubuhku langsung memercik-mercik menggairahkan.<br />
<br />
<br />
Aku nyaris tak dapat menahan untuk merintih kalau saja aku tak ingat bahwa si penarik onta berada begitu dekat dengan kami. (Untung saja Pak Tua penarik onta itu bertubuh pendek hingga tak dapat melihat apa yang terjadi di atas ontanya). Aku menggelinjang-gelinjang kegelian ketika jari-jari Ditto mempermainkan kedua putingku yang serasa makin sensitif di tengah hawa dingin ini. Dijentik-jentiknya dengan cepat, kadang dipilin-pilin, kadang-kadang ditekannya masuk ke dalam buah payudaraku dan diputar-putarnya. Aduuuhhhh... aku tak mampu menahan mengalirnya cairan dari dalam kewanitaanku. Mataku tak mampu lagi terbuka lebar dan meredup sayu. Mulutku setengah ternganga seolah siap untuk merintih dan mengerang menahan birahi, namun aku hanya mengatupkan gigi rapat-rapat agar tidak mengeluarkan suara. Lidah Ditto juga makin cepat menjilati permukaan kulit leherku dengan buas karena kepalaku kini mendongak ke atas, memudahkannya melakukan hal itu. Bahuku yang terangkat bergantian pun tak luput dari jilatan lidahnya yang mengait kaosku hingga tertarik ke samping. "Ohhh...Dittoooo....Mmmmhhh...." Desahku setengah berbisik. "Kenapa, yang?" Tanya Ditto dengan nada suara coolnya yang pada situasi seperti ini terdengar menjengkelkan. "Put sumthin' inside...pleasee..." Pintaku dengan rintihan lemah. "What? Gimana caranya? Sulit dong?" Jawab Ditto dengan nada konyol, namun tangannya tak henti-henti memainkan kedua puting ini. Segera aku membuka kancing dan ritsluiting pada jeans Armani hitamku, dan menyandarkan tubuhku lebih jauh ke dada Ditto.<br />
<br />
<br />
Kedua kakiku kuluruskan ke depan, bertumpu pada punggung dan leher si onta malang itu. Ditto mengerti isyarat itu, dan melepaskan payudara kananku dari tangannya. Karena tertutup selimut, aku tak dapat melihat kemana larinya tangan itu, namun aku segera merasakannya. Kini jemarinya kanannya berada di selangkanganku, menyelip di balik jeans yang terbuka dan celana dalamku. "Aduhhhhhh...." Aku merintih agak keras ketika jari besarnya menyentuh klit dan bibir kewanitaanku. Tak hanya itu, ia menggosok-gosoknya dengan lembut namun mantap. Di atas punggung onta itu juga aku menyandarkan punggungku ke dada Ditto, kepalaku menjuntai di bahu kirinya, membuatnya leluasa menjilat-jilat leherku, sementara tangan kirinya terus memilin-milin puting kiriku, jemari tangan kanannya menggosok dan berputar-putar pada bibir kewanitaanku yang telah mengalirkan agak banyak juice ini. Ehffffggg.... Aku meringis sambil menggigit bibir bawahku ketika salah satu jari Ditto menerobos masuk ke dalam kewanitaanku. Nafasku makin terengah-engah ketika jari itu berputar-putar dan menggaruk-garuk dinding kewanitaanku dari dalam. Kedua alisku terangkat dan menyatu pada keningku, mataku terpejam, dam mulutku mendesahkan nafas tak teratur ketika Ditto menggoyangkan jarinya keluar masuk. Uhhh...rasanya seperti disetubuhi dengan kejantanan yang kecil namun lincah menjelajahi seluruh sudut gua berlumpur itu. "Nah, kini piramid-piramid itu terlihat seperti satu, bukan?" Celetuk si penarik onta tiba-tiba, dengan bahasa Inggris aksen Arab juga tentunya. Aku kaget setengah mati dan segera membuka mata serta menarik kepalaku ke depan dari bahu Ditto.<br />
<br />
<br />
Yang membuatku makin keheranan ialah bahwa Kedua tangan Ditto tidak juga menghentikan aksinya meremas-remas payudaraku dan menusuk-nusuk kewanitaanku. "Wah, luar biasa sekali." Jawab Ditto mengomentari. Sembari mengomentari, Ditto mempercepat gerakan jarinya dalam kewanitaanku. Aku tetap berusaha menatap lurus ke arah kompleks piramid, meski dengan tubuh agak terjingkat-jingkat dan mata menyipit-nyipit. Jari Ditto menyentuh bagian yang tepat berulang-ulang dengan cepat, sehingga tiba-tiba tubuhku serasa tersambar sebuah orgasme yang meledak tiba-tiba. Tubuhku mengejang dan punggungku melengkung melepaskan sandarannya dari dada Ditto hingga jari Ditto pun terlepas dari dalam sini. Aku berpegangan erat pada pegangan di ujung sadel onta agar tidak jatuh. Sialnya, pada saat seperti ini, si penarik onta menyuruh ontanya duduk agar kami dapat turun. Padahal sebelum duduk, onta harus menungging dulu hingga berat badan kami terlempar ke depan. Tanpa ampun lagi peganganku terlepas dan aku terjungkal dari onta yang menungging itu, jatuh di atas pasir gurun yang (untungnya) terasa empuk. Terdengar teriakan Ditto menyebut namaku, juga pekik panik si penarik onta, namun klimaks yang sedan! g kualami membuat pandanganku kabur dan serba putih. Terasa Ditto memberdirikanku dari pasir, memelukku agar tetap berdiri, sampai akhirnya pandanganku mulai jelas dan aku dapat memulihkan tiga perempat kesadaranku yang hilang direnggut orgasme tadi. "Arr you ollraiddd?" Tanya si penarik onta dengan aksen Arabnya.<br />
<br />
<br />
Aku tersenyum kecil padanya sambil mengangguk-angguk tanpa melepaskan pelukanku pada Ditto. Meski pelukan ini bertujuan untuk menumpu berdiriku yang masih goyah, pasti si penarik onta mengira aku ketakutan karena habis terjatuh tadi. Untung pula karena jeans Armaniku berbentuk stretch dan kaos tipisku tidak kumasukkan, hingga kancing dan ritsluiting yang terbuka itu tidak nampak atau membuat celanaku melorot. Dengan kamera yang dipinjamkan Ditto padanya, penarik onta itu menjepret beberapa foto kami di bawah bayang-bayang piramid, dengan latar belakang piramid juga, dan onta yang sedang duduk dengan ekspresi tak bersalah. (Waktu foto itu dicuci cetak, terlihat jelas tampangku kusut dan sayu sambil memeluk leher Ditto, sementara celana jeans Ditto juga tak mampu menyembunyikan sesuatu yang menonjol di dalamnya, dan pandangan si onta terkesan mengejek!). Usai berfoto-foto ria, kami naik kembali ke punggung onta, dan kali ini aku duduk di belakang, mendekap punggung Ditto sambil melingkarkan tanganku di pinggangnya. Sepanjang perjalanan itu, aku mencoba membalas dendam.<br />
<br />
<br />
Di balik selimut, tanganku meremas-remas gemas kejantanan Ditto yang sengaja dikeluarkannya. Namun dengan liciknya Ditto mengajak bicara si penarik onta, hingga mereka terlibat pembicaraan asyik. Pintar juga anak ini, pikirku, dengan begitu, konsentrasinya terpecah hingga kejantanannya tidak kunjung memancarkan isinya, meski sudah menegang dan berdenyut di dalam remasanku. Sekembalinya ke kota, Ditto turun dari onta dan menyunggingkan senyum konyolnya padaku, seolah mengejek kegagalanku membalas dendam. Silly, but I do luuuv diz hunk! Well, sebenarnya perjalanan kami waktu itu masih agak panjang. Kami sempat mengunjungi satu kompleks piramid lagi, dan makam para Firaun, juga museum tempat mumi raja Ramses II disemayamkan. Tentu saja tempat-tempat itu tidak memungkinkan bagi kami untuk melampiaskan ambisi liar kami yang harus diakui agak kelewatan. Namun terlepas dari semua 'petualangan seru' itu, aku benar-benar mengagumi kultur Mesir Kuno yang aku lihat disana. Terlihat lewat beberapa lembar papyrus kuno yang menunjukkan bahwa dalam budaya mereka yang berusia ribuan tahun itu sudah terdapat society yang berbudaya tinggi dan tidak saling baku hantam seperti di negaraku tercinta pada abad global ini. Duh, kadang memang agak memalukan.<br />
<br />
<br />
Sempat juga kami berlama-lama dalam ruang harta ratu Nefertiti, permaisuri raja Tutankhamen, untuk mengamati ribuan pernak-pernik perhiasannya yang luar biasa indah dan menyilaukan mata wanita matre. Dalam pesawat di perjalanan pulang, Ditto memberikan padaku sebuah buku kecil seukuran saku yang dibelinya di museum. Setelah mengecup keningnya dan mengucap terimakasih dengan nada tulus, aku membacanya. Di sampul buku kecil itu Ditto menulis dengan spidol warna emas, "She reminds me of my dearest love." Buku saku itu adalah buku mengenai riwayat hidup sang ratu Mesir yang legendaris, Cleopatra. Mengenai perjalanan hidupnya yang dipenuhi pencarian akan siapa yang terbaik dan pantas menjadi pendampingnya. Para penguasa Roma yang sebanyak tiga generasi tergila-gila kepadanya. Juga tentang ambisinya untuk memberikan yang terbaik pada rakyat Mesir dengan cara mengorbankan dirinya untuk berpindah dari satu pelukan penguasa Roma ke pelukan penguasa Roma yang lain. Hm...kasihan sekali. Dia tidak berhasil menemukan pasangan hidupnya karena keburu tewas oleh pagutan kobra di keranjang yang disiapkannya untuk menghabisi nyawanya sendiri agar ia tidak mati sebagai tawanan orang Romawi! hingga kewibawaannya tetap terjaga. Setelah menamatkan buku sepanjang 1 jam itu, aku berpaling menatap wajah Ditto yang asyik menonton Bugs Bunny di layar video...aku bersyukur.<br />
<br />
<br />
Meski jalan hidupku dan Cleopatra hampir-hampir mirip, kami tetap berbeda, karena akhirnya aku menemukan yang terbaik buatku, The Last Port, Ditto. Well, Ahh, sudah selesai ceritanya. Semoga cerita saya kali ini tidak mengundang terlalu banyak kontroversi seperti cerita-cerita saya yang dulu-dulu. Kali ini ceritanya memang simpel, tidak mengandung filosofi dan pesan yang dalam seperti cerita saya biasanya.<br />
<div>
<br /></div>
Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-84028507642533261462016-03-15T23:18:00.003-07:002016-03-15T23:18:29.451-07:00One Bed Left<br />
<div class="b-story-stats-block" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Kalimati, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 21px; margin: 25px 0px 11px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div class="b-report-problem" style="color: #b62000; font-size: 9px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;">
</div>
</div>
<br />
<div class="b-story-body-x x-r15" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
The sales conference had been long and boring, with speaker after speaker droning on and on about their new techniques for getting and retaining prospective customers. As the days continued to progress and the speakers and their presentations became more and more redundant and dull, everyone started to talk more about the coming storm rather than any sales strategies and tactics. The last day came and it was apparent that many associates had already left to beat the weather, but Lacy and her friend and co-worker Martin were dutiful professionals and toughed it out.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
<a name='more'></a><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Both were tired and wanted nothing more than to get back home to their significant others and forget about the past four days. When they left the sales conference they were certain that they could beat the terrible weather that had been forecast to hit the region. The weather reports had the storm turning north and had a high probability of missing their route. So much for probabilities. As they drove toward their homes six hours away (at five above the speed limit), it was quickly becoming apparent that it wasn't going to happen. Their average speed dropped as the first three hours past, and they found themselves only a quarter of the way home. <br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy looked concerned in the passenger seat as they drove the interstate heading west. Martin watched as large flakes of snow hit the warm windshield and melted into water only to become a slushy mess clumped to the windshield wipers that were starting to not push off anything. He looked ahead at the small amount of road his headlights would allow him. This state had not bothered to send road crews out and according to the radio was contemplating shutting down the interstate. They would need to stop.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin and Lacy began searching for an exit with a hotel, motel—any kind of lodging really—where they could get off the road for a night and reevaluate the next morning. Luckily, they were coming close to an exit for a small yet popular amusement park that during the summer drew a lot of visitors. It had three or four motels there, so they felt lucky. The parking lots and lobbies of each made them feel otherwise. Each one was packed with families looking for a place to get some food, a shower, and some rest before they braved the roads again the next day. Reaching to the final motel, Martin parked at the front entrance and Lacy ran through the automatic doors to the front desk.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Please tell me you have a room left," she begged the elderly lady behind the desk.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Well young lady, it's your lucky day. We have one room left." Martin came behind Lacy as the woman continued. "It's smoking, is that okay," the lady asked.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yes; anything!" Lacy was so relieved to hear that she would get a shower and a warm bed to sleep in that she could care less if there was a tobacco barn in the middle of the room. She was afraid that any more time on the road would certainly lead to an accident. She looked back at Martin and smiled. "Are the beds king-size," Lacy asked, imagining a large bed she could sprawl out on under a warm down comforter.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Oh, I'm sorry miss. The room is a single, but you two will have plenty of room. Our beds are queen-sized," the lady smiled looking at the two of them standing side by side. "Uh, well, we aren't..." Lacy began.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"...that particular. Hell, I'll sleep on a box of rocks right about now. Right honey?" Martin's interruption surprised Lacy. She looked up at him blankly.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Uh, yeah. Honey." Lacy said the last word while letting a smile cross her lips. Martin slapped down his credit card and put his left arm over Lacy's shoulders, covered by her bulky black wool winter coat. The lady printed the receipt, had him sign it, and slid two key cards over to him. He took them, thanked the elderly lady who wished them a good night, and pulled Lacy towards the door of the motel to go get their bags out of the car.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy started. "What the hell was that all about?"<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"You see all these families getting stuck without places having to stay out here? I don't want ol' Mother Hubbard in there getting misty-eyed and having second thoughts about giving a room to a bunch of city yuppies. Just be glad we got a place," Martin replied.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy felt a little better after his response. It quickly dissipated the awkward feeling the earlier exchange created between them. They grabbed their bags from the car and went to their second story room.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />After opening the door, they each found spots to put their stuff, not speaking. Both of them were avoiding the obvious disturbing fact that lay in the middle of the room. One bed. Two people. The subject came more to the fore as Martin picked up his cell phone to make a call. Lacy mouthed that she was going to the bathroom as she motioned to it letting Martin know where she was going.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Hey baby." Martin spoke into the phone. "Looks like it's going to be another night." Lacy listened as she organized her toiletries on the bathroom counter. "We had to stop at a motel. It's not so bad. I can't complain considering all the places are packed tonight. What? Lacy? Of course she's got her own room. What do you think? She's staying with me?"<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy looked in the mirror and stifled a giggle. Martin's girlfriend Cindy was being as jealous as ever. And why not? At 5'11, 190 pounds of solid athleticism, Martin was no slouch. There was a reason he was so successful at sales other than his suave charm. Lacy looked at herself in the mirror and thought Cindy had plenty to be worried about. Lacy noted her own 5'4" athletic figure nestled under the jeans and sweatshirt she had changed into for the drive home. She pulled her blond hair forward over her shoulder, letting it hang over her ample left breast. She put her hands on her 34 inch hips and smiled knowing that despite Cindy's suspicions, she and Martin were just friends.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />They had known each other through shared acquaintances in college and once they started working at Layton-Crawford as sales associates, their shared past quickly made them friends. They often joked and flirted with each other, shared lunches, and always chose to spend time together at conferences. She enjoyed the light sexual tension that existed between the two, but it was hardly overt or overpowering. They were friends, pure and simple.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I love you too baby. I'll call you once we're on our way tomorrow." The end of Martin's phone call pulled her from her thoughts.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Thanks. You reminded me to call Charlie," Lacy said to Martin as she came out of the bathroom.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin went into the bathroom and pushed the door shut but leaving it barely cracked. He pulled items out of his shaving bag and started laying them on the counter opposite hers.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Charlie? Can you hear me? Okay, there it is. I can hear you now. Look, we're stuck. We stopped at a motel. Yes me and Martin. Who else would it be?" Lacy was annoyed at her boyfriend's obvious suspicions and jealousy. She turned to look toward the bathroom and was surprised to see Martin in the mirror through the cracked door. She squinted as she saw him pick up her bottle of perfume and hold it to his nose. A small, confusing wave went through her. Her boyfriend's voice on the other line brought her back to the conversation. "What? No! Of course he's got his own room silly." A small amount of guilt moved through her as she told what she categorized as a white lie. "Alright. I love you too. Talk to you tomorrow. Bye!"<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />She saw him quickly put the perfume back on the counter. She pretended to unpack her clothes for tomorrow when she made a realization. She had no clothes to wear to bed, at least not suitable for sleeping in the same room as a coworker. All she had was a skimpy nightshirt and she had thrown that on the floor the last night of the conference after a long third day. She hadn't seen the need to protect it and she wasn't about to put it back on after it lay on the funk of a hotel floor. Her anxiety was interrupted by Martin.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Lacy? What's wrong," he asked.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"What? Oh, nothing. I just don't have anything to wear to sleep tonight," she quickly realized her choice of words was all wrong. "I mean I only had sleep clothes for three nights, not four."<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"It's fine. I have a t-shirt you can wear. I didn't hit the gym last night because I got sucked into going to the hotel bar with the guys from the Cincinnati office." Martin reached into his bag and pulled out a folded white t-shirt that had the logo of a local gym emblazoned on the back. She took it from him.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Thanks. It's really nice of you," she said uncomfortably as she took it from him. They were both smiling at the exchange as they went about arranging their bags. They both found each other attractive, though they never admitted it to themselves, let alone each other. Despite occasional flirting and enjoying their time together, they had been content just being friends. For the first time, the sexual tension that was always there became palpable enough to make the interaction in the room uncomfortable. Each of them was keeping themselves busy essentially trying to keep from speaking to the other. <br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy finally had to break the silence. "Who's sleeping on the chair," she asked about to offer the flip of a coin.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I've got it. Don't worry about that. It's cool," he replied quickly. She imagined his quick response was an attempt to douse the uncomfortable feeling between them before it grew unbearable.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Are you sure," she asked, actually relieved he was gentleman enough to volunteer.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yeah, no problem," Martin answered. "Go ahead and get showered" he encouraged her. "I'm going to grab a soda from the machine. You need anything?" he asked her as he moved toward the door.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"No thank you. Thanks for asking," she responded as he turned and left the room. Lacy took the shirt he had given her and then reached into her bag. She grabbed the only clean pair of underwear she had left: sheer white silk french cut panties that had only strings to hug the hips, a small patch to cover her luscious ass, and a smaller patch to cover her shaved pussy. She brought them to minimize the signature of her panties while in her skirts. She'd never gotten into thongs, so this was as close as she would get. She balled them up and hid them in the t-shirt as she scampered to the shower a bit embarrassed at her fashion predicament. Now she really wished she had packed a pair of shorts.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin returned with his soda in hand. He took a swig and then placed the lounge chair with the desk chair opposite it and looked at the setup unhappily. "It's going to be a long, uncomfortable night," he thought to himself. "At least I get to drive tomorrow," he whispered to himself sarcastically. Thoughts of him spooning Lacy in the nice, comfortable, warm bed now coursed through his mind. He suppressed the thoughts just as his cock twitched. "Man, control yourself tonight."<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Just then, Lacy's voice came from the cracked bathroom door. "Martin, do you mind turning around for a second so I can get into the bed?"<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Sure. No problem." He turned and suppressed a surprised gasp as he noticed the room's window gave a fairly clear reflection of the room. He watched as Lacy's form walked across the room. His penis twitched with excitement as he noted her tan thighs coming from beneath the loaned t-shirt. The bottom of the t-shirt just passed her pussy. Martin wondered if she had any panties on. He looked up and noticed her nipples pressed against the white cotton t-shirt. Her form turned away from him as she leaned over to pull down the covers of the bed and he got his answer. A pair of white silky panties covered her ass crack, visible through the sheer material. She quickly climbed under the covers and pulled the covers up to her neck.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Okay, you can turn now," she chirped. At any other time he would have called her actions cute, but tonight, they were driving him nuts. Her damp blond hair was sprawled out and made a nice contrast with the pure white sheets. Her tan face looked beautiful poking out from under the thick white down comforter.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I'm going to get a quick shower now." He tried hard to keep his body turned so she couldn't see the bulge in his pants but she saw it anyway. He didn't notice her eyes widen when she caught a glimpse of his obvious arousal. As he turned the corner away from her eyes, he asked her, "Do you mind turning on a light while I'm in the shower to help me get situated when I get out?"<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yeah, of course," she replied smiling while thinking about his aroused penis.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />He closed the bathroom door and jumped into the shower. He instantly went to his cock and began stroking it. He knew he had to relieve the cum built up in his scrotum or it would be an embarrassing walk back to the chair he was to sleep on tonight. It only took him a half minute until he spewed his seed onto the shower curtain. He was sure to turn the shower head onto it to get rid of the evidence.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy turned on the lamp next to the bed and tried to sleep. The effort was futile considering what she had just seen. The view of Martin's penis straining against his jeans caused her to think about sex. Evenings at the conference brought dinners, drinking, and dancing on the large hotel's dance floor. More than a few guys from other offices had copped drunken feels of her breasts and ass and the thought of them caused a warmth between her legs. Now, she was lying in a motel room with only one bed with her friend and (now she let herself admit) very hot coworker in the bathroom probably nursing his aroused cock. The thought of him stroking his cock while thinking of her made her take her right hand and move it to her stomach. She lifted the t-shirt until it rested under her braless breasts and she began dragging the tip of her index finger over her exposed abdomen. She drew circles around her navel and then began running that same fingertip under the waistband of her panties.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Coming out," Martin called from the bathroom. She was shocked when he walked out with just a towel covering his bottom half. "Sorry, I didn't bring a change of clothes into the bathroom with me," he sheepishly explained.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"That's quite alright," she replied, her hand now frozen with the tips of four fingers lying on her mons, combing her pubes. She looked down as he turned away from her as he pulled out a pair of boxers, leaned over and began to bring them up to his waist. As he did, the towel prematurely fell away giving her a quick glimpse of his tight attractive ass as he quickly pulled the boxers up to cover it. The glimpse made the warmth between her legs increase. She was now sure she was getting wet but dare not run her hands further down for fear of being caught. She took the opportunity to study his chiseled back as he pulled a tight t-shirt over his torso, then turning to move to his chair four feet from her covered body.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Good night Lacy. I'm sorry I couldn't get you home tonight," Martin said.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy was touched by his gentlemanly words and quickly felt sorry for him as he sat down in the chair and put his feet up on the opposite chair. "Martin, it's not your fault." She felt really guilty as he adjusted in the chair trying to find a comfortable position. She then remembered that he paid for the place. Sure, the company would pay him back, but without hesitation, he dropped his credit card down. "Can I handle this hot-ass guy lying in the same bed as me without going crazy," she thought to herself.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I just wish I had listened to the weathermen. We should have stayed at the conference hotel another night," he said to her.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"It's really okay Martin." She saw his obvious discomfort. "Martin, I know this might be weird and all, but why don't you just sleep in the bed. We're both adults here." She wanted to continue, but didn't know what else to say without stepping on her figurative toes.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Are you sure," he asked to make sure. He definitely didn't want to sleep in that chair when there was a perfectly good bed available to sleep in. Lacy's beautiful body a foot away would be a very welcome bonus.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Sure." She playfully added, "So long as I get to keep this side."<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Okay, you twisted my arm enough." He laughed as he got up from the chair. Surprisingly, he climbed over her instead of going around the other side of the bed. His left leg dragged across hers and she inhaled quick and deep at their contact. The temperature under the down comforter instantly increased when he crawled under it. Lacy turned her back to him and feigned an effort to fall asleep. He lay on his back and did the same. For what felt like an eternity, but was more like thirty minutes, they both listened to the silence only broken by each other's breathing.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy soon became a bit calmer as she realized Martin had fallen asleep. Unbeknownst to her, Martin was thinking the same thing. He pulled slightly at the comforter allowing him to look under the covers. He left the light on in the bathroom and cracked the door to allow a little light into the otherwise darkened room. It was enough for him to see the t-shirt pulled up onto her abdomen and to see the sheer white panties hugging her gorgeous ass. He felt a little guilty checking her out, but his swelling cock soon took his mind off the guilt. He knew he had to take this opportunity, but fear and the lack of a plan made him pause.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy's curiosity and resultant arousal wouldn't let her sleep. She really was beginning to want Martin to make a move, but she was sure he was asleep. She decided to make the move. He was surprised as she backed up towards him, closing the gap between the two of them. Martin increased his sleep act by breathing a light snore as she continued to inch her ass back towards him and his right hip.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />The outer edge of Martin's right hip rested firmly against the silk-covered center of her ass. The contact was exactly what she was striving for and she reacted by putting her left hand under the waistband of her panties. She dared not move further in case it would wake him.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin's eyes were now wide open, though he continued his fake sleep sounds. He knew he had no better chance than now to make his move. Quickly, he turned his body towards her and threw his left arm over her abdomen, letting his large hand rest on her belly. He put his nose into her damp hair and enjoyed the smell of her shampoo. Lacy just froze. So did Martin.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy was shocked at this new development. Against the sheer cloth covering the crack of her ass, she felt Martin's engorged cock pressing. His hand was against her stomach, with his pinky slightly over the waistband of her panties. Lacy had wanted some contact, but this caused a small amount of fear to rise in her belly. Yet still, it was mixed with a sense of anticipation. Lacy didn't want to cheat on Charlie, but lying like this would make it difficult not to. Fighting her urges, Lacy decided it would be best for her to just try to sleep.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy, trying to keep from waking Martin, slowly and gently rolled onto her back to begin putting some distance between their bodies. Unfortunately for her, the move caused his left hand to slide to her crotch, pushing the loose silk to the side with the weight of his hand. The realization of what had occurred made butterflies flutter in her stomach. She let out a frustrated sigh, blaming herself for sliding over to Martin in the first place.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Little did she know, Martin was hardly asleep and was enacting his own plan. Feigning a restless sleep, Martin used his left arm to pull Lacy to him. At the same time, he brought his left leg over hers and pushed his knee up between Lacy's legs. The effect was his strong thigh pushing up against her now exposed moist pussy. Martin completed his maneuver by nuzzling his nose into her neck, finally resting it under her left ear. He puckered his lips and kissed Lacy's neck before mumbling, "good night baby." <br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />The new developments left Lacy dumbfounded. "He must think I'm Cindy," she thought to herself. The strong thigh pushing up against her labia was making her pussy increasingly wet. Lacy couldn't help but notice her breathing increasing. Lacy then was shocked to feel Martin's hard cock lying across the flesh of her left hip, the tip resting about an inch under her navel. Lacy licked her lips, now dry from the last few minutes' activity. She was starting to lose her inhibitions now, realizing the position she was in. "Two can play sleepy," she thought. With that, she let out a soft whimpering moan and reached her left hand down and pulled Martin's thigh against her pussy. Ever so slightly, she lowered her hips, allowing her clit to rock against his hairy leg. A small jolt ran through her body. She repeated the movement wondering how far she would take this.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
<div class="b-story-stats-block" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Kalimati, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 21px; margin: 25px 0px 11px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div class="b-report-problem" style="color: #b62000; font-size: 9px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;">
</div>
</div>
<br />
<div class="b-story-body-x x-r15" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
Martin was beginning to think he had lost the initiative. He had thought he would get so far as maybe touching Lacy's breasts and "waking up" to apologize with a great memory to fuel his sex life. This was far beyond his expectations though. He could feel how wet Lacy's pussy was against his thigh. "Is she rubbing her pussy against my leg," he asked himself. Right then, he felt Lacy's hand lay over his cock, pressing it against her mons. This caused him to squint and let out a small moan into Lacy's ear. His mouth opened as he tried to catch a quick breath and his upper lip dragged across the inside of Lacy's ear.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin's mouth closed slightly and his lower lip rested on Lacy's earlobe. This was a weakness for Lacy as a tingle ran up and down her spine. Reflexively, Lacy raised her hips and squeezed Martin's thigh hard against her clit. Lacy quickly considered dropping the masquerade and just going for it, but her voice of reason made her fear what might happen if Martin woke up. A quick liquid snap sound of her pussy moving against his thigh pushed her on. She wouldn't wake him up, but she wanted to see how far she could take this. Lacy now grasped Martin's cock lightly with her right hand and gently stroked it. She noted a small amount of precum and used it to ease her movements. Not satisfied with this lubrication, she dipped into some of her own and returned to lightly stroking Martin's cock.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin continued the charade, though continuing the act was quickly becoming silly. "Mmm, Cindy," he mumbled and gave Lacy's earlobe a slight nibble. He noted her sharp reaction as she bucked slightly against his thigh again. Not wanting to stop, he let his left hand slide up under Lacy's arms and he gently cupped her right breast, her hard nipple rising between his thumb and index finger. "A sleeping man wouldn't be able to pinch, would he," he wondered.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy knew this had gone too far. A quick shot in her mind of an angry Charlie caused her to release her grip on Martin's cock and push him back onto his back. As his heavy body flopped back onto its back, Martin thought quickly and convincingly smacked his lips in another effort to throw Lacy off his scent. He could feel her staring at him. He closed his eyes and started a rhythmic breathing pattern continuing to act like he was sleeping. "What was she thinking? Man, I hope this didn't go too far," he anxiously thought behind his mask of fake sleep.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy looked at Martin with a little bit of doubt and a little bit of anger. She sat up as she pushed down the covers and looked down at her sweaty body. The t-shirt failed to cover her now exposed pussy, though it at least returned to rest on her hips. She looked back at Martin who looked so peaceful to her despite her doubts. His face looked innocent to her. She began to get angry at herself as she remembered that it was her who scooted into him. He had been nice enough to pay for the room. He'd loaned her a shirt. He drove. Martin was a gentleman. He's probably dog tired after this week and then, "insisting on driving through this terrible weather," she sympathetically noted. He probably really misses Cindy. Her anger turned on Charlie for daring to insinuate that she would cheat on him. Then, she guiltily asked herself, "Well, what just happened Lacy?" <br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy turned and looked at Martin's body now exposed. His t-shirt was pushed up slightly, exposing a nice set of abs. She couldn't help but notice his cock which had extended out of the hole in his boxers. It still stood at attention. Lacy felt a stir in her loins. "I've already cheated on Charlie and he's going to think what he thinks anyway..."<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin was surprised when he felt the bed shift and Lacy's right hand wrap around his cock. Through squinted eyes, he watched his "sleep" partner kneeling next to him, staring at his cock, stroking it gently. He watched in the dim light as she placed her left hand on his exposed stomach and lightly began rubbing it. Next, he watched in awe as Lacy pulled the t-shirt he had loaned her over her head and then unfurled her legs and pushed her panties down them. She returned to her earlier kneeling position and once again stroked his penis. Surprisingly, though, she bent forward and opened her mouth. He buried his chin into his chest as he strained to look down at her actions. Lacy extended her tongue and licked the slit at the tip of his cock. This was so much more than Martin ever thought would happen.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy knew she had passed the point of no return. She extended her left arm, pushing up Martin's shirt. She then lay her moist hair on the lower edge of his belly and pulled the tip of his penis into her mouth. With her not facing him, Martin widened his eyes to take in the sight below. Lacy was stretched perpendicular to him with her legs extended on the bed. In the dim light, he enjoyed the beauty of her perfect rounded ass, now free of her panties. Martin couldn't stay "asleep" any longer.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy felt Martin right hand run down the crack of her ass. She welcomed the feeling by shifting her body so her pussy moved closer to Martin's upper body. Martin began to explore her folds, running the broad side of a finger along her wet slit. He didn't penetrate her but, continued his sawing motion until finally letting the tip strike Lacy's clit. A slight cold shock hit Martin's cock as Lacy opened her mouth wide and took a sharp intake of air. She quickly closed it again and strengthened her sucking while using her hand to gently rub his balls.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin leaned to his right and bent forward and began planting small kisses and licks on Lacy's lower back and on the buns of her ass. He extended his left arm and ran his hand up and down her legs as his mouth began to search for her womanhood. Lacy knew what he wanted and decided to facilitate him.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy shifted onto her stomach. Martin thought she was going to stop him from going down on her. He was again surprised when Lacy wantonly lifted her left leg and straddled his upper torso. Lacy's pussy lips were now splayed in front of him, glistening in the dim light. He could smell her inviting arousal. Lacy, began rocking back and forth as the vigor in which she took Martin's cock in her mouth increased. Martin felt the tip of his cock striking the back of Lacy's throat repeatedly. In a bold stroke, Lacy took in his entirety, passing the back of her throat and holding her position momentarily. As she pulled back, her pussy came to within a inch of Martin's mouth as she gasped for air. Martin needn't anymore encouragement. He wrapped his arms around Lacy's abdomen and pulled her pussy onto his mouth. He licked her with abandon, moving his head from side to side and locking her to him so she couldn't move. His tongue danced across her clit. He alternated that with sucks on the same until Lacy began to tremble. He then pulled an arm from between her legs and pushed first one and then two fingers into her, stretching to reach her g-spot as he sucked and licked on her clit. Martin's work paid off as Lacy hissed, "oh fuck." She began to shake violently as she fucked Martin's face with her pussy.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy came to rest straddling Martin's upper torso. Martin realized a few things at this point. His clothes, still on, were soaked. He began to shift under Lacy's body and pulled his shirt off and threw it aside. He pulled his cock through the hole of his boxers and pushed them off of him, down his legs. Next, he realized Lacy was asleep. He twisted her and positioned her on her back, lying sideways on the bed. He looked down at Lacy's body, droplets of sweat beaded on her stomach and between her gorgeous breasts. She was angelic with her blonde, disheveled hair partly covering her face. Lastly, he realized he was still rock-hard.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin began kissing her belly and moved his mouth up to her breasts. Martin began openly sucking her nipples as he positioned his hips against hers. Lacy's eyes began to part as he pulled her legs to opposite sides of his hips. Martin stared directly into Lacy's eyes. They both didn't say anything, not wanting to end what was certainly the best part of this week. He reached between his legs and began to stroke the tip of his dick along her wet pussy lips. Lacy reached down and took over for him as he extended his arms and hovered over her. She began to pull the tip of his thick cock between her lips...<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Suddenly, the distinctive ringtone signaling a call from Charlie rang from Lacy's phone. Reflexively, Lacy reached for it on the cheap motel nightstand. "Hey baby," she said, sitting up on her elbows, sliding her legs flat below Martin.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I'm sorry about earlier," Charlie's voice came through the phone. "I don't know why I get so jealous sometimes."<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Me neither," Lacy reluctantly responded. Guilt was building in her gut and for a split-second, she forgot about Martin. But then Martin lifted her right knee, causing her to lie back onto the bed. He began to plant kisses on her knee causing Lacy to shut her eyes. He slowly began an ascent into her valley, first kissing inside her knee, then her thigh...Lacy pushed the top of his head down to get him to stop. Instead, his lips kissed the right insole of her foot, now firmly in his grasp. Lacy took in a deep breath.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"You okay honey," Charlie asked.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yeah, just thought I saw a bug. False alarm," Lacy quickly answered. Martin now extended his left arm and consequently Lacy's right foot. He took his right hand and pushed out on her left leg, exposing her juicy cunt. Lacy wanted to stop Martin's approaching cock.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin didn't let her. Lacy felt the first couple of inches of Martin's cock enter her and covered the phone as she gasped and arched her back. Martin smiled down at her. Lacy's stared into his eyes, whispering to him, "Don't stop now." With that invitation, Martin pushed forward his entire eight inches and held it inside her.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"You like that," he asked her.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Oh fuck yeah," she responded, still holding a hand over the phone.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"So, I can't wait for you to get home Lace," Charlie's voice blathered on as Martin pulled his cock out and slammed it back in. He picked up a rhythm and the sound of their pelvises slapping together filled the room.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yeah, me too," Lacy said into the phone.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Ugh, damn your pussy feels so good," Martin whispered breathily.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"What was that," Charlie asked Lacy.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"It's the television. Look Charlie, we're leaving early tomorrow, mmm, so I can get home to you. Can you let me go so I can get some sleep," Lacy almost begged.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yeah, no problem honey. I can't wait to see you. I love you," Charlie said.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Martin reached out his hands and started rubbing Lacy's breasts. "Mmm, yeah, me too Charlie," Lacy said and glared at Martin. "I'll talk to you tomorrow morning," Lacy breathily said as she hung up the phone and slammed it to the nightstand.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Alright Martin; fuck me hard," Lacy encouraged him.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />With that, Martin flipped her onto her hands and knees and started pounding her pussy from behind. The slapping sounds of her wet pussy against his pelvis only made him hornier. He pulled her hips as hard as he could against him and she helped the efforts by rocking back to meet his thrusts.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />Lacy couldn't believe how far Martin's dick was plunging into her. His thick cock expanded her pussy walls as far as they'd ever been. She laid her face on its side and reached between her legs and began rubbing her clit to the rhythm of his thrusts. She knew she was close. "Don't stop Martin. Don't stop now."<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I'm gonna cum," Martin warned her.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Just cum inside me. Cum inside me now," Lacy crescendoed as her body began to tremble.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />That was all Martin needed as he leaned his head back and pounded Lacy's pussy as hard as he could. Within seconds of her order, he began shooting his seed deep into her pussy. He pushed until Lacy laid face down on the mattress with Martin's deflating cock still inside of her. He collapsed onto her back.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"That felt so damned good," she said to him, reaching back with her left hand to rub his ass.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"Yeah, your pussy felt so fucking great. I'm not sure if the weather is going to clear up tomorrow. We may have to stay another night," Martin laughed while trying to catch his breath.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />"I think you might be right," Lacy agreed.<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" /><br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />The weather report would have to come later though. Their night was far from over.</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-67377816523333048982016-03-14T20:49:00.001-07:002016-03-15T23:18:39.913-07:00Maggie's Awakening<br />
