Sunday, October 18, 2009

Titipan Khusus Untuk Om Robert


Namaku Karina, usiaku 17 tahun dan aku adalah anak kedua dari pasangan Menado-Sunda. Kulitku putih, tinggi sekitar 168 cm dan berat 50 kg. Rambutku panjang sebahu dan ukuran dada 36B. Dalam keluargaku, semua wanitanya rata-rata berbadan seperti aku, sehingga tidak seperti gadis-gadis lain yang mendambakan tubuh yang indah sampai rela berdiet ketat. Di keluarga kami justru makan apapun tetap segini-segini saja.

Suatu sore dalam perjalanan pulang sehabis latihan cheers di sekolah, aku disuruh ayah mengantarkan surat-surat penting ke rumah temannya yang biasa dipanggil Om Robert. Kebetulan rumahnya memang melewati rumah kami karena letaknya di kompleks yang sama di perumahan elit selatan Jakarta.

Om Robert ini walau usianya sudah di akhir kepala 4, namun wajah dan gayanya masih seperti anak muda. Dari dulu diam-diam aku sedikit naksir padanya. Habis selain ganteng dan rambutnya sedikit beruban, badannya juga tinggi tegap dan hobinya berenang serta tenis. Ayah kenal dengannya sejak semasa kuliah dulu, oleh sebab itu kami lumayan dekat dengan keluarganya.

Kedua anaknya sedang kuliah di Amerika, sedang istrinya aktif di kegiatan sosial dan sering pergi ke pesta-pesta. Ibu sering diajak oleh si Tante Mela, istri Om Robert ini, namun ibu selalu menolak karena dia lebih senang di rumah.

Dengan diantar supir, aku sampai juga di rumahnya Om Robert yang dari luar terlihat sederhana namun di dalam ada kolam renang dan kebun yang luas. Sejak kecil aku sudah sering ke sini, namun baru kali ini aku datang sendiri tanpa ayah atau ibuku. Masih dengan seragam cheers-ku yang terdiri dari rok lipit warna biru yang panjangnya belasan centi diatas paha, dan kaos ketat tanpa lengan warna putih, aku memencet bel pintu rumahnya sambil membawa amplop besar titipan ayahku.

Ayah memang sedang ada bisnis dengan Om Robert yang pengusaha kayu, maka akhir-akhir ini mereka giat saling mengontak satu sama lain. Karena ayah ada rapat yang tidak dapat ditunda, maka suratnya tidak dapat dia berikan sendiri.

Seorang pembantu wanita yang sudah lumayan tua keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku. Sementara itu kusuruh supirku menungguku di luar.
Ketika memasuki ruang tamu, si pembantu berkata, "Tuan sedang berenang, Non. Tunggu saja di sini biar saya beritahu Tuan kalau Non sudah datang."
"Makasih, Bi." jawabku sambil duduk di sofa yang empuk.

Sudah 10 menit lebih menunggu, si bibi tidak muncul-muncul juga, begitu pula dengan Om Robert. Karena bosan, aku jalan-jalan dan sampai di pintu yang ternyata menghubungkan rumah itu dengan halaman belakang dan kolam renangnya yang lumayan besar. Kubuka pintunya dan di tepi kolam kulihat Om Robert yang sedang berdiri dan mengeringkan tubuh dengan handuk.

"Ooh.." pekikku dalam hati demi melihat tubuh atletisnya terutama bulubulu dadanya yang lebat, dan tonjolan di antara kedua pahanya.
Wajahku agak memerah karena mendadak aku jadi horny, dan payudaraku terasa gatal. Om Robert menoleh dan melihatku berdiri terpaku dengan tatapan tolol, dia pun tertawa dan memanggilku untuk menghampirinya.

"Halo Karin, apa kabar kamu..?" sapa Om Robert hangat sambil memberikan sun di pipiku. Aku pun balas sun dia walau kagok, "Oh, baik Om. Om sendiri apa kabar..?"
"Om baik-baik aja. Kamu baru pulang dari sekolah yah..?" tanya Om Robert sambil memandangku dari atas sampai ke bawah.
Tatapannya berhenti sebentar di dadaku yang membusung terbungkus kaos ketat, sedangkan aku sendiri hanya dapat tersenyum melihat tonjolan di celana renang Om Robert yang ketat itu mengeras.

"Iya Om, baru latihan cheers. Tante Mella mana Om..?" ujarku basa-basi.
"Tante Mella lagi ke Bali sama teman-temannya. Om ditinggal sendirian nih." balas Om Robert sambil memasang kimono di tubuhnya.
"Ooh.." jawabku dengan nada sedikit kecewa karena tidak dapat melihat tubuh atletis Om Robert dengan leluasa lagi.
"Ke dapur yuk..!"

"Kamu mau minum apa Rin..?" tanya Om Robert ketika kami sampai di dapur.
"Air putih aja Om, biar awet muda." jawabku asal.
Sambil menunggu Om Robert menuangkan air dingin ke gelas, aku pindah duduk ke atas meja di tengah-tengah dapurnya yang luas karena tidak ada bangku di dapurnya.
"Duduk di sini boleh yah Om..?" tanyaku sambil menyilangkan kaki kananku dan membiarkan paha putihku makin tinggi terlihat.
"Boleh kok Rin." kata Om Robert sambil mendekatiku dengan membawa gelas berisi air dingin.

Namun entah karena pandangannya terpaku pada cara dudukku yang menggoda itu atau memang beneran tidak sengaja, kakinya tersandung ujung keset yang berada di lantai dan Om Robert pun limbung ke depan hingga menumpahkan isi gelas tadi ke baju dan rokku.
"Aaah..!" pekikku kaget, sedang kedua tangan Om Robert langsung menggapai pahaku untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh.
"Aduh.., begimana sih..? Om nggak sengaja Rin. Maaf yah, baju kamu jadi basah semua tuh.
Dingin nggak airnya tadi..?" tanya Om Robert sambil buru-buru mengambil lap dan menyeka rok dan kaosku.

Aku yang masih terkejut hanya diam mengamati tangan Om Robert yang berada di atas dadaku dan matanya yang nampak berkonsentrasi menyeka kaosku. Putingku tercetak semakin jelas di balik kaosku yang basah dan hembusan napasku yang memburu menerpa wajah Om Robert.
"Om.. udah Om..!" kataku lirih.
Dia pun menoleh ke atas memandang wajahku dan bukannya menjauh malah meletakkan kain lap tadi di sampingku dan mendekatkan kembali wajahnya ke wajahku dan tersenyum sambil mengelus rambutku.

"Kamu cantik, Karin.." ujarnya lembut.
Aku jadi tertunduk malu tapi tangannya mengangkat daguku dan malahan menciumku tepat di bibir. Aku refleks memejamkan mata dan Om Robert kembali menciumku tapi sekarang lidahnya mencoba mendesak masuk ke dalam mulutku. Aku ingin menolak rasanya, tapi dorongan dari dalam tidak dapat berbohong. Aku balas melumat bibirnya dan tanganku meraih pundak Om Robert, sedang tangannya sendiri meraba-raba pahaku dari dalam rokku yang makin terangkat hingga terlihat jelas celana dalam dan selangkanganku.

Ciumannya makin buas, dan kini Om Robert turun ke leher dan menciumku di sana. Sambil berciuman, tanganku meraih pengikat kimono Om Robert dan membukanya. Tanganku menelusuri dadanya yang bidang dan bulu-bulunya yang lebat, kemudian mengecupnya lembut. Sementara itu tangan Om Robert juga tidak mau kalah bergerak mengelus celana dalamku dari luar, kemudian ke atas lagi dan meremas payudaraku yang sudah gatal sedari tadi.

Aku melenguh agak keras dan Om Robert pun makin giat meremas-remas dadaku yang montok itu. Perlahan dia melepaskan ciumannya dan aku membiarkan dia melepas kaosku dari atas. Kini aku duduk hanya mengenakan bra hitam dan rok cheersku itu. Om Robert memandangku tidak berkedip. Kemudian dia bergerak cepat melumat kembali bibirku dan sambil french kissing, tangannya melepas kaitan bra-ku dari belakang dengan tangannya yang cekatan.

Kini dadaku benar-benar telanjang bulat. Aku masih merasa aneh karena baru kali ini aku telanjang dada di depan pria yang bukan pacarku. Om Robert mulai meremas kedua payudaraku bergantian dan aku memilih untuk memejamkan mata dan menikmati saja. Tiba-tiba aku merasa putingku yang sudah tegang akibat nafsu itu menjadi basah, dan ternyata Om Robert sedang asyik menjilatnya dengan lidahnya yang panjang dan tebal. Uh.., jago sekali dia melumat, mencium, menarik-narik dan menghisap-hisap puting kiri dan kananku.

Tanpa kusadari, aku pun mengeluarkan erangan yang lumayan keras, dan itu malah semakin membuat Om Robert bernafsu.
"Oom.. aah.. aaah..!"
"Rin, kamu kok seksi banget sih..? Om suka banget sama badan kamu, bagus banget. Apalagi
ini.." godanya sambil memelintir putingku yang makin mencuat dan tegang.
"Ahh.., Om.. gelii..!" balasku manja.

"Sshh.. jangan panggil 'Om', sekarang panggil 'Robert' aja ya, Rin. Kamu kan udah gede.." ujarnya.
"Iya deh, Om." jawabku nakal dan Om Robert pun sengaja memelintir kedua putingku lebih keras lagi.
"Eeeh..! Om.. eh Robert.. geli aah..!" kataku sambil sedikit cemberut namun dia tidak menjawab malahan mencium bibirku mesra.

Entah kapan tepatnya, Om Robert berhasil meloloskan rok dan celana dalam hitamku, yang pasti tahu-tahu aku sudah telanjang bulat di atas meja dapur itu dan Om Robert sendiri sudah melepas celana renangnya, hanya tinggal memakai kimononya saja. Kini Om Robert membungkuk dan jilatannya pindah ke selangkanganku yang sengaja kubuka selebar-lebarnya agar dia dapat melihat isi vaginaku yang merekah dan berwarna merah muda.

Kemudian lidah yang hangat dan basah itu pun pindah ke atas dan mulai mengerjai klitorisku dari atas ke bawah dan begitu terus berulang-ulang hingga aku mengerang tidak tertahan.
"Aeeh.. uuh... Rob.. aawh.. ehh..!"
Aku hanya dapat mengelus dan menjambak rambut Om Robert dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku berusaha berpegang pada atas meja untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh ke depan atau ke belakang.

Badanku terasa mengejang serta cairan vaginaku terasa mulai meleleh keluar dan Om Robert pun menjilatinya dengan cepat sampai vaginaku terasa kering kembali. Badanku kemudian direbahkan di atas meja dan dibiarkannya kakiku menjuntai ke bawah, sedang Om Robert melebarkan kedua kakinya dan siap-siap memasukkan penisnya yang besar dan sudah tegang dari tadi ke dalam vaginaku yang juga sudah tidak sabar ingin dimasuki olehnya.

Perlahan Om Robert mendorong penisnya ke dalam vaginaku yang sempit dan penisnya mulai menggosok-gosok dinding vaginaku. Rasanya benar-benar nikmat, geli, dan entah apa lagi, pokoknya aku hanya memejamkan mata dan menikmati semuanya.
"Aaww.. gede banget sih Rob..!" ujarku karena dari tadi Om Robert belum berhasil juga memasukkan seluruh penisnya ke dalam vaginaku itu.
"Iyah.., tahan sebentar yah Sayang, vagina kamu juga sempitnya.. ampun deh..!"
Aku tersenyum sambil menahan gejolak nafsu yang sudah menggebu.

Akhirnya setelah lima kali lebih mencoba masuk, penis Om Robert berhasil masuk seluruhnya ke dalam vaginaku dan pinggulnya pun mulai bergerak maju mundur. Makin lama gerakannya makin cepat dan terdengar Om Robert mengerang keenakan.
"Ah Rin... enak Rin.. aduuuh..!"
"Iii.. iyaa.. Om.. enakk.. ngentott.. Om.. terusss.. eehh..!" balasku sambil merem melek keenakan.

Om Robert tersenyum mendengarku yang mulai meracau ngomongnya. Memang kalau sudah begini biasanya keluar kata-kata kasar dari mulutku dan ternyata itu membuat Om Robert semakin nafsu saja.
"Awwh.. awwwh.. aah..!" orgasmeku mulai lagi.
Tidak lama kemudian badanku diperosotkan ke bawah dari atas meja dan diputar menghadap ke depan meja, membelakangi Om Robert yang masih berdiri tanpa mencabut penisnya dari dalam vaginaku. Diputar begitu rasanya cairanku menetes ke sela-sela paha kami dan gesekannya benar-benar nikmat.

Kini posisiku membelakangi Om Robert dan dia pun mulai menggenjot lagi dengan gaya doggie style. Badanku membungkuk ke depan, kedua payudara montokku menggantung bebas dan ikut berayun-ayun setiap kali pinggul Om Robert maju mundur. Aku pun ikut memutar-mutar pinggul dan pantatku. Om Robert mempercepat gerakannya sambil sesekali meremas gemas pantatku yang semok dan putih itu, kemudian berpindah ke depan dan mencari putingku yang sudah sangat tegang dari tadi.

"Awwh.. lebih keras Om.. pentilnya.. puterrr..!" rintihku dan Om Robert serta merta meremas putingku lebih keras lagi dan tangan satunya bergerak mencari klitorisku. Kedua tanganku berpegang pada ujung meja dan kepalaku menoleh ke belakang melihat Om Robert yang sedang merem melek keenakan. Gila rasanya tubuhku banjir keringat dan nikmatnya tangan Om Robert di mana-mana yang menggerayangi tubuhku.

Putingku diputar-putar makin keras sambil sesekali payudaraku diremas kuat. Klitorisku digosokgosok makin gila, dan hentakan penisnya keluar masuk vaginaku makin cepat. Akhirnya orgasmeku mulai lagi. Bagai terkena badai, tubuhku mengejang kuat dan lututku lemas sekali. Begitu juga dengan Om Robert, akhirnya dia ejakulasi juga dan memuncratkan spermanya di dalam vaginaku yang hangat.

"Aaah.. Riin..!" erangnya.

Om Robert melepaskan penisnya dari dalam vaginaku dan aku berlutut lemas sambil bersandar di samping meja dapur dan mengatur napasku. Om Robert duduk di sebelahku dan kami samasama masih terengah-engah setelah pertempuran yang seru tadi.

"Sini Om..! Karin bersihin sisanya tadi..!" ujarku sambil membungkuk dan menjilati sisa-sisa cairan cinta tadi di sekitar selangkangan Om Robert.
Om Robert hanya terdiam sambil mengelus rambutku yang sudah acak-acakan. Setelah bersih, gantian Om Robert yang menjilati selangkanganku, kemudian dia mengumpulkan pakaian seragamku yang berceceran di lantai dapur dan mengantarku ke kamar mandi.

Setelah mencuci vaginaku dan memakai seragamku kembali, aku keluar menemui Om Robert yang ternyata sudah memakai kaos dan celana kulot, dan kami sama-sama tersenyum.
"Rin, Om minta maaf yah malah begini jadinya, kamu nggak menyesal kan..?" ujar Om Robert sambil menarik diriku duduk di pangkuannya.
"Enggak Om, dari dulu Karin emang senang sama Om, menurut Karin Om itu temen ayah yang paling ganteng dan baik." pujiku.
"Makasih ya Sayang, ingat kalau ada apa-apa jangan segan telpon Om yah..?" balasnya.
"Iya Om, makasih juga yah permainannya yang tadi, Om jago deh."
"Iya Rin, kamu juga. Om aja nggak nyangka kamu bisa muasin Om kayak tadi."
"He.. he.. he.." aku tersipu malu.

"Oh iya Om, ini titipannya ayah hampir lupa." ujarku sambil buru-buru menyerahkan titipan ayah pada Om Robert.
"Iya, makasih ya Karin sayang.." jawab Om Robert sambil tangannya meraba pahaku lagi dari dalam rokku.
"Aah.. Om, Karin musti pulang nih, udah sore." elakku sambil melepaskan diri dari Om Robert.
Om Robert pun berdiri dan mencium pipiku lembut, kemudian mengantarku ke mobil dan aku pun pulang.

Di dalam mobil, supirku yang mungkin heran melihatku tersenyum-senyum sendirian mengingat kejadian tadi pun bertanya.
"Non, kok lama amat sih nganter amplop doang..? Ditahan dulu yah Non..?"
Sambil menahan tawa aku pun berkata, "Iya Pak, dikasih 'wejangan' pula.." Supirku hanya dapat memandangku dari kaca spion dengan pandangan tidak mengerti dan aku hanya membalasnya dengan senyuman rahasia. He..he..he..

Wednesday, June 17, 2009

Arthur : Ski, Snow, and Sex

Hobby favorite saya adalah main ski. Pertama kali saya tiba di Amerika, saya tidak sabar untuk belajar ski karena pada dasarnya saya suka sekali dengan tantangan. Nama saya Arthur, ini kisahku.

Pada bulan September 2006, teman baik saya bernama Antonio (dari Italia) mengirim saya email. Inti email adalah International Student Organization (ISO) kampus saya tahun ini akan mengadakan ski trip ke Aspen di negara bagian Colorado. Pada tahun-tahun sebelumnya, ski trip biasanya diadakan ke Bear Mountain di California, Mount Hood di Oregon atau ke Utah. Saya langsung menjawab dengan antusias kesediaan ikut. Saya minta si Vita untuk didaftarkan juga karena ia suka main ski.

Vita adalah seks partner saya. Kita adalah teman baik tapi kita tidak mau terikat hubungan ikatan. Cukup hubungan intim. Ski trip diadakan pada hari Thanksgiving di bulan November. Thanksgiving merupakan hari perayaan nasional orang Amerika dimana beratus tahun yang lalu nenek moyang orang Amerika beremigrasi dari Inggris. Setiba di benua Amerika, mereka tidak punya makanan sama sekali. Beruntung orang Indian berbaik hati dan memberi mereka makanan. Kebaikan hati dan sikap bersahabat orang Indian ini dijadikan sebagai perayaan Thanksgiving di Amerika. OK, kita lanjutkan ceritanya.

Thanksgiving Day 1998

Jum'at

Saya dan Vita sudah menunggu di airport untuk berangkat ke Aspen. Saya dan Vita telah membawa sendiri peralatan ski. Ada sekitar 30 orang yang ikut serta. Si Antonio dan pacarnya, Priscilla (orang Venezuela) tampak sibuk mengatur dan mendaftar orang-orang yang telah hadir. Sebagian besar yang ikut adalah anak-anak freshman. Ada 2 orang Indonesia yang ikut. Jam 6 pagi tepat, pesawat United Airline yang kami tumpangi berangkat menuju ke Aspen. Jam 9:30, pesawat mendarat di Denver. Lalu dengan mengendarai bis yang telah disewa, kami melanjutkan perjalanan ke Aspen yang memakan waktu 2 jam.

Setiba di Aspen, para panitia langsung check-in ke hotel dan menunjukkan kamar-kamar para peserta ski trip. Saya dan Vita mendapatkan tempat di lodge bersama dengan Antonio dan Priscilla, tetapi kamarnya dibuat terpisah yaitu Vita dan Priscilla sedangkan saya dengan Antonio. Setelah makan siang, rombongan dibawa ke tempat bermain ski. Bagi yang tidak punya peralatan ski, bisa sewa. Tempat bermain ski dikelilingi pegunungan yang sangat indah dan tertutup salju. Sejauh mata memandang, semuanya putih. Di lereng gunung, terlihat rumah-rumah dari kayu serta hotel-hotel ditengah-tengah pepohonan cemara.

Pemandangan yang sangat cantik. Saya sibuk memotret pemandangan ini dengan peralatan kameraku. Peserta yang belum bisa main ski disediakan guru, sedangkan yang sudah bisa main ski diperbolehkan untuk naik ski lift jalur kuning untuk dibawa ke atas gunung. Perjalanan naik ski lift keatas gunung memakan waktu 3 menit, tapi perjalanan turun kebawah bisa butuh waktu lebih lama karena track skinya dibuat mengitari gunung.

Saya, Vita, Antonio dan Priscilla langsung naik ski lift ke jalur merah. Jalur merah merupakan jalur yang paling curam dan tinggi. Hanya direkomendasikan bagi yang sudah ahli main ski. Ada beberapa teman dari Rusia, Jepang dan Inggris yang ikut dengan kita ke jalur merah. Setiba di puncak gunung, kita semua langsung balapan turun kebawah. Benar-benar menegangkan dan menyenangkan. Sambil meluncur turun, tidak henti-hentinya kita saling memotong depan teman sambil tertawa-tawa. Begitu sampai di ski station di lereng gunung, kembali kita naik ski lift dan berlomba adu cepat menuruni gunung dengan ski.

Pemandangan dari atas gunung benar-benar indah. Cuaca Â-20 derajat celcius tidak terasa begitu dingin karena badan kami sudah hangat dibungkus jaket ski yang tebal. Tidak terasa, kami sudah main ski selama 5 jam. Kami istirahat ke ski station untuk makan dan minum. Puas istirahat, Saya, Vita, Priscilla dan Antonio kembali melanjutkan main ski. Teman-teman yang lain memutuskan untuk kembali ke hotel untuk istirahat. Ternyata bermain ski di malam hari tidak kalah indah karena lampu-lampu disepanjang ski track membuat suasana lebih romantis dan indah. Jam 7 malam, kami berempat sudah lelah dan diputuskan untuk kembali ke cottage.

Karena Antonio adalah ketua panitia, maka ia bebas memilih sendiri cottage yang diinginkan. Didalam cottage kami ada Jacuzzi. Jacuzzinya terletak di teras lantai dua. Antonio menawarkan untuk berendam di air hangat Jacuzzi setelah makan malam, saya langsung setuju. Acara makan malam untuk peserta diadakan di restoran dekat hotel. Acara makan malam disusul dengan games dan penyalaan api unggun.

Selesai acara itu, kita berempat kembali ke cottage. Jacuzzi telah disiapkan Antonio. Saya dan Antonio langsung membuka membuka semua baju hangat dan nyemplung ke Jacuzzi dengan menggunakan celana pendek. Sedangkan Vita dan Priscilla menggunakan BH dan celana dalam. Saya belum bercerita tentang Priscilla. Priscilla sangat cantik, ia adalah bom seks di ISO. Wajahnya yang khas dari negara latin membuat dirinya sangat cantik dan erotis. Rambunya berwarna pirang, buah dadanya besar dan tubuhnya langsing dan berisi.

Sering sekali saya mendengar komentar dari teman-teman yang horny melihat Priscilla di kampus. Jujur saja, saya sering ereksi melihat cara Priscilla berpakaian di kampus dan sekarang malam ini Priscilla hanya menggunakan BH dan celana dalam di hadapan saya, oh yes! I'm in paradise. Antonio sendiri orangnya ganteng. Tingginya 185 cm, tubuhnya sangat atletis, wajahnya khas orang Italia dengan rambutnya yang selalu terlihat klimis. Sedangkan Vita, seks partner saya, bertubuh langsing padat dan buah dadanya besar. Rambutnya panjang dan kulitnya putih.

Sambil menikmati kehangatan Jacuzzi, saya memeluk Vita dan Antonio memeluk Priscilla. Kita berendam sambil minum wine dan saling bertukar cerita sambil tertawa-tawa. Vita kemudian minta ijin untuk ke toilet. Saya melihat mata Antonio langsung memperhatikan tubuh Vita yang dibalut BH dan celana dalam yang basah sehingga tampak puting dan bulu kemaluannya.

Tidak lama, si Priscilla ikut-ikutan ke toilet, sekarang giliran saya melihat tubuh Priscilla yang molek. Saya dan Antonio kembali ngobrol sambil minum. Vita dan Priscilla kembali ke Jacuzzi sambil tertawa-tawa. Vita menarik tangan saya untuk keluar dari Jacuzzi dan Priscilla juga menarik tangan Antonio. Dengan tanda tanya, kita berdua mengeringkan tubuh dengan handuk dan dibimbing ke ruang tengah. Perapian sudah dinyalakan sehingga ruangan telah hangat.

"Saya dan Vita sepakat, malam ini kita bertukar pasangan" kata Priscilla sambil tersenyum.
"Agree guys?" kata Vita.
"Terserah panitia yang punya acara" kata saya.
"Up to you ladies" kata Antonio sambil tertawa.
"Sekarang kalian berdua duduk disofa" kata Priscilla.

Saya dan Antonio duduk di sofa kemudian Vita membuka BH Priscilla dan menarik celana dalamnya, lalu gantian Priscilla membuka BH dan celana dalam Vita. Saya dan Antonio tak henti-hentinya menelan ludah melihat tubuh-tubuh telanjang itu.

Vita menghampiri Antonio dan mereka langsung berciuman. Priscilla juga menghampiri diriku dan kita berciuman. Tak henti-hentinya tangan saya menggerayangi tubuh Priscilla, saya remas buah dadanya dan mengusap vaginanya. Priscilla sangat agresif. Kontol saya diremas dan ditarik. Saya melirik ke Vita dan mereka sedang sibuk dalam posisi 69.

Priscilla kemudian jongkok dihadapanku, kontol saya langsung dihisap dengan penuh nafsu, sekali-sekali matanya melirik kesaya dengan pandangan menggoda. Kemudian Priscilla mencondongkan dadanya ke kontol saya lalu kontol saya dikepit diantara payudaranya yang besar. Langsung saya mendongakkan kepala merasakan kenikmatan ini. Payudara Priscilla dikepit dengan keras sambil digoyang naik turun sehingga kontol saya terasa seperti dikocok-kocok.

"Oh yes baby, do it again" pinta saya.

Saya lalu bertukar posisi, Priscilla duduk di sofa dan saya mulai menjilat vaginanya. Priscilla menjerit dengan nikmat sambil meremas kepala saya. Saya melihat Vita dalam posisi doggy style dan Antonio sedang menggenjot kontolnya dalam vagina Vita. Vita mendesah-desah sambil meremas payudaranya

"Yes Antonio, fuck me, fuck me like a bitch" seru Vita.

Melihat Vita terlihat tak berdaya disetubuhi Antonio, gairah saya bertambah dan saya langsung mengarahkan kontol saya ke vagina Priscilla. Ini benar-benar saat yang saya pernah mimpikan, menyetubuhi Priscilla. Wajah Priscilla yang sayu terlihat semakin menggairahkan. Priscilla mengangkat kakinya tinggi lalu menahannya dengan merangkul pangkal pahanya, sedangkan saya mencondongkan dada saya ke dada Priscilla sambil menggenjotnya.

Priscilla kelihatannya semakin keras digenjot semakin liar. Priscilla memutar tubuhnya sehingga posisi berganti menjadi doggy style. Payudara Priscilla yang besar tampak menggelantung langsung saya remas-remas. Priscilla dengan lihai memutar-mutar pantatnya sambil mengikuti irama genjotanku. Baru sekali ini saya merasakan goyangan seperti itu.

Tak lama saya mendengar si Antonio melenguh dengan keras, kontolnya ditarik keluar dari vagina Vita dan diarahkan ke mulut Vita. Vita menjilat dan menelan peju Antonio. Setelah bersih, kembali Antonio memasukkan kontolnya ke vagina Vita dalam posisi doggy style. Keringat disekujur tubuh Vita dan Antonio mengalir dengan deras. Saya sendiri terus menggenjot Priscilla, sekitar 2 atau 3 kali Priscilla memekik dengan keras dan tubuhnya sedikit mengejang tapi ia terus menggoyangkan pantatnya, rupanya ia sedang mengalami multiple orgasm. Saya menjadi kagum melihat stamina Priscilla yang kuat, tapi saya tidak ingin kalah kuat dengannya.

Saya mengubah posisi menjadi duduk lalu Priscilla duduk dipangkuan saya tetapi membelakangiku. Kembali ia menggoyang tubuhnya naik turun dengan penuh enerjik, sedangkan saya meremas payudaranya dari belakang. Akhirnya pertahanan saya runtuh, saya mulai klimaks. Saya berseru dengan nikmat saat peju saya keluar sedangkan Priscilla menghujamkan vaginanya dengan keras ke kontolku sambil berteriak penuh nikmat. Setelah peju saya keluar semua, saya dan Priscilla langsung terduduk dengan lemas. Priscilla duduk dipangkuanku dan kita kembali berciuman. Saya meremas dan menghisap putingnya sedangkan tangan kanan saya kembali mengelus vaginanya.

Vita sendiri tak kalah seru. Antonio dan Vita sedang ML dalam posisi berdiri. Vita berdiri menghadap ke dinding dengan kedua tangannya bertumpu pada dinding sedangkan Antonio dari arah belakang menggenjot kontolnya dalam vagina Vita. Tak henti-hentinya payudara Vita diremas-remas Antonio dan Vita berseru-seru dengan nikmat untuk digenjot lebih keras. Tak lama Antonio kembali ejakulasi, ditarik kontolnya dari vagina Vita lalu dikocok sehingga pejunya muncrat ke pantat Vita. Vita menengok kebelakang dan Antonio mencium bibirnya sambil meremas payudaranya.