<div class="b-story-stats-block" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Kalimati, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 21px; margin: 25px 0px 11px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div class="b-report-problem" style="color: #b62000; font-size: 9px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;">
</div>
</div>
<br />
<div class="b-story-body-x x-r15" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<i style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;">This story is about a cheating girlfriend/wife with an underlying theme of cuckolding. You've been warned. Feel free to criticize (or praise) the story telling, language, structure, etc. If you're going offer an opinion on the morality of the girl, the manhood of the boyfriend, etc. I'm going to suggest you go pour yourself a glass of STFU. Enjoy.</i><br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
****<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I'd been dating my future husband Brian for about two years. I was relatively naïve about sex and coming from a conservative background did not have much experience. Brian made me feel safe and brought me along slowly. We had been dating for about a year before we had intercourse. Prior to that there had been a lot of dry humping to mutual satisfaction and a little bit of oral.<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I won't say the first time we fucked was a disappointment but I didn't see stars either. It took Brian a few attempts to penetrate and he fell out a couple of times as well. He eventually found a rhythm and given our inexperience and concern about my getting pregnant he pulled out and came on my stomach. I remember it being reasonably pleasurable, but nothing special.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I guess I should give you a little more background. I was a year younger than Brian. I started dating him when he was senior and I was a junior in high school. I basically started dating him because my best friend was dating his friend. Brian is a good looking guy. He is about six feet tall, with a decent build and reasonably athletic.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
In high school I was (still am) pretty hot. I'm about 5' 4" weigh 110 pounds with green eyes and dark hair. I was your classic cheerleading captain and prom queen. I had plenty of options for boyfriends. But my mother's old fashioned views on sex had an impact on me I was pretty inexperienced beyond kissing.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Brian took his time and I was also beginning to reject a lot of what my mother had told me was right and mostly wrong about sex. I had orgasmed with one other boyfriend before Brian while making out. I'm not sure the other boyfriend knew it had happened. With Brian the making out and heavy petting went to a new level for me. We would both consistently cum while dry humping. We also gave each other oral sex on occasion but I still was holding back on actually fucking. Brian seemed okay with it and that's pretty much how things went before he went away to college.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
We had agreed to keep dating and stay faithful even though Brian would be living a couple of hours away and I would be starting my senior year in high school. I'm pretty sure Brian kept his promise. I didn't. I started seeing Matt. He was also very good looking. He also had a better build and a much bigger cock. I didn't fuck him either (yet) but I would get incredibly turned on both physically and psychologically while giving him a hand job or feeling him grind against my pussy while we dry humped. Brian had opened the door a crack to my sexuality and I was beginning to explore it.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
As much fun as I had with Matt and as much as he turned me on.. he was the bad boy.. Brian was safer. I felt protected with Brian. Eventually, I stopped seeing Matt, more or less, once Brian got back from school and Brian and I began dating again that summer. Initially we had to get past all the jealousy and anger that Brian felt but we did. I also had to get over not having Matt's big cock to play with.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
That summer Brian and I started to push the boundaries I had a little more too where we eventually did fuck. It was, like I alluded to before, okay. I didn't come from intercourse but Brian would make it happen for me with his hand or mouth. I just figured that's the way it was.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I ended up going to college in the same city as Brian. We were pretty much an item that whole year. I was at an all girls schools so there weren't a lot of alternatives for me. I met Brian's friends and roommates. He shared an apartment with four other guys and while I flirted plenty with several of his friends nothing happened (at least that year).<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
While we were away that year I also started to learn something about Brian. He liked hearing me tell him about the times I was with Matt. At first I would just playfully give him small details but Brian would press for more information to where I would be telling him how much bigger Matt's cock was than his, how hard it got, and good it felt. Brian would ask if I'd like to fuck him and the way he asked I knew he wanted an honest answer. Yes, I wanted to fuck Matt. Yes, I wanted to feel his cock inside me. By this time I think Brian knew he wasn't making me come when we fucked and I think both of us were wondering what would happen if I fucked somebody else.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
There was only one problem with me fucking Matt. He had joined the Army and was stationed overseas.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
That summer after my first year in college Brian and I both went home for the summer. We had the typical summer jobs and hung out with our friends. One of Brian's friends was Mike. They had been classmates in high school and worked together and even played softball. It was natural that I'd see a lot of him as well. I had actually dated Mike for a short period of time when I was much younger.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I'm not sure how it started but eventually Brian, Mike and I would end up going out quite a bit together. Initially it was relatively innocent. We'd play miniature golf, maybe go to bar, just hang out really. Eventually though when we'd go out I'd end up dancing most of the night with Mike. We'd flirt a little bit and Brian would see us. Later Brian would ask about it and we would both get turned on by the thought of me doing something with Mike. I don't think we thought I'd fuck him but both of us enjoyed the idea of me giving him a hand job. Mike would tell me he had a big dick (locker room showers) and that intrigued me. As the summer went on we would go to the drive-in and I'd sit in the middle and flirt with Mike while Brian was sitting next to me. At some point Brian would always to leave to get popcorn (I know.. really) and while he was gone Mike and I would make out a little bit and I always made sure I'd rub his cock through his pants, getting him hard and turning me on. Eventually Brian would come back and other than sneaking in a few feels Mike and I would stop.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
This went on for a few weeks. Brian, of course knew it was happening and encouraged me to keep it up. It was big turn on for both of us. I don't think Brian and Mike ever talked about it. But of course, Mike knew that Brian knew and finally one day after the three of us had been at the beach it was clear Mike wanted to finish what we were starting.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Mike had left his car at my house. Brian had to go to work so when Brian brought us back to my house it was time for Mike to come in. My mother and sisters were gone and when Brian left it was pretty clear that Mike and I were going get together. I was expecting Mike and I would make out and that I'd give him a hand job. I was not thinking we would fuck. I don't think Brian thought we would either. While we enjoyed all the flirting and play with Mike and stories about Matt I think both Brian and I thought we'd save the fucking for each other.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
It didn't take long for Mike to make his move after Brian left. Up until then, probably because Brian was usually around I had been the aggressor with Mike. But this time, knowing he was gone Mike came right at me. We were passionately making out on my living room couch before Brian's car had left the driveway. I felt his hands move up my chest. We were already grinding away at each other when I moved my hand down to his pants and unbuckled his belt and grabbed his cock. He was already as hard as stone.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I was wearing a short jean skirt. One of Mike's hands had left my breast and was now rubbing my pussy. I wasn't planning on fucking him and when he tried to pull off my thong I told him no. He stopped. But his fingers still found his way into my cunt. I was very wet and I gripped his cock tighter and began to stroke. Soft moans were escaping from my lips. Mike positioned me under him and I assumed we were going to start dry humping. His cock was free but I still had my panties on though my skirt was now pushed up above my waist.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I felt Mike's weight on me and I spread my legs. I wanted badly to feel the hard pressure of his cock on my clit. Mike pushed himself up and down a couple of times, God, it felt good, and then I felt his fingers pull my thong aside. I felt Mike's cock bare cock press against my bare pussy. I started to say "no" but before I could get it out he slid deep into me on his first thrust. He slid deeper into me than I ever thought possible.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
It usually took Brian two or three attempts to penetrate. But Mike was deep inside me in an instant and my body spasmed in pleasure. It was like nothing I had felt before. It felt like my pussy was on fire filled with a rod of hot steel. The no I had started to say turned into "oh goooodddd." After that I just remember pleasure as Mike fucked me hard until we both came in a way I never had. Mike filled my pussy with his cum and my cunt contracted around his cock again and again, milking all his seed deep into me. I wrapped my leg high around his back and we stayed like that for several minutes savoring the pleasure we had both just felt.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I didn't tell Brian right away. At first he thought we had just done the usual dry humping. When I did tell him about a year later he was pretty turned on. By then Brian knew something was very different about me. You know how they say marijuana is a gateway drug? Mike was my gateway fuck. We fucked a few more times that summer but when he left to go back to his school I knew I could never just fuck Brian anymore. I needed to fuck guys with big dicks and guys that knew how to use them.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Before that summer was over I had fucked Matt (home on leave) and my old high school history teach (mmhhmm). Eventually Brian heard about them, as well as a couple of his roommates. Brian knows about most of the guys I fucked. That first fuck with Mike opened our lives to a path I don't think either one of us ever expected.</div>
</div>
</div>
Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-71788793053152891892016-03-14T20:48:00.002-07:002016-03-15T23:18:49.620-07:00Emily Breaks the Girl Code<br />
<div class="b-story-stats-block" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Kalimati, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 21px; margin: 25px 0px 11px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div class="b-report-problem" style="color: #b62000; font-size: 9px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: right;">
</div>
</div>
<br />
<div class="b-story-body-x x-r15" style="-webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: white; color: black; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; font-size: 12px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 19px; margin: 0px; orphans: auto; padding: 0px; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 1; word-spacing: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
For the last eight weeks I've been enjoying the most passionate sex of my life. I wasn't expecting it and I was initially reluctant, though I fantasized about it. And it probably won't last.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
You see, I'm sleeping with my best friend and roommate's boyfriend. Sean and Maggie have been dating for over a year now. They, well she, talks about getting married. But I'm not so sure. I don't think Sean is ready to commit but it would incredibly awkward for everybody if Sean and I were to date openly. So for now, I'm just going to enjoy the ride.<br />
<br />
<br />
<a name='more'></a><br /><br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
What's crazy about this is that it is completely out of character for me. I'm not a prude but I've only slept with four guys in my life. All of them were long term relationships. But with Sean, even though it would be easy to fall for him emotionally it's all about the sex.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I met Sean through Maggie. Maggie and I went to college together, graduated and now we are sharing an apartment. Maggie is very attractive. She's never had a problem dating guys and can move easily from a serious relationship to random hookups if the need arises. Whereas I've only slept with four guys Maggie has slept with at least twenty not counting the occasional no strings attached hand jobs or blow jobs she's known for with friends or strangers. Maggie acts like a slut but keeps it well hidden. She definitely doesn't look like one. She looks every bit like the All-American cheerleader or swimsuit model, picture Brooklyn Decker.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
For many years I enjoyed hearing Maggie share the details of the men she was with. While I was reasonably happy with my own sex life, I wouldn't be honest if I didn't tell you that I was a little bit envious of some of Maggie's adventures. I would often fantasize about some of the men she had been with during my own solo time.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Maggie could also be a little bit of a bitch. Which when you come right down to it probably made it a little easier for me to finally submit to Sean when I did. Even though my Girl Code was telling me I shouldn't. Since I crossed that line The Code has been thrown out the window. Sean and I have fucked at least ten times since the first. About a month ago we did it in the kitchen while waiting for Maggie to get ready for a date. Sean turned me around, bent me over the table, pulled up my skirt and fucked me. We both came in about a minute. A little later Maggie came down, with a little bit of her attitude showing, and I watched them leave while Sean's cum dripped down my leg. It felt good.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Last week at a New Year's party we were all at I pulled Sean aside for a blowjob in an out of the way bedroom at the hostess's house. I swallowed every drop I could and later enjoyed a "girlfriend" kiss with Maggie as the party counted down to midnight. The taste of Sean's semen was still heavy in my mouth.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I suppose I should tell you a little about myself. My name is Emily. I'm small. I'm only about 5' 1" and weigh about 105 pounds. I have brown hair and brown eyes and while I'm admittedly not as attractive as Maggie I'm no dog either. Some people have said I look like Natalie Portman, which is probably a stretch, but I'll take it. Good looking guys are attracted to me and I usually have a very nice boyfriend. That is except for the last six months.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I broke up with my long time boyfriend Gary in June. Nothing crazy, it was just time for both of us to go our separate ways. We may get back together. We may not. In any event, it took me a few weeks to get over it and then I started a new job in September so I really hadn't had time to be open to any opportunities. I was going through a pretty long dry spell. In the meantime I was enjoying seeing Sean around the apartment and he was filling my fantasies with plenty of material.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean is a gorgeous. He reminds me of a younger Bradley Cooper. Sean is about 6' 2" tall and weighs about 200 pounds. He has sandy brown hair, blue eyes and an athletic and muscular surfer's build. He doesn't shave his chest (which is kind of gay anyway) but has just the right amount of body hair. He is smart and funny. And, according to Maggie, though I didn't know it first hand until recently, he has the perfect cock, about 8 inches and proportionately thick.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Okay guys, here's the thing about cock size. I can't say I speak for everybody but I can speak for myself and I think most of my girlfriends would agree with this. Al things being equal, we like a bigger dick. Of my four previous lovers I was equally attracted to each. All of them were equally competent in technique. Three of them were average in size and one was BIG. Big was better.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I don't know if it was physiological or psychological, probably a little bit of both, but the orgasms I got from the boyfriend I had with a big cock were more powerful and explosive. There was no better feeling than having my pussy stretched and filled to its fullest and then having that large dick pound into me over and over. Let me tell you, for me, there is nothing like it.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I digress. Let's get back to my story. I spent a fair amount of time with Maggie and Sean over the summer. Since I was still looking for work and without a boyfriend I was the tag along on nights out, trips to the beach or even hanging out at home. The three of us got along well and even though Sean would casually flirt with me from time to time I was always mindful of not letting it go to the next level. Don't get me wrong, I/we both enjoyed the banter but it never went to level where I felt any sexual tension between us. It was certainly innocent enough that Maggie never seemed to mind.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
But privately, when I was alone, Sean became the main character when I masturbated. After a day at the beach when Maggie and Sean went to bed I would find myself thinking of Sean and visualizing his body that I had been so close to all day. I'd feel again the casual touches we shared. I would remember his smell. With my eyes closed I would see his arms and his chest and the way his body hair laid across him and dried in the summer sun. I'd think of how our legs touched when we laid on the blanket and how powerful he felt. I'd see again the outline of his cock in his wet board shorts. I'd imagine Sean's hands touching me and my fingers would play in a way that I thought Sean might. I'd spread my legs and hold my pillow tight against my pussy and imagine that Sean had mounted me. And then I would rock my hips against the pillow and in my mind I'd be fucking Sean and feeling him release inside of me and of course, his release would bring on my own. Three or four nights a week I would drift off to sleep with my last thought being the pleasure of feeling Sean's weight on top of me after we had made love. Sean was a fantasy and I was content with the pleasure I got from that. And that was pretty much how things were until eight weeks ago.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean, Maggie, and I had made plans to watch a movie together. It was a Thursday night and it was going to be a casual evening. Sean was coming over about 8:00 and we were going to watch Bridesmaids (Sean was a good sport). Maggie was coming back from a business trip and at the last minute she found out she wouldn't be able to make it home until the next day. No big deal, it wasn't unusual for Maggie's job to keep her out of town. But I was surprised when Sean showed up. He had apparently missed the message Maggie had left him.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I told Sean that Maggie would be out of town. He suggested we watch the movie anyway. It sounded like a good idea. I didn't think much of it, we were good friends by now, I had nothing else to do and the company would be nice. And in the back of my mind I figured I'd have a fresh memory of Sean to take to bed with me. I made some popcorn, he opened a bottle of wine, and we settled down together on the couch. We were sitting close but close the way friends would sit. We shared a blanket, the bowl of popcorn was on our laps, we each had a glass of wine and we started watching the movie. I certainly wasn't wearing anything sexy. I had on a pair of casual sweatpants and an oversized t-shirt. Sean was wearing a t-shirt and shorts.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
It was imperceptible at first but at some point I could feel our bodies resting more and more on each other. I don't think it was me that leaned in closer first but between the general affection I felt for him and the wine I let my body relax and pretty soon my head was laying on his shoulder. It was still, in my mind anyway, an innocent scene, just two buddies hanging out. I was very content and enjoying the evening.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
The movie was probably about two thirds of the way through and was starting to drag a little (if you've seen Bridesmaids you'll know what I mean). I was sitting cross legged when I felt Sean's hand lay across my thigh. Sean wasn't being overtly sexual but the intimacy had been heightened. I initially thought about moving my leg, but I didn't want to overreact and spoil the moment. Plus, I reasoned, he really wasn't doing anything. While my conscious mind was completing the rationalization my body was beginning to react sexually. I could feel my pussy begin to warm and tingle. My leg may have even moved slightly in and out in sexual way. I didn't mean it to but I couldn't help it.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I expect Sean took that as a cue that he could progress a little further. He moved his hand a little higher on my thigh and let it sit there. I no longer had a clue what was going on in the movie. My mind was racing with thoughts, this was wrong. Maggie was my friend. I had to stop it from going any further. But I could also feel the warmth of Sean's hand on my upper thigh and I couldn't stop him. It felt too good. In a few minutes Sean's hand began to slowly move back and forth on my inner thigh. While I could have justified or feigned innocence how he had touched me earlier there was no denying where this was going now.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
My body was beginning to betray me. My legs would jump a little bit and would bend ever so slightly outward inviting him to touch me higher. I wanted to tell him no, that we needed to stop, that we couldn't do this to Maggie but with his touch and with my head laying more heavily on his shoulder I needed to feel more. It wasn't time to stop yet. I was still under the delusion that I could control myself before things went too far.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean's hand reached closer to my pussy. My legs slowly moved in and out silently encouraging him to touch higher. I heard a soft moan escape from my lips. I didn't mean to. I looked up at Sean and saw him looking into my eyes. He moved his lips towards mine and we kissed. I stopped him and pulled away. I was hesitant. Sean leaned in again and kissed me gently. This time I lingered for a moment. It was enough for him open his lips gently and push against my mouth. I accepted his tongue and closed my eyes. I let him softly explore my mouth. I could feel his hand moving that much closer to my pussy. I was still sitting cross legged when Sean used one hand to untangle them. With the other he gently maneuvered my shoulder and pushed me so that I was now lying on my side. Sean lay down next to me and for the first time I could feel his cock pressing against me. It was already hard.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"Sean, I can't," I said. His hand had now slipped under my shirt and was resting between my hip and breast on the side. It felt good.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"It's okay, I want this," he said.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"I want it to but it's not right. Maggie's my friend." I could still feel his cock against me.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"It's okay. I want this. I'm attracted to you." His hand began to move slowly towards my breast. He leaned towards me and kissed me gently on the lips. I kissed back. It was just a moment.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"I'm attracted to you too. But we shouldn't be doing this." His hand moved to my breast and he was touching it. "Mmm."<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
He kissed me again and I pulled away. "No Sean, I can't." His hand stopped moving but he didn't take it away. I was glad.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"Listen, Em, this is okay, I don't want to hurt Maggie either but I don't think we're going to last anyway. She doesn't need to know about this."<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I kissed him this time. "I just don't feel right about this," I said. His hand began moving again, cupping my breast and then moving behind my back to undo my bra. I didn't resist. My bra fell away and then his hands reached back to my chest now fully exposed. We kissed and I let his tongue enter my mouth. His hands felt so good on me and I could feel my hips move closer to him. The pressure was building in my pussy. "Noooo.."<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"It's okay," he said.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I was ready but I was, not scared, but.. I don't know. I stopped him. I don't know why I said the next thing I said but I did. "Let's go to my room."<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Maybe I thought it would help slow things down. Maybe I thought if I had a minute to compose myself I could stop things before they went too far. Maybe I just wanted him to fuck me.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean lifted me up, grabbed my hand, and led me into my own bedroom. We lay down together and stated kissing again. His hand again moved to my exposed breasts and touched them. Soft moans began to escape from my lips as we kissed and my hips moved towards him. He pulled my shirt off and I slid my hands over his chest. I ran my fingers through his soft hair and followed the contours of his muscles. I could feel his cock pressing against me. It felt very big.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I was lying there now without my shirt but I still had my sweatpants on. Sean sat up and went to pull them down. "Ohhh Sean.. we shouldn't...," I whispered. Sean didn't say anything and finished taking them off and tossing them aside. I probably lifted my hips to make it easier. While he was sitting up he took off his shirt. I still had my panties on and he was still wearing shorts. He lay back down and we started to kiss again.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean had one arm under me pulling me towards him. His free hand was now moving towards my hips and down my inner thighs. His touch was soft but insistent and I could feel my pussy throb and moisten. I ran my free hand down his chest and over his cock. It felt so big. I moved my hand up to unbutton his shorts, pulled down his zipper and reached under his boxers to pull on his dick. I truly could not get my hand around it,<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
While I was doing that Sean had pulled my panties down and was slowly moving his hands around the outer parts of my pussy. He was in no hurry. I think in the end it was his patience with me that allowed me to fully submit. Even at this point there was a part of me that was telling me to stop it. But Sean was taking me closer and closer to my tipping point without me even knowing it.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I was holding Sean's cock in my hand, slowly stroking it as we kissed. His hand continued to gently explore me. My hips were rocking back forth when his finger finally pushed it's way inside of me. I thrust hard into it and cried out, Ahhh.. mmm.." Sean pulled my panties off and I lay there naked in front of him. He got up and pulled off his shorts and leaned over the bed to kiss me. My eyes took in every inch of his body. He was amazing. His cock stood straight up. It was beautiful. He was beautiful.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
He rolled towards me, "Oh Sean.. nooo.. we should stop."<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"It's okay baby.. It's oaky."<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
He was now moving on top of me. I could feel his cock pass over my hips and my legs. He gently pushed my legs apart. And then I opened them wider for him. He lay on top of me and I could feel the head at the entrance to my pussy. "No Sean.." I didn't say it with much conviction.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"Shhh.. it's all right baby," Sean whispered. His cock was pushing against my opening. And my pussy was readily receiving him.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"Oh.. noo.." I softly moaned and then Sean slowly slid his cock deep into me. I was so wet and ready for him and he was so hard that there was no resistance. "Ahhhhhh.." He had penetrated me and my pussy fully accepted and warmly embraced the visitor. Neither Sean or I moved for a moment. We looked into each others eyes not saying a word and then slowly Sean began pulling out, almost all the way out, before plunging in again.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"Ohh God.." I was stunned. It was as if an electrical volt had just been set off inside of me. His cock pushed all the way and then back again, and again, and again. Each time my pussy had to stretch to a size it had never had to before. I felt so full when he was all the way in and ached for an instant as he pulled back out to thrust again. Each time he pushed into me I could feel the head of his cock rub over my g-spot. My series of "Oh Gods.." had turned into a series of moans and cries of pleasure. My hands gripped his arms and I could feel his biceps. I spread my legs as wide as I could and eventually wrapped them around his back trying to pull Sean into me as deeply as I possibly could.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
"Oh God Sean.. oh Sean.. fuck me.. fuck me.." I heard myself say. I had never been fucked like this. "Please Sean.. fuck me.." I could feel the pressure building in my pussy begin to spread out to my limbs and then back to my pussy.. little electrical impulses building to an overload of my senses and cascading of muscle contractions. "Sean.. Sean.. I'm coming.. oh god.. I'm coming.. come in me.. come in me.." I pleaded.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I went over the edge. I could feel my pussy tighten around Sean's swelling cock. My arms were around his back pulling him closer to me as my hips pushed hard against his hips. I could feel Sean's body begin to shake when his cock exploded deep inside of me. I could feel my womb fill with his semen. It was extraordinary. Sean thrust into me again and again each time depositing more of his cum. My cunt was still in spasms.. gripping and then relaxing and then gripping again the tool that had just given us so much pleasure.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
I had never come like that. Sean lay on top of me as we both rested. We rested for a couple of minutes until we both looked at each other and kissed. And then we laughed. I had no idea that this fuck, this moment would be so good and any guilt I might have had about Maggie completely slipped away. This was to be savored.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean eventually pulled out, never really softening. I could feel his sperm inside me. It was warm and I relished it being a part of me. We lay side by side for a while, chatting and giggling. I did not want this night to end and was hoping Sean felt the same.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
We lay there. Close to each other, arms and legs entwined. Sometimes we spoke. Sometimes we were comfortably silent. Slowly our bodies had repositioned so that we were now spooning, my back to Sean. He had one hand under me and with the free one he began rubbing my back, across my hips, and belly and up to my breast. He was touching me everywhere. His lips were kissing my neck. Again my body naturally responded to me. I arched my back and turned my head so that he could kiss me, in the mouth. I could feel his penis stiffen against me rubbing along the crack of my ass.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Our kiss increased in passion and his hand continued to explore my breast. The soft moans I emitted were letting him know I enjoyed his touch. I wanted his touch. Sean's hand found it's way down to my pussy. He gently touched my clit sending shivers through me. My moans were louder now and my pelvis pushed against his fingers. He continued to circle his fingers near my pussy touching with just the right balance of pressure. One then two fingers entered me. I was incredibly wet both from my own arousal and the sperm Sean had left there a half hour earlier. Sean used some of that moisture to on my asshole, gently working a finger in there. I pushed back against that too, enjoying having a part of Sean in another of my most intimate places.<br />
<br style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important;" />
Sean's cock was now rubbing against me, seeking an entry. His finger left my asshole and I could feel him lift my leg and place it over his hip, his cock now moving towards me from behind. I was a little nervous. I thought Sean was going to try to fuck me in the ass. I'm not an anal virgin and would have tried but his size worried me. Sean may or may not have sensed my anxiety but his cock ran across my asshole and instead slid into my pussy.</div>
</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif !important; margin: 0px; padding: 0px;">
<div class="b-story-body-x x-r15" style="margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="padding: 0px;">
"Ohhhhhh... I moaned. Sean began to thrust into me again. I met his trusts with my own. My head arched back and we began kissing deeply. His hand moved to my pussy and again with the perfect touch he rubbed my clit. It was too much.<br />
<br />
"Oh.. Ohh.. Oh God... oohhh.. Sean.. Seannn...oh oh.." It was unintelligible. It was just a series of unconscious moans acknowledging the pleasure I was feeling. Sean fucked me. He played with clit. And my cunt exploded again in orgasm, gripping Sean's cock in another spasm of muscle contractions.<br />
<br />
Sean paused and let me enjoy the moment for a minute and then he repositioned us, never taking his dick out me, so that he was now on top. Again he began fucking me. I did not think it was possible for me to come again but I did. Maybe not as strongly but I did. "Come in Sean.. come in me.." Sean's muscles tightened and with a low roar Sean did just that. For the second time my best friends boyfriend emptied deep inside my wanting pussy.<br />
<br />
We lay quietly, kissed each other softly, talked a little bit and then I began to drift off to sleep with Sean lying on top of me, still inside of me. It was my fantasy come to life.<br />
<br />
I had a glorious nights sleep. I woke up a couple of times to see if Sean had left. He hadn't. Around 6:00 AM I woke up again. I would have to leave for work in a couple of hours. I knew Sean would have to as well. My head lay on his chest and he had me in his arm. The reality of what he had done started to settle in. I wasn't overwhelmed with guilt but there was a pang of it. I knew that Sean and I wouldn't be able to have a relationship. I knew what we had done last night would have to be kept a secret. I knew Maggie would be hurt if she found out. I also knew that I would want to fuck Sean again and I wasn't sure if there would be another opportunity.<br />
<br />
With that in the back of my mind my hand began to run across Sean's chest and arms feeling the definition of his muscles. I wasn't sure he was awake yet but he had begun to stir. I sat up and began to kiss his chest and his abdomen. He was in great shape. I moved my head further down his torso. My hand touched his cock. It had started to harden. I moved my head over it and opened my lips and took him inside my mouth. I held him there and let my sense of sight, taste, touch, and smell all savor the moment. I moved my head up and down my lips encircling the knob and then moving down to the base of his cock. I enjoy giving head and wanted to feel all of him. I did. His cock grew to its full size and I could hear soft moans of approval from Sean as he slowly awakened.<br />
<br />
I moved faster up and down and gently cupped his balls. They were heavy and he moaned again as I did that. Normally, I might have continued to blow him until he came and I swallowed his load deep in my mouth, taking pleasure in the taste and texture of his semen. But I didn't know if we would fuck again and I wasn't going to pass up the chance.<br />
<br />
As Sean lay on his back I lifted my head and threw my leg over straddling him. I held his cock in my hand and guided it into my pussy. It felt soooo good. I leaned forward and Sean and I kissed and then I started to rock my hips back and forth. Sean responded with thrusts of his own his hands moving from my hips to my ass pulling me deeper into me. I leaned back with my hands on his chest and rode his dick like I had never ridden a dick before. My moans and the sound of the bedsprings were filling the room. I was coming and so was Sean. I moved forward bouncing my ass high off of Sean's cock. We were both close. I could feel Sean's hands gripping my ass and I was fucking him as fast as I could. Closer... Sean's moved his hand towards my asshole and I could feel his finger enter me there. I exploded. My cunt muscles gripped his cock. My sphincter muscles gripped his finger and I moaned in orgasm louder than I ever had. That was enough for Sean and I could feel his semen pouring into me again.<br />
<br />
I lay on top of him completely spent. I don't know how I ever got up. I know I didn't want to. I eventually rolled off him and we playfully began to talk about what had happened. At one point he started to talk about Maggie. "Shhhh," I said, "she never needs to know about this.<br />
<br />
Sean and I got up and showered together. He left to go back to his apartment to change into clothes for his job in the financial industry. I got ready for my job and left for work. That night Maggie came home and Sean as usual came over. Our eyes said everything we needed to say to each other. As far as Maggie knew nothing was different.<br />
<br />
Sean and I have talked again, obviously, and have made love several times. Maggie still doesn't know. I don't think she ever will. Sean has mentioned that he doesn't think he and Maggie are going to last much longer. She wants to get married and Sean doesn't. It wouldn't surprise me if Maggie ends up with her old boyfriend Brian. She has said as much.<br />
<br />
I don't think Sean and I will be an item either. There are just too many things working against it. There is no question the sex is as good as maybe I'll ever have. It's lived up to every fantasy. And Girl Code or not I don't regret a single second.</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-55527336908686446632015-10-05T22:48:00.000-07:002015-10-05T22:48:00.829-07:00Gara-gara Mabuk<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Tok..tok..tok..!!” Terdengar ketukan di pintu depan. Istriku yang duduk di sofa segera bangkit dan berjalan untuk membukanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”Eh, kamu!” </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sapa istriku ketika tahu siapa yang datang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Pap</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, ini R</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> i</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku memberitahu.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Ohh.. suruh masuk!” jawabku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dari dalam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">T</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">idak berapa lama kemudian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Rian masuk dan menyalamiku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> sementara istriku memanggil ketiga anak</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> kami</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dan memberitahukan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kepada </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mereka tentang kedatangan Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Dua anakku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">langsung </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">berhamburan memeluk</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, hanya anakku yang pertama yang </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kelihatan </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tidak begitu antusias</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. K</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">eluarga kami memang sangat akrab dengan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian, dia</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> merupakan salah seorang mantan stafku saat aku bekerja di kota C</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ekarang kami sudah </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">p</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">indah </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ke</span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> kota B yang jaraknya 6 jam perjalanan dari kota C, dan baru kali ini kami berjumpa </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lagi </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sejak terakhir kali Rian mengunjungi sekitar 8 bulan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang </span><span lang="SV" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lalu.</span></div>
<a href="https://www.blogger.com/null" name="more" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;"></a><br style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px;" />