Priscilla lalu mendorong tubuh saya sampai telentang di sofa. Kembali Priscilla jongkok dihadapanku lalu memasukkan kontolku ke vaginanya. Dengan penuh gairah, ia kembali mengocok-kocok kontolku dalam vaginanya. Ia merebahkan dadanya kedadaku lalu berciuman. Payudaranya saya remas dengan lembut. Saya melirik ke Vita dan mereka sedang berpelukan sambil melihat kita bersetubuh.

Sambil menghisap puting Priscilla, tiba-tiba Vita berdiri mengangkang dimuka saya lalu mendekatkan vaginanya ke mulutku, langsung saya menjilat vaginanya yang basah. Vita yang posisinya jongkok diatas muka saya, tiba-tiba dengan pelan Priscilla mendorong punggung Vita ke depan sehingga Vita menjadi nungging diatas diriku, Priscilla kemudian sambil bersetubuh diatas diriku menjilat anus Vita. Vita mendesah-desah menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan lidah Priscilla di anusnya. Saya kemudian melihat Antonio berdiri dibelakang Priscilla.

Wah mau ngapain dia? Saya bertanya dalam hati.

Ternyata Antonio mulai memasukkan kontolnya kedalam anus Priscilla. Priscilla mendongak saat kontol Antonio masuk kedalam anusnya, Priscilla menghentikan goyangannya dan membiarkan kontol Antonio masuk lebih dalam. Kemudian Priscilla pelan-pelan mengayunkan pantatnya dan secara bersamaan kontol saya keluar masuk vaginanya begitu pula kontol Antonio kedalam anus Priscilla. Saya sebenarnya tidak bisa melihat ini dengan jelas, tapi beruntung Vita telah memasang handycam disudut ruangan sebelum pertarungan ini dimulai sehingga kita berempat bisa menontonnya.

Di video itu, terlihat posisi kita berempat yang saling bertumpang tindih. Saya dibagian bawah ditindih oleh Priscilla dan Vita nungging dimuka saya menerima jilatan divagina dan jilatan di anus dari Priscilla. Sedangkan Priscilla vaginanya diisi oleh kontol saya dan Antonio berdiri dibelakang Priscilla menyetubuhi anus Priscilla. Akhirnya peju saya keluar didalam vagina Priscilla dan Antonio pun mengalami ejakulasi. Peju Antonio memenuhi anus Priscilla. Priscilla terkulai lemas dipelukan saya. Vita jongkok disamping saya lalu mencium bibir Priscilla dengan mesra sambil membelai rambutnya. Akhirnya kita berempat tertidur didepan perapian sambil berselimutan tanpa mengenakan baju.

Sabtu

Pagi hari, kami berempat bangun, sebenarnya kami agak malas bangun tapi berhubung Antonio dan Priscilla adalah panitia maka mereka harus segera mengatur acara untuk hari ini. Acara pagi ini adalah sarapan dilanjutkan dengan hiking di pedesaan di Aspen. Suasana hiking berjalan dengan seru. Di sebuah lapangan yang luas, para peserta beristirahat. Ada yang membuat snowman, ada yang timpuk-timpukan salju. Jam 12 siang, kami semua kembali ke hotel untuk makan siang. Peserta bebas memilih mau main ski atau shopping di Aspen. Banyak yang memilih kembali main ski.

Saya, Vita, Antonio dan Priscilla kembali bermain ski sampai makan malam. Makan malam kali ini diadakan di sebuah restoran di Aspen. Restoran terbuat dari kayu dengan hiasan-hiasan ala koboi. Selesai makan malam, peserta ada yang kembali ke hotel, ada yang belanja di Aspen, ada yang foto-foto. Kita berempat memilih untuk jalan-jalan didaerah pedesaan. Suasana sangat romantis. Saya berjalan sambil memeluk Vita dan Antonio memeluk Priscilla. Setelah lelah, kita kembali ke cottage.

Malam itu kembali kita berempat bersetubuh dengan berbagai gaya. Vita kebagian double penetration, saya memasuki kontolku kedalam anusnya sedangkan Antonio memasukkan kontolnya dalam vagina Vita dan Priscilla tak henti-hentinya berciuman dengan Vita. Priscilla mendapat bagian diikat tangan dan kakinya sehingga saya, Vita dan Antonio dengan bebas menikmati tubuhnya. Lalu ganti posisi dimana saya telentang dan Vita jongkok diatas pinggulku sambil mengocok kontol saya dalam vaginanya sedangkan Priscilla jongkok di atas mukaku sehingga saya bisa menjilat vaginanya. Vita dan Priscilla saling meremas payudara dan berciuman kemudian Antonio berdiri ditengah dan menyodorkan kontolnya ke mereka berdua. Secara gantian mereka menghisap kontol Antonio.

Kami berpesta seks sampai jam 4 pagi lalu tertidur. Jam 7 pagi kami terbangun dan langsung membereskan barang-barang karena bis akan segera berangkat mengantar kita semua ke Denver lalu kembali ke San Francisco.

Entah mana yang jauh lebih asyik, naik ke puncak gunung lalu meluncur dengan ski dengan kecepatan tinggi, atau bersetubuh dengan dua bidadari. Yang pasti, semuanya nikmat dan tak terlupakan.

Tamat

Thursday, February 26, 2009

Elena

Kira-kira sebulan sesudah pesta di kaki gunung Salak, selesai meeting di kantor, aku menerima message di voice mailku. Yang mengirim message seorang cewek, dia cuma memintaku supaya menelepon dia di 0816 xxyyzz.

Selesai meeting, aku langsung mendial nomer itu.., ternyata cewek itu Elena, dia yang jadi tuan rumah waktu pesta di kaki Gunung Salak itu, what a surprise!, Dia mengajakku untuk makan malam dan akhirnya kita janjian ketemu di Gondola Restaurant jam 8 malam.

Malam itu, Elena datang dengan gaun yang aduhai, dia benar-benar membuatku berdebar-debar. Dengan potongan dada yang rendah, aku bisa melihat belahan dadanya yang putih dan di kanan kirinya menyembul buah dada yang cukup menantang, dia memakai BH yang tipis sehingga samar-samar putingnya terlihat menonjol di balik gaunnya. Rambutnya di sanggul, sehingga lehernya yang putih jenjang terlihat jelas. Gaun mininya yang ketat memperlihatkan pinggulnya yang padat dan aku tidak melihat garis celana dalamnya. Betisnya putih dan berbentuk seperti cerutu makin membuat darah laki-lakiku makin bergolak.
Selesai makan, kuantar dia pulang ke apartemennya di Cipete. Di lift, begitu pintu tertutup, tiba-tiba saja dia memelukku dan berbisik.
“Ndra, aku pingin merasakan kejantanan lu.., Vinda bilang lu hebat”. Aku merasakan buah dadanya yang tertekan di antara tubuhku, dan kontan saja penisku berdiri. Elena ternyata merasakan juga penisku yang menegang, dia langsung meremas penisku sambil menyodorkan bibirnya yang merekah, langsung saja kusambar bibirnya dengan ciuman yang penuh nafsu dan tanganku mulai menjelajah buah dadanya. Aku remas buah dadanya dengan lembut dan aku merasakan desahan nafas Elena yang makin keras. Tidak lama kemudian pintu lift terbuka, dan kita berdua dengan terburu-buru langsung menuju kamar apartemen karena kita merasakan nafsu birahi yang rasanya sudah tidak tertahankan lagi.

Setelah kita berdua masuk dan mengunci pintu, Elena langsung menciumiku dengan bertubi-tubi, tangannya langsung melepaskan sabuk dan celanaku. Sementara itu, aku juga berusaha melepaskan gaunnya dengan menurunkan ritsluiting di punggungnya. Setelah gaunnya lepas, aku melihat tubuh yang putih mulus, Elena ternyata tidak memakai celana dalam sehingga aku sekarang bisa melihat bibir vagina yang menggembung dan ditutupi oleh bulu-bulu yang tipis dan buah dadanya yang menonjol indah itu masih ditutupi oleh BH yang tipis. Tidak lama kemudian, aku merasakan jari-jarinya di penisku dan setelah itu Elena berjongkok dan memulai babak pemanasan dengan mengecup dan menghisap penisku dengan bibirnya yang mungil itu. Beberapa saat kemudian, kita berdua sudah telanjang total tanpa sebuah benangpun menutupi tubuh. Aku merasakan hisapannya di penisku makin menggairahkan.

Pelan-pelan kuangkat dia supaya berdiri dan kurapetin dia ke tembok, kuhujani dia dengan kecupan di leher dan bibirnya. Sementara itu tanganku mulai bekerja di buah dada dan vaginanya. Tidak lama kemudian, Elena menggelinjang dan setengah berteriak “Ndra, setubuhin aku sekarang.., aku udah tidak tahan!”. Kusuruh dia mengangkat kakinya, pada saat itu vaginanya terbuka, aku masukin penisku ke vaginanya yang sudah dipenuhi dengan lendir. Setelah itu aku suruh dia melingkarkan kedua kakinya di pinggangku dan kedua tangannya di leherku, kedua tanganku berada di pantatnya untuk mengangkatnya. Posisi kita persis seperti orang yang menggendong temannya, hanya saja penisku sudah tertancap ke vaginanya. Dengan tanganku yang ada di pantatnya, aku angkat dia naik turun sehingga kemaluan kita saling bergesek. Aku merasakan lubang vaginanya mulai basah lembab.

Sambil menggendong Elena, aku jalan ke sofa dan akhirnya aku duduk di sofa yang empuk itu. Sekarang posisi Elena berjongkok di atasku dengan penisku masih di dalam vaginanya yang menggairahkan itu. Elena mulai menggerakkan badannya naik turun, seperti orang sedang berkuda sementara itu kedua tanganku mulai bekerja di payudaranya yang makin menegang itu. Makin lama gerakan naik turunnya makin cepat, sehingga penisku dan vaginanya bergesek makin keras, karena vaginanya sudah mengeluarkan cairan “pelumas”, gesekan itu terasa nikmat dan membuat penisku makin keras. Kenikmatan gesekan ini ternyata membuat Elena menjerit-jerit kecil, “Ough.., ough.., ahh”. Beberapa saat kemudian, gerakan naik turunnya bertambah pelan, seolah-olah dia ingin merasakan gesekan yang menimbulkan kenikmatan itu, penisku sekarang bergesek lembut dengan vaginanya. Aku tahu dia sebentar lagi orgasme, langsung saja bibirku bekerja di payudaranya, sambil kuremas pelan-pelan bibirku mengecup dan menghisap puting payudaranya.
Kegiatanku ini ternyata membuat Elena makin tersenggal-senggal, “Ahh.., aauhhg.., terus ‘Ndra.., ohh”.
Tidak lama kemudian, Elena mengejang dan menjerit, “Ndra, aku tidak tahan lagi.., ohh.., uhff”, dan aku merasakan penisku dibasahi cairan dari vaginanya. Elena merebahkan badannya di atasku, aku terus mengecup dan menjilati kedua putingnya dan celah-celah payudaranya. Tangan kiriku mengelus dan meremas rambutnya dan tangan kananku meremas-remas pantatnya yang kencang itu.
Sesudah beberapa menit, aku bilang ke Elena, “Len, aku pingin nyetubuhin lu dari belakang, coba lu nungging di sofa”. Tanpa banyak bicara, dia melakukan perintahku. Dia berdiri mengangkang dengan satu kaki ada diatas sofa dan badannya membungkuk dengan kedua tangan berpegangan di sandaran sofa. Kumasukkan penisku ke vaginanya dari belakang, aku merasakan vaginanya masih cukup lembab buat main satu ronde lagi. Aku pegang pinggangnya yang ramping dan aku mulai menggerakkan badanku maju mundur. penisku keluar masuk vaginanya, mula-mula dengan perlahan-lahan, makin lama aku tambah temponya.
Badan Elena terguncang-guncang dan dia mulai mendesah-desah, “Ough.., Oohh.., Oughh.., lagi Ndra, lagi”. Setelah kugoyang dengan cepat dan bertenaga, aku pelankan ayunan pantatku dan aku raih payudaranya untuk diremas-remas, sesudah itu aku naikkan lagi tempo keluar-masuknya penisku dari vaginanya dan akibatnya Elena menjerit-jerit lagi, “Uughh.., ughh.., Oughh..”. Jeritannya ternyata makin membangkitkan nafsuku, sehingga kugoyang makin cepat dan makin bertenaga. Aku merasakan kenikmatan yang makin besar, tapi akibatnya Elena menjerit, “Ndra.., udah Ndra.., Ohh.., aku tidak tahan..”. Akhirnya kulepaskan penisku dari vaginanya.

Aku Rentangkan dia diatas karpet dan kubisiki, “Sorry Len.., aku belum orgasme juga nih, kita main sebentar lagi yaa!”. Terus kutindih dia dan aku masukkan penisku lagi di vaginanya dan sekarang kita main dengan posisi konvensional.
Elena cuma berbisik, “Pelan-pelan ya Ndra..”. Sekarang aku merasakan kedua payudaranya yang menegang di dadaku, kedua tangan Elena memeluk punggungku dan aku mulai beraksi dengan menggerakkan pinggulku naik turun. Sementara itu mulut kita saling berciuman, dan lidah kita saling beradu mencoba saling membelit. Pantat Elena ikut bergerak seirama dengan gerakan pinggulku, sehingga aku merasakan kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang akan membuatku orgasme. Beberapa saat kemudian, aku mendengar desah nafasnya yang mulai tidak teratur dan aku menaikkan tempo goyangan pinggulku. Aku juga merasakan vaginanya yang makin basah, badannya juga menggelinjang-gelinjang di bawah tekanan badanku dan tangannya mulai meremas rambutku. Makin lama desahannya makin keras, “Ahh.., emmhh.., Ndra, lagi.., oughh”.

Beberapa saat kemudian, Elena menjerit, “Ndra, aku tidak tahan lagi.., oughh”, dan badannya mulai mengejang.
Terus aku berkata, “Tahan dulu Len.., sebentar saja..”, dan aku merasakan cairan maniku mulai mengalir di batang penisku, mendesak keluar dan aku pelanin goyangan pinggulku. Sesudah itu kutekan penisku dalam-dalam ke vagina Elena, dia mengejang dan menjerit, “Ouhh..”, demikian juga aku. Elena mengejang dan memelukku kuat-kuat, air maniku menyemprot di dalam vaginanya dan kita berdua merasakan sensasi orgasme yang luar biasa.

Beberapa detik kemudian, kita berdua terkulai lemas tapi aku masih menciumi bibir dan lehernya dengan lembut. Tanganku mengelus-elus kedua payudaranya karena aku tahu setelah orgasme, wanita tidak ingin ditinggal begitu saja.
Akhirnya Elena berbisik, “Pantes si Vinda lengket sama lu Ndra, lu ternyata memang hebat di ranjang”. Sesudah itu kita berdua pergi ke kamar tidur buat beristirahat, mengumpulkan tenaga karena masih ada beberapa seks session lagi sebelum pagi tiba.