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Saat malam mulai tiba, aku dan istriku mengajaknya makan di luar. Ketiga anakku kami tinggal di rumah bersama kedua pembantu. Kami berangkat menuju sebuah restoran seafood yang paling terkenal di kota B dengan suasana pinggir pantainya yang nyaman. Selesai makan, kami bertiga ngobrol-ngobrol tentang masa lalu. Terkadang kami bercerita tentang kejadian-kejadian konyol yang kami alami saat masih satu kantor. Perbedaan antara pimpinan dan bawahan tidak terlihat di antara kami, yang ada malah kami seperti sahabat lama yang baru saja berjumpa.</span><br /><br /><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Waktu menunjuk</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">an </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pukul sembilan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">malam ketika aku dan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku mengajak</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Rian</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">minum di LCC, sebuah tempat hiburan malam yang letaknya di lantai dasar Hotel BS</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. T</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">empatnya tidak terlalu ramai</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">namun suasananya cukup nyaman untuk menjadi pilihan bersantai dan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mencari </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hiburan.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku dan istriku memang sering ke LCC, selain suasananya nyaman, lampu yang redup membuat kami merasa aman karena tidak mudah orang mengenali kami saat berada disitu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Suara music dari Band yang membawakan lagu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lagu TOP Country menggema di setiap sudut ruangan. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">J</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ack </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">D</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aniel</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">s</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">C</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">oca</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">cola menemani kami menikmati suasana Pub yang cukup gelap dan udara yang terasa dingin</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. W</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aiters menuangkan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">J</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ack</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> D</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aniels campur Cola ke gelas yang telah disiapkan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> lalu mempersilahkan kami untuk minum. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ekali tenggak</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> semua minuman di gelas</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">langsung </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">habis.. sehingga istriku berinisiatif untuk menuangkan kembali minuman ke dalam gelas.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">D</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">emikianlah kami menikmati suasana malam Sabtu sehingga tanpa kami sadari sudah dua botol </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">J</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ack Daniels kami habiskan bertiga dan kami</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> jadi </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">benar-benar mabuk</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Jam </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sebelas </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">malam</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Band digantikan oleh DJ</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uara house music mengiringi liukan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">exy Dancer di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">atas panggung</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. P</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ara pengunjung mulai turun ke Dance Floor</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. I</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku berbisik</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> “</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">T</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">urun yuk</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">?</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!” kata</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sambil menarik tanganku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Boleh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian kita ajak juga ya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">?</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!” jawabku, dan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kami</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun turun ke dance floor.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Pengaruh alkohol membuat istriku agak kehilangan kontrol, dia mulai melakukan tarian erotis mengikuti dancer di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">atas panggung dengan menjadikan badan Rian sebagai sandaran</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ementara Rian tampak canggung mengimbangi tarian istriku.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Hal ini memang biasa dilakukan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">oleh </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku saat mabuk berat</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Sedangkan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aku berjoget ringan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, sama sekali tak peduli dengan tingkahnya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ekitar jam </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dua belas, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">muncul keinginanku untuk menunaikan hajat yang tidak bisa kutunda. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">berpamitan kepada istriku dengan berbisik, “</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku ke</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">toilet sebentar</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” kataku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">O</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">k.” jawab istriku singkat</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pergi </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ke toilet</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dan c</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ukup lama aku berada di </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sana. M</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">emang sudah menjadi kebiasaanku, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sambil membuang hajat, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kadang aku memainkan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">g</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ames di HP</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sehingga tak kurang</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dari setengah jam aku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menghilang. B</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aru </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">setelah itu aku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kembali ke Pub.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Di </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">d</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ance </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">f</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">loor, Rian dan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">i</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku tidak kutemukan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun menuju ke </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">t</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">able</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> yang tadi kupesan, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tetapi disana</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun kosong sehingga aku menyapu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> pandangan ke segala arah</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uasana yang cukup gelap menyulitkanku untuk menemukan mereka berdua. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Maka a</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">memutuskan untuk berkeliling</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Kuputari seputaran pub s</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ampai </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">akhirnya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> mata</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> tertuju kepada seorang wanita yang dipeluk dari belakang oleh seorang pria di pojok y</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">an</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">g lebih gelap dari area lainnya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Dari</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pakaian putih yang dikenakan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">oleh perempuan itu dan pantulan bodinya yang</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bercahaya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ketika </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">terkena </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sorot </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lampu Disco, aku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bisa </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">memastikan kalau itu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">adalah</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> istriku, dan sang pria tiada lain adalah Rian.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Perasaan curiga dan cemburu mulai hinggap</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> di dada;</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> bagiku tidak masuk akal mereka</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> men</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">inggalkan meja saat aku tidak ada</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Namun </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">rasa penasaran membuatku mendekati mereka secara perlahan, dan menyelinap ke table yang lebih dekat supaya dapat mendengar pembicaraan serta mengawasi gerak</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">gerik mereka</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> berdua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aat kuawasi</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tiba-tiba kulihat </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">i</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku berbalik dan mencium mulut Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Dia melakukannya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dengan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">penuh </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nafsu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">; mulutnya mencari-cari</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">seperti mengejar lidah Rian agar masuk ke dalam bibirnya. D</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">arahku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kontan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">terkesiap</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">apalagi ketika tangan kanan istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">perlahan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mulai turun ke selangkangan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">anak buahku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">itu </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dan meremasnya dari luar celana</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tipis yang Rian kenakan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Tonjolan di selangkangan Rian memang tidak kelihatan jelas, tetapi </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dari </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">raut muka </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lelaki itu </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">jelas memperlihatkan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bahwa </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">birahi</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya terpancing oleh </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tangan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nakal </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">memberikan remasan-remasan halus</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> di batang penisnya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Maka Rian m</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">encoba </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">membalas dengan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menyusupkan tangan kanannya ke balik baju istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">meski masih sedikit ada rasa ragu. Ketika dilihat tidak ada penolakan, barulah ia </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">berusaha masuk </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lebih jauh </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">melalui sela-sela </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">b</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ra </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang istriku kenakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="background-color: #949494; clear: both; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Napasku serasa berhenti manakala Rian </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mulai meremas</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-remas</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> buah dada istriku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. W</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">alau dalam remang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> tetapi jarak yang </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">cukup </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dekat</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sanggup </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">memberikan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> penglihatan yang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">teramat </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">jelas akan gerak-gerik mereka</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> berdua. Di saat istriku akan memasukkan tangannya ke balik celana Rian, mendadak suara musik berhenti dan beberapa lampu menyala. Kaget, mereka segera melepaskan pelukan. Sementara aku dengan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">perlahan-lahan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">melangkah men</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">inggalkan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tempat itu untuk</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kembali ke </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">t</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ableku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Kutunggu beberapa menit, dan kulihat m</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ereka</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">berdua berjalan beriringan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bergabung kembali denganku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. “Dari mana, Mam?” tanyaku memancing.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">H</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">abis ngajak Rian Joget, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ngg</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ak apa</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">apa kan?” kilah istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tanpa merasa bersalah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">O</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hh</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” jawabku berpura-pura tidak tahu, dan akupun berusaha untuk tidak memperlihatkan perasaan curiga</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”Kita semua mabuk. Daripada pulang berbahaya,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bagaimana kalau kita nginap di sini saja?”</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">usul istriku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Terus Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, g</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">imana?” tanyaku. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Y</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">a buka aja dua kamar,.tapi</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">c</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">on</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">n</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ect..biar kita </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bisa </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lanjutkan minum,” istriku meneruskan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">khirnya karena aku sendiri</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun sudah mabuk berat, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">maka </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aku setuju </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">saja</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dengan usul</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Kejadian di Pub yang kulihat antara Rian dan istriku mulai terhapus oleh pengaruh alkohol di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kepalaku, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tanpa keberatan aku pun c</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">heck in di dua kamar yang dihubungkan oleh connecting door.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian tidak segera ke kamarnya, melainkan bergabung denganku melanjutkan minum</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-minum</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> di sofa yang ada di kamarku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uasana sudah sangat berbeda dengan saat kedatangannya sore tadi, Rian sudah mulai berani mengucapkan bahasa</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-bahasa</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> jorok, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">juga </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bercerita tentang hubungan seks antara dia dan pacarnya secara detail kepadaku, dan anehnya aku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun tidak merasa terganggu dengan perubahan ini</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku malah tertawa dan ikut bercerita tentang permainan seks kami</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> berdua</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, sementara istriku hanya menggigit bibir</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">n</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ya menahan birahi.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Entah jam berapa saat aku tertidur, namun jam </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">di </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tanganku menunju</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kan pukul 02:35 dini</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hari saat aku terbangun kembali di sofa tempat kami minum</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. I</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku tidak lagi ada di sebelahku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. K</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">upejamkan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mataku mencoba menguasai diri, pengaruh alkohol masih sangat kuat </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">terasa. A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku berdiri </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dengan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sempoyongan menuju ke tempat tidur hendak menyusul istriku. Tapi aku tersadar bahwa ternyata istriku tidak </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ber</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ada di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">situ</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku sama sekali tidak bisa berpikir</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> yang ada di otakku mungkin istriku sedang mengobrol dengan Rian. Aku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun mendatangi kamar Rian lewat </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">c</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">onecting door, tapi langkahku terhenti ketika sayup</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sayup kudengar erangan seorang lelaki…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> “Ohh…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> e</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nak… terus</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> sayang…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> o</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hh…”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uara itu jelas suara Rian dari kamar sebelah. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku semakin penasaran, kubuka pintu yang tak terkunci </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">secara </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">perlahan sampai aku bis</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">a</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> melihat dengan jelas… dan terpampanglan di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">depanku satu pemandangan yang sangat mengejutkan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">D</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">isela</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sela erangan Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> tampak istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tengah </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menggunakan kedua tangannya sebagai penopang tubuh</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya yang sintal. Ia</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> mengangkang di atas kepala Rian dalam posisi 69, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dengan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> kepala</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bergerak </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">naik</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">turun</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mengoral kontol Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uara </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">d</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ecak </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">l</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">idah yang beradu dengan kontol bercampur erangan Rian yang menikmati oral mulut istriku yang aku tahu sangat mahir melakukannya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, terdengar memenuhi seluruh sudut kamar</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Mungkin mereka telah menghabiskan seluruh minuman yang ada, karena kedua sejoli itu jelas mabuk parah. ini terbukti dari raut wajah keduanya serta ketidakpedulian mereka akan kehadiranku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mengintip melalui pintu yang terbuka sejengkal. Pakaian mereka berserakan di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lantai</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tinggal CD hitam yang masih dikenakan istriku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">edangkan Rian s</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">u</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">d</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">a</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">h telanjang bulat dengan kontol besar dan panjang yang </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tampak mengacung </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tegang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> ke atas.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Aku tertegun melihat pemandangan itu, diam</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">diam kuambil Handphone milikku dan mulai merekam adegan tersebut.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”Sedot</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> sayang…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> o</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hh</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” Rian melenguh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Istriku terus mengemut kontol</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> sementara Rian menyingkapkan celana dalam</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang masih dikenakan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku ke samping dan memasu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kan jari telunjuk </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">serta</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> jari tengah</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> ke lobang vagina </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mungil yang nampak disana. Sambil mulai mengocok, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">terkadang tangan kiri</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Rian</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> meraih </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">t</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">etek istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang bergelantungan indah </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dan meremas</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-remas</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya dengan penuh nafsu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Sementara istriku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> sesekali melepaskan kontol </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dari mulutnya dan merintih menikmati kocokan jari </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">laki-laki itu </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">di </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">liang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">vaginanya dengan wajah </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">merah men</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">engadah </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">serta</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> mulut terbuka</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">O</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hhh</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">...</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> ayo</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, R</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">! P</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uaskan aku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” guman istriku.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Tampak keduanya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sangat berna</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">f</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">su</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">segera </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menarik celana dalam istriku dengan kedua tangannya dan memelorotkannya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dalam satu kali sentuhan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sehingga tidak ada lagi kain yang menutupi badan istriku.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Melihatnya, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">birahiku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mulai bangkit</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. K</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ubuka celana sehingga kontolku yang tak kalah besar dengan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">milik </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian langsung melonjak keluar dalam keadaan tegang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. P</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">erlahan tangan kiriku mengocok</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-ngocoknya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dengan tetap merekam adegan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">panas yang tengah </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mereka berdua</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> lakukan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Tak kuat menahan rangsangan, istriku melepaskan kontol </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dari mulutnya dan berputar searah kepala </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">laki-laki itu. </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menyambut dengan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menarik kedua tangan istriku serta memeluknya d</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">alam </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">posisi duduk di atas paha</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. I</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku mengangkat pantat</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dan meraih kontol Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, pelan ia </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mengarahkan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> benda panjang itu </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ke lubang vaginanya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang telah sangat siap, sebelum </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">selanjutnya menurunkan pantatnya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">secara perlahan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sehingga kontol Rian amblas </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">masuk</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">seluruhnya ke </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">celah mungil yang nampak di sana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Auwh...” menjerit sebentar, sepertinya karena kaget sekaligus juga keenakan,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mulai </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bergerak naik</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">turun dan maju</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mundur</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sehingga kontol Rian tampak keluar masuk </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">di </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dalam memek</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">esekali istriku melakukan gerakan memutar</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hingga </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">membuat Rian gelagapan menahan nikmat di </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">batang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kontolnya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ementara istriku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun merasakan kenikmatan yang tiada tara akibat sodokan kontol </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang besar dan panjang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Dia mulai </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mengerang tak karuan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">O</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ohh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ohh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sodok terus</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">! H</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mhh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">enaak…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mmh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">aduh memekku…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mmh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">gila</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">! O</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ohh…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang dalem…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mmh…”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">K</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ulihat k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">litorisnya bergesekan dengan bulu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">bulu halus yang tumbuh di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">atas pangkal kontol Rian sehingga menambah kenikmatan yang luar biasa</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Ri</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">an menyambut gerakan pantat istriku dengan mengikuti goyangan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya, sambil k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">edua tangan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nya</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> meremas belahan pantat istriku, sedang mulutnya menghisap buah dada istriku bergantian.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">M</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mhhh… </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">g</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">oyang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Sayang… rasakan keperkasaan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ontolku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> g</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uman Rian di telinga istriku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> membuat istriku semakin bernafsu dan menambah kecepatan goyangannya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Kadang sambil berbisik</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Rian melumat telinga istriku yang membuatnya menggelinjang keenakan.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Hal ini berlangsung beberapa lama sampai akhirnya tiba-tiba </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kulihat </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tubuh istriku mengejang, kedua tangannya menjambak rambut Rian dan kedua buah dadanya dibusungkan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> jauh ke depan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Dengan gigi hampir terkatup</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> rapat, ia pun</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> menjerit panjang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> ”Ohhhh…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> a-a</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku… Ke</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-ke</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lu</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">..aaa…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">a</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">r</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">rghh!!</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">K</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">emudian tubuh istriku rubuh seperti kain tertiup angin di sebelah Rian.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Sebenarnya aku sudah sangat terangsang</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> saat itu</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, tetapi sensasi yang kudapatkan ketika melihat istriku disetubuhi Rian, membuatku mengurungkan niat untuk menghampiri mereka</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. M</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ataku tak berkedip melihat adegan demi adegan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dari keduanya yang masih terus berlangsung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="background-color: #949494; clear: both; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 20.79px; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian t</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ampak t</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ak mau lama-lama membiarkan istriku beristirahat</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. D</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">iraihnya kembali pinggang istriku dan dibaliknya, lalu diangkat sehingga posisi tubuh istriku menjadi </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">me</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nungging. Dengan kedua lutut bertumpu pada kasur, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">R</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ian mengarahkan kontolnya ke vagina istriku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ughh</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">..</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!!</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” istriku menjerit pelan ketika</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">k</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ontol Rian </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang perkasa </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kembali memasuki </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">liang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">vaginanya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian menyodok vagina istriku dari belakang dengan gerakan maju</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mundur</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">cepat, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“Plok..</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">plok…</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">plok…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!!</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uara beradunya paha dan pantat menambah panas suasana malam</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> yang dingin itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">T</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">erkadang Rian membungkuk dan meraih buah dada istriku, lalu diremasnya sambil membenamkan kontol sedalam-dalamnya ke vagina istriku. </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Perbuatannya itu kontan membuat b</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">irahi istriku bangkit kembali</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dengan sangat cepat</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, tangan kirinya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">segera </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dijulurkan ke belakang </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">untuk </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">meremas buah pelir Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. A</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang melihat tentu </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">semakin tak tahan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> akhirnya kuputuskan untuk menghampiri mereka setelah sebelumnya meletakkan HP k</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">e</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> dalam gelas dan mengarahkan kameranya ke tempat adegan berlangsung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Rian dan istriku terkesima melihat kehadiranku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> Rian menghentikan gerakannya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sejenak </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dalam keadaan kontol masih </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tertanam </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dalam vagina </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sempit </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku, sementara wajah istriku pucat </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pasi ketakutan. T</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ak ada sepatah kata</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">pun </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">keluar</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dari keduanya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Di saat mereka masih terdiam kebingungan, kutegaskan kedatanganku sengan men</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">jambak rambut istriku dan </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mem</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">benamkan kontolku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dalam-dalam </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ke mulutnya.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">“</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">I</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">sep!” perintahku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> tanpa memberi kesempatan kepadanya untuk membantah</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Terpaksa </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">istriku mengoral kontolku dengan sesekali memandangku takut</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-takut. Ri</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">an </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">masih n</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ampak kebingungan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> tetapi perlahan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lahan kembali melakukan gerakan maju</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mundur menyodok vagina istriku</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Namun </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">gerakannya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">lebih pelan,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tidak seberingas tadi saat aku belum bergabung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Aku yakin dalam hati </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mereka </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">berkecamuk berbagai pikiran</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. I</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku berkali</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">-</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kali mengeluarkan kontolku dari mulutnya dan berkata lirih</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> “</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Ma</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">afin aku ya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">?”</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">T</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">api aku langsung menyodorkan kembali kontolku ke mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun… sampai akhirnya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">R</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ian mengalami orgasme dengan melolong</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> panjang, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">”O</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">oo</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">hhhhh…</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">!!</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">” Tampak pantatnya menekan kuat sehingga kontolnya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang panjang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">amblas </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">masuk </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ke</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dalam vagina istriku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dan</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">menyemprotkan sperma </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang kental berkali-kali hingga habis tak bersisa.</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Setelah </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">R</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ian mendapatkan orgasmenya, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">i</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">striku </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ganti </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mengambil alih posisi</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Dia</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">naik ke atasku dan mulai mengocok penisku dengan vaginanya dalam posisi duduk, tampaknya </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">d</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">i</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">a</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> ingin memberikan kepuasan kepadaku. Gerakannya yang binal dan penuh nafsu membuatku merasakan kenikmatan yang belum pernah</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ku</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dapatkan sebelumnya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">.</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Di sebelah, </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">kulirik Rian </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">yang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">termenung dengan wajah ketakutan</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Kunikmati rasa penyesalannya sampai </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">akhirnya istriku mendapatkan orgasme keduanya bersamaan dengan semprotan spermaku di </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">liang </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">vaginanya yang menjadi semprotan kedua malam i</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">tu</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Jam delapan pagi kami semua telah terbangun, Tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> tapi istriku berulang kali meminta maaf </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">ke</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">padaku, padahal aku sudah menjawab kalau aku memaafkannya</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. S</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">uasana </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">baru </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">mencair setelah aku bicara kepada mereka berdua bahwa aku tidak mempermasalahkan kejadian semalam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background-color: #949494; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14.85px; line-height: 22.275px; margin: 2.4pt 0cm; text-align: justify;">
<span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">Para pembaca sekalian… kisah di</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">atas benar-benar terjadi, tetapi dengan alasan privacy</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">,</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> saya sengaja memodifikasi</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;"> </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">nama pelaku dan nama kota</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">. Ak</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">u dan istriku terkadang masih melakukan seks threesome dengan Rian</span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">, t</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">erkadang Rian </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">juga</span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">membawa teman wanitanya untuk bergabung bersama kami, </span><span style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">dan </span><span lang="EN-GB" style="color: windowtext; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 12pt; line-height: 24px;">keadaan itu berlanjut sampai sekarang...</span></div>
Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-9624794886527606322015-05-26T23:28:00.005-07:002015-05-26T23:28:53.812-07:00Encounter in Darkness<span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As she disembarked from the plane at JFK airport, Sara Manning couldn't help thinking how relaxed this flight had been compared with two years ago. Waiting to pass through security, she had time to focus on the reasons why that should be.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">First, she knew exactly what to expect, and what her duties would be. As head UK representative for one of the leading book publishing companies in the world, her last visit had given her confidence. The boss on this side of the Atlantic was the charming Edward Blakey, in his late fifties, whose thoughtfulness on her first visit to the biennal book festival had been so helpful. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">At that time she had only been a minor representative, but since then her rise had been meteoric. At just twenty nine it was something she was quietly proud of. Now, she was so looking forward to seeing Edward Blakey again in her new capacity.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">But that wasn't her only reason for being relaxed. This time, she had no male complications in her life, having shaken off the shackles of being with Phil Rennet for two pointless years. Last visit he had never been off the phone, declaring his desire for her. Eight months ago she had discovered that the desire he talked about was being shared out between at least two other women, the bastard.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">She wouldn't care, he wasn't that great a lover. Too quick, too concerned about his own pleasures. Before Phil, there had been Jack, who had moved away to Italy, just when she was becoming attached to his easy charm, but even he, left her feeling there should be more. Sara had to admit, going way back, she had never been all that lucky with her choice of men. Maybe she succumbed too easily. Her fault, she had to admit, her libido was quite demanding yet so often unfulfilled. It was a wonder that she looked forward to sex at all. But she was sure that, deep down inside her, was a slow burner, that just needed to be brought to full flame.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Anyway, she was clear of all that and, despite the calls of her libido, hadn't been with a man since she'd ditched Phil. Eight months! God, she was almost proud of herself. She doubted whether New York would provide any chance encounters, since she would only be here for four nights. This was longer than the first time, when it had been a quick overnight stay. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">At last she was clear of security, and with the masses, she dragged her case out into the wide hectic foyer. Almost immediately, among the many boards being held up she saw a black man holding up her name. He gave her a broad friendly smile, grabbed her bag and told her that Mr Blakey had booked her into The Plaza hotel, near Central Park.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Within the hour she was being shown into a fifth floor room, which was pure comfort, and had a wonderful view over Central Park. Edward Blakey rang to greet her, and he was so effusive, it made Sara glad to be there.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Congratulations on your promotion." he said, in conclusion. "There'll be a car there to collect you at ten in the morning. I'm looking forward to seeing you."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Dressed in a light summer dress, Sara went down to the dining room, and enjoyed a superbly cooked steak. She was feeling rather drowsy afterwards, having had two or three glasses of wine with her meal. Truth was, she knew that, if she had a drink, she could quickly become susceptible to a sexual encounter. Hopes always ran high. But she was fairly sure she had come beyond that stage.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara slept well, and the promised car was there at ten o'clock, again driven by the same black man, whose name, she learned was Sam. By ten twenty she was heading up in a lift in the large building that was the main centre for her publishing company.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As soon as she was admitted to his lavish office, Edward Blakey, tall, silver haired and, as ever, distinguished looking strode across to wrap his arms around her in a genuine hug.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Sara, you look stunning. Promotion has made you bloom. I'd like to marry you-but-my wife, Dorothy, won't let me." That was the typical light-hearted approach he had to life. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They laughed, as he held a chair for her, and asked, "You still with your young man?" </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">When she told him, he nodded, "Good. I'm glad you're being choosey. I waited, and never regretted it. Best be certain you've got the right one.." Then, for a while they talked about what they would be doing that afternoon at the book festival. Then Edward got on to asking her questions about what she was experiencing in her new role in the UK.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">For Sara, it felt as though she was being interviewed, in the sweetest possible way. But what Edward said next, confirmed that she had been in a kind of interview. "Sara, how would you feel about coming over to work for me, here, in this office? I admire your knowledge, your enthusiasm, and your open personality. You'd be my extra support, which I do need. Would you consider it?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was just a little stunned. To work in NewYork, was that not a latent dream she had? Both her parents were dead, she had a few friends, but there was nothing really to hold her back. She asked Edward if she could think about it, and he gave her an understanding smile, "Of course, my dear, I'd expect nothing else."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They talked some more and then he said, "Of course, I'll be seeing you this afternoon, but tonight I've had an invite to one of Stanley Grover's occasional parties."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Stanley Grover, the movie director?" </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"The same. Be warned, they can be pretty wild affairs. He has a wicked sense of humour, but his style is a little too much for Dorothy. You're a lively youngster and could find it appealing. Would you accompany me? I hate refusing influential people."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was thrilled by the idea, and happily accepted."Good, I'll phone for Sam now, then we'll collect you at about one thirty. Okay."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">For Sara, everything looked fine. She had this offer of a new situation, plus the chance to visit the home of a renowned movie director. Things just couldn't be this good.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">The only cloud had been Edward's mention of 'getting the right one,' and the thought of no longer having her parents to consider. Sara had always been aware of how much her parents loved each other. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Then, when Sara was twenty four, her mother had been struck with abdominal cancer. For a year, she and her father had tended to her, but when she finally passed away, her father had been inconsolable. Sara had been so worried about him, and despite her subsequent grief, she was almost relieved for him, when a massive heart attack took him, just nine months after her mother.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">But that love she'd seen in them, had always stood as a goal for her. No matter how many sexual encounters she'd had there was always the sense that something was missing.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">So, that afternoon, the festival went well enough. Good contacts were made, interest in their books was enhanced, and Edward had given her more insight into what her position would entail if she took it.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">That evening she had a quick nap, had a shower, and then considered what she would wear for the evening. "Smart casual" is what Edward had advised, "Nothing's formal about Stanley. And don't eat, there'll be samples of food in every room, just about."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">So, for smart casual, Sara chose a close fitting dark blue summer bare shouldered dress, with two thin straps to hold it in place. She carried a thin white jacket in case she needed it later on. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Edward's car picked her up prompt eight and they sat in the back as Sam drove them out to a district called Windsor. "Not where the Queen lives," Edward joked.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara could see, as they approached it, that the house was massive. A huge entrance hall sparkled with a myriad of lights, which came from every direction, and not just the great crystal chandeliers overhead. A tall man, late sixties Sara estimated, round bellied, with a mass of silver hair, came to greet them.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Ed, great to see you. No Dorothy? But who is this beauty you have on your arm?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Edward introduced Sara to the great Stanley Grover, and she felt quite cowed under his gaze. "Sara? I thought it was Audrey Hepburn, reincarnated in that little dress. " He winked at Edward as he passed a hand in front of, but very close to, Sara's breasts, and laughed, "Just a touch overdeveloped to be the divine Miss Hepburn. But they're just right for you, my dear."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara felt her face reddening as she searched for a response, Edward leaned in to her to whisper, "I warned you." </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Just enjoy. Get a champagne, food everywhere." And Grover shuffled away to greet others.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He, being a film director, had all kinds of wannabe's among the guests, handsome young men casually dressed, and hopeful actresses, in sparkling gowns, that made Sara feel quite plain. As well as that there were several business men, all portly and rich looking, with their blue rinsed ladies, wishing they were younger. It was quite an affair, with a sumptuous buffet to be found wherever she wandered.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Armed with a glass of champagne, Sara, advised by Edward to take a look around, did just that. She strolled, completely relaxed, by a large bathing pool, where some young ladies were sitting giggling and paddling their feet in the water. Just beyond the pool was a dance area where a few couples were moving rather sleepily to the soft rhythm of the six piece band.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Just walking, and viewing the beautiful people would have been experience enough. At the end of the pool she found an empty table and sat down, watching men and women making early overtures to each other. No prude, she was just a little surprised at how blatant some of it was. Female buttocks were stroked, skirts were surreptitiously lifted. Female hands touched at bulging pants. And there was kissing, lots and lots of kissing.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Exciting, isn't it?" A female voice said, and Sara found a young lady in a green dress, sitting near her. "Are you an actress?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">A little taken aback, Sara shook her head, "No, are you?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I'm trying to be." She was a very pretty young woman, and Sara could see why she might have such ambition. "What do you do?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">When Sara told her, she asked, "You write books?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Nothing that glamorous. I sell them."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They exchanged name. She was Fiona, and she was looking around the crowded pool area keenly. "Do you know many of these people?" she asked.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Only him over there," Sara said, pointing out Edward. "He's my boss."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I don't know many," Fiona admitted," but you see him."And she pointed out a tall, very handsome blond haired young man. "He's just had his first starring role in a Stanley Grover movie. Not released yet."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">A waiter came, picked up Sara's empty glass and replaced it with a full one. "Building yourself up for later?" Fiona asked.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"What happens later?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"At Stanley Grover parties, anything can happen."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">After a while Sara excused herself, saying she wanted a further look around. She walked through what looked like a library, and there was even food available there.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Back on the other side of the pool she took a bite to eat from the sumptuous array of foods. She was onto her third champagne, when an announcement was made introducing the Trinidad Dancers. A group of six loincloth clad men flexed there way onto the dance floor, followed by six young women, in long skirts which were split completely up the front, with a tiny bra covering their breasts. The dance that followed, to a raw West Indian drum rhythm, had to be the most erotic Sara had ever seen. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As a climax one of the women was lifted high by four of the men, her arms and legs held wide, while the other women twitched and humped around them, and the two spare men nuzzled their faces, one after the other between the parted thighs.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara, in spite of being initially shocked, felt a long withheld spasm low in her body. She reached for another champagne. Shortly after that Edward came to say, with a knowing smile, that Dorothy didn't like him being too long at a Stanley Grover party. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"You stay, my dear. See how the other half really lives." And his smile widened, "It'll certainly be an education. Sam will be back with the car for whenever you need him." Sara, already cosy on champagne, was very curious about what might follow later. She gave Edward a peck on the cheek and thanked him for his thoughtfulness.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Shortly before midnight , with a few older couples drifting away, Stanley Grover called for order, and announced that it was time for a little game. He smiled slyly around the remaining guests, and told them that he required eight lady volunteers..</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">A number of hands immediately shot up, but, most intriguingly he went on to warn that there could be sexual activity, and any lady uncertain about that would perhaps wish to remain at the poolside where food, drink and happy chat would still be available. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">One or two of the younger actress types looked uncertain, and some shook their heads before turning away. Sara was curious enough, and, later would think, probably, drink bolstered enough to take part. For sure, eight months celibacy lay heavily in her lower body. In the end she was standing in a line with eight other ladies, only two of whom, she guessed, would be over forty. Fiona stood alongside her.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I'm hoping I might get the blonde star," she told Sara." Did you notice how some of the young men disappeared?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara hadn't noticed that , and wondered just what she had let herself in for. Stanley Grover looked along the line, a lustful gleam in his eye, as he joked, that he wished he had put himself in for the game. Then he stated that there were a few rules. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Please listen carefully." he advised them. " On the next floor, there are eight bedrooms, all numbered. A man will be found in each bedroom ." A few nervous glances were exchanged, a few excited nods. Sara felt just curiosity, </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Grover held up a bundle of white cards, before going on. "You will each get two cards. One will indicate which room you will enter. A second card will hold one word either, 'lead' or 'obey'. The men already know what their role is, it will be the opposite of whatever you receive."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Now, Sara became just a little uneasy, as Stanley Grover went on, "A lead card gives the right to dictate what takes place between the two people in that room. If you have it and just want to talk, that's the way it has to be. Apart from that situation, the obey card holder must remain silent, through the whole session, and must do whatever their partner asks ".</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">With a wide smile Grover gave his last piece of information, "Here's the clincher. You will never see the man you are with, nor will he see you. The rooms are totally blacked out. No source of light at all. You better not have darkness phobia.."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">One or two of the women chatted nervously, and one raised her hand, and asked, "If we have the obey card and are told to do something utterly disgusting, and refuse, what happens?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Glover nodded, "Good question. A recording machine is connected to each room. It cannot record words, but will register sounds. For instance if there is continuous reading it will be recognised that conversation has been agreed. But if you were being abused a high pitched scream will register as just that, and your activity will be stopped." He paused and tapped his nose, "But, be advised, if such a stoppage is seen as trivial, some interesting forfeits will follow. Does anyone wish to withdraw?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">There were no further responses, and Grover moved along the line handing out the cards. Two to each woman. Sara was just praying that she didn't end up with an obey card and find some corpulent individual behind her door, wanting to have his way with her. Maybe she had placed too much importance on her eight month gap. Then Glover was smiling at her as he handed over her cards . One told her she had room four. Nervously she turned over the other one, and took in a large intake of breath as she saw 'obey'. In theory, she had a man behind door four who could get her to do whatever he wanted.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As they mounted the stairs, Fiona crowed, "I've got the lead. I can have a man do exactly what I want. Nice change."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was trembling as she came to room four, where a waiter was standing. He gave Sara a slight smile as he said, "When I open the door step quickly inside. You will find a black curtain all around you. Don't part the curtain until I close the door."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He opened the door with just sufficient gap for Sara to get through. There was a quick glimpse of black curtain and then the door closed. Sara found herself in such darkness as she had never known. She moved the curtain aside, and there was no change. Solid blackness pressed on her eyeballs. She really could not see her hand in front of her face. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Then the voice came from across the room.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"If you're afraid of the dark, don't worry. So am I." A deep brown voice, American, and at least he sounded interesting. His voice came again, with what Sara reckoned was his first request. "Take off your shoes, you'll find it easier to glide over the carpet with just small steps." </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">She did as instructed, and waited for the next bit of advice, "Damned inconvenient, isn't it, being in the dark? Now, while I talk, just move in the direction of my voice. Arms out ahead of you, like sleepwalking, but I think I've moved all the obstructions that I hit. But just in case, slide with little steps."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">One thing was certain already, he had a friendly voice, and carefully, Sara held up her arms, and slid her bare feet over the carpet, towards where the voice was coming from.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I hear your feet scraping, and your breathing sounds nervous. Don't be. Very close now."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Within seconds her outstretched fingers touched bare skin. A man's chest, and she took an involuntary step back. "Right. I'm going to reach out for your hand. If you put your arm up again. I want to make a simple way of communicating.."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara jerked again as a hand bumped against her left breast. "Sorry about that. I'm not trying to rush anything." Damn, he really did sound caring. Then the man's hand touched her left arm and quickly moved down to find her hand. As their fingers closed on each other, Sara was thinking what a strong hand it was, with such broad fingers.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Good smooth skin," the man commented. "Now here's the idea. Because you aren't allowed to talk, a crazy idea by the way. I might ask you a question, but it can only have a yes/no answer. For yes, you give one squeeze, and for no you give two. Is that clear?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was finding that having her hand in his was enough to release some of the tension she had been feeling.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Well? You haven't responded."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Yes, it was clear, she had just not tuned in. She gave his hand a quick squeeze, and his voice came with a little chuckle, "That's it. You'll soon get the hang of it. Being blind must be like this all the time. Pure hell, don't you think?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was ready and squeezed. She had been thinking the same thing herself. Now his voice became more serious, "I suppose you've guessed by now that we're going to be intimate?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">She gave one squeeze, thinking about the bare chest she had briefly touched, and wondering if he was totally naked.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"You okay with that?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Only a slight hesitation, but again she gave one squeeze, and his next question although logical was also surprising. "How many men have you -" Sara sensed him seeking a delicate way of putting it. "—slept with. Is it more than five?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">It was four, so Sara gave two squeezes. "More than three?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">One squeeze, and he said, "That's interesting. I know this is indelicate but is your age over thirty?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Two squeezes before he said, "Thank you for that. My mother told me it was wrong to ask a lady's age." Sara could not come to terms with this voice coming from an apparent void.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Now, to get to the action of why we're here. I'm going to put my hands on you. Don't be nervous, but just raise your arms slightly sideways."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His hands wafted onto her shoulders, lingered there for a moment, before moving down to cover both of her breasts, and, as she took a quick intake of breath at his touch, Sara was sure an appreciative 'Mmm' issued from his lips. His hands moved to trace her hips on either side , before trailing down over her waist and the outer region of her upper thighs.</span><br />
<span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Oh, yes, very promising. You have good shape, it seems. Now the clothes. I am down to my boxer shorts. Would you allow me to remove your garments?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">My God, how respectful, how formal. Was it all going to be like this? But Sara could feel a rising excitement at the prospect of having her clothes removed by a stranger, especially since he was not going to be able to see anything. That thought almost made her giggle, no doubt an effect of the champagne, but she moved to give him the permissive single squeeze, once she'd located his hand. Her fingers ran down a muscular arm before that was accomplished.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His hands found her shoulders once more, slipped both straps off, before, turning her. She shivered slightly as his fingers slid down her back to locate her dress zip. There was a zing as it was lowered, and then the dress was falling down over her hips, which Sara wriggled to allow it to fall at her feet. As the dress dropped, Sara sensed her breasts being freed. He had expertly undone her strapless bra. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He turned her back to face him, if you could call it facing when there was nothing but the blackness. "Now, your final defence," he said, and Sara could not prevent a little gasp, as his blind fingers touched over her belly to the waist band of her panties. The panties were gone with no delay. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Completely naked, with a strange man, and she wasn't, up to this point, feeling at all vulnerable. Would that change?</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"If you bend, and stretch your hand out to the right, you'll find the bed there."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">The bed was indeed there, a duvet cover under her fingers as he spoke again. "I would like you to climb onto the bed, lie on your back, with your arms out at right angles, and your legs parted."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">With just a touch of nervousness now, but that remaining tremor of excitement, Sara did exactly as requested. Crazily, she was also thinking how comfortable the bed felt. The mattress wobbled, as he came along side her, and from where his voice was coming she guessed he was kneeling over her.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I'm about to let my hands get to know you now. With sight, I would know you well enough. You mustn't move yourself. I'm hoping my explorations might be pleasant."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His broad hands were on her throat, then immediately moving, one on either side, over her shoulders. They lingered there a moment as though admiring the curvature, before moving down each arm, and back again. Wherever he had touched in this small beginning Sara's skin had tingled, as though his hands carried an electric charge. She had learned they were broad hands but not rough, and moved smoothly over her skin.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As those hands moved over her breasts, kneading them gently, his fingers playing with her nipples, Sara knew she was trembling. Her breasts had always been one of her weak points, and already she could sense the familiar tugging they brought to her lower regions. Eight months, no wonder she was so pent up for it.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He must have felt some reaction from her because the movement of his hands became more caressing, making her squirm.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Your breasts are delightful," he said, and she was sure his deep voice had taken on a gruffer tone. "Are your nipples pink?" And one of his hands trailed over her arm to reach her hand, where he felt her double squeeze."Well," he deduced, " they must be brown—unless they're vivid purple." He chuckled , and Sara suppressed her own laugh.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Oh, I think you're allowed to laugh," he said, and she was liking him more and more, as his hands moved down over her flat belly, and rippled through her pubic hair. He must be able to hear her faster breathing, and she was sure, his wasn't as steady as it had been.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His fingers still seemed to be enjoying her pubic hair, and Sara was aware of that hair curling around his fingers, as he asked, "Are you a blond?" </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His hand touched on hers to be given two squeezes, "Brunette?" Close enough, Sara thought, delivering the single squeeze. Her hair was brown, but on her pubes it was much darker, and since that was where he had reached it was an honest answer. Trying desperately to control her breathing she wondered where his fingers would explore next. Straight down and under? </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They didn't go there, but he stroked her inner thighs before moving completely down her legs to fondle both feet briefly.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"You feel sensational," he told her. "Are you married?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Hand on hand, and a double squeeze. "Have you ever been?" Again, a double squeeze. "God, you must be bloody ugly. Let me see."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was gently laughing with him, as an exploratory finger traced over her forehead, while his other hand stroked through her shoulder length hair. The fingers moved around her eyes, over her retrousse nose, and tickled along her full lips, causing them to part slightly.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"No warts, no double chin, no hooky beak," he joked, " very strange. Now, here's something we should have maybe started with." And the next second a warm firm mouth settled over hers in a gentle kiss. Sara, her excitement already intensifying, felt her tongue almost automatically slide between his lips.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He instantly pulled away. "I didn't tell you to use your tongue." There was just a slight pause, while Sara wondered how annoyed he was. Then he went on, "But it's a good idea." And in the next instant their lips were together again and their tongues were meshing, while his hand stroked her breast.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">That touching of her breast along with his tongue around hers was so intoxicating, that it was automatic for Sara to wrap her arms around him. Again he pulled away. "No, I'm sorry but I haven't told you to use your hands." Another pause, and then, "Don't worry, that time will come-soon." His lips came onto hers again, and their kissing and his fondling of her breast continued.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was enjoying it so much, but at the same time was finding it rather frustrating not to be touching him, when little fiery darts were starting down below.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His lips suddenly pulled away, and she sensed him sitting up in a kneeling position. "Time for a change. Starting with you removing my boxers"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Glad of this, Sara half sat up, and her right hand found his waist almost immediately. As her other hand groped across him it bumped against something encased in his boxers. So he remained good and ready. With her hands on both sides of his boxers, she pulled down. They slid easily until they appeared to hit an obstacle. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was experienced enough to know exactly what the obstruction was, and how to overcome it. Accordingly she tugged the front of the elasticated waist outwards and down, but could only guess at the erect penis which wafted somewhere quite close to her face.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Get up on your knees, facing me. Hands by your side."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara struggled up and took up her position. "Wriggle a little closer."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara did that and instantly felt his erection, bobbing at her lower belly. She thought about moving closer to have it pressed hard between them. Eight months, Sara. And you want that in you already, don't you? Sex from a stranger </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I want you to stroke my body down as far as my waist. My hands are going to be carrying out further examinations of your body at the same time."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Willingly, Sara placed her hands up onto his shoulders. They were broad and solid, as one hand moved on down a muscular chest, which seemed to be free of hair. At the same time one of his hands was on her breast again, the other drifted down to rest on her waist. His actions somehow prompted Sara to speed up her own, so that she was rubbing down over a stand out six pack.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Your mouth on mine."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">And his head was there, as Sara dutifully presented hers. Their kiss was a shade wilder, more demanding. The hand he had placed on her waist, drifted across to her upper thigh, and one finger tip tested the beginning of the cleft of her labia. Their lips separated as he made some vocal response to her sharp intake of breath. Her hands continued to work on him within the allocated confines. There was no doubt that this was a man with an exquisite body, and it was just a little irritating to sense that erection occasionally bumping against her, when she so longed to grasp it.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Almost as though he was reading her mind he growled, "Take me in your hand." Sara allowed her hand to slide down very slowly. His finger had made very little progress in touching her down there, so she could apply a little teasing herself. Her own fingers ruffled his pubic hair. Was it blonde? Probably black. He fidgeted in irritation, and she allowed herself a slight smile.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Her hand slid down to bump on his penis, but then went back into his hairs. She repeated the action twice, but finally, and with a demanding action she clasped it completely. It was massive, no doubt, long and wide, but it felt perfect. She dropped her other hand, so that it was grasped in both hands. Without any bother too, she noted. Oh, to have that inside her.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His voice when it gave the next instruction had an edge to it, "Take it in your mouth." Sara was only slightly shocked by the order. It was always going to be a logical conclusion.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">She had to slide her body back to lie with her face close to this huge devil. "Tongue it first." His voice was hoarse.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara had done this sufficient times to know exactly how to proceed. Her tongue licked in circles around the head, and she wished she could see it. But it would be purple. She had never seen a penis head that didn't have a purple shade to it. Mind, in her time, she supposed she hadn't seen that many.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Slowly, deliberately, she passed her tongue from tip to hilt. It was a long journey. She lifted the penis, to travel back on the underside vein. Repeating the same action, her hand stroked over his scrotum, rubbing at the balls inside. Then she closed her lips around the penis and felt it travel to the back of her throat. When she knew it wouldn't invade any further, she found that she could still wrap her fingers around the section that had been denied entry. She moved her lips up and down savouring his noticeable hip jerks. God, it was long.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Hell, you are good, lady. But I don't want it to shoot yet."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Obediently, Sara drew back her head, and as the erection came free, she delivered a final lick to the head. "Have you ever done that, and swallowed?" Sara gave the single squeeze for an honest response. She hoped he wasn't going to ask how many times, because she wasn't sure. It was only three at the most, she thought. So many times before that she had her face, or her breasts, or even her dress spattered. However the question didn't come in that form</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Did you like having me in your mouth like that?" Her response to the question was so easy that she found herself delivering a single squeeze which was much firmer than any she had given before.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Lie back now," he instructed, "just as you did at the start, with your legs well apart, but you may move your hands as you see fit."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Wondering just what his intentions were here, but guessing, and God, yes, hoping that they would be approaching some kind of climax, she obeyed. In moving her arms she was aware that he was kneeling very close. In fact she could feel his knees pressing into her waist, just below her rib cage. She was also able to detect that he was actually holding his erect penis in his hand. She very soon found out why. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Starting at her neck Sara felt the penis head stroking over her skin. Across her collar bone, and down onto her breasts. Heaving in a shivering breath as the penis teased on her nipples, Sara stroked her hands over his chest, pinched his nipples, desperate to allay the heat that was gathering in her loins, He lay his penis hard across her breasts, then, almost straddling her, he had it between her breasts.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Squeeze your breasts over it."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">She did that, and he flexed his hips so that his iron hard organ slid between her breasts. Raising her head, she found that on his upward push, she was able to extend her tongue and just lick at the tip as it came near.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Oh, that's good," Came his sound of approval. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">After a short spell he moved his penis down, rubbing it over her belly, teasing it into her belly button. On, down, to where? What was going to happen in that area? </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"You enjoy this?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara had no difficulty in finding his hand to give a single squeeze, while she was thinking how typical it was of men to see their penis as the be-all and end-all of pleasure. Rubbing it all over her body was, no doubt, highly erotic for him, and obviously he thought it was a big thrill for her. But while it wasn't unpleasant for her, Sara could think of better things to do with it in her present state.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">It was at that point that he laid his erection between her thighs, along the whole outer length of her labia. Wow, that was a new sensation, and even as she savoured that, his fingers parted her labia, and he poked the penis head directly onto her clitoris. She gave a gurgling squeak as a spasm hit her. How the hell had he found her clitoris so accurately in the darkness? If he did any more of that she'd be gone. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">But at that point he brought his body up alongside her, and kissed her lips. Sara found herself responding eagerly. She was at that once familiar stage where she wanted it all, and all at once. He wasn't there long, as he moved his face down and was soon kissing and licking at her breasts. His tongue rolled over her nipples again and again. At one point she was sure he was trying to draw her whole breast into his mouth. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Leaving one hand to continue the favouring of one breast, his mouth moved down across her belly with some purpose. Lingering briefly at her belly button, his tongue licked through her pubes, by-passed where her labia were desperately waiting attention, and smoothed along her inner thigh. At the same time the one hand on her breast moved down, and Sara realised that his head was poised between her legs, with a hand on either inner thigh.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His hands moved and she felt his thumbs, or it might have been his fingers, parting her labia lips.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Oh, I wish I could see where my tongue is about to plunge. I know exactly what colour you'll be down here."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Then his tongue had pushed at where her labia started, and he brushed it along her whole cleft, and beyond, onto that little space between vagina and anus. His body had moved so far down that there was nothing but his head for her to reach. Her fingers raked through a thick thatch of hair.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He had to hear the gasping breaths she was unable to hold back, as his tongue returned to focus on her clitoris. It was driving her mad, and he knew it. His licking moved again, and this time his tongue dabbled in her vaginal entrance. No one had done that to her. She could sense her vaginal muscles actually drawing at his tongue tip, just longing for something to travel up that passage.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Suddenly his tongue was back on her clitoris, and his lips and teeth were gnawing gently at it, and Sara knew she was lost. Nothing was travelling up inside her, where her greatest desire lay, but her mind was in some kind of haze that had little to do with the blackness that enclosed them. Darkness, yet she was seeing sparks, her insides churned for something, for everything. Her head tossed, and still that tongue travelled that part of her that was flaring up from slow burn to catching fire.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"You're going to be fine." His voice came from far away, yet she could feel his body, his skin, sliding up towards her, and his tongue was travelling up over her breasts, having done its work below. His head moved past hers, and his hand touched her cheek. "Open your mouth. Just one final blessing."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara gulped as his penis slid over her lips, and despite herself, as she came down from her high, her tongue licked at it, before he urged it to the back of her throat. "Don't worry. I won't shoot there." Sara had sucked at the hardness of him, and he quickly added, "But don't drive him too mad."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Then his head had swung away down, his penis in her mouth as his own mouth moved down to the centre of her universe. Sixty nine, crossed Sara's mind as his tongue once more started ploughing over her open labia, front to back. He had his fingers moving down there too, and they played around her entry, one finger entered, as his tongue lavished attention on her clitoris. As the flames started up again, Sara's smacked her lips over his penis.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His lips sucked at her clitoris and in reflex she sucked harder on his penis. Sara was desperate that this might all go wrong. His fingers, his tongue, his lips were stoking her up. There was going to be a massive explosion, she knew it. One finger slid up into her vagina. How far? Not far enough, Sara was gasping around his erection. Her lips were smacking at it, she was groaning around it. That was when, as his lips sucked, his hand spread, one finger remaining inside her, while another eased into the tightness of her anus.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara had never had that done to her, and her mouth hauled away from his penis as she gave a great gargling screech. Instantly, he had twisted his body back over her, and she realised that the sensations bursting up into her was, at last, his massive penis. It was filling her, immense, as he heaved it deeply up to her cervix, her womb, her heart. And for the second time in a just a few minutes, the fires that she had always been certain were there blazed and flared. She was crashing through a lifetime of sensuous sensations, feeling every inch of this stranger inside her, who could no longer be a stranger.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Her vaginal muscles pulled at him, urging his cock, his prick, his massive organ onwards and upwards. Oh, God, these were expressions she'd never used, but her mind was abandoned to what was happening to her, and, she knew, to him. She heard him cry out as though in great anguish, but, with some satisfaction, she knew it was just the opposite. His penis was like an exploding volcano up inside her, and his molten lava flowed free. And sshe cried out once more at the sheer joy of it.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As they lay calming down," May I say, that was the best. I am not a newcomer to this kind of performance but you outdid anything I've experienced. You were so involved, so luscious." A brief silence followed in which Sara, shyly almost, stroked his chest. "You did have two orgasms, didn't you? That was my aim." Sara found his hand and gave it one massive squeeze, wondering whether, now that it was over she could say something about how she felt. Then a bell rang. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"That's the time up signal. How cruel this is, to have to let someone like you go."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Together they searched out her clothes, but couldn't trace her panties. Nevertheless she dressed and he guided her across the room until they touched the curtain. "Just step inside knock and you'll be away. Could I beg a goodbye kiss?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Without hesitation she moved up close to him, realising he was still naked, as her rising hand struck against his limp penis, and her lips found his with a warm kiss. "I thought you were going to rape me again," he said with a laugh. She shared that moment of humour with him, then with some regret, parted the curtains, knocked on the door, and was allowed out.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">There were one or two ladies moving down the stairs, and Fiona was there, rather tight-lipped, "Just my bloody luck. I must have got the one with the biggest gut. You?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Just all right," she said, blandly, not wanting to sound boastful. It had been pure heaven. She saw Stanley Grover standing by the door, bidding guests farewell. He gave friendly nods to the ladies who had come out of the rooms at the same time as her. When Sara reached the door, he looked at her closely, before asking if she had enjoyed her evening. Surprised at his interest, she said she had, and couldn't resist adding, "Especially the last part."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Splendid," he said, and added, "Do come again sometime. I believe Edward's driver is waiting for you."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sam was there, and Sara was in bed by two a.m, although she did not get to sleep immediately. Her mind was too full of her sensual encounter in the blackness. Was he handsome? She had not made a tactile check on his face the way he had with her. How could she ever know? All she knew was that, as a lover, he had ignited her delayed fires. </span><br />