Wednesday, February 25, 2009

Pesta Anak Muda

Malam tahun baru 1998 yang lalu, gue diundang ke suatu pesta anak-anak muda kalangan the have. Pestanya diadakan di suatu villa di Curug Sewu, di kaki gunung Salak, jalan masuknya cuma buat satu mobil. Kebetulan gue dan temen gue Ferry dateng yang paling belakang dan gue nggak nyangka waktu gue lihat mobil- mobil yang parkir di situ Opel Blazer DOHC gue ternyata yang paling murah !!

Kita berdua langsung masuk ke villa yang paling besar, di sana sudah ada beberapa orang tamu cowok cewek, semuanya anak muda dengan dandanan yang keren. Ferry langsung ngenalin gue ke tuan rumahnya, dia cewek dengan tubuh yang aduhai umurnya kurang lebih 26 tahun, namanya Elena. Menurut Ferry, dia adalah anak seorang bankir di Jakarta.

Nggak lama kemudian, Elena ngebuka acara hura-hura ini . Sambil makan Ferry bilangin gue kalau nanti jangan kaget, dengan bisik-bisik dia bilang, " Ndra, coba elo itung jumlah cowok sama ceweknya sama nggak ?". Selintas gue hitung dan ternyata jumlahnya nggak jauh beda, gue langsung nanya, " Emangnya kenapa Fer ?". Temen gue ini nyahutin dengan tenang, "Tenang aja Ndra, pokoknya elo puas lah !". Sehabis makan, gue nyari kenalan buat ngobrol dan ada seorang cewek yang menarik perhatian gue.

Nama cewek ini, Vinda tingginya sekitar 158 cm, kulitnya putih dengan rambut sebahu. Dia memakai kaos yang ketat dengan belahan di dada yang cukup menantang kejantanan gue, buah dadanya nggak terlalu besar tapi bentuknya bagus. Yang paling bikin gue penasaran adalah pandangan matanya yang memperlihatkan hasrat bercinta. Untuk beberapa saat, kita berdua ngobrol kesana kemari dan akhirnya gue tahu kalau dia baru berumur 22 tahun dan masih kuliah di suatu perguruan tinggi di daerah Kalibata.

Nggak berapa lama, suara musik disco berkumandang dan Elena berteriak lewat mike, " Dancing time, guys !!". Dan beberapa orang langsung turun berjoget, gue nggak tahan juga akhirnya gue tarik Vinda turun ke lantai dansa. Ternyata dia seorang pe-disco yang hot, gerakan-gerakan tubuhnya bener-bener membangkitkan kejantanan gue. Beberapa kali buah dadanya di tempel dan digoyang- goyangkan di dada gue dengan sengaja, seolah nantang gue. Kurang lebih 1 jam kita berjoget, akhirnya kita mutusin untuk break dulu. Gue nawarin dia mau minum apa dan dia nyahut dengan nakal, "Gimana kalau whisky cola aja ?". Wah, gile juga nih cewek abis kita minum-minum, ternyata lagunya diganti jadi slow and romantic dan Vinda langsung narik gue balik melantai. Dia langsung meluk gue buah dadanya langsung terhimpit diantara kita berdua, dan membuat kemaluan gue menegang. Gue pikir si Vinda pasti ngerasa juga nih . Akhirnya gue beraniin nyium belakang telinganya dan gue terusin ke lehernya, udah itu tangan kanan gue meremas dengan pelan pantatnya yang berisi dan Vinda cuma menggumam nikmat. Gerakan itu gue ulang beberapa kali, dan terasa desah nafasnya makin keras akhirnya Vinda nggak tahan, bibir gue langsung di kulumnya gue ngerasain lidah kita beradu. Buat makin ngerangsang, gue gesek-gesek kemaluannya pakai tangan gue.

Lagi enak-enaknya kita ciuman, tahu- tahu musik di balikin lagi jadi disco bubar deh, rangsangan- rangsangan yang gue buat tadi. Sementara gue sama Vinda nge-slow dance, rupanya makin banyak minuman keras yang beredar. Nggak lama ada seorang cewek naik ke atas meja dan ngejoget dengan gerakan-gerakan yang hot, dan lagi-lagi Elena berteriak lewat mikenya DJ, "It's free time hey, Finny show your naked body !". Dan cewek yang lagi joget diatas meja tadi langsung ngelepasin blusnya dan disusul dengan BHnya, cowok-cowok langsung bertepuk- tangan dan bersuit- suit, sementara cewek-ceweknya berteriak histeris. Beberapa diantara mereka langsung mengadakan gerakan- gerakan sex foreplay. Dalam hati gue berteriak, " Damn, ini yang dimaksud sama Ferry tadi !".

Akhirnya perhatian gue balik ke Vinda lagi, yang sebelumnya gue peluk dari belakang gue cium tengkuknya yang putih, yang dipenuhi dengan bulu-bulu halus dan tangan gue mulai masuk ke balik kaosnya mencari buah dadanya. Waktu gue mulai meremas buah dadanya, Vinda cuma menggeliat senang di pelukan gue, dan dia berusaha masukin tangannya ke celana gue. Sesaat kemudian, dia berbisik, "Ndra, fuck me please gue udah nggak tahan nih !", udah itu si Vinda narik gue ke salah satu kamar di lantai dua.

Begitu pintu ketutup, Vinda langsung meluk dan bibirnya langsung melumat bibir gue dan tangannya langsung ngelepasin ikat pinggang dan celana gue, setelah itu dengan nggak sabar dia melorotin celana dalam gue. Akhirnya kontol gue yang udah berdiri dari tadi nongol keluar dan Vinda dengan sigap menggenggam kontol gue dan diarahin ke mulutnya. Dalam sekejap kontol gue setengahnya udah masuk mulutnya, sementara itu gue ngelepasin kemeja dan gue ngerasain nikmatnya kontol dihisap dan diemut. Sambil ngebungkuk, gue ngebukain kaos sama BHnya Vinda, ternyata badannya bener bener putih mulus, teteknya bulat penuh dengan puting yang berwarna merah tua dan si Vinda masih ngemut dan ngisep kontol gue dengan bernafsu.

Setelah gue pikir dia cukup ngisepin kontol gue, si Vinda gue bimbing dan gue celentangkan di ranjang. Sesudah itu gue bukain rok dan celana dalamnya, gue ngeliat bibir kemaluannya tidak ditutupi jembut sama sekali. Ketika jari gue mulai masuk ke vaginanya, gue ngerasa vaginanya mulai basah. Sementara itu, mulut dan lidah gue mulai bermain-main di teteknya, putingnya adalah sasaran yang menggairahkan dan tangan gue yang satu nggak ketinggalan mulai ngeremas-remas teteknya yang mulai mengeras. Si Vinda cuma mendesah-desah dan menggeliat merasakan nikmatnya jari dan kecupan gue, tangannya cuma bisa menarik-narik rambut gue.

Pelan-pelan jari gue bergerak makin dalam dan akhirnya tersentuhlah clitorisnya, langsung aja si Vinda mendesah, "Uhghh, Ndra lagii, emmhh" dan bibir gue ngerasain teteknya makin tegang. Kecupan dan jilatan lidah gue akhirnya menjelajahi kedua teteknya dan lembah diantaranya, dan jari-jari gue tetap ngemainin clitorisnya yang membuat Vinda makin menggelinjang- gelinjang dan desahannya makin keras, "Ohhh, Ndra . Ufhh, oohhh". Memeknya terasa makin basah dan bibir vaginanya makin menggembung, tanda nafsu birahinya makin menggelora.

Akhirnya, gue ngambil posisi 69, kontol gue jatuh diatas mulutnya dan mulut gue mulai bekerja dengan mengecup bibir vaginanya. Makin lama gue tambah kekuatan kecupan gue, makin lama dan makin kuat, sekali-kali lidah gue mendesak masuk kesisi dalam dari vaginanya. Si Vinda hanya bisa menggelinjang dan mengangkat pinggulnya, karena mulutnya lagi sibuk ngisep kontol gue. Nggak lama dia ngelepasin kontol gue dan ngejerit, "Ndra, fuck me .. please, gue nggak tahan lagi, please !". Gue putar badan dan Vinda langsung ngebuka selangkangannya, dengan dua jari gue buka memeknya yang sudah menggembung itu dan gue gesek- gesekan kepala kontol gue ke bibir vaginanya bagian dalam. Si Vinda makin menggelinjang dan mendesah-desah, setelah itu gue masukin setengah kontol gue ke memeknya dan gue goyang maju mundur tapi gue jaga cuma setengah kontol gue yang masuk. Nggak lama Vinda ngejerit lagi, " Ndra ayo masukin kontol elo semuanya yang dalem Ndra ". Tapi gue cuekin aja permintaannya itu, karena gue pingin ngebuat dia makin terangsang. Cuma kepala kontol gue yang bersenggolan sama selaput dara dan kadang-kadang gue ngerasain clitorisnya di ujung kontol gue, sementara itu goyangan gue makin cepat dan membuat Vinda makin terangsang. Si Vinda makin nggak tahan untuk dientot, "Indra ayo dong entot gue emmhh, masukin yang dalem Ndra " bujuknya manja. "Ok, kalau elo mau ngerasain panjangnya kontol gue, kita ganti posisi aja".

Udah itu, gue ngambil posisi duduk selonjor dan si Vinda gue suruh berjongkok menghadap ke gue. Langsung aja kontol gue digenggamnya dan diarahin ke memeknya, udah itu dia ngedudukin pinggul gue dan kontol gue langsung terbenam di memeknya yang basah lembab itu. "Ok, Vin sekarang elo goyang pelan pelan naik turun, gimana ?" dan dia nyahut, "Ndra, kontol elo bener-bener fit di memek gue emmm, ufhhh ". Terusnya Vinda bergerak naik turun seperti orang naik kuda, gesekan kontol gue dan memeknya memberikan kenikmatan yang luar biasa, makin lama gerakannya makin cepat dan desahannya juga makin keras, "Oghhh . Ohhhh, emmm .. ufghh". Dan gue juga ngerasain kontol gue dialirin cairan vagina yang makin banyak. Sementara itu, tangan gue mengelus- elus punggungnya dan meremas teteknya, gerakan teteknya yang seirama dengan naik turun badannya benar benar sensual. Kurang lebih setengah jam si Vinda berkuda diatas kontol gue, dia ngejerit kecil, "Ndra ughhhh. gue orgasme . Ohhh, ohhh" dan tiba tiba aja badannya menegang dan dijatuhkannya ke badan gue, dan gue juga ngerasain kontol gue bener bener basah sama cairan vagina.

Si Vinda gue rebahin di pinggir ranjang dan gue berdiri di atas lutut gue, setelah itu gue buka kedua pahanya yang putih itu dan gue masukin lagi kontol gue ke memeknya. Gue senderin kedua kaki Vinda ke badan gue dan sambil meganin kedua kakinya, gue mulai ngegoyangin pinggul gue maju mundur. Gue bilang ke Vinda, "Sekarang giliran gue ". Awalnya gue goyang dengan lambat dan makin lama makin cepat, gue ngerasain kenikmatan yang diberikan memeknya si Vinda. Sementara itu, si Vinda cuma bisa melenguh, " Uhhhg ohhhh lagi Ndra uufhh" dan meremas-remas teteknya sendiri sambil menggelinjang- gelinjang. Nggak lama, gue turunin frekuensi goyangan gue jadi gue bisa sambil nyiumin betisnya Vinda. "Ndra ohhg, masukin yang dalem uuhhhpp" dan gue sahutin, " OK, sekarang lingkarin kaki elo di pinggang gue, gue akan tancepin dalem- dalem kontol gue". Si Vinda nurut dan gue tarik kontol gue pelan-pelan setelah itu gue masukin lagi secepat mungkin dengan tenaga penuh, jadi gue masukin kontol gue dengan sentakan-sentakan bertenaga. Vinda cuma bisa menjerit setiap kali kontol gue memasuki memeknya, " Oohhh uuhhhpp .. uuhhhpp Ndra lagiii ohhh gilaa ouchh ". Kedua tangannya merenggut seprei keras-keras, karena dia merasakan sedikit rasa sakit yang bercampur kenikmatan yang luar biasa, dan Vinda memejamkan matanya, suatu tanda dia bener-bener menikmati kontol gue. Nggak lama kemudian gue ngerasain kedua pahanya menegang dan menjepit pinggang gue dengan keras, demikian juga dengan badannya yang menegang dan punggungnya terangkat dari tempat tidur, membuat teteknya makin menonjol. Akhirnya dia menjerit lagi, " Ouchhh Ndra . Gue orgasm lagi . Ouchh" dan gue rebahin badan gue di atas badannya sambil gue ciumin leher, telinga dan teteknya yang menggelembung keras. Kemudian gue suruh dia untuk terlentang di tengah ranjang.

Sambil gue remas teteknya, gue bisikin dia, " Satu session lagi yaa " dan dia menyahut, "Elo bener-bener ngebuat gue gila Ndra". Dengan lutut gue, gue buka lagi kedua pahanya dan untuk ke sekian kalinya kontol gue masuk lagi di memeknya. Gue rebahin badan gue menimpa badannya Vinda dan gue ngerasain kedua teteknya di dada gue, sementara itu kedua tangan Vinda memeluk tubuh gue dengan erat. Gue cium bibirnya, sehingga kita kembali merasakan lidah-lidah yang beradu dan gue mulai menggoyangkan pinggul gue naik turun. Dua puluh menit kemudian, Vinda mulai menggelinjang dengan liar di bawah badan gue dan gue merasakan kenikmatan yang lain yaitu tetek-teteknya makin bergesekan dengan dada gue. Setelah itu gue makin mempercepat goyangan dan Vinda mulai mendesah-desah lagi, "Ohhg . Ufhhp", nggak lama kemudian dia menjerit, "Ndra, gue mau orgasm lagi ouchhh". Terus gue bilang, "Tahan bentar Vin, gue juga mau keluar nih" dan makin gue percepat goyangan gue. Akhirnya Vinda menjerit kecil, "Ndra . Gue orgasme ohhh" dan guepun nggak tahan lagi. Badan kita berdua menegang dan untuk meredam jeritan Vinda, gue bungkam bibirnya dengan ciuman. Setelah itu gue merasakan gerakan air mani di dalam kontol gue yang berarti sebentar lagi air mani gue menyembur keluar dan dengan sigap gue keluarin kontol gue dari memeknya Vinda.

Akhirnya air mani gue muncrat keluar tepat di atas dada Vinda dan dia membantu ngurutin kontol gue, supaya tidak ada mani yang ketinggalan. Kemudian Vinda mulai menjilati kontol gue dan akhirnya diemut untuk dibersihkan. Setelah itu kita berdua tidur berpelukan kelelahan dengan rasa puas yang tak segera hilang.   

Friday, January 2, 2009

Sabtu Yang Melelahkan: The Consequence

Cerita ini adalah sambungan dari "Sabtu Yang Melelahkan" yang telah kukirimkan beberapa hari yang lalu. Banyak sekali email yang saya dapatkan dari netters 17Tahuh.com. Banyak yang mengajak kenalan atau pun bahkan dengan tanpa tedeng aling-aling langsung mengajakku ngentot. Terima kasih buat dukungan dari kalian. 

***** 

Aku yang sangat lelah segera meninggalkan tempat Rei dengan setengah berlari. Tak kuduga, itu membuat toketku yang tak berbeha itu meloncat loncat dengan bebasnya. Aku yang sudah kelaparan, segera membuka pintu mobilku dan dengan segera menancap gasnya. Saat aku sedang di highway, aku pun mulai berpikir apa yang bakalan Rei lakuin dengan foto dan video tadi malam itu. Aku pun kalut, aku takut kalo Rei bakalan menyebarkan foto foto itu ke teman temanku. Aku pun mencoba menelpon tempat Rei, tapi tidak ada yang menjawab. Aku takut untuk kembali ke tempat Rei karena anus dan memekku yang masih sakit. Maka kuputuskan untuk pulang ke rumah dan mengisi perut yang dari tadi merengek rengek untuk diisi. 

Begitu sampai di rumah, sekilas kulihat jam yang sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Segera kugoreng 2 telor ayam untuk kumakan. Hanya segelas air putih dan air mani yang terisi di dalam lambungku. Selesai makan, aku pun segera melepaskan bajuku dan mulai mandi. Selesai mandi, aku segera mengoleskan moisturiser ke memek dan anusku. Terasa dingin dan enak sekali. Tak terasa, aku pun mulai menggerang keenakan. Tapi segera kutepis keinginan untuk masturbasi. Ketika aku mulai menggosok gigiku, kuperhatikan leherku yang banyak sekali bekas cupangan. "Sialan" umpatku dalam hati. Aku pun segera memeriksa cupangan cupangan itu. Ternyata, bukan hanya di leherku, tapi di daerah toketku banyak sekali cupangan yang terlihat sangat merah. 

Aku cuma menggosok gosok bekas cupangan itu dengan penuh kesal. Setelah menyikat gigiku, aku pun segera keluar dari kamar mandi dengan telanjang. Aku memang jarang memakai baju kalau di rumah. Segera kunyalakan TV untuk memecahkan keheningan. Aku segera melepas lelah dengan tiduran di sofa. Tak lama, aku pun terlelap dalam mimpi. Ketika aku terbangun, aku melihat sebuah amplop coklat di atas meja. 

"Buat: Cynthia" Hanya itu yang tertulis di amplopnya, tidak ada nama pengirim atau pun alamat. Aku yang terheran heran segera berlari ke pintu, tapi kudapati pintu masih terkunci rapat. Hanya si Rei yang punya kunci cadangan rumahku. Kutebak kalo isi amplop itu adalah foto foto dari pesta seks tadi malam. Dengan cepatnya kurobek amplop itu dan kudapati puluhan foto bugil dan foto ku yang di entot rame rame itu. Foto demi foto aku lihat dengan teliti. Tak kuduga, foto foto itu bisa membuatku terangsang. Kagetnya aku ketika kulihat adegan yang aku sedang tertidur. Ternyata mereka memasukkan bermacam macam barang ke dalam memekku. Dari mentimun, botol beer bahkan sepatu hak tinggiku. Terus terang aku sangat terangsang melihatnya, tapi aku takut kalo Rei bakalan menyalahgunakan foto itu. Ketika aku mau menelpon Rei, kulihat bahwa ada pesan di mesin penjawabku. Aku segera mendegarkan pesan itu. Ternyata si Rei. 

"Cyn, gimana bagus ga fotonya? Gue tadi ke rumah elo trus gue liat loe tidur ama telanjang gitu. Bagus lho bekas cupangannya. Hahaha.. Oh iya gue tadi ambil semua beha dan celana dalem loe di lemari pakaian loe. Koleksi loe banyak juga ya. Sekarang kalo ga usah pake kayak gituan lagi lah. Loe lebih seksi kok kalo ga pake. Trus loe kalo lagi bulanan loe ke rumah gue aja minta celana dalem elo. OK? Call me ASAP" 
Tercengang aku mendengar berita itu. Segera aku lari ke kamarku dan kulihat bahwa memang benar kalo beha dan celana dalamku sudah raib. Kuraih telpon di kamar dan langsung ketekan nomor telepon Rei. 
Dengan santainya dia menjawab "Halo sayang, udah bangun nih?" 
"Udah gila. Kok loe bisa bisa nya sih ambil semua beha ama CD ku?", teriakku marah 
"Udah lah, kan loe jadi kelihatan lebih sexy kalo ga pake itu", belanya. 
"Seksi apa? Loe gila ya Rei? Ntar kalo orang orang tau muka gue mau ditaruh di mana?", jawabku dengan kesalnya. 
"Heheheh, pilih mana loe, orang orang tau loe ga pake beha ama celana dalem ato loe yang digarap rame rame ama temen temen gue tadi malem?", katanya sedikit mengancam. 
Aku sangat kaget mendengarnya. 
"Mau loe apaan sih, Rei? Loe ga bakalan nyebarin foto foto dan video itu kan?", pintaku memelas. 
"Kalo loe masih ngotot beli beha ama celana dalem lagi ya pasti gue sebarin sih", tegasnya. 

Duniaku pun serasa runtuh mendengarnya. Tak sadar aku cuma terduduk di lantai dengan bengong, sedangkan Rei menutup telponnya. Sambil bangkit berdiri, aku menaruh gagang telpon ku ke tempatnya. Aku segera mengambil robe mandi untuk menutupi tubuhku yang telanjang. Kemudian, aku berpikir sejenak kulepas robeku dan langsung ku kenakan kemeja hitam yang agak longgar dan celana jeans. Kurapikan rambutku dan dengan setengah berlari, aku menyambar kunci mobil dan dompetku, tak lupa juga kuambil kaca mata hitam yang tergeletak di sampingnya. Tak lama kemudian, kupacu mobilku kembali ke tempat si Rei. Aku tau dia sedang tidak ada di rumah. Sesampainya di sana, segera kubuka apartemenya dengan kunci yang pernah dia berikan. Terkejutnya aku saat ku lihat Rei sedang duduk dengan enaknya sambil ngerokok. 

"Kenapa Cyn? Mau lagi?", tanyanya setengah mengejek. 
"Kasih klisenya ke gue", bentakku setengah melotot. 
"Nih ambil aja" katanya sambil melemparkan klise itu ke arahku. 
Tak kuduga, dengan gampangnya dia menyerahkan klise itu. Ketika kulihat muka si Rei yang penuh dengan senyum itu, aku merasa ada yang tidak beres. 
"Loe udah bikin ini digital ya Rei?", selidikku 
"Yup", jawabnya dengan singkat. 
"Rei loe hapus donk pls. Gue ga mau kalo temen temen gue tau", rengekku. 
"Ga bakalan kok. Gue cuma pengen aja punya foto loe yang lagi dientot rame rame. Swear, gue ga bakalan kasih ke siapa pun juga", timpalnya. 
"Awas ya, loe udah janji nih", ancamku. 
"Okey dokey", jawabnya. 
Aku pun langsung lega mendengar itu. Aku tau Rei adalah orang yang bisa jaga janji. Kemudian kuingat kalo Rei masih menyimpan beha dan celana dalamku. 
"Trus beha and celana dalamku gimana?", tanyaku 
"Ooh itu, udah gue buanglah", jawabnya sambil ketawa. 
"Loe boong kan?", tanyaku dengan kaget, "Itu mahal Rei" 
"Berapa sih? gue ganti deh", jawabnya singkat. 

Tak berdaya aku mendengar itu. Pikiranku sudah kalut. Cuma kutatap Rei yang memasang tampang cuek dengan penuh kebingungan. Memang dia berduit tapi jawabannya benar benar menusuk di hati. Ruangan itu menjadi sangat sunyi sejenak. 
"Mau makan siang ga Cyn?" tanyanya memecah kesunyian. 
"Gue mo makan nih cuman ga ada yang nemenin. Loe mau ikut ga?", tanyanya lagi. 
"Ya udah". jawabku dengan pasrah. 
Di dalam lift, Rei dengan santainya mulai meremas toket dan pantatku. Kudiamkan saja ketika Rei bilang kalo tanpa beha dan celana dalam aku terlihat lebih merangsang. Lift pun segera turun ke lantai bawah sedangkan Rei hanya meremas remas toketku dan sesekali melintir putingku. Aku dengan setengah terpejam menikmati permainan itu. Tak terasa, aku tengah mendesah desah dalam nafsu mengikuti permainan tangan Rei di toketku. Tapi permainan itu segera selesai ketika Lift pun berhenti di lantai paling bawah. Kami berdua segera menuju ke mobil si Rei. 
Tak kuduga dengan santai nya dia membuka 2 kancing bajuku dan berkata, "Gini kan lebih sexy". 
Aku hanya menggelengkan kepala mendengarnya. Tanpa memakai beha dan dengan belahan dada yang begitu rendah, membuat orang orang bisa melihat toketku dengan tanpa halangan kalau aku sedikit membungkuk. 

"Body loe itu terlalu seksi lagi, buat apa di tutup-tutupin", katanya ketika melihatku mencoba mengancingkan bajuku. 
"Kenapa sih? Loe minder ama tubuh loe?", sahutnya lagi. 
Urunglah niatku untuk mengancingkan bajuku. Dengan muka yang bete, aku segera duduk di bangku depan di samping Rei. Dia segera mengemudikan mobilnya ke arah China Town. Dengan tersenyum kepadaku, Rei menunjuk ke arah pangkal pahanya. Aku yang sudah tau maksudnya cuman membuka resletingnya dan mulai mengocok barangnya yang sudah setengah berdiri. Dengan agak malas, aku membungkuk dan melahap barang itu tanpa ragu ragu. Kusedot sedot kontol itu dengan penuh nafsu, sambil kupijit pijit buah pelirnya. Rei pun hanya mendesah desah sambil mencoba mengemudikan mobil. Aku merasa mobilnya berjalan melambat. Setelah dengan cepatnya kukocok dan kusedot senjatanya itu, akhirnya Rei pun dengan mengerang gerang menyemprotkan spermanya ke dalam mulutku. Langsung kutelan sperma itu tapi dengan keadaan menunduk, aku pun agak tersedak. Kuangkat wajah ku dan mulai ku lap mulutku dengan tissue. 

"Wah tambah jago loe ya", puji Rei. 
Aku hanya bisa tersenyum dengan paksa ketika mendengarnya. 
"Loe besok kelas jam berapa?", tanyanya. 
"Jem 2 an lah, kayak biasanya", jawabku. 
"Kalo gitu ntar malem maen lagi yuk, cuman gue ama si Donny doank kok. Mau ga?", tambahnya. 
"Ga deh Rei, memek gue masih sakit nih", jawabku terus terang. 
"Udah lah, ga papa, cuma seronde doank kok", rengeknya 
"Liat ntar lah", jawabku tak ambil pusing. 
"Dah sampe nih", katanya singkat. 

Kita pun turun dari mobil dan masuk ke Chinese Restaurant yang terbilang besar. Betapa kagetnya aku melihat si Donny dengan santainya menyapaku. Baru kusadari kalau Donny itu adalah anak yang punya restaurant ini. Dengan santainya dia menyruh Rei dan aku segera naik ke lantai dua. Kuikuti keduanya dari belakang dengan menebak nebak rencana mereka. Sesampai di lantai dua, Donny pun membuka pintu sebuah kamar yang sangat luas. Di dalamnya nampak sebuah tempat tidur dan bermacam macam elektronik. Ternyata itu kamar si Donny. Aku pun segera duduk di lantai di belakang meja pendek dan disusul oleh Donny dan Rei. 

"Loe hebat juga kemaren Cyn", sahut Donny membuka pembicaraan. 
"Ah ga kok", sahutku merendah. 
"Bentar ya gue pesenin makanan di bawah", sahut Donny sambil berlalu. 
Kulihat dia hanya mengangkat telepon dan memesan beberapa makanan untuk diantarkan ke kamarnya. 
"Dasar anak orang kaya", pikirku. 
"Cyn, menurut elo, siapa yang paling kuat kemaren?", tanya si Donny tanpa ada malu. 
"Semua sama kok", jawabku singkat. 
"Pengen lagi ga?", tanya nya menggoda. 
"Ga sekarang deh, sakit semua nih badanku", alasanku. 
"Ayolah, ga bakalan sakit kok", katanya sambil meremas remas toketku. 
"Sorry banget deh Don, gue bener bener capek nih", tolakku dengan halus. 
"Ya udah lah", gerutunya sambil keluar kamar. 

Kulihat Rei hanya tiduran sambil baca komik di lantai. Dia tidak memperhatikan aku sama sekali. Aku pun mulai berdiri dan melihat lihat kamar si Donny. Banyak sekali DVD-DVD porno yang berserakan di lantai. Dinding dindingnya penuh dengan poster poster para pemain sepak bola. Dengan bosan, aku segera menyalakan TV besar di kamar itu. Kuganti ganti saluran TV untuk mencari sesuatu yang kelihatannya menarik. Tapi NOL hasilnya. Channel demi Channel hanya menampilkan acara yang tidak menarik sama sekali. Tiba tiba, pintu kamar pun terbuka dan kulihat seorang pelayan masuk membawa beberapa makanan di atas baki dan menaruhnya di meja. Ketika aku hendak membayar, pelayan itu hanya bilang dengan sopan kalo makannya sudah dibayar oleh Donny. 
"Wah, gentle juga dia", pikirku. 

Tak lama kemudian, Donny pun muncul dengan membawa 3 gelas kecil berisikan liquor. Katanya minuman itu adalah keistimewaan restaurant ini. Aku pun bilang ke Donny kalo lebih enak minumnya setelah makan. Donny cuma ketawa dan mengangguk. Maka, kami pun makan dengan enaknya. Sewaktu makan, Donny dan Rei hanya memuji muji tubuh dan teknik ku selama tadi malam. Aku cuma bisa tersipu malu mendengarnya. Donny pun setuju dengan Rei yang bilang kalo aku lebih merangsang tanpa memakai beha dan celana dalam. Aku hanya menggelengkan kepala mendengar itu. Setelah makan, Donny pun segera memberiku minuman yang tadi di bawanya. Tanpa ba bi bu, segera kutegak minuman. Sangat keras tapi halus. Nama minuman itu adalah Ice fire. Nama yang sangat keren pikirku. Tak lama kemudian, kita pun hanya berbincang bincang tanpa tujuan. Makin lama aku merasa kepala dan mataku semakin berat. 