<span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">The next morning at the publishing house, Edward looked at her closely. Obviously he would have been told by Sam just how late she had left. "Little shade of dark under the eyes," he said, with a wry smile. "I'm so pleased you had a good night."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They put in the afternoon at the book festival, and Edward invited her to his home for an evening meal. She was delighted to meet Dorothy, his wife, a tall, elegant, lady, and Sara hoped she could look that good in her later years. Dorothy was interested to know whether Sara had considered Edward's offer. "He tells me everything," she said, with a smile. "It would be lovely if you took the offer, and I'm sure it would take a load off him.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara told them both that she was considering their kind offer. And before she left, Edward reminded her that the following day, being Sunday there would be no festival. "I think I'll see a bit of New York." Sara told him.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">And that was her intention, when she awoke the following morning. The day was set fair. After a shower, she dressed in a thin summer dress, and was about to set off without any real direction in mind, when the internal phone rang.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Answering it, Sara was surprised to be told that a Mr Grover was downstairs asking for her. Stanley Grover? Why would he be calling to see her?</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Puzzled, and reckoning the desk clerk was not a movie fan, when he did not recognise the name of a top movie director..</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Tell him to come up to room 526," she told the clerk, immediately wondering if that had been wise, remembering the lustful glint in Stanley Grover's eyes.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I've done that, madame, but he said, it would be best if you could meet him in the lounge."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Tell him I'll be down." Mystery on mystery. First why the visit? And then , he was such an open character, why wouldn't he come up to her room? Discretion? She doubted that.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Stepping out of the lift, Sara turned left through the arch leading into the lounge. Hereyes cast around the room, seeking out the silver hair, or if he was standing, the rotund belly. She briefly spotted a man seated to her left, and his dark hair discounted him. The same for the man who sat at the bar, and another at the other side of the room. Everyone else was in pairs or in a party. So where was Stanley Grover?</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Realising she would need to ask at the desk she began to turn away, when the man sitting to her left, spoke out, "Excuse me, Miss Manning? Sara Manning?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Facing him, as he came to his feet, Sara told him that was right. But already her heart was beating faster. Tall, dark haired and really quite handsome, he was wearing a lightweight blue blazer, over a white shirt. His brown eyes were traversing over her whole body, and his face held a 'I don't believe it' expression. He spoke again, "I'm Ian Grover. You were probably expecting my father."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara tried to catch her breath in order to speak coherently, "I certainly wasn't looking for a man with that deep brown voice."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His grin was attractive, "Do voices have colour?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Little doubts began to seep into Sara's mind. Maybe she was jumping to conclusions. This couldn't be who she was hoping it was. Deep brown voices weren't one man's prerogative. But that voice linked to the Grover name? Was that coincidence?</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian Grover resolved it all for her, "I can see you are just a little uncertain. Maybe this will help." And he held out a small black plastic bag which had been near his left hand. "Take it. Look inside."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He was lead once more and she obeyed, and there was the clincher-the panties she'd left in room number four.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian Grover shrugged, "That's all I came for. To return your missing-er—garment." He moved towards the arch. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was sure he was about to walk away. She didn't want that. He turned suddenly, and must have noted the despairing look on Sara's face, for he smiled, shrugged, before telling her, "That was a big lie."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara moved towards him as though he was a magnet. "Was it?" she said numbly.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Truth is, I've been trying to find you since Friday night."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara just couldn't get her mind around this situation. She was seeing this man, this Ian Grover, for the first time, yet he had had access to every corner of her body, and she knew far too much about his. Just what was in his mind?</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian Grover settled that one very quickly, "Look, are you free for a while. Central Park is just across the road. Would you mind walking with me, and I'll explain."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Mind? Although struck almost dumb, Sara could think of nothing she would rather do. Within seconds, they were out on the street, and he took her hand as they hurried to cross. As they entered the park his hand did not release hers, and she could only think that these broad fingers had been in her most intimate parts.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian looked down at her, "If I say too much, say the wrong thing, please stop me. I'm not here to embarrass you in any way. I just had to know the lady who had given me such good sensations the other night."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">The park was quite busy, it being Sunday. Little groups had formed around the various artists and musicians who put on impromptu performances along the walkways. Sara felt so calm, so elated, to be walking with this man, this stranger, this lover. That thought pulled her back for a moment, but then made her smile.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"What are you smiling at?" Ian asked.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Passing thoughts."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"About our time together?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Partly," she said. Totally, she meant. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Anyway, I didn't see my father until last night. He's always chasing around on business. Fancy a coffee?".</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Slightly irked by his breaking his story, Sara agreed, and soon they were sipping latte at a small table, while happy folk wandered by.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian sighed, "I love it here. Sunday in the Park with George. Did you see that show?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara told him she hadn't, and he went on, "Last night I asked my father if he knew anything about the lady who had been in room four. And you know what he said?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was keen to know just what Stanley Grover had said.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I thought you'd appreciate a taste of a beautiful English rose. Those were his very words."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara was trying to assimilate that piece of information. "You mean, he knew it was you in that room?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian nodded, his eyes studying her reaction, "He can be a sneaky old bastard, my father. And he naturally assumed, since I was asking about you, that you'd been something special . He wasn't wrong there."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">His brown eyes appeared to glow, and Sara was sure she was blushing. She just had to recover some ground here, try to lose this feeling of being caught in a strong current that was pulling her towards a waterfall. "I suppose he told you who I'd come with on Friday night."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Oh, yes. I know Edward quite well, and I've been to see him this morning. Of course, I didn't tell him about the circumstances of our meeting." He smiled at her, "We'd just had a casual chat."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"And he accepted that?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Well, he's a wily old bird, but God, he thinks the world of you, doesn't he? Said how he was amazed how you had remained unmarried. Told me he had offered you a job over here. That would be perf-" He checked himself. "Anyway he told me where you were staying, but warned that you might be away seeing the sights of New York. And here we are." </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Here we are." Sara said, beginning to warm to having his eyes on her face. Warming too, to his broad smile, his strong jaw line, and the comfort she had found when his hand had held hers.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Even as that thought was in her head, Ian reached across the table to clasp bother her hands, and say in a so familiar growling tone, "Would you do me the honour of allowing me to guide you on your tour of New York?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Only slightly taken aback, Sara had no hesitation in accepting his offer. His car was parked back at the hotel, and they were soon driving down Fifth Avenue. Ian asked if she wanted to see all the sites without spending time at each. "You can give time to individual places if you take Edward's job."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">The prospect of that job had suddenly taken on a new perspective for Sara. But for that day they cricked their necks gazing up to the top of the Empire State Building, looked over the water to the Statue of Liberty, and Ellis Island. They took in the Flat Iron building and moved up Broadway to Times Square. </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">So many other quick-view places, and the whole time out of the car they held hands. As lovers do, Sara thought, and the idea was so pleasing she was certain there was a moistening between her thighs. Their night together was never mentioned until they were in Times Square, although Sara kept telling herself to stop misreading the way Ian kept looking at her. Not sideway glances, but direct, full on, his eyes boring into her mind as though trying to read it. Occasionally those eyes were on her bosom, and Sara only found that even more stimulating.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian told her of his work with his father, as, what he called, "A kind of script adviser. I check out scripts that he's accepted. I look for books that might be adapted. In fact I was at the festival on Friday, but didn't see you."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I'm not very noticeable," Sara said modestly, and was delighted as Ian, briefly, wrapped his arms around her and said, "Oh, yes you are."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As they stood in Times Square he told her that he had tried writing a few scripts of his own. All of which, his father had rejected. "I've just started on one this week." His eyes held hers as he went on, "It's about this mini disaster in the subway. There is a massive power cut and this train is stuck in utter darkness, total black out. Have you any idea what that is like? Anyway, this boy and girl bump into each other-and what would you say should happen next?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara had to return the smile that played on his face, "I've no idea. But how can you film complete darkness?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They laughed together, and Ian said, "Good point."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">As they drove back to the hotel, Ian said, "I only learned your name this morning. My father couldn't remember it. I was so glad you hadn't the 'air' sound in it, with that 'ah' sound, Sara, it is just like a sigh." He had driven down into the underground car park, applied the hand brake and turned to her and repeated, "Just like a sigh, Sara."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">He said it with such breathy gentleness that Sara was compelled to lean into him, and the moment their lips met they were clinging to each other, and Sara was recalling the first kiss in room four, when he had scolded her for her use of her tongue. There was no scolding this time, and they meshed together.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Panting, Sara pulled away, knowing exactly what she wanted, only needing to find the right words, "Would I-would I be—like a brazen hussy-if I was to invite you to see the lovely view from my hotel room?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"I have a thing for brazen hussies," he said, rubbing his lips over her cheeks. "A view of the park, is it?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Of everything," she said, shamelessly.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"But just remember," he grinned, his face close to hers, his hand on the side of her breast, " We've only just met."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">On entering her room, Sara momentarily had the ludicrous 'first date' idea in her mind. "I'd never do it on a first date." How many times had she said that? But this, here and now, was so remote from that, and it was enhanced just moments later, as they stood face to face, hand in hand, and Ian said, "My finger described that beautiful face to me, so accurately on Friday night. It is gorgeous."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Does that mean you'd like to kiss me?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Without delay they were standing locked together, mouths together, tongues wrestling. Sara was very aware of the moistening between her thighs. She was even more aware of his hardness pressing against her lower belly, as though searching for that moisture.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Breaking apart, it was Ian who asked, "Clothes?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">To avoid any delays or awkwardness Sara suggested, "A race?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"You're on," Ian said eagerly, immediately unfastening his shirt buttons.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Within seconds they were declaring a draw, and they were standing, slightly in awe, each absorbing the body that they had experienced, but had never seen.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Just as faultless as I assumed," Ian admitted, and Sara could not avoid a little shudder of pleasure as his eyes caressed over her breasts, and down over her belly to that other region.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara had known that he would be well muscled, but even so, she was captivated by the way every part of him was well proportioned from shoulders, down to his slim waist. Of course, she had no doubt about what his penis would be like. Hadn't she already taken it in her mouth? Hadn't it been inside her to its very limit? But seeing it there now, pointing out at her in all its glory, was electrifying.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian reached out for her hand, and led her gently towards the bed, "I know we've touched before, but it would be good to have a reminder."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara willingly lay back on the bed, and Ian lay alongside but over her, and said quietly, "No 'lead', no 'obey, just you and I, in daylight, and we may ask each other for whatever we want, and be eager to give in."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Then they were kissing, and it was just one step short of desperation, as their tongues searched, tangled, swept along the inside of each others cheeks. For Sara the kiss set a thousand electrodes teasing her, low in her belly. Ian's hand was stroking, squeezing lovingly at her breast. She ran her hand down to his hip, and reached for his penis. Her hand was able to make only slight contact. Ian shifted his body position, and his enormous organ was fully in her hand, </span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara recalled that in room four she had been able to take it in two hand, now she had the scope to slide her fingers up and down over it. She grunted as his hand moved swiftly down to finger at her labia, subtly slip between those lips and touch her clitoris.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Within just a few seconds that whole pretence of casualness was gone, and Ian was poised with his penis head nestling at her vaginal lips. "Time?" he asked.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"Oh, yes, yes. Definitely time." She managed to breathe, and lay almost stunned as that penis moved slowly, gradually, but with steady determination, up, up deep inside her. Ian's face was above hers and she knew he was watching her reactions to each thrust. At first he was thrusting, slowly, but gradually it became faster and stronger.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara flexed her vaginal muscles, to draw him in, as she attempted to match the rhythm of his pushes with the vigour of her own hips. She could tell by his breathing, and his increase in pace that he was nearing his climax, and she was relieved at that, for without any extra stimulation having been applied, she knew she was about to float away on whatever cloud was passing at the time.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">That time came as, with two massive final thrusts, and a gargantuan cry, Ian burst inside her, and Sara let herself go, as her vaginal walls flared, and that fire that Ian had ignited in room four blazed inside her sparks throughout her lower body, and beyond. The sensation of his fluid pulsing into her, again and again, was almost startling.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">It was a very old line to say, "I've never had it like this," but if it wasn't in room four then it was now.</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They lay still for a while, and Ian said quietly, but she detected the laugh in his voice, "Not much happened there, did it?" And he grunted as her elbow drove into his ribs, and she replied, "I was brilliant."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian kissed her and whispered, "Yes, you were."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">They showered together, soaped hands over eager skin was fantastic, and Sara's bathing of Ian's flaccid penis saw it begin to revive. Then they were back on the bed, and their mouths took control. Sara sucked avidly on Ian's hard as metal penis, having told him, "I want it to finish in me down there again, but I promise I will take it all before long."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Ian had hugged her at that, and said how delighted to hear her first suggestion of longevity in their relationship. "I know I couldn't be happy with anyone else."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">When he was poised between her thighs, and had parted her labia with his thumbs before reintroducing his tongue to her clitoris, he said something which reminded Sara of what he had said in the same situation in room four. "Ah, I knew you would be that colour in there. And if voices do have colour, as you say, then, this colour down here perfectly matches your wonderful English accent."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Their orgasms on this occasion were as near together as they had yet achieved. Before trying again, they talked about Sara leaving the following evening, and Ian asked, "Have I helped make your mind up about that job offer?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">There was no doubt in Sara's mind. She would let Edward know she accepted, his offer. She'd fly home to clear up all her loose ends there, say farewell to a few friends. She leaned happily over Ian and asked, "But accepting Edward's job will not be the only reason I'll be returning. It may take me a week or so to clear things over there, but will I find you waiting for me when I return?"</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">"For that laugh, that roseate accent, and the other colourful assembly you have, I will wait, and wait, and wait. You can be sure of that."</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">And Sara knew that he would, as she recalled her thoughts when she arrived, about the chances of having a romantic encounter in the brief time she was here. Could she have ever imagined she'd find that encounter in pitch darkness?</span><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><br style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;" /><span style="background-color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19px;">Sara Manning was a very happy lady.</span>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-28806643411129259042014-10-03T23:33:00.000-07:002014-10-03T23:33:16.268-07:00Istriku Anita<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cerita ini adalah true story kehidupan kami., aku dan istriku sudah berumah tangga selama hampir 20 tahun, saat ini usianya 38 tahun dan aku sedikit diatas 40 tahun, semenjak 6 tahun lalu kami menjalani 'swinging lifestyle' dan in adalah awal ceritanya, mungkin cerita ini akan menjadi panjang bila memang teman teman di DS menyukainya, anggap saja ini bagian pertama.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku Anita adalah seorang wanita yang sangat cantik, tinggi 160 CM, langsing dengan dada membusung padat 36 B, modis dan agak exhibionist, maksudku gemar berpakaian yang menonjolkan ke sexy an nya, walau sudah melahirkan 2 anak namun masih tampak sangat menarik dan selama kami berumah tangga kesetiaannya dapat diuji karena selalu setia.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Suatu hari aku membaca sebuah forum tentang suami istri yang dalam kehidupan sexnya seringkali melakukan 'rekreasi sex' dengan mengundang pasangan lain atau pihak lain dan melakukan sex secara terbuka.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Terus terang saja aku sangat tergoda dengan informasi itu dan mencoba mencari tahu lebih banyak lagi dan semakin terkejut aku karena ternyata hal tersebut adalah hal yang sangat umum dan telah sangat lama berlangsung, bahkan ketika kukonsultasikan dengan seorang pakar seksologi yang sering menulis di media massa ternyata hal tersebut merupakan hal wajar dilakukan dan sepanjang tidak ada pemaksaan, komunikasi suami istri cukup matang dan dewasa, tidak menimbulkan pertentangan batin karena dalam hal ini masalah keyakinan agama adalah hal privat antara manusia dengan penciptanya, mampu menggunakan logika untuk membagi sex dalam 3 dasar pemikiran yaitu sex untuk keturunan, sex untuk komunikasi intim suami istri dan sex sebagai sarana rekreasi maka semua adalah sah sah saja untuk dilakukan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Berbekal pengetahuan yang kudapatkan itu, obsesi yang semakin lama semakin kuat untuk mencoba serta berbagai pertimbangan lain yang sudah kupikirkan matang maka aku mencoba menyampaikan keinginan tersebut pada istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Awalnya yang ada adalah keterkejutan, lalu penolakan dan tuduhan bahwa aku ingin menggunakan peluang tersebut untuk 'melakukan selingkuh secara sah', namun setelah banyak bukti yang kusodorkan, buku, majalah tentang swinging, buletin, dan situs situs di internet, serta (sekali lagi) mengunjungi sang pakar seksologi akhirnya istriku setuju untuk mencoba....., dan inlah kisah nya, (bersambung)</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Seperti yang telah kusampaikan, perkawinan kami yang telah berlangsung selama hampir 20 tahun dan dikaruniai 2 orang putra dan putri berlangsung dengan harmonis.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sejak beberapa saat belakangan ini aku selalu terganggu dengan fantasiku sendiri, fantasi yang semula kuanggap aneh, namun sangat menggoda, .. aku ingin menyaksikan istriku bersetubuh dengan laki laki lain, itulah fantasiku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Fantasi yang semakin lama semakin kuat ini, mulai menggganggu kehidupan sex ku, aku sering sangat malas berhubungan intim, namun menjadi bersemangat saat aku mulai membayangkan istriku berhubungan sex secara total dengan laki laki lain.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Di usianya kini istriku yang penampilannya tampak jauh dibawah usia yang sesungguhnya justru tampak semakin menarik, matang dan sexy, dan saat kusadari tatapan laki laki lain saat kami berjalan bersama, bukan rasa cemburu atau marah yang berkecamuk, namun justru rasa bangga dan sedikit terangsang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Semua ini bermula saat secara iseng iseng aku browsing internet dan secara tidak sengaja ‘tersesat’ ke sebuah situs dari komunitas ‘swinger’ yang kemudian kubaca dengan antusias, dan ternyata ...............situs situs semacam itu sangat banyak dan beragam, bahkan di Indonesia sendiri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cerita dan pengalaman para anggota komunitas tersebut tentang kehidupan sexual mereka, petualangan dan pengalaman mereka ternyata menjadi landasan saat aku membayangkan bila istriku ikut berperan disana, dan semakin lama semakin mencengkamku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Khawatir bahwa pemikiran dan fantasiku adalah tidak normal atau bahkan menyimpang membuatku berkunjung ke seorang psikolog sekaligus sexolog terkenal yang artikel nya sering dimuat surat kabar nasional dan memberikan seminar tentang hubungan suami istri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“jangan khawatir, semua yang anda alami dan pikirkan normal normal saja, dan bila pun dinyatakan dalam tindakan, bukan merupakan hal yang menyimpang, sangat banyak suami istri yang melakukan hal tersebut dan tidak bisa disebut sebagai penyimpangan, namun tindakan tersebut perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan, harus berdasarkan keterbukaan, kedewasaan dan kematangan emosional yang prima”, Dokter berkaca mata minus yang wajahnya sering menghiasi majalah dan surat kabar itu menerangkan panjang lebar</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Maksud dokter, banyak yang menjadikan fantasi yang saya rasakan ini menjadi kenyataan ?”, tanyaku terheran – heran dan setengan percaya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Faktanya memang demikian,maka saya sarankan kalau secara masih ada pertentangan moral dan agama dalam batin, jangan pernah mencoba, namun kalau hal itu mampu diatasi, mengapa tidak ?.dan satu hal, sangat jarang pasangan dengan komunikasi terbuka yang bercerai, karena pendalaman dan pengenalan akan diri pasangan masing-masing sangat mendalam”, sang dokter melanjutkan keterangannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Konsultasi dan pembicaraan dengan dokter tersebut menenangkan pikiranku, ah...aku masih normal, dan semua adalah wajar, tinggal bagaimana kaca mata batin kita membacanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tekad untuk merealisasikan fantasiku semakin bulat, namun...bagaimana aku harus menyampaikan pada istriku tercinta ?</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Bila kusampaikan secara langsung..bisa timbul pemikiran yang tidak pernah terduga..., maklum wanita, sangat susah ditebak pikirannya, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku sangat menyukai sex, itu kuketahui pasti, hubungan kami yang sangat dekat, dan permainannya di ranjang yang selalu hot, kegemarannya memberikan oral sex yang sangat dahsyat bila kita sedang berhubungan, erangannya yang kadang kupikir bisa membangunkan seisi rumah, membuatku yakin bahwa sesungguhnya fantasiku bisa terwujud, namun aku harus mampu membuat strategi yang mebuatnya memahami keinginanku. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu aku sengaja melakukan browsing beberapa situs yang isinya cerita sex tentang komunitas swinger, cerita yang sangat merangsang dan detail, bagaimana sepasanga suami istri mengundang lelaki lain ke tempat tidur mereka dan sang istri dengan sangat bernafsu melayani suami dan lelaki lain itu sekaligus, dan kutinggalkan komputer tetap menyala saat paginya aku pergi kekantor.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Seharian aku gelisah menanti reaksi istriku, yang kutahu pasti melihat komputer ku, karena sifatnya yang rapih dan teliti, namun hingga sore hari tidak ada reaksi apapun dan ketika aku sampai di rumah, kulihat komputerku sudah off dan meja kerjaku rapih, berarti ...pasti istriku sudah melihat apa yang terdapat di layar monitorku, namun tidak ada satu pun komentar yang diberikan tentang hal tersebut.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu kami berhubungan sex, dan kurasakan sedikit ‘perbedaan’, istriku sangat bersemangat dan memberikan permainan yang luar biasa, sungguh aku kewlahan dibuatnya, tidak cukup hanya membuatku ‘keluar’ dalam vaginanya, namun setelahitu aku masih diberi ‘bonus’permainan mulutnya yang membuatku ‘keluar’ lagi dalam mulut mungilnya dan tidak ada setetespun air maniku yang tersia sia, semua ditelannya habis !!!, hal ini bukan tidak pernah ia lakukan ,namun sangat jarang terjadi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dua hari kemudian, kembali aku meninggalkan ‘materi’ serupa di komputerku, dan kembali semua seakan sia sia, tidak ada satu pun komentar yang kuterima..sungguh aku menjadi sangat penasaran, termasuk juga semangat sex nya yang tinggi, padahal baru 2 malam yang lalu kami ‘bertempur’ habis habisan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ketika untuk ketiga kalinya aku meninggalkan komputerku dalam posisi on dan sarat dengan materi ‘threesome’ suami istri , istriku akhirnya menegurku;</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Pah....” katanya ketika kami sedang berdua di ruang tengah malam itu</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hmm...ada apa yang......?” Jawabku, memang aku lebih sering memanggilnya yayang (dari kata sayang) ketimbang mamam, kecuali kalau anak anak berada didekat kami.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sudah tiga kali lho papa meninggalkan komputer menyala waktu kekantor...., “ katanya lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ah....masa...? “tanyaku pura pura heran, namun ‘deg’ hatiku mulai berdebar = debar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya....mama yang matiin..., dan isinya itu lho.........” istriku menghentikan kata katanya dan matanya menatapku menanti jawaban</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Memang isinya kenapa ?” tanyaku pura pura lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ih......”tanpa terduga istriku mencubitku, “Pura pura bego....ah, papa...,kok seneng sih baca cerita porno gitu ?” tanya istriku namun wajahnya memang penuh tanda tanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Porno ..gimana?”tanyaku lagi pura pura tidak mengerti</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“aaah...,ya gitu deh..., tapi kan selama ini sepanjang mama kenal papa bukan type orang yang suka baca cerita gituan..,kok berubah sih..........?” kali ini istriku menjawab agak serius, namun dari suaranya aku yang sudah sangat mengenalnya mengerti kalau ada tuntutan untuk menjelaskan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Jadi kamu baca juga yang.?, kok tahu isinya.” aku menjawab dengan pertanyaan lagi ; </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ya....habis berkali kali ditinggal menyala begitu, mama jadi penasaran apa sih isinya,,,eh...nggak tahu nya cerita gituan” panjang lebar istriku menjelaskan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“emmm....”agak sulit aku menjawab kali ini, ada rasa takut bahwa akan berakibat pada hubungan kami kalau aku menjelaskan secara jujur,namun akhirnya keraguan itu berhasil kutepis, lebih baik berterus terang dan terbuka apapun akibatnya dari pada aku menyembunyikan fakta akan obsesi ku yang justru akan berakibat lebih buruk.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku mengatur posis dudukku sehingga lebih nyaman lalu dengan suara sungguh – sungguh aku berkata “Yang....kamu perhatikan nggak isi cerita yang kamu juga baca ?, bukan gituannya lho maksudku namun ceritanya” aku berkata dengan serius sambil menatap matanya dalam dalam.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya sih...semua tentang suami istri yang....”istriku berhenti sejenak memandang wajahku dan tiba tiba bertanya “Memang papa ingin seperti itu...?, tanyannya dengan suara lirih.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku mengangguk kan kepala “Iya....sudah cukup lama papa membayangkan hal seperti itu” jelasku lalu kuceritakan semua pemikiran dan obsesiku juga hasil konsultasiku dengan psikolog terkenal itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku yang selama ini diam mendengarkan aku bicara lalu berkata “Aneh..., tadinya kupikir cerita dalam situs itu karangan semata.....,tapi masa iya sih....,jangan jangan itu cuma alasan para suami supaya juga boleh selingkuh”,katanya lagi, suaranya agak menajam dan aku tahu kalau emosinya sedang galau.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Salah..” jawabku tegas,”banyak sekali hal semacam ini, dan ini tidak berarti rasa cinta yang berkurang, atau cari cari alasan pembenaran dan seterusnya, kamu cek deh yang...cari deh informasi tentang hal ini, kalau perlu kita sama sama ke psikolog itu” aku nyerocos panjang lebar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu kami berdiskusi cukup lama, namun minimal aku sangat lega karena telah membuka keadaan yang sebenarnya dan akhirnya kami sepakat untuk bersama sama kembali ke psikolog sekaligus sexolog tersebut.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Waktu berjalan tidak terasa, aku juga kebetulan cukup sibuk dengan pekerjaan ku,dan kurang lebih dua minggu sejak kami bersama sama melakukan konsultasi dan istriku dapat menerima penjelasan yang diberikan, namun mengatakan dirinya masih belum dapat memutuskan apakah berani atau tidak melakukan hal itu, khawatir akan merusak perkawinan kami, namun tanpa sepengetahuannya aku terus mencari referensi dan strategi bagaimana membujuk agar istriku bersedia untuk melakukan apa yang selama ini kuimpikan.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam minggu itu jam menunjukan Pk. 19.00, kami hanya berdua di rumah karena anak anak di jemput oleh tantenya dan diajak ke Bandung, pembantu kami juga dibawa karena istriku khawatir anak-anak kami yang kadang nakal itu merepotkan tante dan oomnya kalau tidak dibantu diawasi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Selesai makan malam,sambil menonton TV yang kadang membosankan acaranya itu, aku bertanya “Gimana yang...?,udah dipikir...?”, tanyaku,memang aku tidak mau terlalu mendesak dengan terus menerus mempertanyakan kesediaannya untuk melakukan keinginanku,aku ingin dirinya juga memiliki keinginan yang sama.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Apanya yang dipikir..?” tanya istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kucubit paha istriku dengan lembut “Ah...kamu yang....ya itu ya pernah kita bicarakan...”jawabku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Gimana ya....mama takut....kalau ada akibat buruk pada perkawinan kita, lagian memangnya gampang ngajak orang lain...bisa bisa kita dipermalukan lho ” jawabnya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku sadar bahwa hal ini memang harus berjalan secara alami, namun kucoba salah satu pemikiran yang selama ini sudah kupersiapkan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Begini....kita coba...mumpung anak anak sedang tidak ada...,papa panggil ya pemijat laki laki, kamu dipijat saja ...minimal kita bisa saling mengukur perasaan kita, dan tidakperlu sampai sejauh itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ah...tapi kan mama nggak lagi masuk angin kok dipijat ...?, tanyanya polos</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ya bukan begitu,kita kan mencoba...biasanya kamu dipijat sama si ‘mbok yang sering dipanggil itu,ini kan laki laki, kita coba saja...,kalau ternyata benar benar kamu nanti merasa tidak nyaman ya sudah..jangan diterusin, sekedar coba-coba ‘gitu” jelasku membujuk</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“terus pemijatnya dari mana ?” tanyanya lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ada...papa dapat dari referensi,”jawabku...”dipanggil...?” tanyaku lagi meminta penegasan</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Terserah papa deh.tapi kalau mama nggak nyaman stop ya..”istriku menyetujui usulku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hampir meloncat aku dari tempat dudukku, kuambil HP dan kutelepon Ronny, awalnya kukenal dia lewat chatting, usianya hampir sebaya istriku, cukup tampan, dan dia seorang eksekutif, sudah berkeluarga juga dan kami sudah pernah berjumpa beberapa kali, aku juga pernah menceritakan obsesiku, dan dia memahami semua ceritaku, sampai pernah kuminta bantuannya kalau kalau suatu hari aku membutuhkan seseorang untuk menjalankan skenario yang kukembangkan seperti sekarang ini, termasuk diposisikan jadi tukang pijat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan suara perlahan aku bicara dan syukurlah bahwa Ronny bersedia membantu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kurang lebih satu jam kemudian suara bel pintu sungguh membuat istriku nervous, namun aku menenangkannya dan membuka pintu, mempersilahkan temanku masuk dan berkenalan dengan istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ronny”,dengan suara baritonnya Ronny mengenalkan diri sambil menjabat tangan istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Anita”istriku juga menjawab dengan lirih...namun dari pandangan matanya aku yakin kalau ia terperanjat melihat ‘tukang pijat’nya tampan dan terlihat sangat terpelajar, dengan tertawa namun dalam hati, aku mempersilahkan Ronny duduk, sementara istriku masuk kedalam menyiapkan minuman.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ronny mengedipkan matanya padaku dan menunjukan jempolnya sambil matanya mengerling ke dalam, “Istrimu sungguh cantik” pujinya dengan sangat lirih,aku tersenyum saja</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Selesai menghidangkan minuman, istriku duduk bersama kami dan dengan pandainya Ronny berbicara sehingga suasana tegang mencair, Ronny memanggil istriku ‘mbak’ dan akhirnya ia berkata </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Oke...jadi bagian mana yang kurang nyaman mbak?, mudah mudahan saya bisa membantu ya..?,katanya dan aku segera berinisiatif mengajak Ronny ke ruang tidur tamu yang sudah dipersiapkan, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sesampainya dikamar, istriku pamit kebelakang sebentar namun sambil mengerling kerahku dan aku mengerti ia memanggilku...dengan berdebar kuikuti ia kekamar mandi...”Papa serius...nih?, nggak marah melihat mama dipijat laki laki lain..? tanyanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku menjawab dengan memeluknya dan membisikan bahwa Ronny memuji kecantikannya dan aku sangat bangga padanya, dan serius......aku justru sangat bersemangat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku lalu masuk kamar mandi dan keluar dengan kain panjang membelit tubuhnya, lalu kami menuju kamar tamu dimana Ronny sudah menunggu...........</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Relax aja ya mbak..” Ronny menenangkan istriku dan memintanya untuk berbaring telungkup yang dengan patuh dijalankan oleh istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ketika kain panjang yang dikenakannya disibak ternyata istriku tidak mengenakan apapun didalamnya kecuali celana dalam mini yang masih dipakainya,dan Ronny mulai memijat pundak istriku lalu turun ke punggung,</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Beberapa kali pijatan Ronny mulai menggunakan lotion yang kusiapkan dan memijat dengan lembut dari pundak punggung hingga pinggang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Berpindah posisi Ronny mulai meijat kaki naik keatas hingga lutut, kanan dan kiri diperlakukan sama dan istriku semakin tampak relax menikmati pijatan laki laki itu, lalu tangan kawanku itu naik semakin keatas,hingga paha, bahkan hingga selangkangan,dan ternyata....entah disadari atau tidak istriku justru merenggangkan kaki nya membuat tangan Ronny semakin leluasa memijat paha bagian dalam sesekali seolah tak sengaja jarinya menyentuh vagina istriku yang membuatnya tergelinjang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cukup lama Ronny memijat bagian kaki dengan berbagai gerakan, terkadang memanjang dari pergelangan kaki terus keatas hingga pangkal paha, suasana semakin relax karena Ronny tetap mengajak istriku bercakap-cakap dengan santai, namun tangannya terus bekerja, sampai suatu saat ia berkata “mbak, boleh dibuka saja supaya leluasa?,”, dan tanpa menunggu jawaban tangannya dengan lembut menurunkan celana dalam istriku, yang dengan otomatis istriku mengangkat pinggulnya, sekejab kemudian celana dalam istriku sudah lepas.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini dengan telanjang bulat dalam posisi telungkup, Ronny mulai memijat pantat istriku yang masih kencang itu, dengan ahlinya ia mengurut lembut dari pangkal paha berputar dibukit pantat istriku lalu turun lagi semakin lama jarinya semakin mendekati dan menyentuh anus istriku, terkadang turun keselangkangannnya dan memijat bibir vagina yang membuatnya berdesah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Licinnya lotion yang dipakai memudahkan jari jari Ronny bergerak dan kini ia berkosentrasi di seputar anus istriku lalu perlahan lahan jarinya memijat lembut dan entah bagaimana telunjuk Ronny sudah masuk setengah kedalam anus istriku lalu dengan amat lembut bergerak naik turun dan kini wanita yang telah berbelas tahun menjadi istriku itu benar benar mendesah dan menggigit bibirnya serta pinggulnya bergerak mengikuti irama jari Ronny yang hanya dimasukan setengah, ditarik dan didorong kembali di anusnya,</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ronny melepaskan jarinya, mengedipkan mata padaku yang semakin terangsang melihat itu semua, mengelap jari telunjuknya dengan handuk kecil yang telah disiapkan, menambah lotion dan kini ibu jari nya masuk kedalam anus istriku sementara telunjuknya bermain di vagina dan akhirnya memasuki vagina istriku,yang diikuti dengan desahan serta nafas memburu istriku yang kuyakin sudah sangat terangsang. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Merasa cukup, Ronny meminta istriku untuk berbalik badan dan kini istriku yang selama ini pemalu dan konservatif, berbaring telentang telanjang bulat dihadapan laki laki lain, yang mulai memulai lagi ritual pemijatannya dari kaki, keatas namun tidak menyentuh vaginanya, yang kutahu pasti membuat istriku sangat penasaran.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Menggeser posisi duduknya kini ia memijat tangan, pangkal lengan berpindah ke lengan satunya lalu mulai memijat buah dada berukuran 36 B milik istriku dengan gerakan lembut </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tangannya memijat memutar dari bawah keatas dan berakhir dengan memilin lembut puting buah dada istriku yang walau memejamkan matanya namun terlihat berusaha menahan gerak tubuhnya yang tergelinjang, sementara tangannya entah sadar atau tidak sudah memegang paha Ronny.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sebelah lagi buah dadanya diperlakukan sama dan kini tangannya tidak lagi tergeletak pasif di paha Ronny namun tampak meremas selangkangan Ronny, dan desahannya semakin tercampur dengan nafasnya yang memburu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ronny sungguh pandai, ia menghentikan pijatannya dan kini berpindah posisi dan mulai memijat perut yang pernah mengandung anak anakku, dan terus turun kebawah,lalu mulailah ia berkonsentrasi di vagina istriku yang tampak membasah, dan entah sadar atau tidak istriku sudah merenggangkan kakinya sehingga dengan sangat leluasa Ronny memperoleh akses sepenuhnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Mula mula ia hanya mengusap dengan lembut lalu, mulai dengan jarinya ia menyibakkan bibir vagina istriku dan dengan tangan jarinya ‘bermain’ di tengah vagina kemerahan yang semakin basah itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Perlahan lahan jarinya masuk dan akhirnya terbenam seluruhnya lalu tangannya bergerak maju mundur dan kini tanpa dapat ditahan lagi istriku menesah dan menggelinjang,pinggulnya bergerak liar seirama gerakan jari tangan Ronny.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hal ini tidak berlangsung lama, laki laki ini sungguh pandai memainkan tempo, sebelum istriku meraih orgasmenya ia berhenti, mencabut jarinya dan malah istriku yang membuka matanya seakan bertanya kenapa berhenti. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan lembut Ronny berkata “mBak duduk ya ?” dan dengan patuhnya istriku pun duduk diranjang dan Ronny bergeser duduk dibelakangnya, tanganya memeluk dari belakang dan kembali aktif di payudara istriku, sehingga terlihat Ronny memeluk dari belakang sambil meremas dan memilin puting payudaranya, sementara tangannya yang satu mulai bergerak turun dan memainkan kembali vagina yang tampak sudah sangat basah itu. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lalu entah apa yang dibisikan oleh kawanku itu ditelinga istriku, namun tangan istriku bergerak kebelakang, mencari selangkanan Ronny dan menurunkan retsletingnya, dan akhirnya memasuki lubang celana yang terbuka itu, lalu meremas remas benda yang dicarinya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku membuka matanya menatapku sayu dan seakan meminta persetujuanku, lidahnya tampak menjilati bibirnya, dan ketika dilihatnya aku tersenyum sambil mengangguk ia menggeser tubuhnya,membalikan badannya dan sekejap kemudian kemaluan Ronny sudah berada didalam mulutnya,sambil tangannya aktif melepaskan seluruh celana yang dipakai Ronny.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Efek rangsangan yang sedemikian tinggi, ternyata membuat istriku ‘lupa diri’ dan bergerak mengikuti nafsunya sungguh sangat liar, ia tidak hanya memasukan kemaluan Ronny dalam mulutnya menjilat,menghisap,turun kebawah, dan menjilati biji laki laki itu dengan sangat bernafsu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ronny melihat kearahku,seakan juga meminta persetujuanku, lalu melepaskan baju yang tersisa dan sekejap kemudian mereka sudah dalam posisi 69, dengan Ronny mengatur posisi diatas, lidahnya menjilati vagina istriku sementara kemaluannya bergerak naik turun dalam mulut istriku, tampak pinggulnya naik dan turun</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tiba tiba istriku bergerak membalikan badannya merubah posisi, kini ia yang mengambil inisiatif, dan dengan Ronny dalam posisi telentang istriku berjongkok mengarahkan kemaluan yang sudah tegang dan tampak besar itu memasuki vaginanya, dan dengan satu hentakan kemaluan ronny terbenam dalam vagina istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku masih belum mengganggu mereka, namun pemandangan itu hampir-hampir membuat ku ‘keluar’ tanpa harus menyentuh batang kemaluanku yang sudah dari tadi berontak keras.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku melihat kearahku lalu meminta aku untuk mendekat, dan dengan masih tetap ‘menunggangi’ Ronny ia meraihku, melepaskan celana yang kupakai dan kemaluanku tahu-tahu sudah berada dalam mulutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku mati-matian berusaha untuk menahan keluarnya mani yang terasa sudah diujung, untunglah istriku berhenti dan meminta ganti posisi,kini ia menungging dan vaginanya disodorkan kepadaku yang segera saja memasukan batang keras diselangkanganku kedalam liang yang masih terasa hangat bekas kemaluan Ronny, sementara Ronny telah memposisikan dirinya sehingga istriku dengan mudah kembali melumat kemaluan laki laki itu dengan mulutnya, tetap dalam posisi menungging dengan batang kemaluanku terbenam keluar masuk vaginanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku sungguh tidak tahan, dan rupanya Ronny yang sejak awal memijat juga telah terangsang, sulit menahan dirinya, hampir bersamaan kami bertiga, dengan dengusan nafas masing masing meraih puncak kenikmatan, istriku dengan gerakan pinggulnya yang semakin cepat dan menghentakan kebelakang tepat saat aku menyemburkan air maniku dalam vaginanya dan Ronny melepaskan maninya dalam mulut istriku yang tanpa ragu ditelannya semua.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Beberapa saat kami semua terdiam dalam posisi semula, sebelum akhirnya akhirnya ambruk dan bertiga kita tergolek lemas diatas ranjang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hmmmhh........,”istriku mendesah, dan kepalanya menengok kearahku lalu dengan bibir yang masih terlihat sisa air mani Ronny ia mencium bibirku, lidahnya memasuki mulutku dan masih terasa ada aroma air mani dimulutnya, namun entah...?,hal itu justru memberikan sensasi luar biasa bagiku, mencium bibir istriku yang masih basah dengan air mani laki laki lain, setelah itu ia berpaling kearah Ronny lalu mencium bibirnya, cukup lama mereka berciuman, dengan lidah saling menyapu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Rupanya istriku terangsang lagi, ia mulai lagi bergerak dan kali ini tangannya memainkan kemaluanku agar ‘hidup’ lagi, sementara mulutnya telah kembali asyik mengulum kemaluan Ronny, yang pelahan lahan juga mulai hidup lagi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lidahnya bermain kemana mana, bahkan diangkat nya pantat Ronny dan lidahnya menyapu anus laki laki itu yang melenguh nikmat..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ronde kedua ini kami lakukan dengan lebih santai, bahkan istriku kini telah ‘berani’ mengatur posisi kami,dimintanya aku telentang lalu dalam posisi 69, tubuhnya diatas tubuhku, dengan kemaluanku dalam mulutnya dan memberi tanda pada Ronny untuk memasukan kemaluannya dalam vaginanya yang berada tepat diatas mukaku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Melihat kemaluan laki laki itu yang tidak sampai 5 CM diatas mukaku masuk-keluar vagina istriku,aku tak tahan lagi kujulurkan lidahku dan menjilati klitorisnya sementara kemaluan Ronny dengan irama teratur masuk-keluar vagina istriku, yang menghisap kemaluanku dengan kuat dan penuh nafsu, apalagi saat Ronny menghunjamkan kemaluannya dalam-dalam dan lidahku menjilati klisorisnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cukup lama kami dalam posisi seperti itu, kami lalu berganti posisi lagi dan kini dengan ‘menunggangi’ Ronny, Anita istriku berada diatas, mengatur iramanya dan kembali hampir bersamaan kami mencapai ejakulasi, dengan sentakan yang keras,bergerak melemparkan kepalanya kebelakang, istriku mencapai orgasmenya yang kedua malam ini,disusul Ronny yang mengejang dan menyemburkan air maninya dalam vaginanya dan aku menyusul, memegang kepala istriku menyemburkan air mani yang terasa ‘menembak’ dengan derasnya dalam mulut istriku sendiri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu ganti berganti aku dan Ronny menggeluti tubuh Anita yang entah bagaimana seperti tak kunjung puas, entah berapa kali ia orgasme dan entah berapa kali pula aku dan Ronny ganti berganti menumpahkan air mani kami, baik itu dimulut maupun di dalam vaginanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ketika akhirnya Ronny pulang, kami tertidur kelelahan masih dalam keadaan telanjang bulat dengan sprei yang acak acakan,dan tubuh yang penuh bercak air mani dan cairan vagina.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Fantasiku telah terwujud, dengan sensasi yang kualami sangat berbekas, berhari hari sesudahnya kami jadi seperti pengantin baru, setiap ada kesempatan kami selalu bersetubuh, sungguh ....ternyata ‘refreshing’ model demikian sangat membantu meningkatkan gairah seksual kami berdua.</span>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-22791692680089866872014-10-03T23:31:00.006-07:002014-10-03T23:31:55.509-07:00Anniversary<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aniversary (2005)</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kembali sebuah pengalaman yang kuceritakan untuk semua</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hampir selama dua minggu kami cukup sibuk menyiapkan pesta peringatan hari ulang tahun perkawinan kami yang ke..belas, sejak jam tujuh para undangan yang terdiri dari keluarga, kerabat dan teman teman dekat mulai berdatangan di bungalow tepi pantai yang kami sewa, dan pesta berjalan semarak,, makan, minum, gurauan, dan semua acara yang dipersiapkan berjalan penuh keriangan hingga menjelang tengah malam saat para tamu mulai meninggalkan tempat acara berlangsung.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tengah malam hanya tinggal kami berenam, aku dan istriku, Anton dan Hanne istrinya serta Joko dan Roy, semua adalah relasi bisnis yang sudah saling mengenal akrab, namun bukan ’teman’ dalam artian yang berhubungan dengan masalah sex, hanya sekedar teman baik dan mereka sama sekali tidak pernah mengetahui keterlibatan kami dalam lifestyle yang selama ini dijalani.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anton adalah seorang bisnis eksekutif berusia hampir 50 tahun masih cukup atletis pada usianya dan Hanne yang kuperkirakan sekitar 10 tahun lebih muda, masih cukup cantik berkulit putih dan memiliki payudara yang tidak terlalu besar, kalah dengan Anita, tapi dandanannya yang cukup sexy memberikan pemandangan yang cukup menyegarkan sementara Joko bertubuh tinggi besar, cenderung agak gemuk adalah seorang akuntan yang selama ini cukup berhasil mengelola sebuah akuntan publik yang ia miliki pada usianya yang relatif muda belum 40- tahun, dan Roy Sales manager sebuah perusahaan yang cukup dikenal di negeri ini, berkulit hitam, sesuai dengan asalnya di bagian timur Indonesia.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Berenam kami masih ngobrol ngalor ngidul dan gelas berisi minuman keras semakin cepat kosong untuk langsung terisi lagi, sebenarnya aku agak ‘kuatir’ juga karena aku tahu persis, salah satu reaksi minum yang terlalu banyak bagi istriku adalah libidonya yang akan segera ‘naik’, ya itu kuketahui dengan jelas.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Benar saja, saat aku sedang ke belakang , Anita menyusulku dan berbisik “Pah.., mereka mau pulang atau mau ‘dibikinin’ acara..?”, dan aku agak bingung untuk menjawab. Masalahnya mereka bukan orang yang selama ini kami tempatkan dalam pergaulan yang seirama dengan ‘lifestyle’ kami, disisi lain kalau saja kami ‘salah’ melangkah, resiko cerita yang bisa tersebar akan berakibat cukup buruk, namun saat itu ingatan tentang betapa mengasyikan dan merangsangnya suatu ‘permainan’ terbayang di kepalaku dan menimbulkan gelombang yang membuatku juga jadi ingin melakukannya, apalagi ini sudah berjalan lebih dari 4 bulan sejak ‘occasion’ kami yang terakhir, apalagi disana ada Hanne dan Anton, suami istri yang sudah sekian puluh tahun berkeluarga dan aku tak tahu pandangan mereka tentang perilaku sex yang ‘tidak biasa’.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Otakku berpikir keras mencari suatu ide untuk mengukur keadaan, mengetahui seberapa jauh kami bisa melangkah dan menyaring siapa saja yang pantas untuk tetap bertahan dan siapa yang harus dipulangkan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku memberi tanda pada Anita dan saat kami di belakang menyiapkan tambahan minuman kubisikan rencanaku yang dengan wajah sumringah ia menyambutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Membawa nampan berisi minuman Anita melangkah kedepan dan saat melewati Hanne ia seakan terpeleset dan tumpahan minuman membasahi hampir seantero pakaian wanita itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Aduh..maaf, sorry ya, nggak sengaja.., terpeleset sih...saya...” katanya sambil secara refleks membantu Hanne mengelap pakaiannya, namun pakaiannya terlalu basah untuk bisa dilap begitu saja.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Yuk..., katanya menarik tangan dan mengajak Hanne kekamar dan menawarkan pakaian ganti sementara, sambil menunggu pakaian wanita itu kering.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Waw...” kataku ketika melihat mereka keluar dari kamar, karena Hanne kini menggunakan sebuah bathrobe yang selama ini tersedia di kamar mandi, dan aku tahu kalau ia pasti tidak mengenakan bra, sementara Anita tetap dengan penampilannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ton..istrimu cantik banget lho..” kataku pada Anton, “Iya dong...kalau nggak cantik bukan istriku.., tapi Anita juga sexy banget loh, “ jawabnya menimpali sementara kedua laki laki yang lain juga mengiakan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita memang pandai, ia pasti sudah menyembunyikan tali bathrobe itu entah dimana sebelumnya, karena bathrobe yang seharusnya menggunakan tali itu terlihat polos dan tampak betapa sibuknya Hanne menjaga agar tidak terbuka saat mengubah posisi duduk.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kejadian tadi ternyata tidak mengurangi kegembiraan kami, dan terkadang Hanne lupa memegang pakaian yang dikenakannya dan tepat seperti dugaanku, ia tidak menggunakan bra yang pasti tadi basah, sehingga sesekali saat terbuka kami sempat melihat gundukan payudaranya, yang membuat aku dan kedua laki laki lainnya terpukau.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hanne yang duduk di sebelah suaminya tidak menyadari kalau sebagian bathrobe yang panjang itu terduduki oleh Anton, sehingga suatu saat ketika ia berdiri untuk pergi kebelakang, bathrobe itu terlepas......</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami semua terhenyak.., karena kejadian ini sedikitpun tidak kami duga.., dan disitu Hanne berdiri, terkejut, terpana dengan tubuh polos hanya menggunakan celana dalam hitam , dan ketika ia sadar agak terpekik ditariknya bathrobenya dan ia berlari ke kamar disusul Anita istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Maaf..” kata Anton.., “wah..dia pasti ngamuk deh..pulang nanti” katanya lagi., </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku menahannya ketika ia mau menyusul istrinya, “biar Anita yang menyelesaikan, pasti lebih manjur, kalau kamu yang kesana ntar perang dunia, bisa nggak tidur kita” kataku lagi meyakinkan, dan syukurlah Anton menurut.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Emm. Is It allright Ton..? ” tanyaku, dan aku melanjutkan..”kita nih yang mesti bilang sorry.., tapi thank you juga bisa mendapatkan pemandangan indah dari istrimu.., it is allright for you?, jangan sampai gara gara aku mengundang kalian jadi masalah dikeluarga” kataku melanjutkan.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Aku sih nggak apa”, lagian kalian kan temen deket, “lagian kan istriku nggak memalukan kok..iya..kan ?” katanya lagi dengan jenaka, “ya iya.., kita kagum kok, at her age your wife is really pretty..”, tiba tiba Roy menjawab, dan kami semua tertawa mengingat kejadian tadi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku menghela nafas, minimal Anton bukan seseorang yang berpandangan kuno.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tak lama kemudian Hanne dan istriku melangkah keluar kamar, dan yang membuat kami tercengang Anita juga memakai bathrobe, “biar fair” katanya.., “solidaritas antar wanita..” katanya lagi., dan secara penuh arti Anita memandangku, entah apa yang di perbincangkan kedua wanita itu?”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Semua kembali ke suasana semula, dan walau aku tahu disengaja, namun dengan gaya yang jauh lebih cuek istriku sama sekali tidak menjaga bathrobe yang dikenakannya sehingga sering payudaranya terpampang jelas dihadapan kami semua, dan suatu saat ia membisikan pada Hanne yang lalu berbisik pada suaminya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anton nampak berkerut kening sedikit namun rupanya Hanne berhasil meyakinkan suaminya yang lalu mengambil sebuah gelas dan sendok kecil lalu mendentingkannya seperti gaya di film film kalau mau meminta perhatian.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Guys,..rupanya tadi Anita dan my wife ini sudah berunding, mereka mau balas dendam karena kalian melotot saat bajunya terbuka” dan sebelum mendapat jawaban dari yang lain Anton melanjutkan “mereka mengajak bertaruh..”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Taruhan..?”hampir bersamaan Roy dan Joko menyahut</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya.., kita bikin game, nah detailnya siapa yang mau jelaskan ..?, kamu atau Anita ..?” lanjut Roy.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Anita” Hanne menjawab, namun dari suaranya aku tahu kalau ia agak nervous</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan senyum dan sikap yang santai Anita lalu menjelaskan “Gini, kita bagi dua kelompok, kelompok pria, kalian berempat dan kelompok wanita, aku dan Hanne”, lalu ia melanjutkan saat tahu kalau semua mendengarkan dengan penuh perhatian, “Seperti kalian tahu, kita berdua kan cuma pakai jubah begini, nah permainannya adalah ....ayo bantu dulu bersihin meja ” istriku menghentikan ucapannya, lalu mengangkat dan merapihkan meja dengan memindahkan semua barang, gelas, asbak, botol dan lain nya dari atas meja, semua ikut membantu walau belum mengerti tujuannya hingga meja itu kini bersih, dan semua itu dilakukan dengan santai seakan tidak sadar kalau payudaranya terpampang membuat yang lain kadang terkesima.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah meja rapih, diambilnya sebatang rokok, lalu didirikannya tepat ditengah meja.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Oke.., sekarang semua mundur”, lalu diambilnya sebuah coin uang logam dari tasnya, dimintanya kami semua mundur dengan jarak sekitar hampir dua setengah meter, lalu dibuatnya sebuah pembatas.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Nah yang mau ikutan boleh tinggal, yang nggak mau harus pulang, karena tadi kalian sudah melihat hampir seluruh tubuh Hanne, jadi supaya fair kita bikin permainan ini, sekalian supaya ramai, group laki laki harus bergiliran melempar coin ini kearah rokok itu, kalau kena dia menang dan berhak mengajak salah satu Hanne atau aku berdansa, disini kan ada music player,”katanya yang lalu dilanjutkan dengan “yang tidak kena harus melepaskan satu lembar pakaiannya , begitu berulang ulang, ok?”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku tersenyum, cerdik benar istriku ini, sangat sulit mengenai sebatang rokok ditengah meja dari jarak sejauh itu, namun iming-iming boleh berdansa dengan salah satu wanita cantik hanya memakai bathrobe sungguh merangsang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Jadi..? ayo siapa yang ikutan kesini”, katanya menunjuk posisi dibelakang pembatas, dan ternyata walau dengan pandangan agak bingung Roy dan Joko melangkah kesana, lagi pula..............siapa yang mau pulang dalam suasana begini ?.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sebelum dimulai Anita memberiku tanda untuk memutar musik dan suara musik lembut mengalun diruangan itu, membuat suasana tegang menjadi agak santai.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ok.., siapa duluan..?” tanyanya dan aku tahu kalau tidak dimulai tidak akan jalan maka aku mengajukan diri, lagi pula dulu aku juara melempar gelang ke botol jaman masih sekolah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan uang logam Rp. 500,- berwarna kuning aku mengambil jarak, ancang – ancang dan melemparnya, ....luput............., maka istriku lalu menghampiriku dan memintaku melepaskan sweater yang kukenakan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Berikutnya giliran Anton, Joko dan Roy dan semua luput, karena Roy tidak menggunakan jas maka kemeja nya lepas dan kini hanya berkaus singlet.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Giliranku berikutnya aku benar benar berkonsentrasi dan ..berhasil., maka aku mengajak Anita berdansa (sebenarnya sih pingin mengajak Hanne, tapi kuatir membuat suasana kurang nyaman aku mengajak istriku dulu, sekalian memberi contoh), kami berdansa sesuai lagu, tanganku berada ‘didalam’ bathrobe yang dikenakannya memeluk tubuh telanjang dibalik jubah itu istriku erat erat, dan semua pasti bisa melihat bagaimana kami berdansa berpelukan dan bagaimana tanganku ‘bermain’ dibalik jubah itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lima menit kemudian permainan dimulai lagi, dan belum ada yang berhasil, Anton kini hanya mengenakan celana panjang, kemeja dan kaus kainya sudah lepas, Joko juga sama, dan Roy paling parah, dia hanya bercelana pendek, rupanya dibalik celana panjangnya masih ada celana pendek.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Pada putaran berikut akhirnya Roy berhasil dan yang dipilihnya Anita untuk berdansa, mungkin karena dilihatnya istriku lebih berani memampangkan tubuhnya, dan ia berdansa persis sama sepertiku, tangannya juga didalam bathrobe istriku, dan entah apa yang dilakukannya dibalik itu ?, Anton menatapku sekilas dan ketika melihat aku tetap ceria dan tidak terpengaruh, bahkan bertepuk tangan memberi semangat ia juga menjadi santai.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Giliran selanjutnya Joko berhasil, dan otomatis ia mengajak Hanne berdansa, walau agak ragu namun dorongan hatinya, seruan dari kami semua membuatnya berani berdansa sdengan cara yang sama, walau mulanya agak kaku karena Hanne terlihat agak tegang namun lama kelamaan menjadi relax dan mereka berdansa atau tepatnya berpelukan ditengah ruangan dan tangannya juga ada didalam bathrobe yang dikenakan Hanne.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Suasana semakin santai, relax dan perlahan lahan atmosfer ruangan mulai berubah, atmosfer yang relax namun mengandung suasana erotis, aroma sex mulai terasa dan semakin lama semakin kental.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lemparan demi lemparan kembali dilakukan dan kini Anton, Roy, dan Joko hanya tinggal bercelana dalam, aku agak beruntung karena jumlah yang kukenakan masih satu buah lebih banyak karena awalnya aku pakai sweater, membuatku masih mengenakan celana panjangku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kedua wanita itu juga semakin bersemangat, kadang mereka berbisik dan cekikikan saat salah satu dari kami harus melepaskan pakaian yang dikenakan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Nah...”, kataku memecah ketegangan, karena satu lemparan yang gagal akan membuat salah satu dari laki laki yang ada akan telanjang bulat, “kalau ada yang gagal, kan habis dong modalnya, lalu terusannya gimana..?”. tanyaku melanjutkan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Yang udah habis boleh ikut terus kalau menang satu potong dikembalikan, dansa jalan terus, kalau nggak mau terus boleh ambil pakaiannya, tapi harus pulang, ..ya kan..? kali ini Hanne yang menjawab walau dengan wajah memerah sambil meminta pendapat istriku, kulihat matanya agak sayu, aku tahu kalau ia sudah terpengaruh.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ton,.. it is okay for you ?, “ tanyaku pada Anton, namun ia sedang terkesima memandang payudara istriku yang menyembul keluar, dan dengan agak kaget dan sedikit tergagap ia menjawab “i..iya.., terus dong..”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah semua setuju kami meneruskan dan ketiga laki laki yang tinggal bercelana dalam itu mengundi giliran, Joko yang pertama,</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami semua menahan nafas saat ia melempar dan ‘Klontang’ suara uang logam jatuh dimeja terdengar sangat nyaring dan ...gagal....., dengan wajah merah ia menatap kami dan istriku menghampirinya “Ayo..., c’mon... “ katanya dan dengan sangat kaku ia melepaskan celana dalamnya dan kini ia berdiri telanjang bulat, kemaluannya jelas menegang, dan kedua wanita itu menatap benda yang bergoyang goyang itu dengan menahan nafas.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Giliran berikutnya adalah Anton dan nasibnya bagus.., ia berhasil, tanpa disuruh ditariknya tangan istriku dan mereka berdansa atau lebih tepatnya berpelukan, tangannya juga ada didalam bathrobe yang dikenakan istriku, tangan Anita memeluknya dan mereka bergerak perlahan dengan rapatnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hanne tampak memperhatikan sebentar namun perhatiannya lebih tertuju ke Joko yang tampak agak salah tingkah, dengan kemaluannya yang tegang membelah angkasa.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Aw..” suara terkejut itu datang dari Hanne, saat celana Roy terlepas dan kemaluannya terlepas dari ‘kungkungan’, dan aku serta Anton juga terperangah melihatnya. Aku yakin kalau panjang benda itu mungkin bisa mencapai 23 Cm, dengan lingkar yang besar sekali dan urat urat yang tampak menonjol, kepalanya nampak sangat besar dan mengkilat terkena cahaya lampu, dan jelas nampak kalau kedua wanita itu terkesima melihat benda yang luar biasa itu..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini kami semua yang laki laki sudah tidak mengenakan sehelai benangpun, tinggal mencari peluang ‘membalas’ kekalahan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ketika giliran Roy yang menang, ia menarik tangan istriku, seperti yang lain mereka berdansa namun kini Roy telanjang bulat dengan benda besar menempel diperut istriku, dan tangannya juga ada dibalik jubah itu, “Hey.., biar adil..buka dong bathrobe nya” kataku yang disetujui serentak oleh yang lain dan tanpa harus disuruh untuk kedua kalinya jubah itu dalam hitungan detik sudah terlempar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini mereka berpelukan ditengah ruangan dengan eratnya, Roy telanjang bulat dan istriku hanya menggunakan celana dalamnya, aku yang sudah bosan dengan acara lempar coin menghampiri mereka lalu dari belakang kuturunkan celana dalam istriku yang sama sekali tidak protes dan mereka meneruskan gerakannya, namun kini tangan Anita sudah menggenggam kemaluan Roy yang tegang itu, walau jari tangannya tidak cukup untuk melingkari sepenuhnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita berbalik dan kini Roy memeluknya dari belakang, tangan laki laki itu meremas dan memainkan payudara istriku dan memilin putingnya, sementar istriku menggesekan kemaluan yang sangat besar itu di belahan pantatnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kembali istriku berbalik dan dengan kepala mendongak, bibirnya sudah saling melumat dengan bibir Roy, setelah beberapa saat ia melepaskan diri, menghampiriku memeluk dan menciumku “Happy Aniversary, I love you” bisiknya, “I love you too” jawabku dan kami berciuman lama</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hanne yang masih terpaku melihat itu dihampiri oleh Anita yang membisikan sesuatu, dan membantunya melepaskan bathrobenya dan sekaligus celana dalamnya, lalu ditariknya Joko yang sedang bengong dan dipasangkannya dengan Hanne dan bergeraklah mereka, berdansa dan saling memeluk dengan tubuh telanjang bulat, sementara ia sendiri menarik Anton dan kini kedua pasang manusia itu berdansa telanjang ditengah ruangan. saling berciuman, saling meremas dan memeluk.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tiba tiba Anita melakukan gerakan yang lain, ia meliukan tubuhnya, semakin rendah dan akhirnya berlutut dilantai dan kemaluan Anton yang sudah tegang itu sudah berada dimulutnya,.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anton hanya bisa memegang kepala istriku, matanya melihatku seakan bertanya dan ketika dilihatnya aku tersenyum dan mengangguk, ia lebih santai dan mulai menikmati permainan mulut istriku yang memang sangat pandai dengan lidah dan bibirnya, hisapan dan jilatannya yang sulit dilupakan laki laki manapun.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Joko yang tadi hanya berpelukan dengan Hanne, ketika melihat adegan itu menjadi berani dan mulai menciumi dan menghisap payudaranya, sambil tetap memeluknya erat erat dan Hannepun menerimanya sambil tangannya juga sudah memainkan kemaluan Joko yang walau tidak sebesar Roy tapi juga tidak kecil.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anton rupanya tidak kuat menerima perlakuan istriku yang menjilati bijinya, menjilati batang kemaluannya, menghisapnya dan dengan tangan memegang kepala istriku pinggulnya diayun maju mundur dan kemaluannya sudah keluar masuk dimulut istriku, dan dengan satu teriakan tertahan ia menyemburkan air maninya, yang seperti biasa pasti tidak disia siakan oleh Anita.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Joko yang rupanya sudah bernafsu mengajak Hanne ke sofa dan dengan posisi doggy style ia mengarahkan kemaluannya ke vagina istri Anton, yang membantu dengan tangannya meletakan kepalan kemaluan itu dimulut vaginanya dan sentakan saat kemaluan itu menrobos masuk membuatnya mengerang, aku tidak menyia nyiakan peluang yang ada, kuposisikan diriku didepan mulutnya yang lalu menerima kemaluanku dalam mulutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anton yang nampak lemas, terkulai diosofa mnenonton istrinya menerima kemaluan Joko di vaginanya dan kemaluanku dimulutnya, sementara istriku sudah menarik Roy didorong duduk disofa dan berjongkok dihadapannya dengan wajahnya berjarak kurang dari 10 Cm dari kemaluan besar milik laki laki itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Seperti seorang ahli diamatinya kemaluan yang sangat besar itu, lalu lidahnya mulai menyentuh kepala kemaluan yang agak basah karena cairan bening yang keluar, dan selanjutnya dengan penuh perasaan ia menjilat, mencoba menghisap dengan memasukan kepala kemaluan itu dalam mulutnya namun hanya topi bajanya saja yang bisa masuk, dan kembali lidahnya menjilati bijinya, batangnya, sementara kedua tangannya mengelus dan meremas serta memainkan batang kemaluan laki laki itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Joko mempercepat gerakannya dan dengan satu erangan ia membenamkan kemaluannya dalam dalam dan menyemburkan air maninya dalam vagina Hanne, sementara aku masih belum, tapi setelah joko melepaskan batang kemaluannya kurubah posisi dengan Hanne dibawah, kemaluanku menerobos masuk vagina yang masih penuh air mani Joko itu, ‘uhh...’agak mengerang aku merasakan hangatnya vagina yang masih penuh itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami bersetubuh beberapa lama dan ternyata Hanne adalah type yang ‘ramai’, mulutnya nyerocos terus ‘iya...yah...terus...uh..., dorong....dorong..., yang dalam...ahhhh...” dan seterusnya dan semakin ramai ketika ia mendekati klimax, dan akhirnya hampir bersamaan kami tiba “uh......enak.....****** enak..., ah......iya yang dalam...jangan berhenti...ya....aaaaahhhhhhhhhhhhh..keluaaaaaaarrrrrrrrrrrrrr” pekiknya, dan akupun menambah jumlah air mani dalam vagina Hanne disaksikan suaminya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami tergolek lemas, dan kini semua kami memperhatikan istriku, Roy telentang dilantai, istriku jongkok diatasnya dan mengarahkan kemaluan raksasa itu kedalam vaginanya, sempat kupikir..’apa muat..?’, dengan tegang kami semua menonton, namun ternyata dengan perlahan kepala kemaluan itu mulai terbenam..., kulihat expresi anita agak meringis, namun exciting dan sedikit demi sedikit batangnya semakin dalam memasuki vagina istriku, Anita yang jarang mengerang keras kini melenguh dan mulai menggoyang pinggulnya, buah dadanya bergoyang goyang berguncang, dan Roy menangkapnya dengan tangannya dan meremas remasnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Posisi itu tidak lama, karena rupanya Anita minta dirubah kini Roy diatas dan ia mulai mengayunkan pinggulnya dan batang kemaluan nya itu keluar masuk seperti piston dalam vagina istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ah....., ...ah.... dan kulihat tangan istriku menjambak rambut Roy, mulutnya mencari bibir laki laki itu dan aku yang mengenal istriku tahu kalau ia akan segera mencapai klimaxnya yang pertama.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Benar saja, dengan desahan keras ia melenguh, “hhh..ah.....< tubuhnya menegang, pinggulnya terangkat tinggi...dan dengan satu helaan nafas yang keras ia mendesah..”ah............aku keluaaarrr”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah itu ia tidak banyak bereaksi, membiarkan Roy mengayunkan pinggulnya terus, dan ketika gerakannya semakin cepat dan semakin cepat, ia imbangi lagi namun pada satu titik dimana laki laki itu hampir klimax tiba tiba disuruhnya Roy mencabut kemaluannya lalu ditariknya kemaluan besar itu dan dibawa kemulutnya, dan srrt... semua bisa melihat dengan jelas bagaimana cairan putih kental keluar dari lubang kecil dikepala kemaluan itu, memasuki mulut istriku yang terbuka, memenuhi lidah Anita lalu terlihat bagaimana leher jenjang nya bergerak menelan, namun air mani yang keluar sungguh sangat banyak, akhirnya kepala kemaluan itu memasuki mulut Anita , dari sela sela bibirnya cairan mani yang mengalir jelas terlihat, dan lidah istriku masih terus bergerak ‘membersihkan’ semua cairan dan lendir yang ada dibatang kemaluan Roy.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Terakhir dengan jari tangannya dibersihkannya sisa cairan dibibirnya dan disapukan kelidahnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami semua benar benar terpana dengan pemandangan yang bahkan blue film sekalipun tidak se-erotis itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah beristirahat sejenak kedua wanita itu dengan melenggang dan bertelanjang bulat menuju kamar mandi dan setelah itu giliran kami membersihkan diri, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Anita benar benar luar biasa ya” kata Anton kepadaku, “Hm...Hanne juga nggak kalah Ton, veggynya legit sekali, biar habis diisi Joko tapi dindingnya masih terasa banget,..bener...istrimu nikmat sekali ” jawabku </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami ngobrol dan minum, lalu sesi kedua dimulai, saat aku sedang dalam posisi 69 dengan istriku, Anton yang rupanya ingin merasakan vagina istriku mengambil posisi dopggy style memasukan kemaluannya dari belakang, tidak sampai 5 Cm dari wajahku, sehingga jelas kulihat bagaimana kemaluan itu menembus masuk, dijepit oleh sepasang bibir vagina yang kemerahan dan setiap kali ditarik batangnya klitoris Anita seperti mengerut dan memanjang saat dibenamkan, akupun santai saja menikmati mulut istriku di kemaluanku dan lidahku membantu dengan memainkan klitorisnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anton tidak lama bertahan, gerakan nya semakin cepat dan srrrt..., ia menyemburkan air maninya dalam vagina istriku, hanya dalam jarak kurang dari 5 Cm dari wajahku,</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Saat kemaluannya terlepas kupikir istriku akan merubah posisi namun tiba tiba ia merendahkan vaginanya dan ...vagina yang masih penuh lendir itu ditempelkan paksa di mulutku, ...apalagi yang bisa kuperbuat selain menjulurkan lidah..?</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah beberapa lama baru aku ‘dibebaskan’ oleh istriku lalu dengan senyum nakal ia mulai menjilati wajahku yang jadi basah tadi.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku masih sempat melirik melihat Hanne dalam posisi di bawah di ‘hantam’ oleh Roy, sementara Joko mengocok kemaluannya persis diatas wajah Hanne.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sekejab kemudian terdengar Hanne berteriak penuh kenimatan dan lenguhan Joko yang menyodorkan kemaluannya yang sedang berejakulasi kemulut Hanne dan disambut tanpa ragu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Masih beberapa saat Roy menyetubuhi Hanne untuk kemudian juga melepaskan air maninya dalam vagina Hanne.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sisa malam itu kami habiskan dengan satu putaran permainan lagi dan menjelang subuh semua berpamitan meninggalakan kami, yang langsung tertidur kelelahan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tinggal menunggu cerita mereka , saat bertemu kelak tentang kesan malam ini, khususnya Anton, ingin kudengar pendapatnya.</span>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-50547881820994262312014-10-03T23:30:00.003-07:002014-10-03T23:30:39.953-07:00Istriku - Swinging<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Seperti terdahulu, cerita ini adalah kelanjutan cerita sebelumnya, semua true story, hanya nama yang diubah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hampir dua bulan telah berlalu sejak kami mengundang Ronny, dan malam itu, sehabis makan malam, ketika kami sedang bersantai, sementara anak anak berada dikamar masing –masing, tiba tiba saja istriku berkata “Pah...emmmh....” ia tak meneruskan ucapannya,</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“ada apa..yang....? ”tanyaku, dan istriku mendekatkan bibirnya di telingaku lalu berbisik “ Pah.....kapan ngajak orang ‘main’ lagi, ....papa sih...... jadi kepingin lagi nih.” Lalu dengan wajah agak memerah ia mencubit pahaku, lalu ia meneruskan “nngg....tapi sekali ini kalau sampai jadi yang diajak sepasang ya ?, kalau bisa suami istri juga” Anita, istriku melanjutkan ucapannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku agak tersentak mulanya,...dan mencoba dengan santai bertanya “ Kok...., hayo... jelasin apa imaginasi kamu ... .?” </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya..., mainnya tukeran ..gitu.., dengan wajah yang semakin memerah istriku menjawab lirih.., lalu lanjutnya “ Kan asyik juga kali ya melihat papa main sama wanita lain sementara suaminya main denganku”.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Nanti kamu marah..., kan kamu dasarnya pencemburu..., nanti kalau lihat papa main dengan wanita lain, trus kamu ngambek kan repot...” kataku menjawab pernyataannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Nggak lah..., malah kayaknya jadi horny deh kalau ngebayangin...,” istriku menjawab cepat dan setelah itu dengan rona wajah agak malu ia menggigit bibirnya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan jantung berdegub kencang, bayangan bisa menggauli wanita lain dan istriku mengizinkan membuatku menjadi bersemangat, lalu aku bertanya “Kira kira siapa yang mau diajak ?, kamu punya gambaran nggak ?, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ah..terserah papa aja,buat mama sih bukan orangnya kok, kan cuma nikmati aja, yang penting bersih .” jawab istriku sambil matanya mengerling kearahku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“oke...jawabku.....,” tapi terus terang papa belum punya orang yang siap..., sabar ya nanti ku cari dulu yang pasangan mau dan cocok, ya yang ?” jawab ku sambil menciumnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu kami berhubungan dan bayangan ‘rencana’ yang hendak dilakukan membuat permainan kami sedemikian hot, lidah Anita menelusuri setiap jengkal tubuhku, dan sebaliknya akupun juga memberikan pelayanan yang total dengan segala pengetahuan dan pengalaman yang kumiliki.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Yang paling mengesankan adalah pertanyaan – pertanyaan yang diajukan istriku justru saat ia sedang memberikan kenikmatan yang luar biasa, seperti, saat ia sedang menjilati dan sesekali memasukan bijiku kedalam mulutnya, tiba tiba ia berhenti sejenak lalu bertanya “Kalau mama melakukan pada cowok lain boleh...?” lalu tanpa menunggu jawabanku ia meneruskan gerakannya, sungguh menggemaskan namun juga meningkatkan imaginasiku yang otomatis membuatku semakin terangsang, atau saat lidahnya ‘mampir’ kebelakang dan ujung lidahnya menusuk anus ku yang membuatku geli dan berdesis, ia bertanya lagi “Kalau gini...., boleh...?”, dan itu membuatku tak tahan, kemaluanku berdenyut dahshyat untuk kemudian dengan memegang kepalanya saat mulutnya sedang menghisapku, air maniku menyembur dalam mulut mungilnya yang dengan seluruh kemampuannya dicoba untuk ditelan dan baru melepaskan kemaluanku setelah menyusut dalam mulutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Masih dengan titik – titik air maniku di ujung bibirnya, ia merangkak naik diatas tubuhku, berjongkok tepat di atas wajahku dan mendesah..”Jilatin..pa...ayo..jilatin..., dan lidahkupun menari nari diseluruh wilayah pribadinya itu, digerakannya pinggulnya kearah mana ia ingin dijilat, dan sesekali dimintanya aku mengeraskan ujung lidahku lalu masih dalam posisi jongkok ia menekan kan pantatnya dan lidahku sedikit menerobos anusnya, beberapa kali ia melakukan itu dan akhirnya dengan teriakan tertahan ia melepaskan klimaxnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Entah berapa lama waktu yang kami habiskan untuk bermain 3 ronde penuh dan akhirnya kami terlelap setelah habis habisan ‘menguras’ tenaga dan tentu saja air maniku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dua minggu lamanya aku ubek ubekan mencari partner swinging itu, dan akhirnya dari salah satu club yang kudaftar di internet aku berhasil menjalin kontak dengan sepasang suami istri yang usianya sedikit dibawah kami.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Bermula dari email akhirnya aku dan suami dari pasangan itu melakukan kontak telepon yang dilanjutkan dengan lunch di salah satu restaurant di Jakarta Selatan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Akhirnya, pada hari dan jam yang ditentukan aku tiba ditempat tersebut, dan beberapa saat kemudian aku sudah berhadapan dengan seorang laki laki, atletis, tampan dan terlihat sangat berpendidikan. “Budi” katanya sambil menjabat tanganku dan akupun memperkenalkan diri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil makan siang kami berdiskusi, menceritakan diri masing masing sambil memperlihatkan foto-foto istri kami masing - masing, dan dalam waktu singkat kami menjadi akrab.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kulihat ia sangat terkesan dengan kecantikan istriku, sementara dari foto yang kulihat, istrinya juga cukup menarik dengan tinggi dan bentuk badan proporsional.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Pertemuan itu kami lanjutkan beberapa kali lagi dan akhirnya kami sepakat menentukan hari dan tempat pertemuan. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hotel HT Jakarta Selatan Jum’at Pk. 19.00</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tepat pada waktu yang direncanakan aku dan istriku akhirnya tiba di Hotel, mengambil kunci di receptionist dan langsung menuju kamar yang sudah kureservasi sejak sehari sebelumnya, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dikamar yang luas, karena memang aku memesan yang agak besar ukurannya, sambil menunggu Budi dan istrinya, aku duduk santai sambil menikmati segelas bir, sementara istriku berada di toilet sekaligus merapihkan dandanannya, dan sekitar 10 menit kemudian telpon berdering “Hallo.., mas, aku dibawah ..., kutunggu di lobby ya”, suara Budi terdengar jelas, “Oke.., kujemput kebawah.., tunggu ya”, aku membuka pintu kamar madi dan melihat Anita sedang mematut matut diri didepan cermin, “Ma...papa kebawah dulu ya,.. mereka sudah tiba, ada di lobby,”, dan tanpa menunggu jawaban istriku aku bergerak keluar kamar menuju lift.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Wina”, suaranya merdu dan walau busana maupun dandanan yang dikenakannya tidak terlalu terbuka namun terlihat anggun dan menarik, mungkin wajahnya tidak secantik Anita, namun jelas terlihat kalau ia memiliki payudara dengan 1 ukuran diatas istriku, aku juga membalas perkenalannya, dan kemudian kami melangkah menuju lift.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dalam kamar, setelah saling berkenalan, kami duduk santai mengobrol tentang beragam hal, tentang pekerjaan secara umum, anak anak, dan lainnya sambil menikmati minuman yang kami pesan, suasana semakin cair dan santai lalu dan akhirnya obrolan kami memasuki beragam hal tentang dunia swinger.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Budi dan Wina sudah beberapa tahun menjalani kehidupan itu, memang tidak terlalu sering, namun mereka juga merasakan perubahan setelah mencoba beberapa kali, suasana dan hubungan keseharian menjadi semakin mesra, perasaan bangga kepada pasangan masing masing semakin tinggi dan yang pasti kepercayaan antar mereka semakin kuat tanpa ada keraguan kepada pasangan masing – masing.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Permisi sebentar ya..aku mau ke toilet dulu...ah....” Wina berdiri dan berjalan, beberapa langkah sebelum mencapai pintu toilet Budi nyeletuk “ Cuci yang bersih..ya.., biar wangi...”, dan sambil mengerling dengan wajah yang dibuat cemberut Wina memasuki toilet.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Budi mengedipkan mata kepadaku dan mengerti dengan apa yang dimaksudkannya aku berkata kepada istriku “Mah..duduk sana dong..., biar nanti kalau Wina keluar duduk disamping papa”, dan tanpa menunggu lagi Anita berpindah posisi dan kini duduk disamping Budi, yang lalu mengembangkan tangannya merangkul istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tanpa aba-aba tiba-tiba mereka sudah berciuman, saling memagut dan lidah merekapun sudah saling membelit, seakan akan tidak ada orang lain disekitar mereka.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Klik”, aku mendengar pintu terbuka dan Wina sudah berada disampingku “Wah...nyuri start nih ya...” katanya. Istriku dan Budi lalu melepaskan ciuman mereka dan menjawab..”Istri Mas Frans ini cantik sih...aku jadi nggak tahan...” jawabnya seenaknya, lalu bibirnya kembali memagut bibir istriku dan ‘meneruskan’ ciuman mereka yang panas itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku merasa sebuah tangan memegang pahaku dan ketika aku menoleh wajah Wina hanya beberapa centimeter dari wajahku, dan tanpa komando lagi bibir kami sudah saling melekat, terasa lidahnya yang panas menerobos masuk dalam rongga mulutku dan tidak mau kalah akupun memberikan hal yang sama.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ketika aku melirik..., payudara istriku sudah menyembul dari bajunya yang sudah acak acakan dan putingnya sedang asyik dilumat oleh Budi, sementara tangan istriku sudah memasuki retsleting celana Budi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Pindah yuk...ke ranjang...” bisik Wina ditelingaku dan tanpa melepaskan bibir kami bergerak kearah satu satunya ranjang king size ditengah ruangan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tak lama kemudian istriku dan Budi juga menyusul.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hanya dalam hitungan detik barangkali, kami semua sudah tidak ada lagi yang mengenakan sehelai benangpun, Kemaluan Budi hampir sama besar dengan miliku namun badanya lebih langsing, sementara seperti yang kuduga, payudara Wina lebih besar dari istriku yang berukuran 36 B itu, mungkin 38..?, puting istriku lebih muda warnanya dari punya Wina, dan kulit istriku sedikit lebih putih.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tampak olehku Budi kini telentang dan setelah mendapatkan kehangatan dari lidah istriku yang menelusuri mulai dari bibir, leher, dada dan perutnya, akhirnya kemaluan laki laki itu sudah berada dalam mulut mungil istriku yang dengan lembut dihisap, dijilat dari pangkal hingga kepala nya dan kembali dihisapnya, sementara tangannya yang satu mengusap dan memainkan buah zakarnya.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Posisiku agak berbeda, setelah puas memainkan dan melumat kedua payudara nya yang masih cukup padat itu, Wina telentang dengan kaki terbuka membuatku leluasa menjilati dan sesekali mengemut klitorisnya, dan terkadang ... tanpa menghentikan gerakan, aku dan istriku saling melirik beradu pandang, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Suara yang keluar dari kemaluan Budi yang dihisap, diimbangi dengan erangan dan desahannya, desis suara Wina yang sesekali cukup keras menambah erotisnya suasana, dan tiba tiba dengan desahan yang sangat keras Budi tampak mengejang dan Anita, istriku semakin mempercepat hisapannya dan “Keluaaaar.......ohhh.....aku keluarrrrrrrrr...” Budi mengerang dan melenguh, sementara leher jenjang istriku tampak bergerak, terlihat kalau ia berusaha menelan semua yang diberikan dan tak lama kemudian Budi melemas...., istriku masih tetap belum melepaskan kemaluannya dari mulutnya..., dan baru dilepaskan setelah menyusut lemas.., istriku bangkit, dan mencium Budi yang nampak sangat puas itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil mengerling kearahku dengan tersenyum manis, istriku merebahkan diri disamping Budi yang terkulai lemas dan menonton permainanku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Puas dengan menjilati Wina aku beranjak naik dan tanpa kesulitan aku berhasil membenamkan kemaluanku dalam kemaluan wanita yang suaminya berada tidak sampai 10 Centimeter disampingku, dan sambil menggerakan pinggulku naik dan turun, kembali bibir kami saling berpagutan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tiba aku merasa sesuatu yang ‘lain’ ada rasa geli dan enak luar biasa yang menyerangku, ternyata istriku..., tidak puas hanya dengan menonton ia menjilati pantatku, terus kebawah dan sesekali saat aku mengangkat pinggulku keatas, bijiku disapunya dengan lidahnya. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Keadaan ini ternyata tidak hanya merangsangku, namun juga Wina, dan pagutannya semakin liar, lalu dengan mata yang redup sayu..”Mas...aku...ahh...kellluarr...,” pinggulnya berputar dengan keras dan aku semakin mempercepat gerakanku, akhirnya hampir bersamaan kami melenguh panjang dan air maniku menyembur deras mengisi liang rahim wanita itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Namun ternyata itu masih belum akhir dari permainan karena istriku masih juga sibuk dengan lidahnya dan saat aku mencabut keluar, berbalik telentang.. kemaluanku yang masih basah, penuh dengan air mani bercampur lendir kenikmatan Wina, sudah berada dalam mulut istriku yang menghisap dan menjilati hingga kembali menyusut kecil.