"Wah KO deh dia", kata Donny kepada Rei 
"Yoi, udah pasti ga kuat lah", timpal Rei 
"Kasian deh ngeliatnya", sahut si Rei lagi 

Aku yang sudah tergeletak tak berdaya itu masih bisa mendengar mereka samar samar. Kemudian, aku merasa salah seorang dari mereka mengangkat tubuhku dan dibaringkannya aku di atas kasur. Dengan cepat nya keduanya segera melepas jeans dan bajuku. Aku sudah benar benar tidak berdaya menghadapinya. Tak lama kemudian, aku merasa ada dua jari yang mengisi memekku. 

"Masih kering nih Rei, ga terangsang dianya", Ternyata si Donny. 
"Udahlah entot aja, ntar juga basah ndiri", sahut Rei enteng. 

Tak kuduga mereka bakalan memperkosaku. Ingin sekali aku berontak, tetapi tangan dan kakiku sangat lah terasa lemas. Kemudian, aku merasa ada kontol yang menyeruak masuk ke dalam memekku. Aku hanya menjerit tertahan menahan sakit yang luar biasa itu. Tanpa memperdulikanku, dia segera memompanya keluar masuk dengan agak susah. Setelah beberapa lama, aku pun menjadi terangsang dan mulai menikmati genjotan itu. Pintar sekali yang mengentotku itu, dia bisa memulai genjotan genjotan dengan cepat dan kemudian mempercepatnya. Diperlakukan begitu, aku pun tidak bisa bertahan lama. Hanya dientot oleh satu orang, aku bisa keluar sampai 3 kali. Saat dia keluar, dia tidak menarik kontolnya dari memekku. Berkali kali kontolnya memuntahkan sperma di dalam memekku. Kemudian dia langsung menarik kontolnya dari memekku. 

Tapi ada kontol lain yang segera mengisi memekku dan mulai memompaku. Aku sempat kuwalahan menghadapi itu. Aku tahu dari gaya dan ukuran kontolnya kalo itu pasti si Rei. Dengan cepat nya Rei memompaku sementara aku hanya bisa mendesah desah kenikmatan. Tak berapa lama kemudian, aku segera mencapai orgasme, tapi Rei masih memompa tubuhku. Rei pun mulai menarik kontolnya dari memekku, tapi aku malah mengangkat memekku dan menyodorkannya ke Rei. Tak kuduga dengan kasarnya Rei mulai memompaku lagi. Aku menjerit kecil ketika kepala kontolnya menhantam dinding rahimku. Tak lama aku pun keluar lagi dan lagi. Aku hanya bisa mendesah keenakan ketika Rei menyemprotkan spermanya ke dalam memekku. 

Aku yang sudah capek hanya bisa terkulai dengan lemas dan penuh keringat. Kudengar langkah kaki mendekat dan kurasakan ada sesuatu menyeruak masuk ke memekku. Aku sudah tidak mempedulikannya lagi. Aku hanya bisa tertidur tak berdaya. 

Ketika aku bangun, kuraba memekku dan kutemukan sebuah dildo menancap dengan tentramnya. Ketika kukeluarkan dildo itu, banyak sekali sperma yang mengalir keluar dari dalam vaginaku. Banyak juga sperma yang telah mengering di perut dan toketku. 
"Sialan", pikirku, "gue dikerjain lagi deh". 
Kulihat Donny dan Rei hanya ketawa melihatku telanjang dengan bermandikan sperma itu. Rei bilang kalo dia bentar lagi mau pulang trus aku disuruhnya pake baju. Ketika bilang kalo aku mau merapikan diri, si Rei bilang itu ga perlu. 

Aku pun langsung memakai baju yang tadi kukenakan dan mengikat rambutku kebelakang. Tanpa lupa pamitan ke Donny, aku dan Rei pun segera meninggalkan tempat itu. Masih banyak sekali sperma yang ada di dalam memekku saat aku di mobil Rei. Entah itu sperma Donny atau Rei tapi dengan jelas kurasakan sperma itu meleleh turun ke pahaku. Di dalam perjalanan menuju tempat Rei, aku hanya diam saja karena kelelahan. Ketika sampai di tempat Rei, aku segera mengambil kunci mobilku dan langsung pulang ke rumah. 

E N D


Oleh: cynthiabang@yahoo.com
 

Sabtu Yang Melelahkan

Namaku Cynthia. Ini baru pertama kali aku coba buat ngirim cerita seksku. Sudah sejak 3 tahun lalu, aku selalu "haus seks". Entah itu karena keperawananku yang diambil oleh mantan cowokku ato itu karena libidoku yang besar. Sejak saat itu, aku selalu mencari cowok yang bisa aku ajak nge-seks. Aku tidak peduli itu cowok apa, yang penting dia punya barang yang bisa memuasin aku. Banyak sekali teman teman cowok ku yang datang di apartemenku kalo aku lagi tidak ada kelas. Begitulah hidupku di LA. Sekarang aku mau cerita tentang pengalaman seks ku yang tak terlupakan. 

***** 

"Hmph, capek nih" umpatku dalam hati. 
Hari itu aku kuliah sampai jam 9 malam. Parkiran mobil pun sudah gelap. Sambil melihat kanan kiri, aku pun berlari-lari kecil menuju ke mobilku yang ku parkir di belakang gedung science. Ketika sampai di mobil, HP ku berbunyi. Ternyata si Rei. 

"Halo Cyn, lagi ngapain?" tanya si Rei. 
"Ini nih, lagi mo pulang baru aja selesai kelas" sahutku sambil menstater mobil. 
"Ooh, mo ke sini ga? Kita ntar mo ngadain pesta nih. Kan hari sabtu, masa di rumah aja sih?" Si Rei pun nyerocos. 
"Oh ya? Mau donk, kalo gitu gue ke sana sekarang deh" jawabku dengan senangnya. 
"OK deh. Bye" 

Sejak hidup di LA, aku selalu suka dengan kehidupan malam. Pesta, diskotik ataupun pergaulan bebas. Akupun mulai merapikan rambut dan pakaianku. Kemudian, aku mulai membubuhkan make-up tipis di mukaku. Setalah selesai, aku pun mengendarai mobilku ke tempat Rei. Rei adalah anak orang kaya. Apartemenya yang terletak di daerah BH itu sangat mahal harganya. Aku pun memberhentikan mobilku di depan Liquor Store. Ketika aku turun dari mobil, banyak cowok bule yang melihat dan bersiul kepadaku. Saat itu aku hanya mengenakan rok pendek dan kaos putih ketat. Payudaraku yang berukuran 34 c itu pun tampil kian menggoda. Memang payudaraku cukup besar untuk orang seukuranku. Ketika aku sedang mencari cari liquor kesukaanku, Hp ku pun berbunyi lagi. Ketika kulihat nama Rei, aku segera menjawab. Hanya percakapan kecil yang terjadi, ternyata dia minta dibelikan beberapa botol bir. Aku pun segera mengambil sebotol XO dan 12 botol corona. Setelah membayar, aku pun segera mengemudikan mobilku ke tempat Rei. Dengan kemacetan LA aku pun tiba di tempat Rei setelah setengah jam di mobil. Rei pun menyambut ku dengan gembira. Ketika aku masuk, ternyata tidak ada seorang pun di situ selain aku dan Rei. 

"Kok ga ada anak anak? Katanya mo pesta?" tanyaku keheranan. 
"Ntar lagi juga pasti datang" jawabnya sambil tersenyum. 
"Siapa aja sih?" kejarku. 
"Cowok-cowok lah, 7 orang deh kayaknya." katanya sambil berjalan ke dapur. 
"Jadi gue cewek sendiri nih?" tanyaku keheranan. 
Dengan santainya dia cuma menjawab "Yup, kenapa? Loe ga suka? Kan loe biasanya suka main keroyokan. Apalagi kalo ceweknya cuman loe sendiri." 
"Loe gila ya? loe bikin pesta buat cuman ngentotin gue rame rame?" tanyaku dengan kaget. 
"Bukannya loe suka kayak gituan, apalagi barang mereka gede gede lagi. Tenang aja, dijamin puas" imbuhnya sambil ketawa nyengir. 
Aku cuma diam saja. Rei memang sering nge-seks denganku, tapi kita tidak pacaran. Aku juga pernah nge-seks dengan Rei dan dua temannya. Tapi kali ini TUJUH orang. Aku takut tapi aku juga terangsang. Aku memang sangat suka menjadi pusat perhatian apalagi gangbang. Rei tau itu. Rei tau semua tentang aku. Tapi aku cuma tau sedikit tentang Rei. Dia sangat suka melihat cewek di entot rame rame. 

"Kenapa? kok bengong?" tanya Rei sambil mengusap usap tangannya ke pantat kiriku. 
"Ga kenapa kenapa kok" jawabku singkat. 
Aku memang sudah biasa dengan kelakuan Rei. Tangan Rei yang tadi cuman memegang pantat kiriku, kini meremas remas pantatku dengan kerasnya. 
"Udah lah Rei, siapin dulu donk makanan buat pestanya" kataku sambil menepis tangannya. 
"Kok gitu sih? Ayo donk kan udah lama gue ga liat loe telanjang" katanya santai. 
"Ya udah kalo loe mau, tapi siapin dulu donk makanannya. Habis itu kalo ada waktu gue mau mau aja. Gimana? Mau ga?" tanyaku menggoda. 
"Hahaha. Kita cuma makan chips doank kok malem ini. Tuh chipsnya udah ada. Tinggal dibuka doank" katanya sambil memasang muka mesum. 
"Iiih, benci gue ama loe" kataku sambil mencuekin muka mesum dia. 
"Ya udah gue bikinin salad deh. Mau ga?" 
"Bikin lah kalo loe mau" katanya singkat. 

Ketika aku membuat salad di meja dapur, tangan tangan Rei menjelajahi pantatku. Aku yang sudah biasa dengan itu cuma mendesah desah kecil. Aku merasakan kedua tangannya mengangkat rok ku sampai ke pinggangku. Dia hanya bersiul ketika melihat pantatku yang penuh. Waktu itu aku memakai G-string jadi dia bisa melihat semuanya. "Auw" jeritku ketika Rei memukul pantatku sambil ketawa. Aku pun meneruskan mengaduk salad ketika dia menurunkan g-stringku sampai ke lantai. Aku segera mengangkat kakiku dan menendang g string itu ke belakang. Aku kira Rei akan segera memasukan penisnya ke dalama memekku, tetapi dia hanya menurunkan rok ku dan merapikannya. 

Aku terheran heran ketika dia melakukan itu tapi aku tidak mengatakannya. Kini tangan Rei mulai meraba raba dan meremas payudaraku sambil mulutnya menciumi leherku. Aku hanya melenguh kecil ketika dia meremas payudaraku dengan agak keras. Aku memberhentikan kerjaanku dan mencoba menikmati rangsangan Rei. Rei pun mulai melepas baju ketatku. Rei hanya diam ketika dia melihat tubuhku yang setengah telanjang. Aku yang sudah sangat terangsang mulai memijit mijit penis Rei dari luar celananya. Rei pun melenguh keenakan ketika aku remas remas dan kukocok penisnya perlahan. Rei tidak diam saja, dia langsung melepas behaku dan melemparkannya. Aku yang hanya memakai rok mencoba membuka baju Rei. Tapi Rei cuman menepis tanganku. Rei pun ketawa ketika melihatku kebingungan. Rei pun mulai membungkuk dan mengambil beha dan g stringku yang berserakan di lantai. Kemudian dia berjalan ke kamarnya meninggalkan aku yang kebingungan dan sangat terangsang. Ketika aku tersadar bahwa payudaraku terpampang bebas, aku pun kembali mengenakan kaos putih ketatku. Aku merasa kalau putingku tercetak jelas dengan baju itu. Tapi aku tidak punya pilihan lain. Rei pun kembali ke dapur dan kulihat bahwa beha dan g stringku telah dia sembunyikan. 

"Boleh juga toket loe, lebih keliatan gede lho" katanya sambil meremas remas toketku. 
"Mau loe apa sih Rei? Mau ngentot ga sih loe?" tanyaku sudah tidak sabar. 
"Oh, loe mau ngentot?" tanya nya dengan muka sok innocent. 
Aku pun menjadi malu sendiri. Belum sempat aku menjawab telpon apartement Rei berbunyi. Aku tau kalo teman temannya sudah ada di luar. Mereka cuma minta dibukain pintu saja. 
"Nih kalo loe mau ngentot, mending loe sekarang emut kontol gue sampe gue keluar" tantangnya 
"Ada tamu Rei" kataku sambil kebingungan. 
Rei pun segera memencet tombol untuk membuka pintu apartemen. Apartemen Rei ada di lantai 8. 
"Masih ada waktu kok", kata Rei sambil meringis, "ayo mau ga?" 
"Ntar kalo mereka liat gimana?" kataku sambil melihat ke pintu. 
"Cuek aja lah. Mereka juga udah tau kalo loe suka nge seks, apalagi gue udah kasih tau mereka kalo loe suka di gangbang. Udah nyerah aja, ntar juga loe pasti ngemut kontol mereka juga". 

Aku pun hanya diam dan berjongkok di depan dia. Tanganku mulai membuka resletingnya dan ku keluarkan penis dia yang terbilang besar itu. Tanpa ragu ragu, aku pun segera melahap batang itu dan menghisapnya. Rei hanya melenguh kecil sambil menjambak rambutku ketika aku memasukkan penisnya sampai masuk ke tenggorokanku. Aku memang pandai sekali memberi Deep Throat. Ketika aku memberi dia deep throat, Rei pun segera melenguh panjang dan menembakkan air maninya ke mulutku yang langsung kutelan. Aku memang suka menelan air mani cowok. Rei hanya tersenyum ketika aku menjilat jilat batangnya yang perlahan mengecil. Rei pun memasukan senjatanya kembali ke celananya dan aku hanya mengusap bibirku dengan tissue. Tak lama, Pintu apartemen Rei pun terbuka dan masuklah tujuh orang yang tidak aku kenal. Mereka semua berbadan bagus dan bertampang yang lebih dari biasa. 
"Halo Rei, siapa tuh ceweknya?" tanya teman si Rei yang akhirnya kuketahui namanya Donny.
"Oh dia Cynthia, temen gue" Kata Rei santai "Kenalan sana" 

Singkat kata, aku pun berkenalan dengan mereka semua. Aku tidak bisa mengingat nama mereka semua karena mereka terlalu banyak. Rei pun segera bercakap cakap dengan mereka sementara aku masih di dapur menyiapkan makanan. Ketika aku sedang mencari cari tempat buat chips, aku merasakan ada tangan yang memegang pantat ku. Aku kira itu tangan milik si Rei, jadi aku hanya diam dan meneruskan kerjaanku. 