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami beristirahat sejenak sementara istriku dan Wina beranjak bangun, bersama sama memasuki kamar mandi membersihkan diri</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sekembalinya dari kamar mandi, Wina menghampiri suaminya, menciumnya dan mulai memainkan kemaluannya, tak butuh waktu lama kemaluan Budi mulai membesar dan sesaat kemudian sudah masuk kedalam mulutnya, istriku setelah menciumku lalu menghampiri mereka dan ikut dalam permainan mereka.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Bertiga bergerak bergumul, tampak Budi asyik menjilati payudara istriku, menghisap putingnya dengan kemaluannya masih berada di mulut istrinya yang dengan rakusnya menjilat, menghisap dan sesekali berusaha ‘menelan’ seluruhnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Budi berbaring di ranjang dan kini Wina tampak berjongkok diatasnya berusaha memasukan kemaluan suaminya...............dengan satu helaan nafas yang keras kemaluan itu masuk hingga kepangkalnya diiringi dengan jeritan penuh nikmat dari Wina......”Aahhhhhhhhhh.........”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku mengambil posisi berjongkok diatas wajah Budi dan sambil saling berpegangan tangan kedua wanita itu berjongkok berhadapan, Wina bergerak diatas tubuh suaminya dengan kemaluan laki laki itu didalam kemaluannya, sementara istriku juga bergerak dan lidah laki laki itu yang bermain di kedua liangnya, karena aku tahu benar bagaimana ‘nakalnya’ istriku kalau begitu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lelah dengan posisi itu mereka mengubah posisi dan kini Budi yang belum merasakan kemaluan istriku mengambil posisi misionari, dengan istriku dibawah tubuhnya ia membenamkan habis kemaluannya, lalu mulai bergoyang yang diikuti dengan goyang pinggul istriku dibawahnya berpelukan erat dan bibir yang saling memagut.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Wina menatapku..., lalu kami saling menghampiri duduk bersebelahan, dan tangannya menggegenggam erat kemaluanku yang mulai bangun lagi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Wanita yang telah berputra 3 orang ini lalu kuminta untuk menungging dan sambil tangannya iseng mengusap dan meremas pantat suaminya yang sedang naik turun diatas tubuh istriku, aku berdiri dielakangnya dan kemaluannya kumasukan dari belakang dalam posisi doggy style.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cukup lama kami berempat dalam posisi itu, mungkin karena baru saja mencapai puncak yang sangat dahsyat, kali ini permainan berlangsung cukup lama.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami lalu bertukar posisi, kini aku menyetubuhi istriku dan terasa betapa hangat kemaluannya yang baru saja terlepas dari kemaluan Budi ketika aku menerobos masuk, masing masing kami mengambil posisi misionari sebelah menyebelah menyetubuhi istri masing masing, dan hampir berbarengan aku dan Budi menyemburkan kembali air mani kami namun kali ini dalam liang rahim istri masing masing.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam terus bergulir, kami semakin akrab, setelah ronde kedua, kami semua beristirahat, kami mengobrol dan Anita istriku merebahkan kepalanya di paha Budi, wajahnya tidak sampai 5 Centimeter dari kemaluan laki laki itu, sementara Wina bersender di dadaku dan sambil mendekapnya tanganku tak berhenti memainkan puting payudaranya sambil sesekali meremas gemas payudara kenyal yang besar itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah minum dan beristirahat, Wina memintaku untuk duduk disofa lalu ia mengambil bantal, diletakannya bantal itu dilantai didepanku, didudukinya bantal itu dan mulutnya mulai memainkan kemaluanku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Budi dan istriku menghentikan ‘kegiatannya’ dan asyik menonton Wina mengulum, menjilat dan menghisap kemaluan ku., sesekali dengan memaksa dimasukannya seluruh batang kemaluanku sampai kurasakan pangkal tenggorokannya, lalu juga sesekali dimintanya aku mengangkat pantatku dan dihadapannya suaminya, lidahnya menerobos masuk anusku, sungguh nikmat dan geli tak terkira.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Akhirnya dengan dibantu tangannya yang memainkan dan mengocok tanpa melepaskan bibirnya dari kepala kemaluanku, aku tak mampu bertahan lagi...”ah..,...keluar....ssshh...” dan persis seperti istriku, wanita ini juga tidak menyia nyiakan setetespun air mani yang kutumpahkan semua ditelan dan kemaluanku dijilati hingga bersih.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Bangkit dari duduknya, wina menghampiri suaminya dan mereka berciuman, sementara Anita menghampiriku, lalu meniru mereka juga menciumku dengan hangatnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Rupanya tontonan tadi membuat Budi bangkit lagi ditariknya tangan istriku dan mereka mengulang kembali persetubuhan mereka dalam posisi misionari, Wina berbaring menyamping memperhatikan dengan seksama bagaimana suaminya menyetubuhi istriku. Cukup lama mereka bersetubuh, dan dengan kaki yang diangkat semakin tinggi, melingkari pinggang Budi, Anita tampak sangat menikmati persetubuhan itu dan akhirnya ”Ahhh.....cepat......cepat...ceppppattttt....................”, Anita mengejang dan mencapai puncak kenikmatan yang amat sangat dengan oragasme yang sangat panjang, yang kemudian disusul dengan teriakan Budi..”Uuuuuhhhhhhh aku.keluarrrr....”dan gerakannya semakin cepat...semakin cepat lalu dengan satu hentakan ia menghunjamkan kemaluannya sedalam mungkin dan mengeluarkan spermanya sedalam mungkin dalam rahim istriku.......</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Mereka masih berpelukan cukup lama sebelum akhirnya berbaring telentang dan nakalnya istriku........... tangannya memainkan vaginanya yang masih mengalirkan sisa sperma Bdi, .......lalu jari yang penuh lendir itu dimasukan kemulutnya dan dijilati dengan gaya yang sangat menggoda.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Demikian malam itu kami benar benar mengexplorasi semua kenikmatan yang mungkin, hingga kami berempat benar benar terkulai dan terlelap kelelahan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Saat berpisah kami saling berjanji untuk suatu saat mengulang kembali kenikmatan yang baru saja kami semua nikmati</span>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-80763605986795769292014-10-03T23:29:00.001-07:002014-10-03T23:29:31.880-07:00Titipan<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Terima kasih mas” itulah ucapan Rudy dan Nina, sambil menjabat tanganku, sahabat yang sudah lama kukenal ketika aku setuju untuk menerima putra mereka Ferdy berdiam di rumah kami untuk beberapa hari sebelum keberangkatannya melanjutkan sekolah di Jepang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Rudy dan istrinya Nina adalah temanku saat masih SMA, dan kini Rudy menjabat sebagai salah satu pimpinan cabang sebuah Bank nun jauh di Maluku sana…, maklum memang dia berdarah Maluku, demikian juga istrinya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dibesarkan dalam lingkungan keluarga *SARA* yang sarat dan ketat pada aturan membuatku berteman dengan Rudy hanya sebagai teman dalam hal yang ‘baik-baik’ saja, tidak kurang dan lebih.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku sempat tertawa ketika kemarin mereka tiba, malamnya setelah makan malam di rumah kami, Rudy berkhotbah tentang etika berpakaian, dan saat itu Anita yang hanya mengenakan tank top serta celana yang sangat pendek sebagaimana kebiasaannya dirumah merasa agak tersinggung, apalagi saat ia mengatakan bahwa dari cara berpakaiannyalah seorang wanita dinilai martabatnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sempat kutendang kaki Anita di bawah meja ketika kulihat ia hendak membantah dan aku yang juga mengenal watak temanku itu tidak mau ada perdebatan yang tidak perlu apalagi berdebat untuk soal yang sama berdasarkan landasan dan sisi pandang yang berbeda, tidak akan ada titik temunya!.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Huh..sebel..sok suci..” kata istriku malam itu dikamar setelah mereka kembali kehotel tempatnya menginap selama di Jakarta.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sudahlah…mereka kan punya latar belakang yang berbeda…maklum..keluarga *SARA*….biar saja” jawabku santai.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tapi kan nggak perlu nyindir gitu…” kata istriku sambil merajuk</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya….kalau tahu hidup kita ..mati berdiri ‘kali ya..” kataku lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“He..eh..” jawab istriku pendek sambil menyelesaikan perawatan wajahnya, sebelum tidur</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Pa…telpon…dari Rudy..” kata istriku saat aku baru saja mau berangkat, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ada apa, kok pagi pagi telpon” katku sambil mengambil gagang telpon</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Udah siang pa…udah jam 11” Anita mengingatkanku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hallo….” Kataku saat gagang telpon menempel di telingaku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hallo……….” dan begitulah Rudy menceritakan kalau ia mendapat kabar bahwa jadwal keberangkatan putranya yang akan melanjutkan study ke Australia mengalami penundaan selama kurang lebih seminggu, dan ia tidak bisa menunggu selama itu karena harus segera kembali ke Ambon. “Sudah terlalu lama aku meninggalkan pekerjaanku Mas, Nina juga…cutinya habis besok, kalau Mas tidak keberatan boleh Ferdy berdiam di tempat Mas selama kurang lebih seminggu?, kami tidak tenang kalau meninggalkan ia di hotel sendirian…” pintanya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kubicarakan sebentar dengan Anita ya …, tunggu, sebentar kutelpon” jawabku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita yang dari tadi ada disebelahku seakan telah menangkap inti pembicaraanku dengan Rudy tadi…menjebikan bibirnya …”Terserah papa saja…tapi apa ia nggak takut menitipkan anaknya di rumah wanita yang tidak bermartabat..?” tanyanya sarkastis.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku tidak menjawab, namun aku mengerti kalau pada dasarnya ia tidak keberatan.., memang istriku sesungguhnya sangat baik hati, tapi kalau disinggung suka menjadi judes…normal saja kukira.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ferdy yang berusia 18 tahun ternyata anak yang sangat sopan dan rajin, tubuhnya yang tinggi besar dan berkulit gelap sebagaimana umumnya orang dari wilayah Timur membuatnya tampak lebih dewasa dari usia sebenarnya, dan ternyata ia juga cepat akrab dengan anak-anakku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Oom, papa tadi sms katanya kirim email dan ada informasi yang harus Ferdy sampaikan ke kedutaan besar besok, boleh Ferdy pakai komputernya ?” tanyanya pada malam keeempat ia tinggal di rumah kami, setelah kami selesai makan malam bersama</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Boleh..”jawabku tanpa mengalihkan mataku dari koran yang sedang kubaca</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Terima kasih Oom” jawabnya sopan lalu beranjak ke ruang tengah dimana komputer berada.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Maaf..Oom., tapi komputernya kok tidak bisa On ..?” suara Ferdy beberapa saat kemudian terdengar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Masa..sih..?” tanyaku, kuletakan koran yang sedang asyik kubaca dan kami melangkah keruang tengah…</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah kuperiksa ternyata memang tidak bisa on…, pasti ada sesuatu di power supplynya pikirku…namun aku terlalu malas untuk memperbaikinya saat itu, maka kusuruh ia mengambil lap top ku dan menggunakannya, akupun kembali ke tempat semula dan meneruskan membaca Koran yang tadi terganggu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Pa…Ferdy mana..?” suara istriku yang baru selesai bebenah setelah kami makan malam membuatku terpaksa meletakan kembali koran yang sedang kubaca.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Lagi baca email dari papanya..” jawabku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tapi nggak ada tuh di ruang tengah” Anita menjawab kata kataku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“O..komputer itu nggak mau nyala…besok kukirim orang untuk periksa” kataku lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Terus…dia baca email pakai apa..?” Tanya Anita lagi menegaskan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kupinjamin lap top” jawabku tanpa prasangka</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ha…?” jawab istriku kaget</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kenapa?”, aku bertanya agak bingung.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Papa gimana sih….di lap top kan banyak gambar kita…, foldernya di desktop lagi” istriku nyerocos</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kali ini aku yang kaget…, sama sekali lupa kalau kompilasi gambar gambar kami ada disitu..“Mudah mudahan dia nggak lihat…”jawabku menenangkan diri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Bukan apa-apa, mengingat keluarganya bisa ramai kalau anak itu melihat gambar gambar tersebut dan menceritakan ke orang tuanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Merasa tak tenang..aku melangkah ke kamar tidur tamu…dan kuketuk pintunya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Fer…sudah selesai..?” tanyaku dari balik pintu</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kebetulan Oom juga ada email yang harus diperiksa dan dijawab” kataku melanjutkan</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan Ferdy dengan sopan menyerahkan lap top itu padaku.., “Sudah Oom..terima kasih..” katanya tetap sopan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sekilas aku melirik ke bawah tubuhnya dan kulihat ‘punyanya’ menggelembung, sialan…pikirku pasti anak ini sudah melihat folder yang ada dilap topku..tapi memang aku yang ceroboh…</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ketika kucek ternyata benar …..di recent document terlihat kalau anak itu sudah membuka folder dan isinya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Folder itu berisi gambar dan video petualangan kami, walau tidak semua namun cukup banyak…ada saat istriku sedang bermain dengan laki laki lain, ada swinging, ada sedang di gangbang, dan lain sebagainya….</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hm….terus…bagaimana..?” Tanya Anita saat kami dikamar melihatku sedang mengecek lap topku itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Mmmmmm …” gumamku lalu cepat kusambung…“Acuhkan saja…, kalau pun dia cerita ke orang tuannya belum tentu dipercaya…lagipula anak seusia dia mungkin akan risih menceritakan hal begitu ke orang tua nya yang kuno itu” jelasku panjang lebar, “Kalaupun dia cerita belum tentu dipercaya..lagi pula paling dua hari lagi dia sudah berangkatkan?” aku mengakhiri uraianku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tapi paling tidak lebih baik mencegah…, masalahnya pola pemikiran dan pandangan konservatifnya akan sangat sulit untuk memahami kita” Anita menjawab dan terlihat berpikir.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Lalu….?” tanyaku lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Mama ada ide…” jawab istriku dan saat aku melihat kilatan sinar matanya aku tahu rencananya…dasar….</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku pulang menjelang maghrib dan </span><i style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">mendengarkan dengan seksama penuturan istriku </i><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Paginya setelah aku berangkat dan anak anak berangkat ke sekolah istriku mengatur agar pembantu juga pergi untuk waktu yang cukup lama.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Eh..…jam berapa kamu harus kekedutaan Fer?” tanya istriku saat sedang sarapan, dan karena semua sudah pergi mereka hanya berdua di rumah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Jam 11 tante…”Jawab pemuda itu </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Boleh tanya..? istriku bertanya lagi..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tanya apa…tan.., boleh saja” jawab pemuda itu, dan Anita melihat kalau sesekali mata pemuda melirik ke dadanya yang saat itu mengenakan daster tanpa lengan dengan kancing didepan.., namun dua buah kancing atasnya dibiarkan terbuka, tidak mencolok tapi terlihat seksi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kamu sudah punya pacar..?” tanya istriku melanjutkan pertanyaannya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Belum…tan…kata papa nggak boleh pacaran sebelum lulus S1” dengan lugu pemuda itu menjawab.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Percakapan ringan berlangsung selama sarapan dan setelah itu istriku kembali kekamarnya.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Fer….” Sambil mengetuk pintu kamar tidur tamu Anita memanggil pemuda itu”Iya..tante..” Jawab Ferdy sambil membuka pintu</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Boleh tante minta tolong..?” kata istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tolong apa tan…?” tanya pemuda itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ada yang tante minta tolong..” kata istriku lagi…”tapi kamu mesti janji dua hal ..yang pertama jangan cerita siapa siapa, yang kedua kalau tante sudah bilang pertolongan yang tante minta, kamu nggak boleh nolak” istriku mengaskan lagi, sambil menatap mata pemuda itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan agak bingung Ferdy mengiakan apa yang diminta istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Oke…sebentar tante kembali, ambil alat nya dulu ya…?” kata istriku kembali kekamarnya, yang diikuti tatapan bingung pemuda itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Demikianlah sesaat kemudian istriku sudah berada di kamar tidur tamu yang digunakan pemuda itu sambil membawa alat cukur, handuk dan baskom berisi air hangat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tante nggak punya kaca yang posisinya pas.., jadi kadang kadang Oom yang suka bantu tante, tapi kamu kan lihat kalau akhir akhir ini Oom agak sibuk.., maka tante mau minta tolong kamu..” panjang lebar istriku menerangkan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Apa yang harus saya lakukan tan..?” tanya pemuda itu masih bingung</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Gini…….. tante mau minta tolong kamu bantu shaving tante” kata istriku sambil duduk ditepi ranjang dan pemuda itu dengan luigunya memperhatikan peralatan yang dibawa istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Shaving…?” tanyanya masih bingung</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya…shaving..cukur…, sudah lama nggak dicukur bersih…” kata Anita agak menahan tawa melihat keluguan pemuda itu</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Apanya yang dicukur ..tan..?” dengan sangat lugu poemuda itu bertanya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ya ..rambut…., tapi yang bawah ini….., tante susah melakukan sendiri…, mau kan..kamu bantu..?” pinta istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan nanar dan pandangan mata hampir tak percaya Ferdy menatap istriku tanpa tahu harus menjawab apa, dan hanya bisa memperhatikan istriku mengangkat dasternya keatas hingga pinggang dan duduk ditepi ranjang melebarkan kakinya hingga vaginanya terpampang jelas karena ternyata sudah tidak mengenakan apa apa lagi dibaliknya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Lihat deh…udah nggak rapih kan…?” tanya istriku, sambil tangannya mengusap rambut di vaginanya yang sebenarnya masih tertata rapih..”tapi mau dicukur habis saja..” Anita melanjutkan ucapannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Masih bengong Ferdy ketika istriku menarik tangannya yang (kata istriku saat itu sangat dingin ketika dipegang) dan menyuruhnya berlutut ditepi ranjang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini pemuda berusia delapan belas tahun itu berlutut ditepi ranjang dengan vagina istriku terpampang jelas tidak sampai dua puluh centimeter dari wajahnya, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Fer…kamu basahi dulu ya dengan air hangat di baskom itu…baru dicukur..tapi hati hati ya jangan sampai luka lho…” istriku memberi perintah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kamu mulai dari sini...terus kesini....hati-hati kalau dilipatan sini ya....?” dengan tangannya Anita ‘menuntun’ tangan anak muda menelusuri keseluruhan vaginanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tapi...tan.....” dengan suara gemetar dan serak Ferdy bertanya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Tapi...apa....?” tanya istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kalau Oom atau anak - anak tahu gimana...?” tanya nya lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Husshh...sekarang semua nggak ada...kalau kamu nggak cerita ya nggak ada yang tahu....” jawab Anita menenangkan</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Demikianlah..awalnya ............dengan tangan agak gemetar Ferdy membasahi vagina Anita dengan handuk yang dibasahi air hangat, lalu mulai mencukurnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dimulai dari bagian atas vaginanya dan terus kebawah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Beberapa kali istriku membimbing tangan pemuda itu untuk mencukur dengan arah yang benar…lalu menunjukan bagimana ia harus meletakan jarinya dan menyibakkan bagian – bagian yang agak tersembunyi…, yang diikuti dengan patuh oleh Ferdy dengan nafas yang semakin lama semakin memburu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Pada posisi tertentu Anita mengangkat satu kakinya dan melebarkan sejauh mungkin sehingga Ferdy benar benar leluasa mencukurnya, namun sekaligus melihat keseluruhan vagina istriku ‘luar dan dalam’</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku menceritakan kalau sesungguhnya ia ingin menggoda pemuda lugu itu habis habisan saat itu namun kuatir memecah konsentrasi pemuda itu dan bisa membuatnya tergores ia menundanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Awalnya Ferdy masih agak takut takut "melakukan tugas khusus" itu terutama kalau harus menyentuh vagina istriku, namun lama kelamaan ia mulai bisa santai dan tangannya dengan lincah mencukur vagina istriku hingga bersih…</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita yang tahu kalau anak sudah hampir selesai, diam - diam melepaskan dasternya sama sekali dan saat pemuda itu mendongak sambil berkata </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sudah.bersih..tante….”ia terdiam dan menelan ludah, melihat istriku sudah tak mengenakan apa – apa lagi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“ “Mm. coba…ya tante raba dulu…” dan istriku meraba vaginanya memastikan semua sudah halus bahkan dengan melebarkan kakinya ia ‘membuka’ vaginanya kembali dengan kedua tangannya sehingga anak muda itu bisa melihat ‘lubang kemerahan’ ditengahnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ok…, terima kasih ya., nggak usah sungkan..kan kemarin malam kamu juga sudah melihat foto fot tante di laptopnya Oom kan..? tanya istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ma…maaf tante…nggak sengaja..ke klik…terus terbuka gambarnya…”Ferdy mencoba membela diri…” dengan suara serak</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sudah ..nggak usah dipikirin…anggap saja itu rahasia kamu.ya..?” pinta Anita </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya…tan..saya nggak akan bilang siapa siapa ..”jawab pemuda itu masih gugup namun matanya terus menjelajahi tubuh telanjang istriku yang sudah setengah rebah ditempat tidur, dengan kaki sebelah melonjor dan yang sebelah terangkat dan terbuka sementara Ferdy kini duduk disamping tempat tidur dengan canggung</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Eh..kok..masih ada yang terlewat ya…?” kata istriku tiba tiba sambil meraba lagi vaginanya..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Masa…” Tanya Ferdy</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ini coba kamu pegang…dan tangan pemuda itu ditarik dan ‘dibawa’ ke vaginanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Nggak ah…sudah bersih tan...” kata pemuda itu dan kini walau tangannya sudah dilepaskan istriku namun ia tetap mengusap dan meraba vagina istriku yang terkadang menyentuh klitorisnya hingga Anita agak mendesah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya…”istriku bersikeras dan berkata “ Coba kamu lihat yang jelas deh….” Lalu menelentangkan tubuhnya dan membuka kakinya lebar lebar…sementara tangannya juga membantu membuka vaginanya, namun bukan hanya membuka saja, bahkan ia memasukan dua buku jari telunjuknya kedalam vaginanya yang sudah membasah itu.........</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Coba periksa ...Fer........” dengan nafas agak memburu dan sedikit terengah istriku menyuruh pemuda itu yang lalu mendekatkan wajahnya dan melihat dengan teliti sesekali tangannya meraba.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sudah semua kok..tan...” juga dengan serak Ferdy menjawab..jakun nya tak hentinya naik turun menelan ludah...</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Wah tangan kamu kasar sih kulitnya…jadi nggak teraba..” kata istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“habis pakai apa dong tan..?”kembali dengan lugu anak muda itu bertanya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hhh…coba deh..pakai lidah…”perintah Anita </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Walau agak ragu..namun Ferdy menurut dan mulai meraba seluruh vagina istriku yang merah dan semakin basah itu dengan lidahnya, dan dengan sabar istriku ‘menuntunnya’ baik cara maupun titik dimana lidah anak muda itu seharusnya ‘bermain’</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Terangsang karena bemain - main akhirnya istriku berkata “…ssshh…hhh…aah...”keluhnya saat lidah anak muda itu menyentuh titik yang sensitif di vaginanya...”H..hh sss...hh....ka...kamu benar kayaknya sudah licin ya…?” dan Ferdy pun menghentikan jilatannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini pemuda itu duduk dengan tidak tenang.., terlihat jelas kalau ada yang mengganjal keras di antara pahanya sehingga ia tidak bisa duduk dengan nyaman..”Kamu..bangun..ya..Fer..” tanya istriku yang tidak menunggu jawaban lalu meremas batang pemuda itu dari luar celananya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Buka dong bajumu…, masa ngobrolnya nggak adil begini..?, tante telanjang kamu berpakaian lengkap…” kata istriku, yang lalu duduk dan mulai melepaskan kancing kemeja pemuda itu, disuruhnya pemuda itu berdiri ia membantu membuka celana</span><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ferdy ……..dan ‘prang’ batang kemaluan pemuda itu menjulang bebas..saat terlepas dari kungkungan.</span><br />
<br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku menuturkan kalau saat itu ia benar benar terpana memandang kemaluan anak muda itu....ukuran dan bentuknya sungguh fantastis...., “pasti jauh diatas 20 Cm.. dengan bentuk yang sempurna dan urat yang melingkar” kata istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dan ketika tangannya memegang batang kemaluan itu ternyata lingkar jari tangannya tidak cukup untuk menggenggam batang kemaluan itu. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Fer.....punya mu...besar sekali....” kata istriku dengan suara bergetar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“I...i...ya tan......” hanya itu yang bisa dijawab Ferdy </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dan sebagaimana umumnya laki laki dari wilayah timur kemaluan pemuda itu memiliki bulu yang keriting dan berwarna lebih gelap dari kulitnya, termasuk kepalanya yang berbentuk jamur sempurna itu sudah membasah diujungnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kamu tadi sudah mau menjilat punya tante…, tante bales ya..?” kata istriku dan tanpa menunggu persetujuan mencoba mengulum kepala kemaluan pemuda itu dalam mulutnya, namun ternyata dengan mulut mungilnya, istriku sulit untuk dapat memasukan kepala kemaluan itu, walau bisa masuk juga tapi menjdai terasa tidak nyaman dalam mulutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku menyuruh Ferdy telentang, lalu mereka mengambil posisi 69… dengan istriku diatas…, mulutnya dengan leluasa bermain, menjilat dan menghisap, menelusuri setiap lekuk dari selangkangan pemuda itu dengan lidahnya..dan vaginanya yang sudah seperti bayi itu karena sudah gundul habis…berada tepat di wajah pemuda itu yang kadang suka lupa menjilat karena mengaduh - aduh keenakan kemaluannya dimainkan mulut istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lidah Anita menjilati batang kemaluan itu menyusuri seluruh batangnya dari bijinya hinga kapalanya, sesekali ujung kepala kemaluan itu dihisapnya tepat di lubangnya dan lidahnya menari nari disitu....</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Pemuda 18 tahun itu tidak mampu bertahan lama…rangsangan yang terlalu tinggi dan jilatan serta hisapan istriku yang memang piawai itu membuatnya mengejang dan saat Anita merasa kemaluan itu semakin membesar dan terasa sekali denyutannya ........diiringi suara erangan Ferdy semakin keras, membuatnya semakin teratur menghisap kepala kemaluan itu dan memainkan tangannya mengocok batangnya yang sudah basah dengan ludahnya dan .akhirnya pemuda itu mengejang dan menyentak…”Ah…..tante…..aduh…………..aaahhhh….dan crrrt….crrrt…dan saat pemuda itu menyemburkan air maninya Anita menempatkan bibirnya diujung lubang kemaluan pemuda itu dan benar saja…banyaknya nggak tanggung tanggung…, cairan putih ..kental........panas yang keluar dalam beberapa kali semprotan itu sempat memenuhi seluruh rongga mulut istrikus sebelum berhasil ditelan habis semuanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sampai disini cerita istriku, tanganku sudah memasuki bajunya dan meraba vaginanya...…wah..benar licin…, ‘asyik nih….nanti …’ pikirku....... Anita lalu melanjutkan ceritanya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah pemuda melepaskan air maninya dan kemaluannya mulai melemas, mereka berdua tiduran ditempat tidur dan istriku yang masih belum terpuaskan memeluk pemuda itu lalu mencium bibirnya….seperti orang pacaran..mereka ngobrol dan saling mencium, sesekali pemuda itu mengulum dan menjilati serta menghisap puting payudara istriku dan setelah dirasa cukup..istriku mulai lagi menjelajahi tubuh pemuda itu ujung keujung yang membuatnya sebentar saja bangkit lagi.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dimulai dari keningnya, pipi, bibir...lidah Anita terus turun kebawah...agak menggelinjang Ferdy ketika leher dan belakang telinganya dijilat..dan nafas pemuda itu mulai memburu saat puting nya dijilat dan dihisap Anita, turun keperut dan kembali ke kemaluannya..seketika batang yang besar itu bergerak dan menjulang kembali.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ferdy lalu bergerak dan kali ini mencoba untuk naik diatas tubuh istriku dan mengarahkan senjatanya ke vagina basah itu namun istriku yang ‘agak khawatir’ dengan ukuran itu meminta Ferdy untuk berbalik dan telentang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku yang kini jongkok dan mengarahkan batang kemaluan itu ke vaginanya …. dan upaya memasukan batang kemaluan itu ternyata penuh perjuangan serta kesulitan..walau telah ditekan namun sangat sulit menembus masuk..bahkan terasa agak perih .........Anita lalu mulai lagi menjilati lagi dan membasahi kepala kemaluan yang agak kehitaman itu dengan ludahnya sebanyak mungkin lalu kembali jongkok dan akhirnya...kepala kemaluan yang besar itu ....... mulai menembus masuk…dan masuk..dan....saat kepalanya sudah terbenam Anita istriku mulai menggoyangkan pinggulnya ........ tiba - tiba dengan satu dengusan…pemuda itu tiba tiba menggerkan pinggulnya keatas justru saat istriku sedang mencoba menekan masuk dan “aaaahhhhhhhhhhhhh...................hampir betrteriak sekuatnya...untung sempat ditahan suaranya...kalau tidak bisa terdengat kemana mana, seluruh batang kemaluan itu terbenam keseluruhannya dalam vagina istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Batang kemaluan yang ‘baru pertama kali dipakai’ itu benar benar membuat istriku merasa seperti terbelah tubuhnya dan terasa ‘sampai keperut’......dan juga terasa bagaimana penuh sesaknya vaginanya menerima batang kemaluan yang sedemikian besarnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Didiamkan sejenak batang kemaluan terbenam sepenuhnya bahkan terasa sampai ke mulut rahimnya.....menimbulkan rasa geli dan sensasi yang sukar dilukiskan, lalu perlahan ia mulai menggoyang goyangkan pingulnya serta menaik turunkan pantatnya....dan perlahan pula jalan semakin licin...pelumas yang dibutuhkan rupanya mulai mengalir...........lalu dengan sabar Anita mulai mengatur irama permainan mereka.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Shh..Fer…tekan…Fer..yang dalam…ahhhh..”sambil mendesah dan mengerang merasakan kemaluan itu didalam vaginanya. Istriku memberi petunjuk pemuda itu untuk ikut mengatur iramanya, dan hampir lima belas menit kemaluan pemuda itu mengaduk aduk vagina istriku dan..”ssshhhhh…tante…saya mau keluar lagi….” Katanya terengah engah….</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”iya…terusin…cepetin…cepetin…dan istriku berusaha mengejar klimaxnya juga dan akhirnya ….</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Yang dalam Fer…..tekan yang keras….ahh……ahhhhh..sssh……….” sambil mendongakan kepalanya kebelakang dan mengeluh panjang serta mencengkeram pundak pemuda yang terbaring itu Anita mencapai klimaxnya yang disusul dengan semprotan air mani Ferdy yang ‘melepaskan keperjakaannya’ divagina bahkan terasa langsung menghantam mulut rahimnya istriku..”ah…aduh…enak….enak…ah..sssh…” dan bibir mereka berpagutan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah beberapa lama terdiam akhirnya mereka melepaskan pelukannya dan saat berbalik kemaluan yang walau sudah lemas namun masih tetap panjang itu terlepas dan dari vagina istriku tanpa dapat ditahan melelehlah air mani yang tadi menyemprot deras dalam vaginanya....... kemudian istriku bangkit..”Ok…kamu mandi lagi ya..terus selesaikan urusan mu ke kedutaan…., ini jadi rahasia kita..ya..? kata istriku sambil mengecup bibir pemuda itu dan hanya dengan menyampirkan dasternya di pundaknya serta membawa kembali handuk dan baskom serta pisau cukurnya ia keluar telanjang bulat menuju kamar kami.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu saat makan malam kulihat Ferdy sangat salah tingkah..antara takut namun matanya terus mencuri curi pandang ke arah istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Besok jam berapa kamu berangkat Fer..?” tanyaku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Jam 14.15 Oom..” jawabnya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sorry ya ..Oom nggak bisa antar…tapi besok Pak Supir Oom kirim pulang biar antar kamu ke airport” kataku lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Terima kasih Oom…” jawabnya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Demikianlah setelah makan malam kami sedikit ngobrol, aku menasehatinya untuk giat belajar dan pulang membawa gelar agar orang tuanya bangga dan bahagia, jam 11 setelah menonton berita di TV sebentar kami masuk kamar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Saat istriku keluar dari kamar mandi (kamar mandi kami di dalam kamar) kupeluk dia dan sesaat kemudian ia sudah duduk di tepi ranjang dengan kemaluanku dalam mulutnya..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“aaah….” Aku melenguh ketika melepaskan air maniku dalam mulutnya yang seperti biasa tanpa protes dinikmatinya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Pa….mama ke kamar Ferdy ya…?” kata istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hm….nggak capek ..?” tanyaku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Kasihan anak itu…pasti nggak bisa tidur…biar mama temenin dulu..”</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Hoahhm…oke…, hati hati ya…jangan sampai anak anak atau pembantu melihat..mama masuk kesana..” sambil menguap aku menjawab.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya….papa kalau ngantuk tidur dulu deh….” jawab istriku yang lalu mencium bibirku dan sekejab kemudian beranjak keluar kamar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku terbangun karena terasa sesuatu yang lembab menutupi wajahku dan ternyata istriku sudah berjongkok diatas wajahku….refleks lidahku menyapu dan merasakan vagina yang sangat…sangat basah….terasa licin dan ada aroma lain dari aroma vagina Anita yang kukenal…”Sshh..jilat pa…ahh…mama tadi belum keluar….” desah Anita dan kesadaran ku yang langsung pulih dari tidur menyadari kalau aroma dan cairan yang memenuhi vagina istriku adalah air mani Ferdy yang telah bercampur dengan lender vagina istriku dan barusan ‘disambangi’ istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami mengubah posisi menjadi 69 dan rasa hangat segera mengalir diantara pahaku ketika lidah istriku menyapu disana …ketika kulirik jam didinding ternyata sudah jam 4.30…wah…rupanya tadi aku tertidur beberapa jam</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Sssh…sssh..” erangku ..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tidak lama dalam posisi itu, istriku yang sudah berhasil membangunkan diriku sepenuhnya merayap naik dan sekejab kemudian vaginanya yang terasa sangat basah dan berlendir..sudah ‘menelan’ kemaluanku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Mama..belum keluar tadi...…. ayo…..ssshh….” kata istriku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ferdy gimana …”sambil mendesah aku bertanya ….</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Iya….dia sih keluar........ terasa nggak barusan air maninya banyak banget …” jawab Anita menggoyang goyangkan pinggulnya, dan aku lalu mengganjal punggungku dengan bantal sehingga memudahkan mulutku menghisap puting payudaranya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil bersetubuh dan diiringi desahan dan erangan nikmat istriku bercerita lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ssst…Fer,,?” istriku berbisik sambil mengetuk pintu kamar anak muda itu perlahan, dan ketika pintu terbuka dengan cepat Anita menyelinap masuk dan mereka langsung berciuman dengan panasnya saling memasukan lidah kemulut masing – masing.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Oom sudah pulas…., kamu masih ingin…?”tanya istriku yang dijawab dengan ciuman lagi oleh pemuda itu</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sebentar saja mereka sudah kembali telanjang bulat seperti siang tadi… dan kali ini istriku menyuruh Ferdy tiduran telungkup lalu mulai menjilati tengkuk pemuda itu.., belakang telinganya dan terus kebawah hingga ke belahan pantatnya, bahkan dibukanya belahan pantat pemuda itu lalu dijilatnya hingga ke anusnya, yang membuat Ferdy terlonjak.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Luar biasa tegang dan keras kemaluan pemuda ketika disentuhnya, dan pemuda itu rupanya masih penasaran dengan mulut istriku karena ia mengubah posisi, dengan berdiri dan istriku duduk ditepi diranjang .........kemaluan yang tegang itu di jilati istriku hingga akhirnya menyemprotkan isinya...seperti tadi saat menyemprotkan isinya bibir Anita hanya menerima setenga kepala kemaluan itu dan menjaga agar hanya ujung lubangnya yang dihisap , kembali untuk kedua kalinya hari itu istriku menelan cairan kental dan berwarna putih yang keluar dari kemaluan pemuda itu, juga dalam jumlah cukup banyak..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Usia yang masih muda dan semangat yang menggebu gebu membuat Ferdy cepat sekali bangkit dan kembali seperti siang tadi dengan susah payah ia berhasil membenamkan kembali kemaluannya dalam vagina Anita…, kemaluan yang sangat besar itu terbenam penuh dalam vagina istriku dan kali ini pemuda itu yang berada diatas.....namun gerakannya yang berganti ganti irama serta minimnya pengalaman membuat istriku setiap kali gagal mencapai klimax…., dan setelah hampir dua puluh menit akhirnya ia melepaskan lagi airmaninya untuk kedua kalinya malam itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita yang masih ‘menggantung’ mencium bibirnya, sekali lagi berpesan agar merahasiakan semuanya dan mengucapkan selamat jalan karena paginya pemuda itu akan berangkat dan kemudian kembali kekamar.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">“Ayo..pa….ssshhh….ahhh…..kalau bisa sama..sama…..” desah istriku dan akhirnya dengan satu sentakan tubuhnya mengejang…kepalanya digelengkan berulang ulang dan ….mencapai puncak kenikmatannya, yang dalam hitungan detik disusul olehku menyemprotkan air maniku menambah air mani yang barusan saja disemprotkan Ferdy dalam vagina istriku.</span><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-84578133681926556762014-10-03T23:28:00.002-07:002014-10-03T23:28:28.670-07:00Our Friends' Wives<div class="messageContent" style="color: #453621; font-family: 'Trebuchet MS', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16.6399993896484px; margin: 0px; min-height: 100px; overflow: hidden; padding: 0px 0px 2px;">
<article><blockquote class="messageText SelectQuoteContainer ugc baseHtml" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 11pt; line-height: 1.4; margin: 0px; padding: 0px;">
Hari itu aku menerima sebuah email dari grup swinger dimana kami menjadi anggotanya.yang intinya adalah sebuah undangan untuk turut serta pada sebuah acara yang akan diadakan di hotel terbesar di Jawa Barat di tepi pantai.<br style="margin-top: 0px;" /><br />Ketika kusampaikan pada Anita ia hanya mengernyitkan kening “Nggak kejauhan tuh pah?”, tanyanya.<br />”Ya entahlah.., mereka set up tempatnya disana, tinggal kita mau ikut atau nggak, semua ada 4 pasang, dengan kita” jawabku.<br /><br />Mengingat waktu yang dipilih adalah week end, kami setuju untuk turut serta, apalagi mengingat sepanjang bulan Desember hingga lewat tahun baru kami jarang punya kesempatan untuk berdua, maklum anak anak sudah semakin besar dan tuntutannya untuk mengisi liburannya juga semakin beragam, sehingga praktis setiap ada waktu libur serta sepanjang libur natal dan tahun baru yang cukup panjang, waktu kami dikuasai ’mereka’<br /><br />Pada malam harinya sebelum kami berangkat telp ku berbunyi, ternyata Sonny yang call ”Hey.....udah siap?” tanpa basa basi ia bertanya, memang kawan satu ini orangnya straight tapi baik dan humoris. ”Sudah jawabku, pagi-pagi kami berangkat” jawabku,<br />”Gini...gini....bisa nggak kalau kita minta tolong?” tanyanya<br />”Anything ..man” jawabku<br />”Aku, Herman, dan Andi besok pagi ternyata mesti ketemu sama client, nggak bisa ngelak, ada sedikit masalah soal proyek kita” jelasnya<br />”Lalu..?” tanyaku masih belum mengerti maksudnya<br />”Titip Wirda my wife, juga Irene dan Cinthya, kalian berangkat aja duluan kita nyusul setelah pertemuan, soalnya you know.., mereka udah siap – siap kalau dengar berangkatnya jadi kesiangan moodnya suka hilang terus ngambek, nggak fun nantinya ..ok?” jelasnya panjang lebar, dan yang dimaksud Irene dan Cintya adalah istri Herman dan Andi.<br />”O..itu, ya nggak masalah lagian mobilku kan lumayan besar” jawabku<br />”Apa kujemput mereka satu persatu?” tanyaku melanjutkan<br />”Ah nggak usah, come over to my place aja pagi pagi, mereka udah janjian ngumpul disini.”katanya<br />”Oke.., sampai besok ya..” kataku menutup pembicaraan.<br /><br />Pagi pagi sekali kami sudah berada di sebuah kompleks perumahan elite di wilayah selatan dan ketika kami tiba di kediaman Sonny, suasana sudah ramai.<br /><br />”Hey... kami saling berpelukan saat bertemu mereka, memang walau kami belum pernah gabung di acara yang dihadiri Andi dan Cintya serta Herman dan istrinya Irene, namun kami sudah saling mengenal dan pernah makan malam bersama.<br />”Okay ..udah jangan kebanyakan cerita.., berangkat aja..kita bereskan dulu pertemuan dengan client cerewet itu, nanti kita menyusul” Sonny yang tanpa basa basi langsung berkata.<br />”Eh...ngusir.....awas ya kamu Son..baru datang boro-boro dikasih minum, ” Anita menanggapi gurauan Sonny.<br />”Kamu yang awas ntar disana.., jangan minta tambah lho,” ujar Sonny menyambut gurauan Anita.<br />Demikianlah sekejab kemudian mobil yang kukemudikan sudah meluncur mulus menembus cerahnya udara pagi.<br /><br />Dari percakapan antar para istri di mobil aku baru tahu kalau Sonny, Andi dan Herman sama sama bekerja dalam sebuah holding yang cukup ternama, dan sesungguhnya sama sekali tak diduga kalau hari ini mereka ditugaskan menemui dan rapat dengan client holding tersebut, ”Namanya juga cari makan.., ya udah mau nggak mau” Wirda menyelesaikan penjelasannya.<br /><br />Wirda adalah seorang wanita yang masih tampak menarik di usianya, memang ia dan suaminya adalah anggota tertua dalam komunitas kami, Sonny berusia 55 tahun dan Wirda hampir mencapai 50 tahun, masih tampak lebih muda dari usianya, Irene yang termuda berusia sekitar 28 tahun, wajahnya cantik sekali dengan sepasang mata yang besar dan menarik hati, berambut ikal sebahu tubuhnya langsing dan walau dadanya tidak terlalu besar namun proporsional, sementara Cintya sekitar 35 tahun, wajahnya lumayan manis dengan tubuhnya tidak terlalu tinggi, payudaranya besar sekali, namun pinggangnya termasuk ramping, dengan pinggul yang bulat,<br /><br />Aku mengemudikan dengan santai dan hampir 5 jam kemudian kami tiba di lokasi, sebuah hotel yang terdiri atas beberapa bungalow dan terletak persis ditepi pantai.<br /><br />Demikianlah setelah merapihkan barang - barang kami di masing – masing bungalow, waktu ternyata sudah lewat tengah hari dan kami semua sudah kelaparan, makanan yang disediakan ternyata lumayan enak dan akhirnya dengan perut kenyang kami semua kembali ketempat masing – masing untuk beristirahat.<br /><br />Sonny ternyata memesan 4 buah bungalow untuk kami semua, sehingga tiap pasangan punya privacy dan khusus untuk bungalow yang ditempatinya ia memesan yang terbesar dengan 2 kamar, dan aku mengerti maksudnya, kamar yang satunya akan menjadi ’kamar bermain’.<br /><br />Siang itu aku tertidur di bungalow kami, Anita juga nampak masih lelap ketika aku bangun, hari sudah menjelang sore, kubuka jendela kamar, tampak lautan lepas menghampar membawa ombak dengan buih buihnya, udara cerah dan semua terasa nyaman.<br /><br />’Tok....Tok...”pintu kami diketuk dan ketika kubuka nampak Wirda berdiri didepan pintu dengan wajah keruh..”Yuk...masuk..”kataku mempersilahkan dan Anita yang juga baru bangun... sudah bergabung.<br /><br />”Sonny..nampaknya nggak bisa datang” katanya langsung, ”Juga Herman dan Andi, rupanya urusan cukup penting hingga mereka sampai harus menyelesaikannya minggu ini juga” katanya lagi.<br /><br />Aku tidak menjawab, ku ambil HP ku dan kuhubungi Sonny, ”Hey..man,,,gimana nih..kamu yang punya acara malah masih di Jakarta, kasihan nih para nyonya udah capek capek 5 jam perjalanan kok jadinya begini?” tanyaku langsung<br />”Sorry, sorry banget.., ada masalah dengan pekerjaan., bener-bener nggak bisa kutinggal.., terserah kalian deh.., tapi aku minta maaf, nih Andi mau bicara” katanya lalu menyerahkan telpnya pada Andi yang juga menerangkan hal yang sama.<br />”Oke..oke.., aku sih bisa paham, jadi enaknya gimana apa kami semua balik saja ke Jakarta malam ini ?” tanyaku pada Sonny<br />”Terserah nyonya nyonya deh...., habis gimana..., kalau kamu sih enak perusahaan punya sendiri.” jawabnya pasrah<br />”Ok coba nanti kuatur deh..” jawabku<br /><br />Jujur saja, suasana disini sesungguhnya nyaman sekali dan aku benci kalau harus nyetir balik ke Jakarta malam ini juga.<br /><br />Kupandangi Anita dan kami beradu pandang sebentar, lalu istriku berkata pada Wirda, ”mBak.. kita makan malam dulu deh.., sambil berunding... ” lalu entah apa yang dibisikannya pada Wirda, namun serta merta wajahnya menjadi cerah.<br /><br />Malam itu kami makan malam di hotel lagi, karena memang makanannya enak dan fasilitas restorannya lumayan bagus, setelah kenyang makan sea food kami memesan minuman dan sepakat untuk ngobrol di dalam bungalow saja sambil minum.<br /><br />Sambil minum kami ngobrol santai, kecuali aku dan Wirda yang duduk di lantai beralaskan bantal yang lain ber leha leha di sofa, sambil sesekali mengomel pada ketiga pria yang tidak kunjung muncul.<br /><br />Suasana cukup ramai, bayangkan 4 wanita berkumpul dan aku laki laki sendirian, menjadikanku hanya sebagai pendengar, belum ada sejarahnya seorang laki laki sanggup mengatasi pembicaraan 4 wanita sendirian.<br /><br />Tiba tiba Wirda yang duduk disampingku melingkarkan tangannya dibahuku, dan ketika aku menoleh, bibirnya sudah mencium bibirku, aku melayaninya dan membalas permainan lidahnya, tubuh kami sudah berpelukan dengan rapatnya dan karena memang posisi kami dilantai, kurebahkan tubuhnya dengan bibir kami tetap berpagutan dan tangan kami saling meraba tubuh masing masing.<br /><br />Kancing bajuku sudah terbuka dan baju Wirda juga mulai terbuka, tanganku memeluknya dan dengan mudah kait BH yang dikenakannya kulepas, dan beberapa kejab kemudian, puting susunya sudah dalam mulutku.<br /><br />Walau sudah tidak terlalu kencang dan padat, namun buah dadanya masih cukup ’layak’ untuk dinikmati, dan tangannya juga tak kalah cekatan, karena batang kemaluanku sudah dalam genggamannya.<br /><br />Tiba tiba kurasakan ada tangan lain yang menyentuhku,, ternyata istriku, yang kini ’membantu’ melepaskan pakaianku, sehingga sebentar saja aku sudah telanjang bulat. Wirda sudah menikmati kemaluanku dengan mulutnya dan Anita kini gantian berciuman denganku, sempat terpikir, wah...4 orang wanita..apa kuat..?<br /><br />Kerasnya lantai membuatku tak nyaman, maka kuusulkan pindah kekamar, dan sambil berpelukan kami semua pindah kekamar, Cinthya dan Irene masih jadi penonton,</blockquote>