"Hmm, boleh juga pantat loe" 
Ketika aku mendegar bahwa itu bukan suara Rei aku pun kaget dan segera menepis tangan itu. 
"Pinter juga si Rei kalo cari cewek" ternyata itu si Donny. 
"Udah ga usah sok jual mahal, Rei udah ngomong kalo loe itu suka seks" imbuhnya. 
Aku sangat sakit kaget ketika dia ngomong secara terus terang. Aku hanya diam saja sambil menunduk malu. 
"Loe tau kenapa loe di sini?" tanyanya lagi. 
Aku hanya menggelengkan kepala saja. 
"Loe itu di sini buat muasin kita kita. Mending loe sekarang ikutin aja apa yang aku bilang ato loe bakalan diperkosa rame rame ama mereka." katanya mengancam. 
Aku yang tidak punya pilihan lain hanya mengangguk menurut. 
"Hehehehe.. bagus. Sekarang loe temenin mereka ngobrol trus gue bakalan siapin minumannya." suruhnya. 

Aku pun hanya mengangguk dan mengambil salad yang tadi aku buat. Ternyata mereka lagi berjudi. Aku tidak tau apa yang mereka mainkan tapi mereka menyuruhku duduk dan ikut main. Mereka pun segera menjelaskan peraturannya. Aku baru tau kalo mereka itu bermain poker, tapi yang menang bisa menyuruh salah satu dari yang kalah untuk melepas baju. Aku pun mengiyakan aja meskipun aku tau kalo aku kalah dua kali maka aku akan telanjang bulat. Aku pun tersadar, jadi ini maksud Rei mengambil beha dan g stringku. Aku hanya melirik ke Rei yang tersenyum kemengangan. Tak lama, Donny pun datang membawa minuman. Dia memberiku sebotol corona yang tadi kubeli dan kuminum pelan pelan. Ketika ronde pertama di mulai, mereka pun segera dengan cepatnya mengatur kartu mereka. Aku yang tidak tau apa apa, cuma melihat kartuku dan meminum coronaku. Aku merasa bahwa salah satu dari mereka menang, mereka pasti akan menyuruhku membuka bajuku. 

Ternyata benar, aku tidak tau apa nama kartuku tetapi meraka ngomong kalo aku kalah. Maka salah satu dari mereka menyuruhku melepas bajuku. Ketika aku membuka bajuku, mereka hanya berkomentar tentang toketku yang besar itu. Aku yang setengah telanjang hanya menunduk malu dan menutupi putingku dengan tanganku. Tak lama kemudian, mereka memulai ronde yang kedua. Aku merasa bahwa muka dan badanku mulai memanas, aku tidak tau apakah itu reaksi dari bir atau sorotan sorotan mereka. Aku yang mulai merasa canggung, mulai meminum birku sampai habis. Tak lama kemudian, ronde ke dua berakhir dengan melayangnya rok ku. Memekku yang tak berambut itu sudah tidak tertutupi apa apa. Aku merasa memekku mulai gatal, dan aku tersadar kalo Donny telah mencampurkan obat perangsang ke dalam bir ku. Aku yang sudah tidak bisa menahan gatalnya mulai menggesek gesekkan pahaku. 

"Hehehehehe, terangsang ya cyn?" tanya si Rei dengan santainya. 
Aku cuma diam saja dan menunduk. 
"Kalo mau ngerasain kontol kita kita bilang aja Cyn" imbuhnya. 
Aku sangat malu, tapi aku juga terangsang dengan hebatnya. Aku yang masih menggesek gesekan pahaku tanpa sadar mengeluh terangsang. Mereka cuma tertawa melihatku seperti itu. 
Aku pun berkata ke Rei "Rei, please masukin kontol loe". 
Mereka yang mendengar itu hanya tertawa dan mulai mengeluarkan kontolnya. 
Rei pun menjawab "Kalo loe mau dientot, loe ngomong ama mereka semua, jangan cuma gue doank. Ntar yang lain kan iri" katanya mengejek. 
"Pls entot gue, gue udah ga tahan lagi" kataku sambil merangkak ke salah satu dari mereka dan mulai meremas remas kontolnya. 
Mereka hanya ketawa dan memanggilku "maniak seks", "cewek gila kontol" dan lain lain nya. 

Aku pun segera memasukan kontol yang kupegang itu ke mulutku. Kumulai dengan mencium kepala kontolnya dan menjilat jilat batangnya yang sudah tegang. Empunya kontol itu pun segera mengeluh tertahan dan memegang kepalaku dan memaksaku memasukan kontolnya yang panjang itu ke mulutku. Aku hanya memejamkan mata ketika aku merasakan kontol lain menerobos dinding vaginaku. "Ooh", lenguhku tertahan. Seseorang yang mengentotku dari belakang itu segera memaju-mundurkan kontolnya di memekku. Aku merasa kalo tiap kali dia mendorong pantatnya, kepala kontolnya menyentuh dinding rahimku. Salah seorang dari mereka memukul pantatku hingga merah dan memasukan salah satu jarinya ke dalam anusku. Aku pun hanya melenguh keenakan. Ketika aku masih keenakan merasakan jari di anusku, kontol yang ada di mulutku segera menyemprotkan air maninya dan langsung kutelan. Aku pun mulai menjilati kontol itu dengan maksud membersihkannya. Cowok yang kujilati kontolnya itu hanya tersenyum dan meremas toketku. 

Dengan tiba tiba, cowok yang memompaku dari belakang menarik kontolnya. Aku yang masih belum keluar menoleh dengan protes tapi kulihat kalo itu ternyata si Donny yang memompaku dan Donny hanya berdiri dan meninggalkanku sambil tersenyum. Dia pun menyuruhku untuk menungging dengan tangan di meja makan. Aku pun menurut saja. Ketika aku sudah dalam posisi menungging, Donny pun dengan kasarnya memasukkan kontolnya di anusku. Aku pun menjerit menahan sakit yang luar biasa itu. Setelah dua menit kesakitan, aku pun mulai merasa nikmatnya anal seks. Aku pun segera mengikuti irama Donny, dan Donny pun segera mengangkat kedua pahaku dengan kontol yang masih di anusku. Aku pun tidak punya pilihan lain selain bersandar kebelakang supaya tidak jatuh. Donny dengan pelannya menaik turunkan tubuhku sambil memutar badannya. Maka memekku pun terpampang dengan jelas ke cowok cowok yang laen. Aku sangat kaget ketika aku melihat si Rei merekam kejadian itu dan temannya memfotoku. 

Tapi, kenikmatan yang aku dapatkan dari Donny menelan kekagetanku dan membuatku orgasme. Aku segera menggerang gerang keenakan sambil memilin milin puting kananku. Aku merasa ada cairan vaginaku yang menetes keluar. Kemudian, aku merasa si Donny mulai mempercepat kocokannya di anusku. Aku yang takut jatuh segera menyenderkan tubuhku ke belakang dan membiarkan toketku meloncat loncat dengan bebas. Aku pun juga melihat lampu lampu flash kamera yang mengabadikan kejadian itu. Donny pun segera menjatuhkan tubuhku di kasur yang sudah disiapkan cowok cowok lain di ruang tamu. Aku jatuh dengan telungkup dengan kontol yang masih di anusku. Dengan cepatnya, si Donny mencabut kontol itu dan segera mengeluarkan spermanya di dalam gelas wine yang bening. Aku yang kelelahan cuma melihat itu dengan penuh tanda tanya. 

Belum sempat aku mengatur nafas, Donny menyuruhku menjilati kontolnya sampai bersih. Aku menjilati kontol itu dengan perasaan yang jijik. Kemudian salah satu dari mereka segera mengangkatku dan memasukkan kontolnya ke memekku. Aku pun cuma melenguh tertahan. Cowok itu segera memaju mundurkan kontolnya dengan aku keadaan berdiri. Aku hanya bisa berteriak teriak kecil karena kontol itu sangat besar diameternya. Aku merasa ada kontol laen yang menerobos anusku. Aku merasa seperti sandwich karena diapit kedua cowok besar itu. Tak lama kemudian aku pun orgasme lagi dan lagi. Tiap kali mereka mau keluar, mereka segera mencabut kontolnya dan mengeluar kan air mani merek di dalam gelas wine. Aku masih bingung dengan itu, tapi ketiga orang yang belom mengentotku segera mengeroyokku. Ada yang memasukkan kontolnya ke memekku, ke mulutku ataupun mengentot toketku. Aku sudah seperti di dalam sorga dunia. 

Aku tidak tahu sudah berapa kali aku orgasme malam itu. Mereka mengentotku dengan nonstop. Selalu ada kontol yang mengisi vaginaku. Ketika mereka semua sudah selesai mengentotku, mereka menaruhku di sofa dengan kepala di bawah. Aku sudah tidak tahu apa yang terjadi tapi dengan samar samar aku lihat Donny memasukan leher botol bir yang masih penuh isinya ke vaginaku. Aku pun segera terasadar dengan adanya benda dingin di vaginaku, tapi aku sudah terlalu capek untuk berontak. Aku hanya bisa melihat Donny menaik turunkan botol itu di vaginaku. Kemudian, aku merasakan bir yang meleleh turun dari vaginaku ke toketku. Kemudian, Donny segera menarik botol bir itu dan menyuruhku membuka bibir memekku dengan tanganku. Akupun hanya menurut saja. Kemudian, aku melihati Donny memasukan sedotan ke dalam memekku yang penuh dengan bir dan dengan segera aku merasakan bir itu disedot oleh Donny dan ditelannya. Mereka semua tertawa ketika melihatku melenguh menandakan aku orgasme lagi. Aku yang sudah terlalu capek, mulai merangkak ke atas kasur di lantai ruang tamu dan aku pun tertidur. 

Keesokan paginya, aku pun terbangun dengan sebuah mentimun di memekku. Aku kebingungan dan aku lihat cowok cowok itu sudah tertidur dengan lelapnya di sebelahku dan di sofa. Aku pun segera mengeluarkan mentimun itu dari memekku. Ketika aku bangun, aku baru merasakan panasnya anusku dan sakitnya memekku. Dengan sedikit tertatih aku berjalan mencari baju baju ku. Aku menemukan kaos putihku dan rok ku yang langsung kukenakan. Akupun berjalan ke arah kamar mandi untuk merapikan diri. Ketika aku sedang menyisir rambutku yang acak acakan, pintu kamar mandi terbuka dengan tiba tiba dan aku lihat Donny menyeruak masuk. Aku cuma melihat apa yang bakalan dia lakuin. Tak kuduga, dia dengan tanpa malu mulai kencing dengan enaknnya. Aku yang melihat itu hanya menggelengkan kepala dengan jijik. Setelah aku selesai menyisir rambutku, aku segera keluar secepat mungkin dari kamar mandi itu sebelum si Donny menyuruhku berbuat yang macam macam. 

Aku pun segera mencari dompet dan kunci mobilku ketika Rei memegang tanganku dan menyuruhku minum pregnancy pil. Rei menyuguhkan pil itu dan segelas air putih yang langsung kuminum. 
"Hebat juga lo Cyn semalem" pujinya 
"Sakit semua nih Rei" jawabku sambil meringis "Gue pulang dulu ya capek nih" 
"Ya udah tapi minum ini dulu ya?" katanya sambil menyogorkan gelas yang penuh dengan sperma "gue tau loe pasti suka" 
"Aduh Rei gue laper banget, dari kemaren malem gue blom makan" jawabku mengiba. 
"Enggak, minum dulu baru boleh pulang. Udah lah cepet minum" tegasnya. 
"Iih maksa banget sih" gerutuku. 

Rei pun segera mengambil video camnya dan menyuruhku bergaya seolah olah aku menikmati minum sperma. Aku pun hanya tersenyum sambil menegak habis sperma itu. 
Rei pun tersenyum dan berkata "Mulai hari ini kalo loe ke mana mana usahain jangan pake beha ato celana dalem, ok? jadi ntar kalo gue kepengen ngentot, cuma tinggal masukin doank" katanya sambil ketawa. 
"Gila loe" umpatku sambil ngeloyor pergi. 

***** 

Jika kalian suka sama cerita ceritaku jangan lupa kasih comment dan jangan takut emailin aku di cynthiabang@yahoo.com. Pasti aku balas. 

Love, cynthia 

Thursday, January 1, 2009

Petualangan cewe gue #1

From: sex888

The Story begin...

Beberapa minggu yang lalu saya ikut orang tua saya ke luar negeri untuk urusan bisnis. Cukup lama sih, jadi saya meninggalkan Lina, tunangan saya, untuk sementara waktu. Karena dia bosen sendirian, akhirnya Lina bersama dengan 2 temannya pergi jalan-jalan ke sebuah pulau wisata. Malamnya, kita sempat chatting. Melepas kangen lah. Hehehe...Tetapi isi chatnya bikin gw jadi bingung. Lina bilang dia lagi mupeng. Waduh...mana gw di europe lagi.  ngga bisa donk seks jarak jauh. trus gimana? gw tanya. Dia bilang boleh ngga kalau dia "have fun" ama cowok lokal disana? gubrak ! gue kaget. Ini cewek kok jadi horny begini ya sejak masuk ke dunia swing. Salah gw juga sih, gw yg ajak dia swing beberapa kali. Jadi pikirnya ganti-ganti pasangan buat fun ngga masalah, yang penting hati tidak berubah :P (cieee...huek huek). Ya udah, gw ijinkan dia tetapi dengan syarat harus cerita detail ke gue. Wah, dia gembira banget, keliatan di YM-nya. Hik hik hik...kesal deh.

Besoknya, Lina kirim email ke gw menceritakan pengalamannya. Hm...gue ngocok abis deh baca ceritanya :P Cemburu tapi sekaligus seru. Nah, gw ceritakan ulang dari perspektifnya dia. hik hik hik...

---

Sore itu gw mo jalan-jalan ke pantai. Agak mendung sih tetapi yah namanya juga lagi "pengen". Hihihi...Sebelum berangkat, di kamar gw ganti pake bikini two piece warna item. Bikini tuh bikin cewek tambah cekci yach.  hahaha...Semuanya berbentuk segitiga, baik bra maupun cd-nya. Lalu gue tutupi pake tanktop item tipis yang ketat dan pake celana pendek jeans mini. Kedua temen gw pada jalan- jalan ke mall, ngga mau nemenin gw ke pantai. Pas banget seh...Kan gw lagi mupeng nech...lagian pantainya cuman tinggal menyebrang doang dari hotel.

Sesampainya di pantai gw duduk-duduk di pasir. Ga seperti biasanya, kali ini gw cari tempat yang ngga di tengah. Kebetulan disitu ada bekas pondokan dan posisinya mojok. Pantainya agak sepi. Cuman ada beberapa bule dan turis lokal sedang asyik memandang gelombang laut, dengan dikipasi oleh angin yang cukup keras. Rambut gue sedikit berkibar-kibar kayak gadis sunsilk.  Hihihi...  Semua cowok pasti melirik ke arah gw. Bahkan ada yang bule yang melirik sambil tersenyum ke gw sampe cewek lokal bawaannya menjadi sewot dan sempat terjadi argumentasi kecil. :P

Gw lalu sewa tiker dan duduk-duduk disana. Gw sendiri bingung ngapain gw disini.
Kl cr cowok kan ya ke dugem toh? Hehehe...Tapi biarin deh...

Tak lama kemudian, saya melihat ada beberapa cowok lokal dengan bertelanjang dada berbisik-bisik, tertawa kecil sambil sesekali menunjuk ke arah gw. Kulit mereka kehitaman, mungkin "terbakar" oleh panasnya sinar matahari di pantai.

Gw cuekin aja. Lalu salah seorang diantara mereka datang mendekati gw.  "?????", cowo itu menyapa gw. Hehehe...kayaknya pake bahasa Jepang.  Uh..dipikir gw ini nonik sakura yach! sebel deh. Gw bales, "Sore.". Dia terlihat kaget.  Hehehe...makanya jangan sok sksd. Lalu dia bilang maaf karena dia pikir gw orang jepang. Trus dia tanya, apakah gw keberatan kalo dia temeni. GW jawab, "Nope. Silahkan aja.". Pas neh dapet cowok. Dia lalu duduk disebelah gw, ngga pake tiker.

Hm...cowok ini mayan juga. Wajah sih...oklah. tubuhnya kekar bok, mungkin hobi renang. Dadanya bidang. Kulitnya item. Gw tiba-tiba jadi tegang, and *what u know* jadi horny juga :P Namanya *sebut saja* Agung. Julukannya sih beach boy atau apalah. Gw ga tau bener pa kagak. Ngga penting lah.  Kita lalu ngobrol bentar.
"Namanya sapa mbak?"
"Lina"
"Dah lama disini?"
"Baru kemarin"
"Liburan ya"
"Yup"
"Ama sapa?"
"Ma 2 temen gw"
bla...bla...ngobrol2 ringan gitu.

Setelah agak lama, gw kok punya feeling ini cowok boleh juga.  Akhirnya gw mulai membuka diri lah, literally :P Gw lalu mencopot tanktop item gw yang tipis itu
secara pelan-pelan. Agung memandang tubuh gw tanpa berkedip. :P

"mbak cantik ya."
Wew...ucapan standar banget. Gw cumen tersenyum kecil aja. Lalu gue ambil sunblock dan perlahan gw usap-usap ke tangan gw. Gw mencuri pandang ke Agung.  Wew...Dia memandang gw terus-terusan, kayak mo ditelen aje.
"Mbak...mau gue bantu usapin sunbloknya?"
"Hm...boleh deh...Ntar loe sekalian pijitin ya?"
Agung tersenyum lebar, "Boleh.".

Gw lalu tiduran tengkurap diatas tiker. Tak lama kemudian, agung mulai mengolesi punggung gw dengan sunblock. Perlahan tapi mantap, sambil perlahan-lahan dipijit. Oh..enaknya. Untuk beberapa lama dia mengusap- usap punggung gw. Kadang, tangannya agak nakal, sengaja menyentuh bagian pinggir payudara gw yang masih tertutup bra bikini. Hihihi... Gw diem aje.

Lalu perlahan dia mulai turun kebawah. Sambil minta maaf sebentar, dia mulai mengolesi sunblock tadi di pantat gw. Diremas-remasnya perlahan sambil sesekali menggoda lubang dubur gue dengan jarinya. Ups...shit. Cowok ini ngerti juga cara membangkitkan birahi. Hihihi...  Setelah itu, paha gue jadi sasaran kerjanya. Dipijitnya dengan lembut sambil diurutnya kebawah. Bergantian, paha kiri lalu ke kanan.

"Udah selesai, mbak.". blah...koq udah finish seh.
"Mau bagian depannya?"
Aku mengangguk singkat lalu kembali tiduran, kali ini merebah.

Hm...Agung menelan ludah beberapa kali. Hehe...melihat ada cewek berkulit putih mulus sedang merebah didepannya, memakai bikini seksi berwarna hitam.  Payudara gw yang berukuran 34B tentu menggodanya.

Tak lama kemudian, dia mulai mengolesi lenganku dan dipijitnya.  Bergantian, lengan kanan dulu baru kiri. Setelah itu, lagi-lagi sambil meminta maaf pendek, dia mengolesi dada gw sampai ke perut. Sesekali dia mengolesi daerah payudara gue yang ngga tertutup oleh bra bikini. Oh...gw semakin tegang. Gw merasa ada cairan mengalir keluar dari mq gw. ups...terangsang neh...

"Udah mbak".
Duh...kok udah selesai lagi seh?.
Gw membuka mata dengan kecewa. Lalu, gue kembali tengkurap dan minta dia memijit punggung gw. Dia nampak dengan senang hati mengiyakan. Hari nampak semakin senja, dan langit mulai nampak agak gelap. Agung masih tetap duduk disebelah kanan gw.

Perlahan dia mulai memijit punggung gw. Setelah itu, tangannya turun kebawah dan mulai meremasi pantat gue. Aku ngga yakin remasan ini adalah remasan pijat. Gw lebih percaya ini adalah remasan sensual. Hiihihi...GW diem aje sambil menikmati sentuhan dia.

Mungkin karena merasa mendapat lampu hijau, dia mulai lebih berani.  Sekali lagi, sambil minta maaf singkat, tiba-tiba dia menyusupkan jemari tangan kanannya ke bawah untuk mencari mq gw yang masih tertutup cd bikini hitam ini. GW agak kaget tapi diem aja, menikmati :P

Dia memijit-mijit mq gue secara perlahan. Lalu jari tengahnya dipaskan ditengah lubang mq gue yang masih tertutup cd dan digosok-gosokkan. Oh shit...mayan enak neh...dont quit now, please! Jemarinya dengan lembut menggosok dan memijit mq gw. Bergoyang berirama, maju mundur sambil kadang diputar. Oh...yeah.

Gw merasa mq gw semakin basah. Awalnya, gw sempat khawatir diliat orang gimana.  Tapi karena ini termasuk pojok, ditambah senja yang mulai turun, ya udahlah.  Biarin aja. Hihihi...

Setelah agak lama dia memijit dan menggosok-gosokkan mq gw dengan jarinya, dia kembali bertindak lebih jauh. Aku lirik, dia sempat membersihkan lalu menjilati jemarinya. Kemudian, kali ini tanpa minta maaf lagi, dia menyusupkan jemari tadi masuk kedalam cd bikini item gw dan mencari lubang mq gw.  Wah...kurang ajar juga cowok ini. Tapi karena enak ya gw biarin. :P

Tanpa mencopot celana dalam gw, dia memasukkan jarinya kedalam mq gue lalu dikocoknya. "Ah..."..Aku mengerang perlahan, keenakan. Jariku menggenggam pasir
yang ada disekitar gw.

"Enak ya mbak?"
Aku mengangguk pelan, pasrah.
Cukup lama dia mengkocok jari tengahnya didalam mq gue. Gw merasa semakin terangsang dan becek. Kemudian, dia memasukkan jari lainnya lagi kedalam mq gue.
Oh....terasa penuh, sedikit perih tapi enak gila ! Hihihi...
Saat gw lagi keenakan menikmati kocokan jemari Agung didalam mq gw, Agung menambah sensasinya dengan menyusupkan jemari tangan kirinya kedalam payudara kiri gw, masuk kedalam bra bikini yang menutupinya. Diremasnya tete gw dengan lembut.

"Ah...sshh...", erangku semakin keras. Mq gue benar-benar becek neh...Jemari kiri Agung yang nakal itu lalu memilin puting gw, sambil bibirnya menciumi telinga gw.

Oh my...it felt so goood!. Setelah cukup lama memainkan tete kiri gw, dia lalu merubah posisi duduknya kesebelah kiri, dan gantian memainkan tete kanan.

Aduh..
nikmatnya merasakan payudara diremas-remas sambil putingnya dipilin :P Sudah beberapa menit ini dia merangsang gw. Nah, pas gw mo sampai puncak, eh..  tiba-tiba Agung menghentikan kocokan jarinya didalam mq gw. Oh shit.  Kurang ajar banget. Gw sampe menoleh kearah dia, menanti aksi berikutnya.

Sambil tersenyum, Agung perlahan melepas ikatan cd bikini gue, di sisi kanan dan kiri. Wah, gue tegang banget. Ditariknya selembar kain celana dalam gw itu lalu diletakkannya disamping. Agung lalu mulai melepas celana pendeknya dan wow! kulihat penis hitam mengacung keluar. Uratnya terlihat jelas.  Ukurannya cukup besar. Merangsang banget geto lho...

Setelah memasang kondom, dia lalu menindih gw dari belakang secara perlahan.  Gw sangat tegang waktu itu. Tak lama kemudian, gw merasa ada benda tumpul berukuran besar berusaha masuk kedalam mq gw. Oh...gw udah pengen banget.

Tusukan pertama ngga begitu berhasil.
"Uh mbak. Punya mbak masih rapet yah...Perawan ya?"
Aku menggeleng.
"Oh ya gapapa. Biar saya coba lagi."
Setelah beberapa kali mencoba, barulah gw merasakan ada sebatang penis yang berukuran cukup besar melesak masuk kedalam liang veggie gw. Oh shit!  it felt really nice ! memang terasa agak perih N mq gue serasa penuh banget tapi....oh...nikmat sekali...

"Ah....shh...mas....ah...."
Perlahan penis besar itu mulai dikocok didalam mq gue. Tangannya yang kekar menyusup masuk kedalam bra bikini item gw dan meremasi tete gw.  Pantat gw agak nungging dikit agar penisnya bisa masuk lebih kedalam dan lebih terasa.

"Uh...yeah...terus mas..."
Kira-kira demikian erang gw waktu itu. Enak banget disetubuhi dari belakang.  Agung menggoyangkan pantatnya untuk membuat penisnya maju mundur didalam mq gw. Sedang gw mengikuti iramanya agar semakin nikmat. Terkadang Agung meremas payudara gue terlalu keras sampe gw merasa sakit dan lalu gw peringati. Mungkin saking gemesnya ya dia :P Hihihi...

Setelah beberapa menit, gue merasa mau keluar. Gw pegangi lengannya yang masih meremasi payudara gw dari belakang, menariknya agar menggenjot gw lebih keras.
"Ah uh...sssh....ahhh....ssss....ahhh"
"AAAHHHH mas !"
Gw orgasm juga akhirnya. Mq gue terasa berdenyut berkali-kali, dan tubuh gw sedikit bergetar merasakan kenikmatan yang berbeda. Bayangin, disetubuhi ama cowok asing, di tempat umum. Bener-bener bikin tegang. Kayak diperkosa gitu lho, padahal nggak :P

Gw masih berusaha menenangkan diri setelah mengalami orgasm ketika Agung mencabut penisnya. Badan gw lalu dibaliknya hingga menghadap keatas.  Wah, langitnya sudah gelap toh rupanya.

Dia lalu menindih gw dan kembali memasukkan penisnya yang besar itu kedalam mq gw. Duh, enak banget getoo...memang sih, rasa perih agak menyergap saat ditusuk tetapi setelah masuk dan mq gw terbiasa, lumayan lah. Nikmat!
hihihi...

Agung kembali menggenjot gw, tetapi sekarang dari atas. Kulitnya yang berwarna gelap penuh dengan peluh keringat. Kedua tangannya meremasi tete gw dan berpegangan pada buah dada gw itu saat menyetubuhi gw.

"Ah...ah..." erangku penuh nikmat.
Agung lalu berusaha berciuman bibir dengan gw tapi gw tolak.
Hehehe... no deep kissing lah. sorry!

Ya sudah. Dia ngga keberatan. Agung lalu melepas ikatan bra bikini gw dan dengan ganas menyedot puting tete gw yang udah mengeras. Oh...yeah...nikmat sekali.  Lidahnya dengan cekatan menyapu daerah puting dan payudara gw, bergantian kiri dan kanan.

Dia lalu memeluk gw dari atas dengan erat. Supaya lebih mantep goyangannya, gw buka paha gw lebar-lebar dan gw lingkarkan dipinggangnya. Agung terus menggenjot gw dengan cepat. Kita saling mengerang penuh nikmat.

Tak lama kemudian "ah...sshh"
"Ohh...yes...". Gw keluar lagi untuk yang kedua kalinya. Mq gue berdenyut lagi
berkali-kali. Oh...enak banget waktu mq gue meremas penisnya.
Selang beberapa detik kemudian, Agung tiba-tiba melenguh keras dan penisnya
menghunjam semakin keras dan cepat kedalam mq gw.
Auh...perihnya, tapi ENAK! :P

"Oh...mbak...enaknya mbak....OOOoooooo!"....Lalu kurasakan penisnya berkedutan
didalam. Hihihi...lagi muncrat yach ! Enaknya...

Dia lalu ambruk memeluk gw dengan sangat erat. Aku juga memeluknya dengan erat.  Penisnya masih kokoh menembus mq gw. Kaki gw masih melingkar di pinggangnya.  Kami berpelukan dalam posisi bersetubuh ini selama beberapa saat.  Setelah penisnya terasa "loyo", Agung mencabutnya dan rebah disamping gw. Sambil nafasnya tersengal-sengal, dia melepas kondomnya dan melemparnya ke tong sampah.

Saya lalu segera berpakaian dan hendak pulang ke hotel. Udah gelap neh, mendung.  Sepi lagi. Gw pake baju cekci lagi. Bisa berabe :P Hehehe...Tapi untung si Agung ini cukup gentlemen. Dia menawarkan diri untuk mengantar gw sampe KE KAMAR !  Hehehe...Gentlemen atau cari kesempatan neh...Singkat cerita gw sampe didepan kamar dan mencium pipinya tanda perpisahan, untuk saat ini :P

---

[to be continued]

Musim Panas di Los Angeles - 3

  Ketika keluar dari kamar Jeanne, aku mencium wangi makanan. Sepertinya Jeanne membuat nasi goreng dan oseng-oseng ayam dan udang dengan sa...