<br />
<span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">sementara Wirda dan istriku sudah mulai ’menyerang’ begitu tubuhku mendarat diranjang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku telentang dan Wirda berjongkok diwajahku menyodorkan vaginanya untuk kujilat dan lidahkupun segera saja mengembara kesetiap sudut vagina wanita itu sementara tanganku memainkan buah dadanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku masih asyik dengan mulutnya dijilat dan disedotnya batang kemaluanku dan juga bijiku tak luput dari serangan mulutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Merasa cukup lagi pula aku tak ingin cepat cepat selesai, kuminta Wirda bergeser dan kuberi tanda pada istriku untuk berhenti, lalu dengan posisi Wirda dibawah kuangkat kedua kakinya kebahuku dan batang kemaluankupun menembus vaginanya. Kupilih posisi ini karena kuingat cerita Sonny suami Wirda bahwa ia paling tidak tahan lama dengan posisi demikian. Benar saja belum lama aku mengayunkan batang kemaluanku mengaduk aduk bagian dalam vaginanya ia sudah mulai mengerang dan mendesah tidak karuan dan semakin cepat aku bergerak semakin cepat ia mengimbangi hingga akhirnya dengan satu keluhan panjang ia mendesis keras ”O...God....I am cumming....cumming..ahhh....” dan tubuhnya mengejang hebat hingga akhirnya berhenti bergerak dengan batang kemaluanku tertanam di dalam vaginanya yang basah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil berbalik merebahkan diri kemaluanku tercabut dari vagina Wirda yang nampak puas, namun secepat itu pula batang kemaluanku yang masih penuh lendir itu sudah berada dalam mulut hangat Irene yang entah kapan sudah berada disisiku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita kembali menciumi wajahku, dan bergerak kebawah, sementara Irene ternyata juga seorang ’maestro’ dalam memainkan kemaluan pria dengan mulutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Entah kode apa yang digunkan, namun kini Anita sudah diatasku dan kemaluanku diarahkan memasuki vaginanya, aku agak mengeluh dalam hati karena aku tahu kalau dalam vagina istriku, aku takkan mampu bertahan lama, ada suatu kelebihan pada vagina istriku dan itu terbukti, karena banyak sudah aku mendengar pujian dari banyak laki laki yang pernah merasakan Anita, vaginanya memiliki dinding yang dapat meremas dan berdenyut denyut, luar biasa nikmat. Apalagi saat itu lidah Irene juga tak kunjung berhenti menyapu bijiku dan sesekali bibirnya menyedot dan saat istriku menarik pinggulnya terasa lidahnya menyapu batang kemaluanku. </span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita juga sudah sangat terangsang mungkin karena suasana, permainanku dengan Wirda barusan dan sentuhan sentuhan lidah Irene yang pasti sesekali menyentuhnya dengan batang kemaluanku didalam vaginanya. Karena kami sudah sangat dekat dan kenal kebiasaan satu dengan lain, kode yang diberikannya segera kupahami, ia mulai mengayunkan pinggulnya dengan irama nya yang khas dan kami bersama sama mendaki menggapai puncak dan akhirnya ”aku keluar......pa...aku keluar..........aahh...” dan beberapa saat kemudian aku menyusul ”ssshh...ya...ya....ahh...namun tiba tiba Anita melepaskan batang kemaluanku dari vaginanya dan tanpa diduga digantikan oleh mulut Irene. Aku yang sudah sampai dipenghujung tak perduli lagi dan ”Sssshhh... crrrt.....air maniku menyembur dalam mulut wanita istri Herman itu. </span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan mulutnya disedotnya semua yang kukeluarkan dan kemaluanku baru dilepaskan setelah mengerut kecil.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tidak lama aku dapat bersantai, Irene yang wajahnya nampak sekali masih sangat bernafsu sudah mulai lagi dengan serangannya, lidahnya menjilatiku dari atas hingga kebawah, bahkan satau persatu jari tangan ku di emutnya dengan mulutnya, dan mau tidak mau batang kemaluanku menjadi tegang dan keras kembali. </span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami sedang dalam posisi 69, tubuhku diatas tubuh Irene dan wajahku terbenam dalam vaginanya, dengan lidahku yang berusaha mencapai sudut sudut yang terdalam, sementara kembali batang kemaluanku sudah dalam mulut Irene ketika tiba tiba kurasa ada tubuh lain yang menempel dipunggungku dan sepasang buah dada yang kenyal dan besar menempel di punggungku, Cintya juga ikutan rupanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kuminta Irene menungging, dan dengan posisi doggy style kumasukan kemaluanku dalam vaginanya. Sambil mengayunkan pinggulku Cintya yang berada disampingku menyorkan buah dadanya kemulutku yang segera kusambut dan kusedot sedot, konsentrasi ku kembali agak terganggu karena dalam posisi berlutut dan kemaluanku terbenam dalam vagina Irene, ada yang menerobos dibawahku dan Wirda sudah menjilati bijiku, anusku, dan kembali ke bijiku, wah..........kalau begini aku tak kan bisa lama pikirku, kupercepat dan dengan keras kuhantam vagina Irene dengan ayunan yang cepat, untunglah Irene segera naik dibegitukan dan akhirnya ...hampir bersamaan aku kembali keluar....sedetik kemudian Irene pun berteriak ...”ahh....keluar...keluar.....sssshhh...tubuhnya mengejang sejenak terus melemas dan kemaluanku pun lepas yang rupanya hanya pindah ke mulut Wirda.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cintya yang masih belum ’kebagian’ nampak agak kecewa, namun kutarik tubuhnya...kucium bibirnya dan kubisikan untuk sedikit bersabar..., ’habis ini ya...?’ yang dijawab dengan kecupan di bibirku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami kembali bersantai semua tetap telanjang bulat dan kusempatkan untuk menyiram tubuhku dengan air dingin yang segar,... aku tak tahu berapa lama pertempuran akan berlangsung namun yang kurasakan adalah rasa lelah dan mengantuk yang mulai menyerang, hanya mengingat janjiku pada Cintya lagi pula dengan bentuk badannya yang sangat montok, Cintya seakan menjanjikan kenikmatan tersendiri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hampir satu jam kami bersantai, istriku dan Irene saling ngobrol cekikikan, entah apa yang dibicarakan, sementara Cintya berada dipelukanku, tanganku tak henti hentinya memainkan buah dada yang besar itu, terbesar dibanding semua wanita yang ada disini.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Wirda yang mungkin kelelahan nampak meringkuk tertidur di sofa dengan tubuh telanjang. Aku berdiri mengambil selimut dan menutupi tubuh istri temanku itu lalu , kubisikan sesuatu pada Cintya dan kami naik keatas tempat tidur, diikuti pandangan mata Irene dan istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku dan Cintya mengambil posisi 69, dengan dia diatasku, mulutnya segera memainkan batang kemaluanku dan sebentar saja akupun sudah bangkit lagi, sementara vaginanya yang kujilat dan kusedot sedot itu, klitorisnya yang kumainkan dengan lidahku membuatnya banjir dengan lendir, dan tak lama kemudian ia sudah menunggangiku dan bergerak dengan liarnya, buah dada yang extra besar itu berayun ayun yang segera kutangkap dan kupilin pilin putingnya, sesekali direndahkan dadanya untuk di hisap dan disedot olehku. Cintya tak tahan terlalu lama dengan satu gerakan yang sangat keras ditanamkannya batang kemaluanku sedalam dalamnya dan ia meracau tak keruan lalu mendesah dan ambruk di dadaku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Masih kubiarkan sebentar ia diatasku lalu kurebahkan ia kesamping dan kucium bibirnya, matanya tampak mengantuk dan wajahnya nampak puas. Cintya memang tak terlalu cantik namun wajahnya manis mencerminkan hatinya yang baik.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Baru saja mau bangkit, istriku sudah menahan dadaku agar tetap rebah dan kini mulutnya bermain, seakan ingin ’pamer’ pada yang lain ia menghisap dan menjilati batangku, pinggulku diganjalnya dengan bantal dan kakiku diangakat keatas lalu lidahnya menembus anusku, sesekali diputarnya lidahnya dalam anusku dan kembali batangku masuk kedalam mulutnya, istriku tahu sekali kelemahanku dan untuk ketiga kalinya malam ini aku ejakulasi hanya dalam waktu beberapa jam. Pas saat aku keluar Irene juga sudah didekat kami dan ikut mencicipi lagi air maniku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kali ini aku ’habis’ dan tanpa dapat ditahan sekejab kemudian aku sudah lelap. </span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Mataku masih terasa sangat berat untuk dibuka, namun suatu perasaan aneh menjalariku, rasa hangat dan nikmat di selangkanganku mulai menyerang, aku masih terpejam ..., entah siapa yang memainkan mulutnya di batang kemaluanku yang dengan cepat sudah kembali menegang, dan sejujurnya.., aku tidak peduli. Namun rasa tidak peduli itu berubah ketika sebuah mulut hangat lainnya menelusuri dadaku, mengemut puting dadaku dan naik keatas lalu mencium mulutku, lidah kami bertautan dan saling mengisi rongga mulut masing-masing, tanganku bergerak memeluk tubuhnya dan ketika akhirnya kubuka mataku, kulihat Wirda yang menciumku dengan hangatnya dan entah siapa yang masih asyik dengan mulutnya di batang kemaluanku, aku belum tahu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Wirda bergerak menurun dan kini kedua wanita itu seakan memperebutkan batang kemaluan yang kumiliki, mereka bergantian menghisap dan menjilatku, bila yang satu menghisap dan memasukan batang kemaluanku dalam mulutnya maka yang lain menjilati bijiku dan sebaliknya, aku mengangkat kepalaku ternyata wanita satunya adalah Irene.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Gerakan mereka terhenti sebentar, Wirda mengambil posisi dan setengah berjongkok ia mengarahkan batang kemaluanku menembus vaginanya sementara Irene menggenggam bijiku, dan setelah terbenam seluruhnya Wirda mulai bergoyang rodeo, seakan dia cowboy dan aku kudanya, buah dadanya berayun ayun, aku masih belum sempat ’menyelaraskan’ irama gerakan ku ketika entah dari mana Irene ’menduduki’ wajahku dan menyodorkan vaginaku yang kujilat dan kusedot sedot, tanganku melupakan buah dada Wirda dan memegang pantat Irene, dengan jariku ’kubelah’ vaginanya dan lidahku masuk sedalam mungkin sesekali kusedot dan kuemut emut klitorisnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tidur tadi rupanya tidak membuatku menjadi lebih perkasa karena mulai kurasakan denyut denyut di batang kemaluanku, tanda bahwa aku tak kan tahan lama, namun aku juga pantang mengecewakan wanita, maka supaya ’selesai’ bersama, jariku kumasukan ke vagina Irene dan klitorisnya kesedot, ku emut dan kuhisap dengan teratur, terasa lendirnya makin banyak memasuki mulutku dan desah serta erangannya semakin keras, Wirda juga mengayunkan pantatnya dengan batang kemaluanku tertancap di vaginanya semakin cepat.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tidur tadi rupanya tidak membuatku menjadi lebih perkasa karena mulai kurasakan denyut denyut di batang kemaluanku, tanda bahwa aku tak kan tahan lama, namun aku juga pantang mengecewakan wanita, maka supaya ’selesai’ bersama, jariku kumasukan ke vagina Irene dan klitorisnya kesedot, ku emut dan kuhisap dengan teratur, terasa lendirnya makin banyak memasuki mulutku dan desah serta erangannya semakin keras, Wirda juga mengayunkan pantatnya dengan batang kemaluanku tertancap di vaginanya semakin cepat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan tangan berpegangan pada bahu Irene yang juga bergerak dengan liarnya diatas wajahku, akhirnya Wirda dengan setengah menjerit disertai nafas yang memburu keras berteriak ”Ahhs....ss....st...god ..keluar,,....ahhhh”, disusul Irene yang akhirnya juga mencapai puncaknya. Aku yang tak tahan lagi akhirnya ’meledak’ dengan dahsyatnya...”ahhh..st.........aaahhh......, namun aku tidak bisa memeluk siapapun dan hanya bisa meremas buah dada Irene yang masih ’menduduki’ wajahku dan menyemburkan seluruh sisa persediaan air maniku dalam vagina Wirda.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Bertiga akhirnya kami terkulai dan rasanya semua itu bagiku seperti mimpi karena kejab berikutnya aku sudah kembali terlelap dengan wajah penuh lendir Irene dan kemaluan yang menciut namun masih ’basah kuyup’</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cahaya silau menerpa mataku, ternyata hari sudah terang, entah siapa yang menutupi tubuhnku dengan selimut, karena aku sudah terbungkus dalam selimut, walau masih tetap telanjang, ketika kulirik ternyata aku sendirian, lalu kemana emapat wanit yang semalam menemaniku ?, Aku bangkit dari tempat tidur dan seperti biasa, batangku juga ikut ’bangun’ dengan menguap lebar aku melangkah mengambil air minum, lalu kekamar mandi, ketika kubuka pintunya ”Aw..” sebuah teriakan kecil mengejutkan ku, ternyata Cintya sedang berendam di bathtub, dengan busa dan gelembung sabun menutupi tubuhnya, ”Pagi...” kataku, ”yang lain nya kemana?” tanyaku sambil melangkah ke toilet dan sambil menunggu jawabannya aku membuang air seniku ditoilet, wah..banyak sekali pagi ini, mungkin karena habis terforsir semalaman. ”Lagi pada jalan.., katanya sih mau cari oleh-oleh” jawabnya, ”Ok..ya udah santai aja Cyn.., kataku..sambil melangkah ke washtafel, mengambil sikat gigi dan menggosok gigiku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Ikutan ya ?” pintaku menghampiri bathtub, dan dengan segera Cynthia memberika ruang bagiku dihadapannya, dan kamipun berendam bersama, namun karena tidak cukup lebar maka posisi kami berhadapan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kakiku yang satu menumpangi pahanya dan kaki satunya ditumpangi oleh kaki Cinthya dan isengnya...jari jari kakinya menyentuh batang kemaluanku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">” Mas ..” kata Cynthia lembut</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Hmmm..”jawabku sambil tetap memejamkan mata menikmati hangatnya air sabun dan sntuhan kakinya di kemaluanku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Aaaah...males ih.., mau diajak ngobrol malah merem..”katanya manja</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ia bangkit, menarik tanganku dan kamipun berdiri, tanpa menggunakan aba aba kami sudah berpelukan dengan tubuh licin karena busa sabun, seperti ikan belut ia menggelinjang dan menggeserkan tubuh dan buah dadanya yang besar merangsang itu ditubuhku, kemaluanku yang tegang bertambah keras rasanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kunyalakan air dan memancur melalui deuce yang digantung dan sambil berpelukankami membersihkan busa sabun yang memenuhi tubuh kami.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil berpelukan dan berciuman, tanpa mengeringkan tubuh kami menuju ranjang dan langsung bergumul. Kali ini tanpa ada yang ’mengganggu’, kunikmati betul buah dada yang besar itu, kuremas, kuhisap putingnya, kusedot dan kumainkan sepuas mungkin sementara Cynthia juga tidak tinggal diam, tangannya memainkan dan meremas kemaluanku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan posisi diatas aku leluasa mengatur permainan, kini dengan lidah menelusuri tubuhnya terus kebawah aku sampai di vaginanya. Saat terang begini terlihat kalau vaginanya masih bagus, sedikit direkahkan nampak kemerahan dengan kebasahan yang mengundang selera, dan Cintya memang berkulit halus, tidak terlalu putih namun juga tidak gelap, puting susunya merah kecoklatan, dan klitorisnya masih sangat ’layak’ dijilat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku tidak mau tanggung, kuganjal pinggulnya dan kuangkat kakinya sehingga aku semakin leluasa mengembara di vaginanya, sesekali kuberi ’perjalanan keliling dunia’ ketika lidahku menyapu anusnya, lalu tanpa memberi kesempatan lagi aku bangkit dan meletakan kakinya di pundakku, dan batang kemaluanku sudah terarah ke vaginanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Mmm...kemulut dulu...” protesnya</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”ssshh...udah nggak tahan nih...” kataku</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Memang siapa yang akan tahan lama pagi pagi bersetubuh, itu hukum alam, kalau pagi, setelah bangun tidur, sperma sudah diperoduksi maksimum pasti tidak akan bertahan lama, apalagi wanita yang kuhadapi ini memiliki mulut yang sedemikian nikmatnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Blessss..” kemaluanku langsung kutanamkan sedalam mungkin hingga matanya agak terbeliak saat vaginanya dimasuki langsung begitu, lalu pantatku mulai mengayun dengan irama yang teratur., </span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini dapat kurasakan benar bagaimana nikmatnya vagina Cinthya, legit dan enak.</span><br />
<br />
<span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kurendahkan tubuhku sambil tetap bergoyang dengan irama yang teratur dan mulutku berhasil mencapai mulutnya dengan kakinya masih tetap dipundaku, vaginanya seakan menelan kemaluanku, dan posisi ini ternyata membuatnya sangat nikmat..”ah..ah...,sssh...enak...aduh...enak....ahhh” racaunya tak henti henti, dan akhirnya ”cepet ...cepet....mau keluar...” aku mengayunkan pinggulku semaksimal mungkin dan bersamaan kami mencapai puncak...”sssh..ah.ssshh..hhh” entah usra dan lenguhan siapa yang paling keras. Air maniku pun pagi ini sudah menyiram rahim dan vagina Cynthia. Ejakulasi yang pertama pagi ini.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa sisa getaran kenikmatan, sebelum terkulai.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Mas..., kalau Mas Andi ada...pasti langsung di masukin lagi nih, dia paling senang kalau habis dipakai begini langsung masuk” katanya menceritakan suaminya</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Iya..” jawabku, ”Memang enak kok...sloopy second” jawabku dan ia tersenyum, mencium bibirku lalu bangkit menuju kamar mandi membersihkan diri.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku juga bangkit, namun mengambil rokok dan menghisapnya penuh nikmat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Cintya lalu kembali dan kami ngobrol macam macam hal. Masih tetap telanjang dan aku sungguh senang menatap buah dadanya yang besar itu, namun padat dan kencang menantang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Agak lama kami menunggu hingga Anita dan lainnya kembali, dan saat mereka tiba ”Wah.....bugil bugilan” kata istriku menghampiriku dan mencium bibirku, aku tahu ia pasti mencium aroma vagina di wajahku karena dengan kerling nakal ia berkata..”Curang ya..udah start lagi” katanya. Aku hanya tersenyum.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami sarapan dikamar, dan wajah heran waitres yang mengantarkan makanan tak kuasa ia sembunyikan melihat 4 wanita, yang satu hanya menutupi tubuhnya dengan selimut saat masuk dan aku yang juga masih telanjang cuma menutupi ’barang’ ku dengan bantal.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah kenyang, kami jalan jalan dipantai, wah...seperti raja dengan 4 permaisuri saja rasanya aku hari itu, sampai lupa memberi laporan sama suami suami yang tertahan dengan pekerjaan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Hallo..., Hey..gimana...” suara Sonny memasuki gendang telingaku saat Wirda memberikan HP nya padaku ketika suaminya menelpon ”Man...your wife ...lezat bener rasanya..” kataku , ”Sialan...., enak ya loe...gila...semua digilir..? tanyanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Bukan ..mereka yang menggilirku” jawabku sekenanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Nih..Andi mau ngomong” katanya</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Hey,..thank’s ya...pagi pagi Cintya udah sarapan tuh...sarapan rohani...eh...susunya itu..aduh...nggak bosen deh ” kataku sambil tertawa. ”Diancuk....” Andi yang berasal dari Jawa Timur memaki dengan logatnya yang khas dan kepada Herman pun aku sempat mengucapkan salam dan berkata ”Man..Irene mulutnya luar biasa ya... thank’s ya sering sering aja kalian lembur begini ha..ha...”.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Suara tawa terdengar di ujung sebelah sana, memang begitulah pujian tentang bagaimana nikmatnya rasa istri dari teman yang mencobanya adalah nilai yang sangat ditunggu, karena memberikan kebanggan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Siang itu, karena hari masih panjang, kami bersantai dan saat Irene dengan Cintya berenang, aku ’ditangkap’ oleh Wirda, awalnya aku disuruh telungkup, lalu punggungku dijilati dari leher samapi pantat, di belahnya pantatku dan lidahnya menari nari disitu, aku kali ini tidak diberi kesempatan menjilatinya karena saat berbalik, ia langsung berada diatasku dan membenamkan batang kemaluanku dalam vaginanya, cukup lama kami bersetubuh, karena tadi sudah keluar di vagina Cynthia aku jadi agak lama, istriku kali ini hanya menonton, asli menonton memperhatikan setiap gerakan kami, mengamati saat aku dihisap, dijilat dan sebaliknya, dan rupanya ia menunggu, karena setelah Wirda mencapai puncaknya terkulai dan lepas dari tubuhku, kemaluanku sudah memasuki vaginanya, aku masih tetap dalam posisi dibawah. Hingga kami sama sama mencapai nirwana.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Pas saat aku melepaskan kemaluanku dari vagina istriku, Irene dan Cynthia masuk, mereka tersenyum dan Irene menghampiriku lalu ’membersihkan’ punyaku dengan lidahnya ”Pemanasan’ katanya..ketika aku memandangnya. ”Habis ini ya”</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Setelah beristirahat sebentar, Irene berusaha keras membangunkanku yang lalu menuntaskan hasratnya dengan liarnya, kali ini ketiga wanita yang lain menjadi penonton,.. hingga....... menjelang kami mencapai puncak, Irene mencapai tujuannya beberapa saat lebih dahulu, dan ampun.............saat aku keluar seperti sudah berjanji Irene melepaskan kemaluanku dan ketiga mulut yang selalu ’haus’ itu menjilati dan menghisap air mani yang keluar sampai ngilu aku dibuatnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami masih bersantai hingga sekitar Pk. 15.00, dan sesaat sebelum berkemas mereka gantian kembali menjilat dan menghisap batang kemaluanku, namun hanya istriku yang menerima air maniku karena aku mengeluarkannya dalam-dalam di mulutnya, ...namanya juga etika suami istri.... lalu kami pun siap untuk pulang ke Jakarta, </span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hampir sepanjang perjalanan pulang semua tertidur karena lelah dan ini adalah perjalanan terberat yang kulakukan, mataku benar benar berjuang untuk tetap terbuka dan menjaga konsntrasi pada jalan raya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Perlu waktu hampir tiga hari bagiku untuk memulihkan kondisi, bahkan dua hari pertama setelah pulang punyaku sama sekali tidak bangkit walau pagi hari sekalipun, terlalu diforsir rupanya, namun pengalaman tersebut adalah salah satu yang sangat mengesankan.</span><br />
<blockquote class="messageText SelectQuoteContainer ugc baseHtml" style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 11pt; line-height: 1.4; margin: 0px; padding: 0px;">
<div class="messageTextEndMarker" style="font-size: 0px; height: 0px; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</blockquote>
</article></div>
<div class="messageMeta ToggleTriggerAnchor" style="color: #453621; font-family: 'Trebuchet MS', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 11px; margin: -5px; overflow: hidden; padding: 15px 5px 5px; zoom: 1;">
<div class="privateControls" style="float: left; margin: 0px; padding: 0px;">
</div>
</div>
Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5375103867335899398.post-59772369709037289862014-10-03T23:27:00.002-07:002014-10-03T23:27:25.518-07:00The Party<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Seperti terdahulu kuketengahkan cerita ini yang berdasarkan pengalaman pribadi;</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Undangan dalam email yang kuterima lewat milis dalam group di internet menarik perhatianku saat aku membukanya, membuatku segera menghubungi Anita istriku, “Hai…lagi apa Ma…?” tanyaku mesra. “Biasa…anak-anak, kalau nggak ngotorin rumah kayaknya kurang senang deh..” dengan merajuk istriku menjawab.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Mau ..sedikit senang senang..nggak...?,” tanyaku memancing</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Hm..mm...senang-senang..?” tanyanya menyelidik</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Iya...” Jawabku lagi</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Bawa anak-anak...?” dengan lugu Anita bertanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Nggaklah......, ini senang senang ..mainan orang dewasa” jelasku</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Ooo..”dengan O yang agak panjang istriku menjawab...dan aku tahu kalau pikirannya langsung menangkap maksudku..</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Ada apa sih...jelasin coba..”, namun dari suaranya yang antusias aku tahu kalau ia sudah memahami maksudku, maka kujelaskan undangan dari group swinger dimana kami sudah cukup lama menjadi anggotanya, pernah sih bertemu dengan beberapa membernya namun belum pernah kami menghadiri sebuah ’party’ seperti yang tertera di undangan kali ini selama menjadi anggotanya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Lagian..udah lama sekali lho kita nggak pernah ’refreshing kan ..?” kataku mengakhiri penjelasan yang kusampaikan</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hari Jum’at itu aku sengaja pulang cepat, kulihat istriku juga baru saja tiba dari salon, terlihat dari pakaian yang dikenakannya dan dandanan rambutnya yang berbeda..”mmmhh.. gumamku saat mengecupnya, ...cantik sekali istriku ini...” kataku sambil tersenyum yang dibalas dengan senyum manis kerlingan genitnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Malam itu kami berangkat setelah sepanjang sore aku bermain dengan anak anak dan setelah membantu mereka menyelesaikan PR nya, dan malam ini dengan rok hitam pendek diatas lutut, baju dengan leher rendah yang menyembulkan sebagian payudaranya, serta tatanan rambut yang agak berbeda dari biasanya Anita tampak sangat cantik dan sexy.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Belum Pk. 21.00 ketika kami tiba di Hotel M.....di kawasan Senayan, dan setelah menelpon serta menunggu di lobby hotel, tampak Jerry menghampiri kami untuk kemudian mengajak kami ke atas.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Jerry adalah seorang pengusaha berusia hampir 50 tahun, berdarah campuran beberapa suku bangsa dan masih sangat energik serta tampak lebih muda dari usianya, sementara istrinya Hilda yang hanya berbeda beberapa tahun dari suaminya juga masih tampak menarik walau aku tahu kalau anak-anak mereka sudah menjelang dewasa, kami sudah berkenalan sejak beberapa tahun yang lalu ketika kami mendaftarkan diri menjadi anggota klub swinger dimana Jerry adalah founder dari klub tersebut, dan walau Jerry belum pernah ikut ’berpesta’ dengan kami namun aku yakin kalau reputasi kami sudah diketahuinya, karena dalam beberapa kali pembicaraan ia menyampaikan pujian tentang Anita seperti yang didengarnya dari anggota klub yang ’pernah’ kami ajak.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Ruangan suite yang disediakan cukup luas, dan telah ada beberapa pasang pria wanita yang saling mengobrol, dan ketika mereka melihat kami, serentak mereka berdiri dan Jerry sebagai tuan rumah yang baik mengenalkan kami kepada mereka, ”Ini Prakoso dan Rini” katanya mengenalkan, Prakoso adalah seorang pria berusia sekitar 35 tahun tegap dan bidang dengan kulitnya yang putih dan Rini istrinya berambut panjang dengan bukit dada yang menonjol, kuduga hampir seusia dengan suaminya, tidak terlalu putih dan dari logatnya kuyakin kalau ia berasal dari bagian tengah Pulau Jawa ini., tampak sangat sexy dengan tank top putih dan rok mini ketat yang dikenankannya. Demikianlah kami dikenalkan satu persatu dengan yang telah hadir; Andri dan Lina; Kevin dan Hana; Budi dan Tiana serta Donny dan Icha, rata semua berusia diatas 30 tahun dan yang tertua diantara kami adalah Jerry.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Rupanya ruangan yang disediakan terdiri atas dua ruang suite dengan connecting door dan seperti yang dijelaskan Jerry ruangan yang diaman kami berada saat ini adalah ruang sosialisasi dan sebelahnya ‘time zone room’ demikian ia menyebutnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami lalu bergabung dalam obrolan yang tadi sempat terputus karena kedatangan kami sambil menunggu member lain yang akan hadir, dan benar saja tidak lama datang Rully dengan istrinya Nova yang telah kami kenal sebelumnya karena ’pernah’ bergabung dengan kami, serta Iqbal dan Sari istrinya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tiba – tiba terdengar suara Jerry yang meminta perhatian kami dan dengan penuh gaya serta wajah yang berseri seri ia memberikan pembukaannya ” Ok guys....and gals..., terima kasih untuk kehadiran kalian semua, seperti biasa malam ini kita bikin acara lagi semoga semua menikmatinya..., any way... seperti yang sudah - sudah this is a party time tapiiii.....dengan sangat diminta untuk tidak ada drugs ya friends..., dan sesuai aturan klub kita ini, tolong tetap saling menghargai privacy dan kesukaan masing – masing individu..., disebelah ada execution room’, jadi yang mau action silahkan disana .., kalau..mau sih... aja disini mana mana aja kok ...? okay.....and now....party...ti............me...” Jerry menutup pidatonya dengan gaya Michael Buffer yang suka membawakan acara tinju dunia itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami semua tertawa melihat gaya Jerry yang lucu itu dan kembali ngobrol ngalor ngidul namun suasana sudah mulai naik temperaturnya, sesekali tampak ada yang berciuman, saling merangkul wanita atau pria disebelahnya, yah memang dalam pesta seperti ini aturan yang ada ’suami untuk semua dan istri untuk semua’ aku sendiri entah bagaimana sudah saling memagut dengan Hilda istri Jerry yang tadi duduk disebelah kiriku, sementara Anita yang duduk disebelah kananku juga sudah saling merangkul dan berciuman dengan gaya yang tak kalah panasnya dengan Prakoso.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Payudara Hilda yang walau tidak terlalu besar namun masih kenyal itu sudah mencuat keluar dari balik bajunya dan sesekali putingnya kuhisap sementara seperti tak mau kalah tangan wanita yang sesungguhnya sudah tidak muda lagi ini sudah masuk kedalam celanaku, meremas dan memainkan kemaluanku yang langsung menegang.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil beraksi mataku menjelajahi ruangan dan kulihat semua sudah mulai beraksi, pakaian para hadirin sudah mulai tidak karuan, dan dimulai dengan Jerry yang menggandeng Nova, istri Rully memasuki execution room sambil tetap berpelukan dengan pakaian yang sudah acak acakan, yang lain mulai menyusul.</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku dan Hilda masih asyik berciuman, kemudian ia merendahkan kepalanya dan kemaluanku yang sudah tegang serta dikeluarkan dari retsleting celanaku sudah dalam mulutnya, sementara tanganku sejak tadi sudah melepaskan celana dalam yang digunakan wanita itu dan jariku bermain didalama lubang hangat vaginanya yang terasa lembab dan basah.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sambil tetap memainkan kemaluanku dimulutnya Hilda membantuku melepaskan baju yang dikenakannya juga melepaskan pakaianku termasuk celanaku luar dan dalam, sehingga masih diruang itu kami sudah telanjang bulat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku memang terlena dengan permainan mulut Hilda yang luar biasa sehingga sempat terbuai dan ketika sempat ku melirik kesebelahku ternyata istriku sudah tidak ada.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Merasa sudah waktunya ’membalas budi’, aku mengubah posisi, Hilda kini duduk dan kurenggangkan kakinya itu lebar lebar dan sambil berlutut dilantai aku mulai menjilati nya, mulai dari payudaranya, terus turun kebawah hingga akhirnya mencapai vaginanya yang sudah basah dan berlendir, kujilat, kuhisap dan sesekali kumainkan klitorisnya dengan gigitan lembut, membuat Hilda terengah dan sesekali merintih, lalu ketika jariku ikut bermain dengan memasukan telunjuku kedalam vaginanya ia mulai menggelinjang hebat, hingga akhirnya...”ahh....nggak tahan....oh... nggak tahan, lalu dimintanya aku bangkit.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kini aku yang duduk dan Hilda ’kupangku’ deangan kemaluanku terbenam dalam vaginanya sementara mulutku tak lepas menghisap dan mengemut puting susunya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Posisi ini tidak berlangsung lama karena rupanya Hilda sudah tak sanggup lagi menahan dan dengan satu teriakan ia menggapai puncak kenikmatannya yang pertama malam ini.”ahhhhh...ahhhh...ssssshhhh....keluuaaarrrr..”, dan terasa vaginanya berdenyut dahsyat menjepit kemaluanku, namun aku masih belum ingin selesai, ingin kulihat aksi istriku dikamar sebelah, maka setelah berhenti bergerak beberapa lama, aku melepaskan kemaluanku dan Hilda langsung tergolek disofa dimana kami tadi bercinta, kukecup bibirnya dan berkata ”sst.., hai..take rest dulu ya.., saya kesebelah dulu., dan dengan senyum puas ia mengangguk kan kepalanya ” ”ya.., thank’s u r great..” jawabnya </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan telanjang bulat dan kemaluan yang masih mengacung tegang serta masih basah dengan lendir Hilda aku melangkah memasuki execution room’ yang berpenerangan agak redup namun masih jelas untuk melihat dan saat memasuki ruangan itu kulihat itu istriku sedang dalam posisi nungging serta seorang laki-laki yang sedang membenamkan batang kemaluannya dalam vaginanya sementara didepannya telentang seorang laki laki lain dengan batang kemaluan dalam genggaman tangannya dan kepala kemaluannya berada dalam mulut mungil istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Laki laki yang telentang itu ternyata Andri, juga tidak sedang diam karena diatas wajahnya berjongkok seorang wanita dengan payudaranya menggantung dan ’menantang’ yang mengarahkan vaginanya dimulutnya dan disambut dengan juluran lidahnya yang berusaha menerobos masuk dan sesekali bergerak menyapu klitoris, terkadang dihisapnya klitoris wanita itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Melihat mulut wanita yang kemudian kukenali sebagai Rini istri Prakoso, salah satu member swinger klub ini ‘menganggur’ aku segera menghampirinya dan menyodorkan batang kemaluanku yang masih tegang dan segera disambut dengan mulutnya dan dengan tangan kananku memegang kepalanya sementara tangan kiriku meremas payudara yang menggoda seleraku itu, aku memaju mundurkan pantatku sehingga kemaluanku masuk keluar dalam mulutnya dengan irama yang kubuat teratur.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Posisi ini tidak bertahan lama karena rupanya ia lelah dengan berjongkok diwajah Andri, berganti posisi kini ia menungging menyodorkan vaginanya untuk ’kutusuk’ dari belakang dan bibirnya juga langsung bertautan dengan bibir Andri</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Dengan mudah batang kemaluanku memasuki vagina Rini yang sudah basah dengan lendir nya dan ludah Andri, dan dengan gerakan cepat kuayun pantatku hingga seluruh batang kemaluanku terbenam, kutarik hingga hampir lepas dan dengan gerakan cepat kubenamkan lagi dengan keras dan cepat, demikian berulang ulang dan rupanya gerakan itu benar benar membuat Rini terangsang hebat dengan terengah engah sambil mulutnya berusaha tidak lepas dari bibir Andri yang juga tampak tengah berusaha menahan ’gempuran’ mulut istriku.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tiba tiba terdengar lenguhan keras dan laki – laki yang yang menyetubuhi istriku dari belakang tampak mempercepat geraklannya lalu dengan satu hunjaman yang keras terlihat tengah menikmati puncak permainan ini dengan melepaskan air maninya dalam vagina Anita yang tampak juga berusaha ’mengejar’ puncaknya, dan ...rupanya...berhasil..., istriku tampak mengayun pinggulnya dan mulutnya semakin ’gila’ menghisap kemaluan Andri hingga tidak tahan lagi dan hampir bersamaan mereka mengerang..., melenguh dan menegangkan tubuhnya untuk kemudian melemas....., sementara aku masih asyik dan dengan irama tetap mengayunkan kemaluanku dalam vagina Rini.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Istriku melepaskan mulutnya dari kemaluan Andri dan walau aku tahu hampir semua air mani yang di ’keluarkan’ Andri habis ditelannya namun sekilas masih terlihat beberapa tetes yang menggantung disudut bibir manis Anita, istriku, sementara laki laki yang tadi menyetubuhi dari belakang ternyata Kevin, sudah tergolek lemas dengan wajah penuh kepuasan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku tidak memperhatikan mereka lagi dan berkonsentrasi menyelesaikan permainanku sendiri dengan mempercepat ayunan pantatku, namun ..tiba tiba kurasakan sesuatu yang agak berbeda, biji ku teras geli dan enak, ternyata.........Anita ’membantuku’, kepalanya telah berada diantara pahaku dan lidahnya menjilati bijiku sementara batang kemaluanku masih terus bergerak seperti piston keluar masuk vagina Rini, ...............sungguh kenikmatan yang tiada tara.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Tidak mampu menahan lebih lama sementara kurasakan vagina Rini juga mulai berdenyut kencang...............akhirnya dengan teriakan yang keras Rini berteriak...’ahh..keluarrr...keluarrr...ahhh...uhhh... dan aku juga merasakan batang kemaluanku semakin keras berdenyut ...serasa akan meledak dan.........srrrett....aku membenamkan sedalam mungkin batang kemaluanku dalam vagina Rini, sementara pantatku ditekan oleh tangan Anita dan bibirnya menempel dibijiku, kubiarkan posisi ini beberapa saat lalu melepaskan kemaluanku yang mulai lemas dan ternyata disambut oleh mulut istriku dan dengan lidahnya menjilati dan akhirnya memasukan seluruh batang kemaluanku dalam mulutnya untuk kemudian dilepasnya dalam keadaan ’bersih’</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami berlima tergolek diranjang sementara kulirik di ranjang sebelah beberapa orang sedang asyik berkutat, Nova, istri Rully tampak sedang ’dipangku’ Jerry dengan kemaluannya yang tertanam dalam vagina wanita itu dan Yohan yang sedang asyik menikmati mulut Lina dengan kemaluannya dalam mulut wanita itu, dan Prakoso sendiri sedang dalam posisi konvensional dengan Hana istri Kevin, sementara disofa juga beberapa orang termasuk Iqbal dan Icha sedang ’berkutat’ satu sama lain menggapai kepuasan.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Suasana sudah benar benar cair, yang sudah selesai dengan santai dalam keadaan telanjang duduk dan ngobrol satu dengan lainnya, semua tanpa batasan..., Anita tampak ngobrol dengan Jerry sambil meletakan kepalanya dipaha laki laki itu dan tangannya mengusap dan memainkan kemaluan laki itu sementara Yohan duduk dilantai dengan posisi yang memudahkan aksesnya memainkan puting payudara istriku. </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku sendiri merebahkan kepalaku di didada montok Lina, dan sesekali putingnya kuhisap dan kumainkan, sesekali wanita cantik yang usianya lebih muda dari kami ini membungkukan kepalanya, menciumku, dan walau mulutnya sudah ’dipakai’ oleh batang kemaluan Yohan tadi namun tetap terasa manis.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kadang terasa ada tangan yang memainkan kemaluanku tapi aku tak tahu siapa dan juga tidak terlalu peduli.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Susana terasa sangat erotis dan setelah semua bergabung, masing masing mengambil posisi sesuai kesukaannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Lebih kurang tiga puluh menit kemudian Jerry mengambil inisiatif, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">”Bikin game yuk” tiba tiba Jerry berkata</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Semua mendengarkan dan Yohan bertanya ”game bagaimana bos?” tanyanya </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">” Gini.., kita kan ada 7 pasangan..., nah semua wanita kita tutup matanya lalu, kita yang laki laki bergiliran memasukan punya kita selama 1 menit, tanpa suara, nah si wanita mesti nebak siapa yang sedang memasukan punyanya, yang nebak tepat paling banyak itu yang menang nanti ada hadiah..., okay ...?” </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hampir seperti koor semua laki laki diruangan itu menjawab ” setujuuuu..”, sementara para wanita Cuma senyum senyum, namun Rini nyeletuk..”tapi habis itu kita juga bikin game ya buat para laki-laki”, rupanya ia tidak ingin kalah, dan semua setuju saja</span><br />
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;"><br /></span>
<span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Kami memulai permainan ini dan giliran pertama Anita istriku diminta maju, lalau matanya ditutu dengan kain dan dengan dituntun ia diminta memilih posisi, yang tanpa diragu dijawab dengan menungging di ranjang kedua kalinya agak renggang dan vaginanya yang tampak jelas dari belakang seperti mengundang siapapun untuk ’mencicipi lubang penuh kenikmatan itu.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px; margin-top: 0px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Satu persatu laki laki yang hadir lalu menghampiri dan yang lainnya menonton..., dimulai dari Jerry, ia membenamkan kemaluannya, mengocoknya dan menghantamkan kemaluannya sedalam mungkin dalam vagina Anita, dan walau hanya 1 menit namun kami yang menonton merasa amat lama karena mungkin ingin cepat cepat masuk juga, setelah Jerry melepaskan batang kemaluannya dari vagina Anita, istriku diminta menyebut siapa yang tadi masuk dan mungkin karena ia sempat mamainkan kemaluan Jerry di sofa tadi terkaannya tepat, lalu Rully menyusul dilanjutkan Prakoso dan semua laki laki yang hadir, dan aku sendiri terakhir, memang tadi Jerry sempat memberi kode supaya suami wanita yanag sedang ’dilombakan’ memasukinya terakhir.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Anita hanya bisa menebak 3 nama yang tepat, lalu ikatan penutup matanya dilepas dan giliran Hilda yang kini nungging menerima giliran di masuki semua laki laki yang hadir, dan Anita yang berdiri disampingku menonton Hilda yngan menggantikan posisinya berbisik kepadaku..” Pa..aduh.., nggak tahan ..nih.., katanya mengambil tanganku dan menmpelkannya di vaginanya yang sangat basah itu, namun aku hanya menjawab dengan senyum dan menciumnya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Hilda mampu menebak 2 nama yang tepat dan ketika digantikan oleh Rini masih tampak dalam keadaan sangat terangsang, namun dengan terpaksa ia berdiri juga menyaksikan perlombaan yang berlangsung.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Perlombaan itu akhirnya secara tidak terduga dimenangkan oleh Tiana, istri Budi yang sanggup menebak 5 nama dengan tepat.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Sebagai hadiah Tiana mendapatkan hadiah yang rupanya telah disediakan oleh Jerry </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Selanjutnya game masih berlangsung dalam beberapa macam perlombaan yang semua sangat seru, ada lomba menjilat vagina, ini ide Rini yang menyuruh semua laki laki gantian menjilat vagina selama semenit dan si wanita menentukan siapa yang menjilat paling enak, suara terbanyak yang menentukan pemenangnya, dan ’kategori’ ini dimenangkan oleh Donny, </span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Permainan yang penuh rangsangan akhirnya kembali dilanjutkan dengan sex yang sesungguhnya dan suasana yang telah akrab membuat batasan hampir tidak ada sama sekali ada, seperti Jerry yang menyetubuhi Hana, saat ejakulasi dicabutnya kemaluannya dan disodorkan ke mulut wanita yang terdekat dengannya yang dengan senang hati membuka mulutnya dan menerima limpahan air mani dari laki laki itu untuk langsung ditelannya, atau Icha yang ternyata tidak menolak di D P (double penetration) dengan Budi telentang dibawahnya dan kemaluannya didalam vaginanya, sementara Kevin memasuki anusnya dan dengan posisi ditengah Icha tampak berusaha mengimbangi irama gerakan kedua laki laki itu, desahnya yang lantang betapa ia menikmati kedua batang kemaluan itu dalam tubuhnya</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Pesta kali ini diakhiri dengan masing masing kembali ke pasangannya dan menuntaskan hasrat yang tersisa.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Aku dan Anita masih tergolek lemas setelah mencapai puncak kenikmatan, entah untuk yang keberapa kalinya bagiku atau baginya dan akhirnya dengan malas kami bergerak mengumpulkan pakaian yang tercecer dan mengenakannya.</span><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><br style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;" /><span style="background-color: #f6f6f6; color: #453621; font-family: Georgia, 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 15px; line-height: 20.5333347320557px;">Menjelang dinihari kami mengucapkan terima kasih dan meninggalkan hotel kembali kerumah kami dengan tubuh lelah namun penuh kepuasan.</span>Vanessahttp://www.blogger.com/profile/18259102760269570468noreply@blogger.com0